Anda di halaman 1dari 12

MODEL PELATIHAN GURU SMK BERBASIS SOFT SKILLS

Wahidah Wahyuni
Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Pendidikan Teknologi Kejuruan UNM
E-mail: wawa_alif@yahoo.co.id

Abstrak

Pendidikan merupakan salah satu wadah untuk membimbing,


mengayomi dan mendidik anak agar menjadi generasi yang berkualitas sebagai
penerus agama, bangsa dan negara. Anak perlu di didik dan diberi pengetahuan
yang baik agar dia mampu menjadi seorang yang memiliki intelektualitas,
kecerdasan, moralitas, dan profesionalitas. Pendidikan sejatinya merupakan proses
pembentukan moral masyarakat yang beradab, masyarakat yang terampil dengan
penuh rasa kemanusiaan agar memiliki karakter yang berlandaskan falsafah
Pancasila. Keberadaan institusi formal seperti sekolah merupakan salah satu
tempat yang paling kondusif untuk melakukan proses pendidikan karakter dengan
mengasah keahlian soft skills karena soft skills dipelajari melalui interaksi dengan
orang lain dan bagaimana seseorang menghadapi permasalahan dalam
kehidupannya. Oleh karena itu guru merupakan pemeran penting dalam rangka
pembinaan kecerdasan soft skills untuk menjadi potensi positif bagi peserta
didiknya sehingga guru dituntut untuk dapat mengintegrasikan nilai-nilai soft
skills dalam pembelajaran yang tentunya harus dimulai dari dirinya sendiri.
Artikel ini membahas bagaimanakah pengembangan model pelatihan guru SMK
berbasis soft skills yang efektif dan efesien.
Prosedur penelitian menggunakan Research and Development (R&D)
versi kombinasi ADDIE dan Dick and Carey (2014). Pelaksanaan penelitian
Model Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan berbasis Soft Skills ini
bertujuan untuk : (1) mengetahui gambaran tentang pengembangan model
pelatihan guru Sekolah Menengah Kejuruan berbasis soft skills, (2) mengetahui
respon peserta pelatihan terhadap model pelatihan berbasis soft skills yang telah
dikembangkan, (3) mengetahui apakah model pelatihan guru Sekolah Menengah
Kejuruan berbasis soft skills yang telah dikembangkan memenuhi kriteria valid,
praktis dan efektif. Jenis penelitian ini adalah penelitian R&D, Tahapan
pengembangan merupakan kombinasi antara model ADDIE dan Dick and Carey
yaitu Analisis, Desain, Pengembangan, Implementasi, dan Evaluasi. Pada desain
menggunakan 3 tahapan pada model Dick and Carey. Subjek uji coba adalah guru
SMK Negeri di Kabupaten Bantaeng.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh hasil sebagai
berikut: (1) proses pengembangan model pelatihan guru Sekolah Menengah
Kejuruan berbasis soft skills menghasilkan produk berupa buku panduan, silabus,
skenario kegiatan pembelajaran dan modul pelatihan, (2) hasil respon peserta
pelatihan menunjukkan bahwa produk model pelatihan yang dihasilkan dapat di
gunakan dengan baik, mudah dipahami dan dapat menambah pemahaman dalam
mengintegrasikan atribut soft skills dalam pembelajaran, sedangkan dari hasil
respon fasilitator yang menggunakan produk model pelatihan menunjukkan

1
bahwa produk dihasilkan praktis dan mudah dalam penggunaannya, (3) model
pelatihan guru Sekolah Menengah Kejuruan berbasis soft skills yang telah
dikembangkan memenuhi kriteria valid, praktis dan efektif, (4) hasil uji validitas
menyatakan bahwa produk yang dihasilkan sangat valid/layak untuk digunakan,
(5) hasil uji kepraktisan menyatakan bahwa produk model pelatihan yang
dihasilkan sangat praktis/sangat baik, (6) hasil uji efektifitas menyatakan bahwa
hasil belajar peserta pelatihan menjadi lebih meningkat setelah mengikuti
pelatihan berbasis soft skills.

