Anda di halaman 1dari 14

CASE REPORT SESSION

Bronkopneumonia

Penyusun :
Elma Cita Maghfira
Indah Wirta Deslina
Ivena

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
RUMAH SAKIT DR HASAN SADIKIN
BANDUNG
2017
IDENTITAS UMUM
● Nama : An. Widia Lestari
● Tanggal Lahir, Usia : 14 Maret 2018, 1 tahun 1 bulan
● Jenis Kelamin : Perempuan
● Alamat : Jl. Siliwangi
● Pendidikan :-
● Pekerjaan :-
● Tanggal Pemeriksaan : 19 April 2019

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sesak nafas dan batuk
Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, penderita tampak sesak nafas
yang makin lama semakin bertambah sesak. Sesak tidak berhubungan dengan
aktivitas. Keluhan sesak nafas tidak disertai dengan adanya suara mengi, namun
disertai dengan mengorok. Keluhan ini juga tidak disertai dengan adanya bengkak
pada kedua kelopak mata atau kedua tungkai serta kebiruan pada ujung-ujung jari
maupun sekitar mulut. Penderita masih dapat tidur dengan satu bantal. Keluhan
sesak didahului oleh panas badan yang mendadak tinggi, terus menerus, siang
sama dengan malam dan batuk pilek sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit.
Keluhan sesak tidak disertai dengan muntah, kejang ataupun penurunan
kesadaran. BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Karena keluhan panas badannya, 2 hari sebelum masuk rumah sakit
penderita dibawa berobat ke bidan dan diberi sirup obat penurun panas 3 x ½
sendok teh. Tetapi karena tidak ada perbaikan, dan tampak sesak penderita dibawa
ke IGD RSUD Majalaya.
Penderita baru pertama kali sakit seperti ini. Pasien diketahui memiliki
riwayat tersedak beberapa minggu sebelumnya saat meminum susu melalui botol
saat berbaring. Riwayat kontak dengan penderita dewasa batuk lama atau berdarah
disangkal. Riwayat batuk, pilek lama dan berulang disangkal. Rumah penderita
permanen, lantai keramik, ukuran 8x10 m, ventilasi cukup, sinar matahari masuk
ke dalam ruangan, terdapat kaca. Rumah keluarga pasien dihuni oleh 5 orang
anggota keluarga. Ayah pasien merupakan seorang perokok aktif, jarang
mengganti baju sebelum menggendong pasien. Pendapatan orangtua tidak tetap,
ayah pasien adalah seorang supir dengan penghasilan Rp. 3.000.000/bln.
Pasien merupakan anak pertama dari ibu P1A2, lahir spontan, letak kepala,
cukup bulan, dibantu oleh bidan, langsung menangis, berat badan lahir cukup.
Selama kehamilan ibu pasien rutin kontrol ke bidan dan tidak mengalami sakit
apapun dan tidak mengonsumsi obat yang dibeli sendiri tanpa resep dokter.
Riwayat imunisasi lengkap sesuai usia, riwayat tumbuh kembang sesuai usia.
Pasien saat ini sudah bisa berdiri sendiri, dan mengatakan beberapa kata seperti
”papa”, ”mama”.

PEMERIKSAAN FISIK
● Keadaan Umum
○ Compos mentis, tampak sakit sedang
● Tanda-tanda Vital
○ Tekanan Darah: (tidak dilakukan)
○ Nadi: 138x/menit
○ Respirasi: 42x/menit
○ Suhu: 38.3 o C
○ SpO2: 90% Room Air
● Antropometri
• BB= 7,8 kg
• PB= 76 cm
• BMI= 13,5 kg/m2
• Status Gizi
• BB/U= di bawah -1 SD
• PB/U= di atas garis median (normal)
• BMI/U= di bawah -2 SD
● Kepala
• Mata: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, palpebral
edema (-)
• Hidung: pernapasan cuping hidung (-/-); Cavum Nasi +/+ secret
serous
• Mulut: tidak ada perioral sianosis
● Leher
• Tidak ada pembesaran KGB
• Kelenjar tiroid tidak teraba membesar
• Retraksi suprasternal (-)
● Thoraks
• Bentuk dan Gerak simetris
• Retraksi intercostal -/-; Retraksi substernal -/-
• Pulmo: VBS kanan=kiri, Slem +/+, Crakcles +/+, Wheezing -/-
• Cor : bunyi jantung S1 S2 reguler, tidak ada murmur
● Abdomen
• Datar, lembut, retraksi epigastrium (-)
• Bising Usus (+), normal
• Hepar dan lien tidak teraba
● Ekstremitas
• Akral hangat, akrosianosis (-)
• Capillary refill time <2 detik
• Genitalia dan Anus
• Perempuan; dalam batas normal
• Pemeriksaan Neurologis:
• dalam batas normal

Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi rutin:

• Hb 9,8 g/dL

• Leukosit 7200/mm3

• Hematokrit 32%

• Eritrosit 3,9 x 106/mm3


• Trombosit 123.000/mm3

Kimia darah

• GDS 86 g/dL

Diagnosis Banding
○ Bronkopneumonia
○ TBC paru aktif
Diagnosis Kerja
Bronkopneumonia
Usulan pemeriksaan
Rontgent Thorax
Kultur darah dan tes resistensi antibiotic
Tata Laksana

● Oksigen Lembab 2L/menit melalui nasal cannule

● Ampicillin 4 x 390mg (50 mg/kgbb/dosis)

● Gentamicin 1 x 60mg (7,5 mg/kgbb/dosis)

● Paracetamol 3 x ¾ cth jika demam

● Kebutuhan cairan (BB= 7,8kg): 780cc/hari  ~33 tetes/menit

PEMBAHASAN

DEFINISI
Penyakit peradangan akut pada paru yang disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan
sebagian kecil disebabkan oleh penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan
konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.
KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi lesi di paru


a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia interstitialis
c. Bronkopneumonia

Berdasarkan asal infeksi

a. Community acquired pneumonia


b. Hospital-based pneumonia

Berdasarkan mikroorganisme penyebab

a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur

Berdasarkan karakteristik penyakit

a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal

Berdasarkan lama penyakit

a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
ETIOLOGI

MANIFESTASI KLINIS

● Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat ringan
infeksi

● Gejala infeksi umum: demam, sakit kepala, gelisah, malaise, nafsu makan ↓,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare.

● Gejala gangguan respiratori: batuk, sesak napas, retraksi dinding dada,


takipnea, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis.
PEMERIKSAAN FISIK

● Neonatus: sering dijumpai takipnea, grunting, pernapasan cuping hidung, retraksi


dinding dada, sianosis, dan malas menetek

● Bayi yang lebih besar: jarang ditemukan grunting. Gejala lain yang sering
terlihat adalah batuk, panas, dan iritabel

● Anak prasekolah: selain gejala di atas, dapat ditemukan batuk


produktif/nonproduktif, dispnea

● Anak sekolah dan remaja: dapat dijumpai nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi,
dan letargi

Pemeriksaan Penunjang: Laboratories & Imaging Studies

a) Radiologi

Foto rontgen toraks frontal dan lateral dibutuhkan untuk menentukan

lokasi penyakit dan memvisualisasikan infiltrat retrokardiak; mereka

direkomendasikan untuk diagnosis pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit

tetapi tidak penting untuk diagnosis pada pasien rawat jalan yang terlihat sehat.

Foto Rontgen toraks proyeksi posterior-anterior (PA) merupakan dasar diagnosis

utama pneumonia. Foto lateral dibuat bila diperlukan informasi tambahan (tidak

rutin dilakukan).

Foto Rontgen toraks tidak dapat membedakan antara pneumonia bakteri dan

pneumonia virus.

o Gambaran radiologis yang klasik dapat berupa:

 Konsolidasi lobar atau segmental disertai air bronchogram,

biasanya disebabkan infeksi Pneumoccocus spp. atau bakteri lain.


 Pneumonia interstisial, biasanya karena virus atau mikoplasma;

gambaran berupa corakan bronkovaskular bertambah,

peribronchial cuffing, dan overaeration; bila berat terjadi patchy

consolidation karena atelektasis.

 Gambaran difus bilateral, corakan peribronkial bertambah, dan

infiltrate halus sampai ke perifer.

 Gambaran pneumonia karena S. aureus biasanya menunjukkan

pneumatokel.

b) Laboratorium

 Jumlah leukosit >15.000/µL dengan dominasi neutrofil sering didapatkan

pada pneumonia bakteri, tetapi dapat pula karena pneumonia nonbakteri.

 Diagnosis pasti pneumonia bakterial yaitu dengan isolasi mikroorganisme

dari paru, cairan pleura, atau darah. Pengambilan spesimen dari paru

sangat invasif dan tidak rutin diindikasikan dan dilakukan.

 Pemeriksaan C-reactive protein perlu dipertimbangkan pada pneumonia

dengan komplikasi dan dapat bermanfaat untuk melihat respons antibiotic.


