Anda di halaman 1dari 6

TUGAS

MINI C-EX

Oleh:
Ivena (130110150100)
Kelompok Majalaya

Penguji:
Diah Asri Wulandari, dr., Sp.A(K)

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2019
1. Dasar diagnosis tifoid?
Gejala klinis yang mungkin terjadi:
 Demam  Insomnia
 Sakit kepala  Hepatomegali
 Kelemahan  Splenomegaly
 Nausea  Penurunan Kesadaran
 Nyeri abdomen  Bradikardia relative
 Anorexia  Kesadaran berkabut
 Muntah  Feses berdarah
 Gangguan gastrointestinal
Diagnosis klinis tifoid diklasifikasikan atas 2:
a. Suspek demam tifoid (suspect case)
Dengan anamnesis, pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran
cerna dan petanda gangguan kesadaran. Jadi sindrom tifoid didapatkan belum
lengkap. Diagnosis suspek tifoid hanya dibuat pada pelayanan kesahatan dasar
b. Demam tifoid klinis (probable case)
Telah didapatkan gejala klinis yang lengkap atau hamper lengkap, serta didukung
oleh gambaran laboratorium yang menunjukkan tifoid.
Kasus yang telah dikonfirmasi dengan biakkan S, typhi. PCR Dna S. typhi, atau kenanikan
serum 4 kali lipat pada pemeriksaan Widal II, 5-7 hari kemudian

2. Patofisiologi nyeri perut pada tifoid

3. Patofisiologi nyeri epigastrium pada dengue?

4. DD demam yang disertai dengan nyeri perut?


Gastroenteritis
Hepatitis akut
Dengue

5. Pemantauan gejala demam tifoid? Kapan rose spot mulai muncul?


6. Temuan pada pemeriksaan fisik yang mendukung demam tifoid? (selain typhoid
tongue dan rose spots)

7. Vaksin Typhim Vi diulang berapa kali?


Diulang setiap 3 tahun.
Tambahan: Vaksin ini mengandung polisakarida Vi dari kapsul bakteri Salmonella. Vaksin
dapat mencapai level protektif (memberikan perlindungan pada tubuh) setelah 2-3 minggu
pemberian, dan dapat diberikan pada usia >2 tahun. Vaksin tersedia dalam syringe siap pakai
(suntikan) 0,5ml yang berisi 25 mikrogram antigen Vi dalam buffer fenol isotonik. Vaksin
diberikan secara intramuskular (IM, suntikan ke dalam otot) di deltoid (lengan atas). Vaksinasi
ulangan dilakukan setiap 3 tahun. Kontra indikasi vaksin, yaitu pada keadaan hipersensitif
terhadap vaksin, ibu hamil, dan anak <2 tahun.

8. Apa efek samping pemberian Chloramphenicol?


Supresi sumsum tulang belakang

9. Berapakah dosis maksimum Chloramphenicol?


2-gram dalam 1 hari

10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dpaat digunakan untuk mendiagnosis tifoid,
beserta indikasi dilakukannya dan kapan pengambilan sampelnya? (Gold standard)
a. Biakkan darah: dibiakkan pada agar MacConkey dan dilihat adanya pertumbuhan bakteri
yang tidak memfermentasikan laktosa, gram negative dan menunjukkan gerak positif.
Membutuhkan waktu 5-7 hari. Spesimen diambil pada minggu 1 sakit saat demam
tinggi.
b. Biakkan bekuan darah
c. Biakkan cairan empedu, penting untuk mendeteksi adanya karier dan pada stadium lanjut
penyakit.
d. Biakkan tinja. Positif selama masa sakit, namun biasanya diperiksa pada minggu ke 2
dan minggu-minggu selanjutnya. Biakkan tinja lebih berguna pada penderita yang
sedang diobati dengan kloramfenikol terutama untuk mendeteksi karier
e. Biakkan air kemih. Kurang berguna dibandingkan dengan biakkan darah dan tinja.
Biakkan air kemih positif pada minggu sakit ke 2 dan 3.
f. Serologis widal. Melihat reaksi antigen dengan agglutinin yang merupakan antibody
spesifik terhadap komponen basil Salmonella di dalam darah manusia (saat sakit, karier,
atau pasca vaksinasi). Prinsip test ini adalah terjadinya reaksi aglutiansi antara antigen
dan agglutinin yang dideteksi yakni agglutinin O dan H. Aglutinin O mulai dibentuk
pada akhir minggu pertama demam sampai puncaknya pada minggu ke 3 sampai ke 5.
Agglutinin ini dapat bertahan sampai 6-12 bulan. Agglutinin H mencapai puncak lebih
lambat minggu ke 4-6 dan menetap dalam wkatu lebih lama, sampai 2 tahun kemudian.
g. Pemeriksaan lain:
- Pemeriksaan pelacak DNA S. typhi dengan PCR (Polymerase Chain Reaction)
DNA basil diidentifikasikan dnegannteknik hibridasi asam nukleat atau amplifikasi
DNA. Tidak dapat menunjukkan infeksi akut, karena PCR tidak dapat membedakan
basil yang hidup dengan yang mati. Oleh karena biaya yang mahal, test ini tidak
dianjurkan untuk pelayanan rutin.
- Typhi Dot EIA (immunoblotting)
- Serologi IgM

