Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, kedokteran gigi dianggap sebagai profesi yang menuntut ketelitian dan
konsentrasi tinggi. Selain itu, kinerja dokter gigi juga terkait dengan gangguan
muskuloskeletal, terutama leher dan tungkai atas, serta nyeri punggung bawah. Cedera
tersebut dapat menyebabkan pensiun dini (Gandavadi, 2007). Area kerja (mulut) yang
terbatas sehingga dokter gigi perlu mengadopsi postur atau posisi kerja yang fleksibel
untuk mencegah terjadinya Musculoskeletal Disorders (MSD).
Seiring dengan makin kompleksnya pelayanan dalam bidang kedokteran gigi, profesi
di bidang ini juga turut berkembang. Dahulu, cukup hanya dokter gigi saja yang
memberikan pelayanan, kini di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, pelayanan
diberikan oleh sebuah tim yang terdiri dari Dentist, Dental Hygienist, Dental Assistant,
dan Dental Technician. Di Indonesia, pelayanan kedokteran gigi dilakukan oleh 2 orang
yaitu Dokter Gigi dan Perawat Gigi.
Risiko penyakit muskuloskelatal dapat diminimalkan dengan memaksimalkan
efektivitas posisi operator, pasien dan peralatan. Konsep ergonomi diperkenalkan di
kedokteran gigi dalam rangka untuk memperbaiki kondisi kerja operator, konsep kerja
yang meliputi posisi duduk dan Four Handed Dentistry.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana posisi kerja operator dan asisten?

2. Apa saja permasalahan dalam posisi kerja?

3. Apa akibat yang ditimbulkan dalam posisi kerja yang salah?

4. Bagaimana posisi kerja FHD dalam perawatan gigi posterior RB kanan?

1
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui posisi kerja operator dan asisten

2. Untuk mengetahui permasalahan dalam posisi kerja

3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan dalam posisi kerja yang salah

4. Untuk mengetahui posisi kerja FHD dalam perawatan gigi posterior RB kanan

1.4 Manfaat

1. Agar mahasiswa dapat menambah wawasan tentang posisi kerja.

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui posisi kerja dengan benar

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui akibat yang ditimbulkan dalam posisi kerja
yang salah.

4. Agar mahasiswa dapat mengetahui posisi kerja FHD dalam perawatan gigi
posterior RB kanan

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Posisi Kerja Operator dan Asisten

Posisi kerja operator dan asisten berdasarkan arah jarum jam baik dalam
keadaan duduk maupun berdiri. Ada 4 zona pada posisi kerja berdasarkan arah jarum
jam:
1. Zona operator berada pada posisi arah jarum jam 7-12
2. Zona asisten berada pada posisi arah jarum jam 2-4
3. Zona statis (untuk instrumen dan bahan) berada pada posisi arah jarum jam 12-2
4. Zona transfer berada pada posisi arah jarum jam 4-7
Bila kepala pasien dijadikan pusat dan jam 12 terletak tepat di belakang kepala
pasien, maka arah jam 11 sampai jam 2 disebut Static Zone, arah jam 2 sampai jam 4
disebut Assisten’s Zone, arah jam 4 sampai jam 8 disebut Transfer Zone, kemudian dari
arah jam 8 sampai jam 11 disebutOperator’s Zone sebagai tempat pergerakan Dokter
Gigi Clock Concep (Nusanti, 2000). Static Zone adalah daerah tanpa pergerakan Dokter
Gigi Maupun Perawat Gigi serta tidak terlihat oleh pasien, zona ini untuk menempatkan
Meja Instrumen Bergerak (Mobile Cabinet) yang berisi Instrumen Tangan serta peralatan
yang dapat membuat takut pasien. Assistant’s Zone adalah zona tempat pergerakan
Perawat Gigi, pada Dental Unit di sisi ini dilengkapi dengan Semprotan Air/Angin dan
Penghisap Ludah, serta Light Cure Unit pada Dental Unit yang lengkap.
Transfer Zone adalah daerah tempat alat dan bahan dipertukarkan antara tangan
dokter gigi dan tangan Perawat Gigi. Sedangkan Operator’s Zone sebagai tempat
pergerakan Dokter Gigi Selain pergerakan yang terjadi di seputar Dental Unit,
pergerakan lain yang perlu diperhatikan ketika membuat desain tata letak alat adalah
pergerakan Dokter Gigi, Pasien, dan Perawat Gigi di dalam ruangan maupun antar
ruangan. Jarak antar peralatan serta dengan dinding bangunan perlu diperhitungkan
untuk memberi ruang bagi pergerakan Dokter Gigi, Perawat Gigi, dan Pasien ketika
masuk atau keluar Ruang Perawatan, mengambil sesuatu dari Dental Cabinet, serta
pergerakan untuk keperluan sterilisasi.