Kata kunci: Model Pelatihan, Guru, soft skills

Pendahuluan banyak guru-guru yang belum


Undang-undang tentang Sistem mengoptimalkan pengembangan soft
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Nomor skills dalam pembelajaran terutama
20 Tahun 2003 dijelaskan bahwa yang mengajar pada Sekolah Menengah
Pendidikan Nasional berfungsi Kejuruan padahal sudah saatnya
mengembangkan kemampuan dan pembelajaran soft skills terintegrasi
membentuk watak serta peradaban menjadi kebutuhan. Sering dijumpai
bangsa yang bermartabat dalam rangka dalam proses pembelajaran seorang
mencerdaskan kehidupan bangsa, guru tidak memperhatikan peserta
bertujuan untuk berkembangnya potensi didiknya yang asyik menggunakan
peserta didik agar menjadi manusia telepon seluler (handphone), terkadang
yang beriman dan bertakwa kepada ada juga peserta didik yang tidur dalam
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak kelas bahkan foto selfi walaupun guru
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mereka masih sementara mengajar
mandiri, dan menjadi warga negara dalam kelas, ini menandakan bahwa
yang demokratis serta bertanggung keberadaan guru di kelas belum
jawab. dirasakan oleh peserta didiknya.
Keberadaan institusi formal Fenomena lain yang sering dilihat pada
seperti sekolah merupakan tempat yang media sosial peserta didik tertangkap
paling kondusif untuk mengasah oleh pihak kepolisian karena membawa
keahlian soft skills seseorang karena soft benda tajam dan sejenisnya, bahkan
skills dipelajari melalui interaksi dengan banyak peserta didik pada jenjang
orang lain dan bagaimana seseorang pendidikan kejuruan terlibat tawuran
menghadapi permasalahan dalam antar pelajar, ini merupakan salah satu
kehidupannya. Oleh karena itu guru alasan sehingga dunia usaha dan dunia
merupakan pemeran penting dalam industri sangat sulit untuk merekrut
rangka pembinaan kecerdasan soft skills tamatan dari Sekolah Menengah
untuk menjadi potensi positif bagi Kejuruan. Tentu saja ini tidak terlepas
peserta didiknya sehingga guru dituntut dari peranan guru sebagai pendidik,
untuk dapat mengintegrasikan nilai-nilai pengajar, pembimbing, dan pengarah
soft skills dalam pembelajaran yang dalam proses pembelajaran di kelas.
tentunya harus dimulai dari dirinya Jika dicermati indikator dari 4
sendiri. kompetensi guru yang harus dimiliki
Kenyataan yang sering terjadi maka pelatihan soft skills memberikan
dalam proses pembelajaran masih penguatan terhadap kompetensi

2
kepribadian dan sosial sehingga guru pelatihan guru SMK berbasis soft skills
diharapkan dapat secara utuh memiliki dapat digambarkan sebagai berikut :
kemampuan profesional yang baik.
Peningkatan kompetensi guru MODEL PELATIHAN BERBASIS SOFT SKILLS
merupakan salah satu alternatif
berkualitasnya suatu pendidikan dan
soft skills adalah suatu penentu ANALISIS KEBUTUHAN
PELATIHAN
keberhasilan seseorang untuk
memperoleh pekerjaan yang layak DESAIN MODEL
sesuai dengan hard skills yang PELATIHAN MODEL AWAL

dimilikinya. Apabila guru memiliki


kompetensi soft skills yang bagus maka PENGEMBANGAN BAHAN
PELATIHAN
guru tersebut dengan sendirinya mampu
mengintegrasikan nilai-nilai soft skills VALIDASI AHLI

