Anda di halaman 1dari 7

1.

Sebutkan 5 jenis golongan sediaan steril untuk kegunaan parenteral menurut FI ed


IV beserta contohnya!

2. Sebutkan contoh zat pembawa pada sediaan injeksi!

3. Apa saja syarat minyak untuk injeksi?

4. Mengapa diperlukan pengaturan pH pada larutan injeksi?

5. A. Apa yang dimaksud dengan hipotonis, hipertonis?


B. Apa yang akan terjadi jika larutan injeksi hipertonis dan hipotonis?

6. Pada kondisi bagaimana zat bakterisida perlu ditambahkan pada sediaan steril dan
pada kondisi bagaimana zat bakterisida tidak perlu ditambahkan pada sediaan
steril?

7. Jelaskan kegunaan stabilisator pada larutan injeksi?

8. Jelaskan mengenai wadah dan tutup pada sediaan injeksi?

9. Gambarkan skema pembuatan larutan injeksi aseptik dan non-aseptik!

10. Apa yang dimaksud dengan pirogen darimana sumber pirogen?


b. Bagaimana cara menghilangkan pirogen?
c. Bagaimana cara untuk mencegah terjadinya pirogen?
d. Bagaimana uji pirogenitas?

Dikumpulkan rabu depan 20/01/2016


Selamat mengerjakan ^.^ semangaaat!!!

1. Dalam FI.ed.IV, sediaan steril untuk kegunaan parenteral digolongkan menjadi 5 jenis yang
berbeda :
1. Sediaan berupa larutan dalam air / minyak / pelarut organik yang lain yang digunakan untuk
injeksi, ditandai dengan nama, Injeksi................
Dalam FI.ed.III disebut berupa Larutan. Misalnya :
Inj. Vit.C, pelarutnya aqua pro injection
Inj. Camphor oil , pelarutnya Olea neutralisata ad injection
Inj. Luminal, pelarutnya Sol Petit atau propilenglikol dan air

2 Sediaan padat kering (untuk dilarutkan) atau cairan pekat tidak mengandung dapar,
pengencer atau bahan tambahan lain dan larutan yang diperoleh setelah penambahan pelarut
yang sesuai memenuhi persyaratan injeksi, ditandai dengan nama , ...................Steril.
Dalam FI.ed..III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah zat
pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan larutan yang memenuhi syarat larutan
injeksi. Misalnya : Inj. Dihydrostreptomycin Sulfat steril
3 Sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai membentuk larutan yang
memenuhi persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang
sesuai, ditandai dengan nama , ............ Steril untuk Suspensi.
Dalam FI.ed.III disebut berupa zat padat kering jika akan disuntikkan ditambah zat
pembawa yang cocok dan steril, hasilnya merupakan suspensi yang memenuhi syarat
suspensi steril. Misalnya : Inj. Procaine Penicilline G steril untuk suspensi.

4 Sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara
intravena atau ke dalam saluran spinal, ditandai dengan nama , Suspensi.......... Steril.
Dalam FI.ed.III disebut Suspensi steril ( zat padat yang telah disuspensikan dalam pembawa
yang cocok dan steril) .
Misalnya : Inj. Suspensi Hydrocortisone Acetat steril

5 Sediaan berupa emulsi, mengandung satu atau lebih dapar, pengencer atau bahan tambahan
lain, ditandai dengan nama, ............. Untuk Injeksi.
Dalam FI.ed.III disebut bahan obat dalam pembawa cair yang cocok, hasilnya merupakan
emulsi yang memenuhi semua persyaratan emulsi steril. Misalnya : Inj. Penicilline Oil untuk
injeksi

2. Zat pembawa / zat pelarut


Dibedakan menjadi 2 bagian :
a) Zat pembawa berair
Umumnya digunakan air untuk injeksi. Disamping itu dapat pula digunakan injeksi NaCl,
injeksi glukosa, injeksi NaCl compositus, Sol.Petit. Menurut FI.ed.IV, zat pembawa
mengandung air, menggunakan air untuk injeksi, sebagai zat pembawa injeksi harus
memenuhi syarat Uji pirogen dan uji Endotoksin Bakteri. NaCl dapat ditambahkan untuk
memperoleh isotonik. Kecuali dinyatakan lain, Injeksi NaCl atau injeksi Ringer dapat
digunakan untuk pengganti air untuk injeksi.