3
1. Posisi Operator
Berdiri
1) Berdiri tegak, kedua kaki bertumpu diatas lantai
2) Berat badan dibebankan pada kedua telapak kaki
3) Mulut pasien setinggi siku operator

Duduk
1) Duduk kedua kaki bertumpu diatas lantai, lengan kaki bagian bawah membentuk
sudut 90° dengan lengan kaki bagian atas / paha.
2) Punggung lurus, bahu simetris sama tinggi.
3) Jarak mata ke medan kerja + 6 inci
4) Pandangan ke medan kerja tidak terhalang
5) Mulut pasien sama tinggi dengan siku operator

2. Posisi Pasien
Duduk
1) Untuk Operator yang Berdiri
2) Pasien duduk pada kursi gigi sedikit miring ke belakang (slight backward tilt)
3) Berat badan pasien bertumpu pada sudut yang dibentuk oleh alas kursi dan sandaran
punggung
4) Posisi mulut pasien membuat sudut 30° dengan bidang horisontal.
5) Mulut pasien setinggi siku operator

Untuk Operator yang Duduk


1) Pasien duduk di kursi gigi sedikit miring ke belakang
2) Posisi mulut pasien membuat sudut 45° dengan bidang horisontal
3) Mulut pasien setinggi siku operator

Telentang (Supine Position)


1) Pasien tidur telentang pada kursi gigi
2) Semua tubuh tertopang pada kursi gigi

4
3) Kepala segaris dengan punggung
4) Otot leher dan kepala berada pada posisi normal/istirahat
5) Mulut pasien setinggi siku operator dan setinggi lutut asisten

Sikap Duduk Asisten


1) Asisten duduk posisi lebih tinggi dari operator
2) Kedua kaki bertumpu pada kursi asisten
3) Lutut asisten setinggi mulut pasien
4) Punggung lurus
5) Pandangan asisten dan operator ke medan
6) Pandangan harus jelas tak terhalang

2.2 Permasalahan dalam Posisi Kerja


Saat ini masih banyak operator dan asisten yang belum menyadari mengenai manfaat
pentingnya penerapan konsep ergonomis dalam dunia praktek. Salah satu contohnya
adalah ketidaktepatan posisi kursi kerja yang dapat menyebabkan keluhan kepala, leher,
bahu, pinggang, lengan, tangan, lutut, kaki, dan paha.
Kebanyakan operator dan asisten hanya memperhatikan kenyamanan pasien yang
dirawat, tapi kurang memperhatikan kenyamanan bagi diri mereka sendiri saat merawat
pasiennya. Misalnya saat melakukan preparasi gigi atau mencabut gigi, kadang-kadang
operator membungkuk ke arah pasien, bergerak secara mendadak, memutar tubuh dari
satu sisi ke sisi yang lain. Seluruh gerakan tersebut dilakukan berkali-kali dalam jangka
waktu yang panjang. Hal inilah yang dapat menyebabkan sindroma muskuloskeletal.
Posisi tubuh yang statis dan kaku dalam melakukan perawatan terhadap pasien juga
beresiko menyebabkan seorang operator harus duduk atau berdiri membungkuk dalam
waktu lama. Posisi tubuh seperti ini menyebabkan operator yang berpraktik sering
mengalami rasa sakit atau rasa tidak nyaman di daerah leher, bahu dan tulang punggung
sehingga dapat mengakibatkan antara lain gangguan muskuloskeletal yang berupa nyeri
punggung bagian bawah (lower back pain).