dalam proses pembelajarannya baik itu IMPLEMENTASI PROGRAM


PELATIHAN
didalam kelas maupun diluar kelas. Soft
skills bukanlah sesuatu yang stagnan. VALID
EVALUASI MODEL
Keterampilan ini dapat diasah dan PELATIHAN
ditingkatkan seiring dengan
bertambahnya pengalaman seseorang. UJI COBA
1, 2 dan 3
Beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan soft
PRODUK MEMENUHI KRITERIA EFEKTIF DAN PRAKTIS
skills yang paling terkenal adalah
learning by doing, mengikuti berbagai
pelatihan dan seminar dan lebih utama Tahapan pelatihan mengikuti
lagi dengan sering berinteraksi dan model ADDIE dan langkah desain
beraktifitas dengan orang lain. program pelatihan menggunakan model
Penguatan dan peningkatan soft skills Dick and Carey, Tahapan analisis
guru harus terus dikembangkan melalui terdiri dari dua tahapan yaitu: 1) analisis
pelatihan-pelatihan atau diklat yang kinerja (performance analysis),
merupakan pendukung utama agar guru pengembang menganalisis
tersebut selalu mendapatkan inovasi keterampilan, pengetahuan dan motivasi
dalam pendidikan dan untuk terus mengajar guru-guru Sekolah Menengah
meningkatkan pengetahuannya sebagai Kejuruan dalam mengintegrasikan soft
seorang pendidik yang kemudian skills pada proses pembelajaran; 2)
membawa manfaat bagi keberhasilan analisis kebutuhan (need analysis), pada
peserta didiknya. langkah ini analisis kebutuhan dari
permasalahan mengajar guru-guru
Cara Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan dalam
mengimplementasikan soft skills pada
Jenis penelitian ini adalah proses pembelajaran 3) tahap
penelitian dan pengembangan selanjutnya menganalisis kelayakan dan
(Research and Development/R&D) syarat-syarat pengembangan model
versi kombinasi ADDIE dan Dick and pelatihan guru Sekolah Menengah
Carey, dengan asumsi bahwa metode Kejuruan berbasis Soft Skills. Tahapan
ini digunakan untuk menghasilkan Desain model pelatihan menggunakan
produk berupa buku panduan dan materi beberapa langkah model Dick and
pelatihan soft skills dan dilakukan Carey yaitu : Identifikasi tujuan
pengujian terhadap materi atau model pelatihan, Melakukan analisis
tersebut. Adapun tahapan model instruksional, Mengembangkan
instrumen tes dan penilaian. Tahapan
3
pengembangan bahan pelatihan, dimana data kualitatif. Data kuantitatif dalam
Training materials yang akan penelitian berupa angket peserta
digunakan sebagai sarana penyampaian pelatihan, lembar evaluasi validator,
isi atau materi program pelatihan dari data hasil ujicoba terbatas dan hasil uji
fasilitator berupa buku panduan umum, coba lebih luas mengenai produk
dan materi pelatihan soft skill yang pelatihan yang dihasilkan. Data
merupakan media cetak selain itu juga kualitatif dihimpun melalui kritikan,
menggunakan program video, program tanggapan, masukan dan saran
multimedia, dan jaringan internet atau perbaikan dalam bentuk wawancara dan
web, Adapun metode pelatihan yang observasi terhadap peserta pelatihan.
digunakan adalah off the job yang
terdiri dari presentasi, diskusi, Hasil Penelitian
demonstrasi, brainstorming dan 1. Tahap Analysis
permainan. Pada tahap ini kegiatan utama
Langkah selanjutnya sebelum adalah menganalisis perlunya
merealisasikan program pelatihan yang pengembangan model pelatihan guru
telah didesain kedalam situasi Sekolah Menengah Kejuruan berbasis
pembelajaran yang sesungguhnya soft skills dan menganalisis kelayakan
adalah melakukan validasi oleh dan syarat-syarat pengembangan model
