Anda di halaman 1dari 15

A.

Analisis dan Interpretasi Data

1. Permasalahan

Permasalahan yang ditemukan dalam penelitian bahwa pengelolaan

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) tahun 2015, 2016 dan

2017 terjadi ketidakstabilan kinerja Pemerintah Kabupaten Sumba Barat

Daya untuk meningkatkan Pendapatan Anggaran Daerah (PAD). Hal ini

terbukti dari Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja dimana

pada Tahun 2015 Pendapatan Asli Daerah sebesar 90,84% dan pada

Tahun 2016 menurun sebesar 78,26% sedangkan pada Tahun 2015

meningkat sebesar 98,36%. Penyebab dari ketidakstabilan kinerja

Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya adalah karena realisasi pajak

daerah tahun 2016 dan realisasi retribusi daerah tahun 2017 yang tidak

mencapai target. Kesadaran dan partisipasi masyarakat akan pembayaran

pajak dan retribusi juga salah satu hal yang menyebabkan PAD yang

dihasilkan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya sedikit. Hal ini

akan mengakibatkan terhambatnya program-program pembangunan dan

pengembangan daerah Kabupaten Sumba Barat Daya.

Permasalahan lain yang ditemukan yaitu adanya ketergantungan

yang sangat tinggi dari Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya

terhadap Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur ataupun

Pemerintahan Pusat. Hal ini terbukti pada rasio ketergantungan

keuangan daerah yang terlihat pada table IV.13 halaman 62 dimana

tahun 2015 persentase ketergantungan keuangan daerah sebesar 95 %.

Tahun 2016 mengalami kenaikan dan 2017 persentase ketergantungan


keuangan daerah menurun sebesar 90%. Walaupun pada tahun 2017

persentase ketergantungan keuangan daerah menurun tetapi secara

keseluruhan ketergantungan keuangan daerah Pemerintah Kabupaten

Sumba Barat Daya dikategorikan sangat tinggi karena masih berada pada

kategori >50%. Penyebab permasalahan ini karena Pemerintah

Kabupaten Sumba Barat Daya masih mengandalkan bantuan dari

pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi dan

belum mampu untuk mengolah potensi yang dimiliki. Akibat yang

ditimbulkan dari permasalahan ini kurangnya kemandirian Pemerintah

Daerah dalam mengelola sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang ada dalam teritorial Kabupaten Sumba Barat Daya.

2. Pemecahan Masalah

a. Analisis Varians (Selisih) Anggaran Pendapatan

Analisis varians anggaran pendapatan dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Analisis Varians = Realisasi Pendapatan–Anggaran Pendapatan

Pemerintah daerah dikatakan memiliki kinerja pendapatan yang baik

apabila mampu memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang

dianggarkan. Sebaliknya apabila realisasi pendapatan dibawah

jumlah yang dianggarkan, maka hal itu dinilai kurang baik. Apabila

target pendapatan dapat dicapai bahkan terlampaui, maka hal itu

tidak terlalu mengejutkan karena memang seharusnya demikian.

Tetapi jika target pendapatan tidak tercapai, hal ini butuh penelaahan

lebih lanjut terkait dengan penyebab tidak tercapainya target. Selisih


lebih realisasi pendapatan merupakan selisih yang menguntungkan,

sedangkan selisih kurang merupakan selisih yang tidak

menguntungkan. Hasil dari perhitungan analisisvarians anggaran

pendapatan dapat dilihat pada tabel IV.11 bawah ini:

Tabel IV.11
Varians Anggaran Pendapatan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba
Barat Daya
Tahun 2015-2017
Persentase
Tahun Anggaran Realisasi Selisih (-/+)
(%)
2015 Rp.922.131.818.275,31 Rp.837.653.147.107,30 (Rp.84.478.671.168,01) 90,84%
2016 Rp.922.131.818.275,31 Rp.721.629.396.753,00 Rp.200.502.421.522,31 78,26%
2017 Rp.925.333.207.133,63 Rp.910.142.795.284,10 Rp.15.190.411.849,53 98,36%
Sumber data: BKAD Kabupaten SBD (data yang diolah)
Analisis Varians (Selisih) Anggaran Pendapatan pada tahun 2015

terdapat selisih anggaran pendapatan dengan realisasi yang bersaldo

negatif. Pada tahun 2015 kinerja pemerintah daerah Kabupaten

Sumba Barat Daya dinilai kurang baik dan tidak efektif karena

pendapatan yang diperoleh kurang dari jumlah yang dianggarkan.

