BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
laut dari kota Bandung. Sedangkan lokasi tambang batugampingnya sendiri berjarak
sekitar 2 km dari pabrik semennya. Secara administratif, PT Semen Baturaja (Persero)
Tbk, termasuk ke dalam wilayah Desa Pusar, Kelurahan Sukajadi, Kecamatan Baturaja
Barat, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Baturaja Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Baturaja Timur
Sebelah Selatan :Kecamatan Sosoh Buay Rayap
Sebelah Barat : Kecamatan Semidang Aji
Kondisi geologi di Wilayah IUP tepatnya pada Kabupaten Ogan Komering Ulu,
umumnya terdiri dari batulempung, batupasir, serta batulanau. Salah satu formasi yang
terdapat pada daerah kabupaten Ogan Komering Ulu adalah formasi Baturaja yang
terdiri atas batugamping dengan sisipan napal dan batulempung. Batugamping tampak
berwarna abu-abu terang hingga putih keabu-abuan dan terdiri atas batugamping pejal
dan batugamping berlapis. Formasi ini memiliki ketebalan mencapai 85m. Lingkungan
pengendapan batuan berhubungan dengan laut yang sesuai bagi pertumbuhan dan
perkembangan terumbu yaitu laut dangkal. Berdasarkan peta geologi (Gambar 2.5),
wilayah Kabupaten Ogan Komering Ulu terdapat beberapa formasi lainnya yaitu:
Salah satu unsur yang membedakan tambang terbuka dengan tambang bawah
tanah adalah pola pemborannya. Pola pemboran merupakan suatu pola yang digunakan
dalam kegiatan pemboran untuk menempatkan lubang – lubang ledak secara sistematis
yang kemudian diisi dengan bahan peledak.
Sedangkan jenis pola pemboran secara umum dapat dikelompokan menjadi 4
golongan, yaitu:
1. Pola bujur sangkar (square pattern) merupakan pola dengan jarak burden dan
spasi sama. Biasanya pola ini digunakan pada topografi datar.
2. Pola empat persegi panjang (rectangular pattern) yaitu memiliki jarak spasi
dalam satu baris lebih besar dibanding burden.
Pemboran juga mempunyai pola dan arah tertentu sesuai dengan keinginan dari suatu
perusahan.
Ada dua cara dalam membuat lubang bor, yaitu lubang bor miring dan lubang bor
tegak. Arah bor miring ataupun tegak memiliki keuntungan dan kerugian. Adapun
beberapa keuntungan pemboran miring diantranya:
1. Mengurangi biaya pemboran dan konsumsi handak, karena dengan burden yang
besar,
2. Akan diperoleh jenjang yang stabil,
3. Mengurangi resiko timbulnya “toe” dan “backbreak”
Sedangkan kerugian pemboran miring yaitu:
1. Sulit melakukan pemboran miring yang akurat,
2. Diperlukan supervisi yang ketat,
Keuntungan pemboran vertikal ialah:
1. Pelaksanaan pengeboran lebih mudah, cepat, dan akurat
2. Untuk jenis batuan yang sama, aksesoris bor berumur lebih panjang
3. Bahan peledak lebih sedikit
4. Biaya pengeboran lebih kecil
Kerugian pada pemboran vertikal, yaitu:
1. Lereng kurang stabil
2. Hanya baik untuk batuan yang kompeten (kuat)
3. Permukaan bidang bebas sering tidak rata
3 Pemilihan Alat Bor
Dalam pemilihan alat bor untuk di tambang terbuka menggunakan metode
peledakan jenjang. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan alat
bor,antara lain yaitu:
1. Jenis Batuan
Jenis batuan sangat menentukan dalam pemilihan alat bor, rotary percussive atau
rotary rushing, dipakai untuk batuan yang keras, sedangkan rotary cutting dipakai
untuk batuan sedimen.
a. Rotary percussive
9
Batang bor yang digunakan pada pemboran rotary percussive ada dua
macam yaitu:
2. Tinggi Jenjang
Tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu dan parameter lainnya disesuaikan atau
ditentukan setelah mempertimbangkan aspek-aspek lainnya. Dalam tambang
terbuka dan quarry tinggi jenjang ditentukan terlebih dahulu yang beracuan pada
peralatan bor yang tersedia. Tinggi jenjang melebihi 15 meter, kecuali ada
pertimbangan lain.