Air untuk injeksi ( aqua pro injection ) dibuat dengan cara menyuling kembali air suling
segar dengan alat kaca netral atau wadah logam yang dilengkapi dengan labu percik.
Hasil sulingan pertama dibuang, sulingan selanjutnya ditampung dalam wadah yang
cocok dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk untuk injeksi,
harus disterilkan dengan cara Sterilisasi A atau C segera setelah diwadahkan.

Air untuk injeksi bebas udara dibuat dengan mendidihkan air untuk injeksi segar selama
tidak kurang dari 10 menit sambil mencegah hubungan dengan udara sesempurna
mungkin, didinginkan dan segera digunakan. Jika dimaksudkan sebagai pelarut serbuk
untuk injeksi , harus disterilkan dengan cara sterilisasi A, segera setelah diwadahkan.

b) Zat pembawa tidak berair


Umumnya digunakan minyak untuk injeksi (olea pro injection) misalnya Ol. Sesami, Ol.
Olivarum, Ol. Arachidis.

Pembawa tidak berair diperlukan apabila :


(1) Bahan obatnya sukar larut dalam air
(2) Bahan obatnya tidak stabil / terurai dalam air.
Dikehendaki efek depo terapi.

3. Syarat-syarat minyak untuk injeksi adalah :


(1) Harus jernih pada suhu 100 .
(2) Tidak berbau asing / tengik
(3) Bilangan asam 0,2 - 0,9
(4) Bilangan iodium 79 - 128
(5) Bilangan penyabunan 185 - 200
(6) Harus bebas minyak mineral
(7) Memenuhi syarat sebagai Olea Pinguia yaitu cairan jernih atau massa padat yang
menjadi jernih diatas suhu leburnya dan tidak berbau asing atau tengik

Obat suntik dengan pembawa minyak, tidak boleh disuntikkan secara i.v , hanya boleh
secara i.m.

4. Pengaturan pH larutan injeksi diperlukan untuk :


1. Menjamin stabilitas obat, misalnya perubahan warna, efek terapi optimal obat,
menghindari kemungkinan terjadinya reaksi dari obat.
2. Mencegah terjadinya rangsangan / rasa sakit waktu disuntikkan.
Jika pH terlalu tinggi (lebih dari 9) dapat menyebabkan nekrosis jaringan (jaringan
menjadi mati), sedangkan pH yang terlalu rendah (di bawah 3) menyebabkan rasa sakit
jika disuntikkan. misalnya beberapa obat yang stabil dalam lingkungan asam :
Adrenalin HCl, Vit.C, Vit.B1 .
5. Hipotonis : tekanan osmotis larutan obat < tekanan osmotis cairan tubuh
Hipertonis : tekanan osmotis larutan obat > tekanan osmotis cairan tubuh
Jika larutan injeksi mempunyai tekanan osmotis lebih besar dari larutan NaCl 0,9 % b/v,
disebut " hipertonis ", jika lebih kecil dari larutan NaCl 0,9 % b/v disebut " hipotonis " .
Jika larutan injeksi yang hipertonis disuntikkan, air dalam sel akan ditarik keluar dari sel ,
sehingga sel akan mengkerut, tetapi keadaan ini bersifat sementara dan tidak akan
menyebabkan rusaknya sel tersebut.

Jika larutan injeksi yang hipotonis disuntikkan, air dari larutan injeksi akan diserap dan
masuk ke dalam sel, akibatnya dia akan mengembang dan menyebabkan pecahnya sel itu
dan keadaan ini bersifat tetap. Jika yang pecah itu sel darah merah, disebut " Haemolisa ".
Pecahnya sel ini akan dibawa aliran darah dan dapat menyumbat pembuluh darah yang kecil.