Anggaran Pendapatan pada tahun 2016 terdapat selisih anggaran

pendapatan dengan realisasi yang bersaldo positif. Pada tahun 2016

kinerja pemerintah daerah memiliki pendapatan yang baik dan

efektif karena pendapatan yang diperoleh melebihi jumlah yang

dianggarkan. Hal ini disebabkan karenapada pendapatan daerah ada

beberapa aspek yang tidak mencapai target yaitu Pendapatan Asli

Derah (PAD) yang mencakup pajak daerah, dana perimbangan yang

mencakup dana bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak dan dana

alokasi umum, dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup

dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota, dana


penyesuaian dan dana otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari

provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Pada tahun 2017 terdapat

selisih anggaran pendapatan dengan realisasi yang bersaldo positif.

Pada tahun 2017 kinerja pendapatan pemerintah Kabupaten Sumba

Barat Daya dinilai baik dan efektif karena pada tahun 2017

pemerintah mampu mencapai target anggaran yang telah ditetapkan.

Berdasarkan tabel IV.11 halaman 59, analisis varians anggaran

pendapatan pada tahun 2015 realisasi pendapatan yang diperoleh

kurang dari jumlah yang dianggarkan yaitu sebesar 90,84% dari total

APBD. Pada tahun 2016 realisasi pendapatan yang diperoleh lebih

dari jumlah yang dianggarkan yaitu sebesar 78,26% dari total APBD.

Kemudian pada tahun 2017 realisasi pendapatan yang diperoleh

melebihi jumlah yang dianggarkan sebesar 98,36% dari total APBD.

b. Derajat Desentralisasi

Derajat Desentralisasi dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Pendapatan Asli Daerah


Derajat Desentralisasi = x 100%
Total Pendapatan Daerah

Derajat desentralisasi menunjukkan derajat kontribusi PAD

terhadap total penerimaan daerah.Hasil dari perhitungan Derajat

Desentralisasi dapat dilihat pada tabel IV.12 halaman 61.


Tabel IV.12
Derajat Desentralisasi Kabupaten Sumba Barat Daya
Tahun 2015-2017

Pendapatan Total Derajat Kategori


Tahun Derajat
Asli Daerah Pendapatan Daerah Desentralisasi
Desentralisasi
2015 42.315.217.104,31 721.629.396.753,00 6% Sangat Kurang
2016 42.315.217.104,31 837.653.147.107,30 5% Sangat Kurang
2017 94.572.873.937,53 910.142.795.284,10 10% Kurang
Sumber data: BKAD Kabupaten SBD (data yang diolah)
Derajat desentralisasi menunjukkan derajat kontribusi PAD

terhadap total penerimaan daerah. Derajat kontribusi PAD pada

tahun 2015, 2016 dan 2017 Pemerintah Kabupaten Sumba Barat

Daya dikategorikan kurang dan sangat kurang. Hal ini disebabkan

karena penurunan pendapatan pajak dan retribusi daerah sehingga

Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya belum mampu untuk

membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan

pelayanan kepada masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa

kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat akan pembayaran

pajak dan retribusi.

Berdasarkan tabel IV.12 di atas, pada tahun 2015 Derajat

Desentralisasi Pemerintah Kabupaten Belu sebesar 6 %. Pada tahun

2016 mengalami penurunan sebesar 5 %, pada tahun 2015

mengalami kenaikan menjadi 10 %. Dari perhitungan tersebut dapat

di ketahui bahwa derajat desentralisasi Pemerintah Kabupaten

Sumba Barat Daya mengalami penurunan dan kenaikan. Meskipun

mengalami penurunan dan kenaikan namun seluruhnya dapat


dikatakan kemampuan keuangan Pemerintah Kabupaten Sumba

Barat Daya masih sangat kurang karena masih berada pada kategori

5%-10%.

c. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah

Rasio ketergantungan keuangan daerah dapat dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Rasio Ketergantungan Pendapatan Transfer


Keuangan Daerah = x 100%
Total Pendapatan Daerah

Rasio ketergantungan keuangan daerah menunjukkan tingkat

ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat

dan/atau pemerintah provinsi. Hasil dari perhitungan rasio

ketergantungan keuangan daerah dapat dilihat pada tabel IV.13 di

bawah ini:

Tabel IV.13
Ketergantungan Keuangan Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya
Tahun 2015-2017

Pendapatan Total Ketergantungan Kategori


Transfer Pendapatan Keuangan Ketergantungan
Tahun
Daerah Daerah (%) Keuangan
Daerah
2015 677.293.650.226,00 721.629.396.753,00 94% Sangat Tinggi
2016 792.782.821.383,00 837.653.147.107,30 95% Sangat Tinggi
2017 814.779.722.766,10 910.142.795.284,10 90% Sangat Tinggi
Sumber data: BKAD Kabupaten SBD (data yang diolah)
Pada tahun 2015, 2016 dan 2017 tingkat ketergantungan

keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya terhadap


bantuan dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Provinsi Nusa

Tenggara Timur masih sangat tinggi. Bantuan yang diberikan

Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Timur kepada Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya pada tahun

2015 sampai dengan 2017 terdiri atas bantuan pemerintah pusat atau

pemerintah provinsi dan pinjaman yang berupa dana alokasi umum,

dana alokasi khusus, bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah

daerah lainnya serta transfer pemerintah pusat. Hal ini

menggambarkan bahwa Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya

masih tergantung pada bantuan dana dari Pemerintah Pusat dan/atau

Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Dengan adanya

ketergantungan ini mengakibatkan Pemerintah Daerah kurang

mandiri dalam mengelola sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

(PAD) yang ada dalam teritori Kabupaten Sumba Barat Daya.

Berdasarkan tabel IV.13 halaman 62, diketahui bahwa persentase

rasio ketergantungan keuangan daerah tahun 2015 sebesar 94%. Tahun

2016 persentase ketergantungan keuangan daerah meningkat sebesar

95% dan pada tahun 2017 presentase ketergantungan keuangan

daerah menurut sebesar 87%. Walaupun pada tahun 2017 persentase

ketergantungan keuangan daerah menurun tetapi secara keseluruhan

ketergantungan keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Sumba

Barat Daya dikategorikan sangat tinggi karena masih berada pada

kategori >50%.
d. Rasio Efektivitas Pendapatan Asli Daerah

Rasio Efektivitas PAD dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Realisasi Penerimaan PAD


Rasio Efektivitas PAD = x 100%
Target Penerimaan PAD

Rasio efektivitas PAD menunjukkan kemampuan pemerintah

daerah dalam merealisasikan penerimaan PAD sesuai dengan yang

direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan

berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio efektivitas,

maka semakin baik kinerja pemerintah daerah.Hasil dari perhitungan

Rasio Efektivitas PAD dapat dilihat pada tabel IV.14 di bawah ini:

Tabel IV.14
Rasio Efektifitas Pendapatan Asli daerah Kabupaten Sumba Barat
Daya
Tahun 2015-2017
Realisasi
Target Penerimaan Efektivitas Kategori
Penerimaan
Tahun
Efektivitas
PAD PAD PAD
PAD
2015 44.191.272.752,00 42.315.217.104,31 104% Sangat Efektif
2016 43.884.633.957,30 42.315.217.104,31 104% Sangat Efektif
2017 95.909.572.743,00 94.572.873.937,53 101% Sangat Efektif
Sumber data: BKAD Kabupaten SBD (data yang diolah)
Efektivitas Keuangan Pemerintah Kabupaten Belu pada tahun

2015, 2016 dan 2017 sangat efektif. Pemerintah Kabupaten Sumba

Barat Daya dikatakan efektif karena telah berhasil merealisasikan

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan non asli daerah

seperti dana perimbangan pemerintah pusat atau provinsi melalui


dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan bantuan keuangan dari

provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Realisasi pendapatan

tersebut melebihi jumlah yang sudah dianggarkan oleh pemerintah

kabupaten untuk memperoleh pendapatan. Tingkat efektivitas

keuangan daerah digunakan untuk mengukur efektivitas dalam

merealisasikan pendapatan pemerintah kabupaten dan merupakan

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau prestasi yang

dicapai oleh pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya.