validator. Setelah dilakukan validasi pelatihan berbasis soft skills.
dan dinyatakan layak maka uji coba Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
akan dilakukan pada uji coba pelaksanaan pembelajaran diperoleh
perorangan dan uji coba kelompok informasi sebagai berikut: (1)
kecil. yang berperan sebagai evaluator pemahaman guru dalam
adalah guru SMK Negeri 5 Bantaeng. mengintegrasikan nilai-nilai soft skills
Hal ini dikarenakan untuk mengetahui dalam pembelajaran masih sangat
lebih awal keefektifan dan kepraktisan terbatas sehingga masih bisa dikatakan
dari perangkat pelatihan yang telah bahwa penerapan atribut Soft Skills
dibuat sehingga sebelum diterapkan dalam pembelajaran belum
kepada guru-guru Sekolah Menengah dilaksanakan secara maksimal, (2)
Kejuruan Negeri di Kabupaten Guru atau pendidik masih kurang
Bantaeng dapat dilakukan revisi dan memiliki motivasi untuk melakukan
perbaikan sehingga perangkat pelatihan refleksi diri dan berproses dalam
dapat sesuai dengan harapan. mengembangkan kompetensi sosial dan
Lokasi Penelitian ini kepribadiannya (Kompetensi soft skills)
dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng yang tentunya sangat penting sebagai
dengan subjek penelitian adalah guru profesi yang digugu dan ditiru untuk
Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di ditularkan kepada peserta didiknya.
Kabupaten Bantaeng pada tahun ajaran Berdasarkan analisis yang telah
2015/2016. Agar pelatihan ini diuraikan, maka dibutuhkan upaya
terlaksana secara efektif maka pengembangan kompetensi soft skills
penelitian difokuskan pada guru guru untuk meningkatkan pemahaman
produktif sebanyak 30 orang dengan tentang penerapan soft skills pada
representatif dari tiap-tiap Sekolah. pembelajaran. Sehingga tujuan
Pelatihan untuk guru Sekolah pendidikan kejuruan tepat sasaran
Menengah Kejuruan ini membutuhkan dimana guru mampu menularkan dan
pemateri yang direncanakan dari P3IP mengintegrasikan soft skills kepada
Lemlit Universitas Negeri Makassar peserta didik dalam setiap pembelajaran
sebagai Narasumber/Fasilitator. dalam menciptakan generasi yang
Data yang digunakan dalam berkarakter, oleh karena itu salah satu
penelitian ini berupa data kuantitatif dan alternatif yang dapat ditempuh adalah
4
mengembangkan model pelatihan yang tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
dapat meningkatkan pemahaman guru Keikutsertaan peserta dn fasilitator
mengintegrasikan nilai-nilai soft skills sangatlah penting peranannya dalam
dalam pembelajaran. kegiatan perencanaan, pada pelaksanaan
2. Tahap Design pelatihan, dan tahap evaluasi serta dapat
Rancangan model pelatihan guru mengetahui sejauh mana perubahan
Sekolah Menengah Kejuruan berbasis yang telah dialami dan dicapai melalui
Soft Skills menggunakan 3 tahapan model pelatihan ini sehingga dapat
Dick and Carey. Tujuan tahap ini mendorong semua pihak untuk tetap
adalah untuk menyiapkan rancangan menjaga kesinambungan program; (3)
model pelatihan yang akan teori disesuaikan dengan kebutuhan
diintegrasikan kepada guru Sekolah peserta dan materi yang dilatihkan
Menengah Kejuruan. Tahap ini dipilih secara cermat dan diorganisir
meliputi langkah-langkah sebagai dengan mempertimbangkan manfaat
berikut: bagi peserta pelatihan.
a. Identifikasi tujuan pelatihan 2) Isi Model
b. Melakukan analisis instruksional Isi model pelatihan ini