11. Perbedaan masing pemeriksaan penunjang tifoid? Apa yang dicari dari masing
pemeriksaan?

12. Kapan pemeriksaan tifoid melalui sampel urin dan feses diperlukan?

13. Apa saja komplikasi dari demam tifoid? Apakah dapat menyebabkan komplikais
pneumonia?
a. Tifoid toksik, penderita dengan sindrom demam tifoid dengan panas tinggi yang disertai
dengan kekacauan mental hebat, penurunan kesadaran, mulai dari delirium sampai koma
b. Syok septik, penderitan dengan sindrom tifoid, panas tinggi serta gejala-gejala toksemia
berat. Didapatkan gejala hemodinamik seperti tensi turun, nadi halus dan cepat,
keringatan dan akral yang dingin.
c. Perdarahan. Kmplikasi perdarahan ini ditandai dengan hematoshezia, tapi dapat juga
diketahui dengan pemeriksaan laboratorium terhadap feses (occult blood test).
d. Perforasi. Komplikasi perforasi ini ditandai dengan gejala gejala akut abdomen dan
peritonitis. Didapatkan gas bebas dalam rongga perut yang dibantu dengan pemeriksaan
klinis bedah dan foto polos abdomen 3 sisi.
e. Hepatitis tifosa, adalah diagnosis klinis dimana didapatkan kelainan yakni icterus,
hepatomegali dan kelainan test fungsi hati.
f. Pankreatitis tifosa, adalah diagnosis klinis dimana didapatkan petada pankreatitis akut
dengan peningkatan enzim amilase dan lipase. Dapat dibantu dengan USG atau CT scan
g. Pneumonia

14. Apakah perbedaan rhinitis dan common cold?

15. Pemberian BCG apakah boleh di tempat lain (di paha)?

16. Klasifikasi malnutrisi?


Penilaian status gizi anak balita menggunakan indeks antropometri BB untuk TB atau BB
untuk PB (BB/TB atau BB/PB) yang merefleksikan proporsi tubuh dan sensitif
menggambarkan gangguan pertumbuhan akut. Selain itu, digunakan indeks antropometri
tinggi atau PB untuk usia (TB/U atau PB/U) yang merefleksikan kondisi pertumbuhan linier
dan menggambarkan gangguan tumbuh jangka panjang. Standar yang digunakan untuk
pembanding pada anak balita adalah kurva WHO Child Growth Standard (WCGS) 2006.
Untuk menghindari tidak terdeteksinya KEP berat jenis kwashiorkor, digunakan juga aspek
klinis.
KEP Sedang KEP Berat

Edema Simetris Tidak Ya,


Kwashiorkor

BB/TB (Z-skor) -2 s.d. -3 SD (kurus) <-3 SD marasmus


(sangat kurus)

TB/U (Z-skor -2 s.d. -3 SD (pendek) <-3 SD (sangat pendek)

Untuk anak >5 th, sebagai pembanding digunakan referensi kurva pertumbuhan WHO 2007
dan menggunakan indeks antropometri BMI untuk usia (BMI/U) sebagai pengganti BB/TB.

17. Pembagian penyebab malnutrisi secara garis besar?


Etiologi Kurang Energi Protein
Primer: kekurangan konsumsi karena tidak tersedia bahan makanan
Sekunder: kekurangan kalori-protein akibat penyakit (misal penyakit infeksi, ginjal, hati,
jantung, paru, dll.)

Anda mungkin juga menyukai