Berdasarkan tabel IV.14 halaman 64, dapat diketahui bahwa

persentase rasioefektivitas Keuangan Pemerintah Kabupaten Sumba

Barat Daya pada tahun 2015, 2016 dan 2017 sangat efektif karena

persentase yang diperoleh berada pada kategori di atas 100 %. Pada

tahun 2015 persentase efektivitas PAD sebesar 104 %, tahun 2016

sebesar 104 % dan pada tahun 2017 sebesar 101%.

e. Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah

Rasio Efisiensi PAD dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

Biaya Pemerolehan PAD


Rasio Efisiensi PAD = * 100%
Realisasi Penerimaan PAD

Rasio Efisiensi PAD menggambarkan perbandingan antara

besarnya biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

dengan realisasi pendapatan yang diterima. Semakin kecil nilai rasio

ini maka semakin efisien kinerja pemerintah daerah dalam


melakukan pemungutan Pendapatan Asli Daerah. Hasil dari

perhitungan Rasio Efisiensi PAD dapat dilihat pada tabel IV.15 di

bawah ini:

Tabel IV.15
Rasio Efisiensi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Sumba Barat
Daya
Tahun 2015-2017

BULZIT

f. Analisis Varians (Selisih) Belanja

Analisis varians belanja dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Analisis Varians = Realisasi Belanja – Anggaran Belanja

Belanja daerah terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja

merupakan batas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan

pemerintah daerah. Dalam hal ini pemerintah daerah akan dinilai

baik kinerja belanjanya apabila realisasi belanja tidak melebihi dari

yang dianggarkan.Jika terdapat selisih lebih (realisasi belanja


melebihi jumlah yang dianggarkan) maka dikatakan memiliki kinerja

keuangan belanja yang tidak baik, sedangkan jika terdapat selisih

kurang (realisasi belanja kurang dari jumlah yang dianggarkan) maka

kinerja keuangan belanja dinilai baik. Hasil dari perhitungan varians

belanja dapat dilihat pada tabel IV.16 di bawah ini:

Tabel IV.16
Varians Anggaran Belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba
Barat Daya
Tahun 2015-2017

Persentase
Tahun Anggaran Realisasi Selisih (-/+)
(%)
2015 860.760.096.463,24 668.432.400.338,00 (Rp192.327.696.125) 78%
2016 860.760.096.463,24 676.265.061.292,00 (Rp184.495.035.171) 79%
2017 844.391.138.336,63 749.052.178.913,00 (Rp95.338.959.424) 89%
Sumber data: BKAD Kabupaten SBD (data yang diolah)
Belanja daerah terdapat ketentuan bahwa anggaran belanja

merupakanbatas maksimum pengeluaran yang boleh dilakukan

pemerintah daerah. Analisis varians (selisih) belanja tahun 2015,

2016 dan 2017 pada Laporan Realisasi Anggaran Belanja

Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya secara umum terdapat

selisih anggaran belanja bersaldo negatif, dengan kata lain anggaran

belanja daerah yang dikeluarkan untuk belanja Pemerintah Daerah

Kabupaten Sumba Barat Daya tidak melebihi target yang di

anggarkan. Hal ini mengindikasikan bahwa pada tahun 2015 sampai

dengan 2017 Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya memiliki

kinerja yang cukup baik dalam menggunakan dan mengelola

anggaran belanja. Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya

memiliki kinerja yang cukup baik karena dalam penggunaan


anggaran belanja, tidak ada realisasi anggaran belanja yang melebihi

dari anggaran belanja yang telah ditetapkan.