5. Bahan Peledak
A. ANFO
Pada awal tahun 1950, ditemukan bahwa Ammonium Nitrat yang saat itu beredar
dipasaran dapat digunakan sebagai bahan peledak apabila dicampur dengan proporsi
bahan bakar karbon maupun hidrokarbon untuk dijadikan agen oxygen-balance. Agen
peledakan ANFO mampu memberikan efektivitas peledakan yang setara dengan 60%
peledakan menggunakan dinamit, dan ANFO sendiri dapat digunakan pada tipe batuan
apapun.
Butiran-butiran AN dibuat dengan menyemprotkan 95% AN, 5% lelehan dari
campuran H2O pada menara untuk membentuk pellet dengan ukuran 8/20 mesh. Proses
evaporasi dari H2O setelah pembentukan butiran-butiran AN, memproduksi butiran
berpori yang memiliki reaksi permukaan yang lebih dibandingkan dengan butiran solid.
Sensitivitas dan kecepatan detonasi dipengaruhi oleh ukuran partikel, densiti
pembungkusan, keseimbangan kimiawi, dan homogenitas dari pencampuran. Apabila
pengisian bahan peledak dibuat lebih padat, maka kecepatan detonasinya akan
meningkat namun sensitivitasnya berkurang.
Ammonium nitrat tidak digolongkan ke dalam bahan peledak. Namun bila
dicampur atau diselubungi oleh hanya beberapa persen saja zat-zat yang mudah
terbakar, misalnya bahan bakar minyak (solar, dsb), serbuk batubara, atau serbuk
gergaji, maka akan memiliki sifat-sifat bahan peledak dengan sensitifitas rendah.
Walaupun banyak tipe-tipe AN yang dapat digunakan sebagai agen peledakan, misalnya
pupuk urea, namun AN yang sangat baik adalah yang berbentuk butiran dengan
porositas tinggi, sehingga dapat membentuk komposisi tipe ANFO.
ANFO adalah singkatan dari ammoniun nitrat (AN) sebagai zat pengoksida
dan fuel oil (FO) sebagai bahan bakar. Setiap bahan bakar berunsur karbon, baik
berbentuk serbuk maupun cair, dapat digunakan sebagai pencampur dengan segala
keuntungan dan kerugiannya. Pada tahun 1950-an di Amerika masih menggunakan
serbuk batubara sebagai bahan bakar dan sekarang sudah diganti dengan bahan bakar
minyak, khususnya solar.
15
B. Detonator
Detonator atau juga disebut dengan blasting capsule atau blasting cap adalah
perangkat yang di gunakan sebagai pemicu awal yang menimbulkan inisiasi dalam
bentuk letupan (ledakan kecil) sebagai bentuk aksi yang memberikan efek terhadap
bahan peledak peka detonator atau primer. Detonator dibagi menjadi beberapa jenis,
yaitu :
Detonator biasa
Adalah detonator yang penyalaanya atau penggunaanya dinisiasi dengan api
yang dihatar melalui sumbu bakar atau penggunaanya harus menggunakan api
dan sumbu bakar.