6. Zat bakterisida perlu ditambahkan jika :


1. Bahan obat tidak disterilkan, larutan injeksi dibuat secara aseptik.
2. Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara penyaringan melalui penyaring bakteri steril.
3. Bila larutan injeksi disterilkan dengan cara pemanasan pada suhu 980 – 1000 selama 30
menit.
4. Bila larutan injeksi diberikan dalam wadah takaran berganda.
Zat bakterisida tidak perlu ditambahkan jika :
1. sekali penyuntikan melebihi 15 ml.
2. Bila larutan injeksi tersebut sudah cukup daya bakteriostatikanya ( tetes mata Atropin Sulfat
dalam pembawa asam borat, tak perlu ditambah bakterisida, karena asam borat dapat
berfungsi pula sebagai antiseptik ).
3. Pada penyuntikan : intralumbal, intratekal, peridural, intrasisternal, intraarterium dan
intrakor

7. Digunakan untuk menjaga stabilitas larutan injeksi dalam penyimpanan. Stabilisator


digunakan untuk :
(1) Mencegah terjadinya oksidasi oleh udara, dengan cara :
(a) Mengganti udara di atas larutan injeksi dengan gas inert, misalnya gas N2 atau gas CO2.
(b) Menambah antioksidant untuk larutan injeksi yang tidak tahan terhadap O2 dari udara.
Contohnya : penambahan Na-metabisulfit / Na-pirosulfit 0,1 % b/v pada larutan injeksi
Vit.C, Adrenalin dan Apomorfin.
(2) Mencegah terjadinya endapan alkaloid oleh sifat alkalis dari gelas. Untuk ini dapat dengan
menambah chelating agent EDTA ( Etilen Diamin Tetra Asetat ) untuk mengikat ion logam
yang lepas dari gelas / wadah kaca atau menambah HCl sehingga bersuasana asam.
(3) Mencegah terjadinya perubahan pH dengan menambah larutan dapar.
(4) Menambah / menaikkan kelarutan bahan obat, misalnya injeksi Luminal dalam Sol.Petit,
penambahan Etilendiamin pada injeksi Thiophyllin.

8. Wadah dan tutup


Dibedakan : wadah untuk injeksi dari kaca atau plastik.
Dapat juga dibedakan lagi menjadi :
 Wadah dosis tunggal ( single dose ), wadah untuk sekali pakai misalnya ampul.
 Ditutup dengan cara melebur ujungnya dengan api sehingga tertutup kedap tanpa
penutup karet.
 Wadah dosis ganda ( multiple dose ), wadah untuk beberapa kali penyuntikan,
umumnya ditutup dengan karet dan alumunium, misalnya vial ( flakon ) , botol.

Wadah kaca
Syarat wadah kaca :
1. Tidak boleh bereaksi dengan bahan obat
2. Tidak boleh mempengaruhi khasiat obat.
3. Tidak boleh memberikan zarah / partikel kecil ke dalam larutan injeksi.
4. Harus dapat memungkinkan pemeriksaan isinya dengan mudah.
5. Dapat ditutup kedap dengan cara yang cocok.
6. Harus memenuhi syarat " Uji Wadah kaca untuk injeksi "

Wadah plastik
Wadah dari plastik ( polietilen, polipropilen ) .
Keuntungan :
netral secara kimiawi, tidak mudah pecah dan tidak terlalu berat hingga mudah
diangkut, tidak diperlukan penutup karet.
Kerugian :
dapat ditembus uap air hingga kalau disimpan akan kehilangan air, juga dapat ditembus
gas CO2.
Wadah plastik disterilkan dengan cara sterilisasi gas dengan gas etilen oksida.

Tutup karet
Digunakan pada wadah dosis ganda yang terbuat dari gelas / kaca. Tutup karet dibuat dari
karet sintetis atau bahan lain yang cocok. Untuk injeksi minyak , tutup harus dibuat dari
bahan yang tahan minyak atau dilapisi bahan pelindung yang cocok.
Syarat tutup karet yang baik adalah bila direbus dalam otoklaf, maka :
a. Karet tidak lengket / lekat, dan jika ditusuk dengan jarum suntik, tidak melepaskan
pecahannya serta segera tertutup kembali setelah jarum suntik dicabut.
b. Setelah dingin tidak boleh keruh.
c. Uapnya tidak menghitamkan kertas timbal asetat ( Pb-asetat ).

9. 1. Cara aseptic :
Digunakan kalau bahan obatnya tidak dapat disterilkan, karena akan rusak atau mengurai.
Caranya :
Zat pembawa, zat pembantu, wadah, alat-alat dari gelas untuk pembuatan, dan yang
lainnya yang diperlukan disterilkan sendiri-sendiri. Kemudian bahan obat, zat pembawa,
zat pembantu dicampur secara aseptik dalam ruang aseptik hingga terbentuk larutan
injeksi dan dikemas secara aseptik.