BULZIT

g. Rasio Efisiensi Belanja

Rasio efisiensi belanja dapat dihitung dengan menggunakan

rumus sebagai berikut:

Realisasi Belanja
Rasio Efisiensi Belanja = x 100%
Anggaran Belanja

Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat

penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah. Pemerintah

daerah dinilai telah melakukan efisiensi anggaran jika rasio

efisiensinya kurang dari 100%, sebaliknya jika lebih dari 100% maka

mengindikasikan telah terjadi pemborosan anggaran. Hasil dari

perhitungan rasio efisiensi belanja dapat dilihat pada tabel IV.17 di

bawah ini:
Tabel IV.17
Rasio Efisiensi Belanja Kabupaten Sumba Barat Daya
Tahun 2015-2017

Kriteria
Efisiensi
Tahun Realisasi Belanja Anggaran Belanja Efisiensi
Belanja
Belanja
668.432.400.338,00 860.760.096.463,24
2015 Efisien
78%
676.265.061.292,00 860.760.096.463,24
2016 Efisien
79%
749.052.178.913,00 844.391.138.336,63
2017 Efisien
89%
Sumber data: BKAD Kabupaten SBD (data yang diolah)
Rasio efisiensi belanja Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya

pada tahun 2015, 2016 dan 2017 sudah efisien. Hal ini dapat dilihat

pada Laporan Realisasi belanja daerah pada tahun 2015 sampai

dengan tahun 2017 secara keseluruhan dari belanja langsung berupa

belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,

belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, belanja bantuan

keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintahan Desa dan

Partai Politik, belanja tidak terduga, belanja bantuan keuangan dari

APBN Kepada Pemerintah Desa penghematan yang dilakukakan

Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya sudah efisien. Belanja

tidak langsung berupa belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta

belanja modal sudah efisien karena Pemerintah Kabupaten Sumba

Barat Daya telah melakukan penghematan pada aspek-aspek belanja

daerah.

Berdasarkan tabel IV.17 halaman 70, dapat diketahui bahwa pada

tahun 2015 persentase efisiensi belanja sebesar 78% dari jumlah


keseluruhan anggaran belanja di tahun tersebut. Hal ini dapat dilihat

dari penghematan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten

Sumba Barat Daya dimana penghematan yang paling besar terdapat

pada belanja tak terduga sebesar 100 %, dan belanja hibah sebesar

76,83 % sedangkan sisanyadi kisaran 11 %. Tahun 2016 realisasi

belanja pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya lebih sedikit dari

tahun sebelumnya yaitu dengan persentase efisiensi belanja sebesar

70% dari total keseluruhan anggaran belanja. Hal ini dapat dilihat

dari belanja yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sumba

Barat Daya dimana belanja besar terdapat pada belanja tak terduga

sebesar 100%, dan belanja modal sebesar 21% sedangkan sisanya di

kisaran 10%. Kemudian tahun 2017 persentase efisiensi belanja naik

dari tahun sebelumnya dimana realisasi anggaran Kabupaten Sumba

Barat Daya di tahun 2017 sebesar 89% dari total keseluruhan

anggaran belanja. Hal ini dapat dilihat dari penghematan yang

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya dimana

penghematan yang paling besar terdapat pada belanja tak terduga

sebesar 100% sedangkan sisanya di kisaran 10%. Jika dilihat dari

nominalnya baik anggaran belanja maupun realisasi belanja dari

tahun 2015 sampai dengan 2017 mengalami ketidakstabilan, namun

apabila dilihat secara keseluruhan dari rasionya tetap berada di

bawah 100 %, hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah

Kabupatan Sumba Barat Daya telah melakukan efisiensi belanja

untuk tahun 2015 sampai dengan tahun 2017.


Rasio Belanja Daerah terhadap Product Domestic Regional Bruto

(PDRB)

Rasio belanja daerah terhadap Product Domestic Regional Bruto

(PDRB) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Rasio Belanja Daerah Total Realisasi Belanja Daerah


terhadap PDRB=
Total PDRB

Rasio ini menunjukkan produktivitas dan efektivitas belanja

daerah. Hasil dari perhitungan rasio belanja daerah terhadap Product

Domestic Regional Bruto (PDRB) dapat dilihat pada tabel IV.18

halaman 73.

Tabel IV.18
Rasio Belanja Daerah terhadap Product Domestic Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Sumba Barat Daya
Tahun 2015-2017

Anda mungkin juga menyukai