 Tidak dapat membedakan pneumonia akibat virus atau bakteri.

c) Pemeriksaan mikrobiologis

 Pemeriksaan biakan darah dilakukan pada anak yang dicurigai menderita

pneumonia bakteri, pneumonia berat, pneumonia dengan komplikasi.

 Hasil (+) hanya didapatkan pada 10–30% kasus.

 Kultur darah hanya (+) pada 10−30% kasus.

d) Pemeriksaan sputum

o Walaupun kurang berguna, tetapi jika anak memungkinkan untuk

mengeluarkan sputum, periksa preparat gram.

o Rapid test untuk deteksi antigen bakteri mempunyai spesifisitas dan

sensitivitas rendah. Saat ini di RSHS tidak tersedia dan tidak dilakukan.

Tatalaksana

Tatalaksana Pneumonia Berat

 Rawat di rumah sakit

 Pemberian oksigen bila saturasi O2 <90%

 Tatalaksana patensi jalan napas

 Pemberian antibiotik

 Terapi demam
Perawatan Umum di Rumah Sakit

Terapi oksigen

 Bayi dan anak yang mengalami hipoksia mungkin tidak tampak sianosis

 Agitasi mungkin menjadi indikasi hipoksia

 Oksigen diberikan pada penderita dengan saturasi oksigen <90% pada

udara kamar untuk mempertahankan saturasi oksigen ≥90%, dan pada

penderita dengan distres napas

Analgetik antipiretik

Anak yang terkena infeksi saluran respiratori bagian bawah akut umumnya

mengalami pireksia dan dapat merasakan nyeri.

Terapi Cairan

 Anak yang tidak mampu mempertahankan asupan cairan akibat sesak atau

kelelahan memerlukan terapi cairan

 Pipa nasogastrik dapat memengaruhi pernapasan dan karena itu harus

dihindari pada anak yang sakit berat, terutama bayi dengan lubang hidung

yang kecil

 Penderita yang muntah-muntah atau sakit berat memerlukan cairan i.v.

 Bila diperlukan, cairan i.v. diberikan 80% dari kebutuhan basal dan perlu

dipantau elektrolit serum


Rekomendasi antibiotik menurut WHO

Menurut WHO tahun 2014, antibiotik yang diberikan pada pneumonia

dapat dibedakan menjadi:

 Pneumonia

o Prevalensi HIV ↑ Amoxicillin oral 40 mg/kg/dosis, 2 kali sehari,

selama 5 hari

o Prevalensi HIV ↓ Amoxicillin oral 40 mg/kg/dosis, 2 kali sehari,

selama 3 hari

 Pneumonia berat (retraksi)

o Anak 2-59 bulan  Amoxicillin oral 40 mg/kg/dosis, 2 kali sehari,

selama 5 hari

 Pneumonia sangat berat

o Anak 2-59 bulan  Ampicillin 50 mg/kg or benzylpenicillin 50 000 U/kg

IM atau IV setiap 6 jam selama min 5 hari dan gentamicin 7.5 mg/kg IM

or IV 1 kali sehari selama minimal 5 hari

o Gagal terapi lini pertama: ceftriaxone (80 mg/kg IM atau IV 1 kali sehari)

 Pneumonia berat dengan HIV

o Ampicillin plus gentamicin IM atau IV selama 10 hari

o Tidak membaik dalam 48 jamceftriaxone 80 mg/kg IV sekali sehari

selama 30 menit

o Anak 2 bulan – 1 tahun (suspected pneumocystis jirovecii pneumonia-

PCP), berikan juga co-trimoxazole (8 mg/kg trimethoprim and 40 mg/kg


sulfamethoxazole IV setiap 8 jam atau per oral 3 kali sehari) selama 3

minggu

o Indikasi Penderita Dipulangkan

 Perbaikan secara klinis, nafsu makan membaik, bebas

demam 12–24 jam,

 stabil,

 saturasi O2 >92% dalam udara ruangan selama 12–24 jam

(tanpa O2),

 orangtua sudah mengerti untuk melanjutkan pemberian

antibiotik oral

Pencegahan

 Vaksinasi dengan vaksin pertusis (DTP), campak, pneumokokus, dan H.

influenza

 Vaksin influenza untuk bayi >6 bl dan usia remaja

 Untuk orangtua atau pengasuh bayi <6 bl disarankan untuk diberikan

vaksin influenza dan pertussis

Komplikasi

 Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam

rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau

penyebaran bakteremia dan hematologi.


 Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis adalah komplikasi yang

jarang dari penyebaran infeksi hematologi.

Anda mungkin juga menyukai