C. Primer
Primer adalah istilah pada bahan peledak yang peka terhadap detonator, yaitu
bahan peledak berbentuk cartridge berupa pasta atau keras, yang sudah dipasang
detonator yang diletakkan di dalam kolom lubang ledak
Primer biasanya terbentuk padat dan berwarna putih seperti gypsum dan
berbuntuk trapesium. Terdapat tiga tempat untuk menempatkan primer dalam lubang
ledak yaitu :
Dibagian dasar lubang atau biasa disebut bottom priming
Dibagian tengah lubang ledak midle priming
Dibagian atas lubang ledak top atau collar priming
D. Fragmentasi
Penggunaan bahan peledak dalam memberaikan batuan menjadi fragmentasi
terletak pada kemampuan bahan peledak tersebut untuk memberikan sejumlah besar
energy ledakan ke porsi batuan yang terbatas. Ketika proses peledakan, energi dari
bahan peledak terlepas sebagai gas dalam tekanan dan temperature yang sangat tinggi.
Faktor-faktor yang penting pada fragmentasi peledakan dikelompokkan menjadi tiga
kelompok yaitu, parameter bahan peledak, parameter pengisian bahan peledak, dan
parameter batuan.
dan energi yang tersedia. Tekanan detonasi dapat menjadi indikator terbaik dalam
menentukan kemampuan bahan peledak untuk memberai batuan keras yang solid.
Pengaruh dari energi yang tersedia pada kegiatan peledakan, umumnya disebut
“kekuatan” dari sebuah bahan peledak, telah lama digunakan sebagai ukuran dalam
kemampuan memberai. Namun, dikarenakan detonasi yang non-ideal suatu bahan
peledak dapat memproduksi tekanan yang sangat berbeda dengan bahan peledak lainnya
dalam energi yang sama. Dari beberapa penelitian dan praktik, telah diketahui bahwa
energi yang tersedia tidak dapat digunakan untuk memprediksi fragmentasi peledakan.
Parameter Pengisian
Parameter pengisian bahan peledak ini pada dasarnya yaitu diameter pemboran,
kedalaman bor, stemming, tipe inisiasi, dan titik inisiasi menjadi peran penting dalam
menentukan fragmentasi peledakan, sering kali dipertimbangkan dibandingkan dengan
parameter bahan peledak. Walaupun begitu, untuk beberapa bahan peledak, diameter
lubang ledak, sudut kemiringan lubang, dan tipe inisiasi, langsung mempengaruhi
parameter bahan peledak. Sebagai contoh, pada diameter tertentu, kecepatan detonasi
akan berkurang dengan berkurangnya pula diemeter lubang ledak. Geometri peledakan,
biasanya ditentukan oleh perbandingan dari kedalaman lubang ledak dengan diameter
lubangnya, dan titik dimana lubang akan diinisiasi.
Parameter Batuan
Parameter batuan yang perlu untuk dipertimbangkan dalam pemahaman proses
fragmentasi meliputi, densiti, kecepatan rambat batuan, karakteristik batuan, penyerapan
energi, kuat tekan batuan, kuat tarik batuan, dan struktur batuan. Densiti sangat luas
digunakan sebagai indikator umum dalam penentuan sulit tidaknya dalam memberai
batuan, dengan batuan memiliki densiti lebih besar, dibutuhkan pula bahan peledak
dengan tekanan detonasi yang tinggi. Namun begitu, semakin kecil densiti dan semakin
lemahnya batuan cenderung menyerap energi yang membuat sulitnya mendapatkan
fragmentasi yang diinginkan.
Cepat rambat dari sebuah batuan sangat penting, karena hal tersebut
berpengaruh terhadap distribusi gaya ledak, dan juga karena cepat rambat merupakan
ukuran dari elastisitas batuan. Karakteristik dari densiti dan cepat rambat tersebut
19
berguna pada parameter batuan untuk menganalisa transfer energi dari gelombang
detonasi pada bahan peledak menuju gelombang tekan pada batuan.
Kuat tekan dan kuat tarik pada batuan biasanya digunakan untuk
mengklasifikasikan batuan apakah batuan tersebut harus menggunakan peledakan
ataupun tidak. Karakteristik umum dari batuan yang sangat berpengaruh pada proses
fragmetasi yaitu besarnya perbandingan antara kuat tekan dan kuat tarik.