5
(Posisi Salah) (Posisi Benar)

2.3 Akibat yang Ditimbulkan dalam Posisi Kerja yang Salah

Tenaga kesehatan gigi yang belum menyadari mengenai manfaat pentingnya


penerapan konsep ergonomis dapat mengakibatkan berbagai hal yang dapat
mempengaruhi kinerja. Posisi tubuh yang salah yang dilakukan berkali-kali dalam jangka
waktu yang panjang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal.

Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal disorders) adalah suatu kumpulan


gangguan atau cedera yang mengenai sistem muskuloskeletal. Rasa sakit atau gangguan
muskuloskeletal ini biasanya dikaitkan dengan pekerjaan seseorang yang disertai adanya
rasa tidak nyaman pada tangan, lengan, bahu, leher dan tulang punggung akibat posisi
saat bekerja dengan postur tubuh yang tetap selama bekerja. Gangguan muskuloskeletal
dapat terjadi pada operator dikarenakan saat melakukan perawatan pasien berada dalam
posisi berdiri, duduk atau membungkuk.

Salah satu penyebab sindroma muskuloskeletal pada operator dikarenakan operator


hanya memperhatikan kenyamanan bagi pasien yang dirawat, tapi kurang
memperhatikan kenyamanan anda bagi diri mereka sendiri saat merawat pasiennya.

6
Selain itu timbulnya gangguan muskuloskeletal ini terkait dengan kondisi lingkungan
kerja dan cara kerja mendukung sehingga dengan kondisi seperti ini dapat menyebabkan
kerusakan pada otot, syaraf, tendon, persendian, kartilago, dan diskus vertebralis. Hal ini
terjadi akibat posisi tubuh sewaktu bekerja kurang ergonomis dan terjadi dalam waktu
yang lama serta berulang- ulang. Muskuloskeletal disorder yang diderita tenaga
kesehatan gigi disebut work-related musculoskeletal disorder (WMSDs). Tanda dan
gejala WMSDs adalah :

1. Leher sakit pada waktu malam

2. Punggung terasa kaku pada pagi hari

3. Pergelangan tangan sakit

4. Rasa kebas pada jari

2.4 Posisi Kerja FHD dalam Perawatan Gigi Posterior RB Kanan

Posisi operator yang nyaman adalah di jam 9. Sebaiknya pasien tidak dalam posisi
“supine” tetapi membentuk sudut 450, kepala pasien menghadap kearah operator, rahang
pasien sejajar siku operator. Fixasi dilakukan pada permukaan bukal gigi molar dengan
bantuan mirror dan gigi lain yang dekat dengan handpiece.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Simpulan dari makalah ini adalah :
1. Posisi kerja operator dan asisten berdasarkan arah jarum jam baik dalam keadaan
duduk maupun berdiri.
2. Saat ini masih banyak operator dan asisten yang belum menyadari mengenai manfaat
pentingnya penerapan konsep ergonomis dalam dunia praktek.
3. Tenaga kesehatan gigi yang belum menyadari mengenai manfaat pentingnya
penerapan konsep ergonomis dapat mengakibatkan berbagai hal yang dapat
mempengaruhi kinerja.
4. Posisi operator yang nyaman pada perawatan gigi posterior rahang bawah kanan
adalah di jam 9.

3.2 Saran
Saran yang bisa kami berikan adalah operator dan asisten bisa bekerja dengan posisi
kerja yang benar, agar tidak terjadi kesalahan dalam bekerja sehingga tidak
menimbulkan gangguan muskuloskeletal yang berupa nyeri punggung bagian bawah
(lower back pain). Operator dan asisten bisa menciptakan suasana yang nyaman saat
bekerja.

8
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.tmj.ro/article.php?art=9932424586124484
2. http://www.molaris.co.uk/images/4%20handed%20dentistry.jpg
3. Dougherty, M. Information for Consideration in an Ergonomic Standard for
Dentistry.Design by Feel Papers. www.designbyfeel.com. Diakses 4 Juli 2006.
4. Murdick, B. dkk. Service Operation Management. Boston : Allyn and Bacon.
1990.

Anda mungkin juga menyukai