Skema pembuatan secara aseptik


Bahan obat Zat Zat
pembawa ( pembantu (
steril ) steril )
Alat untuk
pembuatan
( gelas )

Dicuci → disterilkan → Dilarutkan
( ruang
steril )
wadah ( ampul, ↓
vial )

Dicuci → disterilkan → Diisi

Ditutup
kedap

Dikarantina

Diberi etiket dan Diperiksa
dikemas
2. Cara non-aseptik ( NASTERIL ).
Dilakukan sterilisasi akhir
Caranya :
bahan obat dan zat pembantu dilarutkan ke dalam zat pembawa dan dibuat larutan
injeksi. Saring hingga jernih dan tidak boleh ada serat yang terbawa ke dalam filtrat
larutan. Masukkan ke dalam wadah dalam keadaan bersih dan sedapat mungkin aseptik,
setelah dikemas, hasilnya disterilkan dengan cara yang cocok.

Skema pembuatan secara non-aseptik :


Bahan obat Zat Zat
pembawa pembantu

Alat untuk
pembuatan
( gelas )

Dicuci Dilarutkan
( ruang
steril )

wadah ( ampul, Disaring
vial ) ↓

Dicuci Diisi

Ditutup
kedap

Disterilkan

Dikarantina

Diberi etiket dan Diperiksa
dikemas

10. Pirogen : Berasal dari kata Pyro dan Gen artinya pembentuk demam / panas. Pirogen
adalah Zat yang terbentuk dari hasil metabolisme mikroorganisme ( bangkai mikroorganisme )
berupa zat eksotoksin dari kompleks Polisacharida yang terikat pada suatu radikal yang
mengandung unsur Nitrogen dan Posfor, yang dalam kadar 0,001 – 0,01 gram per kg berat
badan, dapat larut dalam air, tahan pemanasan, dapat menimbulkan demam jika disuntikkan.
(reaksi demam setelah 15 menit sampai 8 jam). Pirogen bersifat termolabil. Larutan injeksi yang
pemakaiannya lebih dari 10 ml satu kali pakai, harus bebas pirogen.
Cara menghilangkan pirogen
1. Untuk alat / zat yang tahan terhadap pemanasan ( jarum suntik, alat suntik dll.)
dipanaskan pada suhu 2500 selama 30 menit

2. Untuk aqua p.i ( air untuk injeksi ) bebas pirogen :


a. Dilakukan oksidasi :
 Didihkan dengan larutan H2O2 1 % selama 1 jam.
 1 liter air yang dapat diminum, ditambah 10 ml larutan KMnO4 0,1 N dan 5 ml
larutan 1 N, disuling dengan wadah gelas, selanjutnya kerjakan seperti
pembuatan Air untuk injeksi.
b. Dilakukan dengan cara absorpsi :
Saring dengan penyaring bakteri dari asbes. Lewatkan dalam kolom Al2O3 Panaskan
dalam Arang Pengabsorpsi 0,1 % ( Carbo adsorbens 0,1% pada suhu 600 selama 5 –
10 menit ( literatur lain 15 menit ) sambil sekali-sekali diaduk, kemudian disaring
dengan kertas saring rangkap 2 atau dengan filter asbes.

Cara mencegah terjadinya pirogen :


1. Air suling segar yang akan digunakan untuk pembuatan air untuk injeksi harus segera
digunakan setelah disuling.
2. Pada waktu disuling jangan ada air yang memercik
3. Alat penampung dan cara menampung air suling harus seaseptis mungkin
Sumber pirogen :
1. Air suling yang telah dibiarkan lama dan telah tercemar bakteri dari udara.
2. Wadah larutan injeksi dan bahan-bahan seperti glukosa, NaCl dan Na-sitrat.

Uji pirogenitas :
dengan mengukur peningkatan suhu badan kelinci percobaan yang disebabkan penyuntikan
i.v sediaan uji pirogenitas. Jumlah kelinci percobaan bisa 3, 6, 9, 12 ( secara detailnya lihat
FI.ed.II )

Anda mungkin juga menyukai