c. Mengembangkan instrumen tes dan dikembangkan berdasarkan kebutuhan
penilaian pelatihan sebagai penguatan kompetensi
guru dan lebih diarahkan kepada proses
3. Tahap Development
pelatihan yang terdiri dari: (1)
Pengembangan model pelatihan
penentuan materi pembelajaran dan
ini berupa bahan pelatihan atau training
metode serta teknik yang digunakan
materials yang digunakan untuk
peserta secara mandiri yaitu berupa
penyampaian isi atau materi program
buku panduan model pelatihan, modul
pelatihan dari instruktur atau fasilitator,
pelatihan, silabus dan skenario kegiatan
adapun tahapan pengembangan model
pembelajaran, (2) pada proses pelatihan
pelatihan meliputi langkah-langkah
sangat berperan dalam merumuskan
sebagai berikut:
instrumen yang digunakan untuk
a. Format
mengetahui keefektifan, kevalidan, dan
Pemilihan format dengan mengikuti
kepraktisan model pelatihan. Berikut ini
format-format perangkat pelaksanaan
penjelasan dari tiap-tiap isi model:
pelatihan yang sudah ada meliputi buku
3) Proses Model
panduan, silabus, skenario kegiatan
Proses model meliputi: (1)
pembelajaran dan modul, Format yang
pelaksanaan pelatihan, (2) evaluasi
digunakan sesuai dengan format modul
program pelatihan. Proses pelatihan
pelatihan implementasi kurikulum
dilakukan dengan pemberian teori dan
2013,
praktek, selanjutnya evaluasi
b. Rancangan Model Awal dan
dilaksanakan dengan memberikan tes
Kerangka Model
objektif untuk mengetahui pemahaman
1) Komponen Model
peserta pelatihan dan praktek untuk
Komponen model melibatkan: (1)
mengetahui kemampuan peserta dalam
peserta pelatihan dalam hal ini guru
mengintegrasikan soft skills melalui
SMK yang di fokuskan pada guru yang
peer-teaching setelah mengikuti
mengajarkan mata pelajaran produktif
program pelatihan.
dengan asumsi lebih banyak
4) Tujuan
berinteraksi langsung dengan peserta
Model pelatihan dikembangkan
didik untuk mengintegrasikan nilai-nilai
untuk mengetahui tingkat kevalidan,
soft skills dalam menghadapi dunia
kefektifan, dan kepraktisan model
kerja, (2) Fasilitator yang akan
pelatihan guru SMK berbasis soft skills
memfasilitasi peserta dalam mencapai
sehingga dapat menilai pencapaian
5
kemajuan pelatihan ditinjau dari produk pembelajaran sehingga rancangan ini
pelatihan yang telah dibuat. nantinya menjadi dasar untuk
Berikut gambar kerangka model pengembangan model pelatihan guru
pelatihan guru Sekolah Menengah Sekolah Menengah Kejuruan berbasis
Kejuruan berbasis soft skills: soft skills.
c. Validasi Produk Pelatihan
Pengembangan model pelatihan Guru SMK berbasis Soft Skill

Hasil Validasi Produk Pelatihan

1. Peserta Teori-teori
4.8
Kompon pelatihan pada materi Analysis 4.6
en (analisis pelatihan
(analisis 4.4
Model kinerja)
2. Fasilitator kebutuhan) 4.2
4
3.8 V1
3.6
V2
Perancangan Instrumen
Model Evaluasi
Pelatihan: proses
a. Buku pelatihan:
Panduan Instrumen
Isi Model kevalidan, Design
Model b. Modul keefektifan &
Pelatihan dan Develop
c. Silabus kepraktisan Gambar 4.3. Hasil Validasi Produk
d. Skenario model
Kegiatan pelatihan
dan Perangkat Evaluasi pada Model
Pembelajar
an
guru SMK
berbasis soft
Pelatihan Guru SMK berbasis soft
skills skills
4. Tahap Implementation
Pelaksanaan Evaluasi Tahap ini bertujuan untuk
pelatihan: program
Proses a. Teori pelatihan:
Impleme merealisasikan desain pengembangan
ntation
model b. Praktek Tes Objektif,
Melakukan
& model pelatihan yang telah dibuat
Evaluati
peer-teaching
on dalam situasi nyata. Adapun langkah-
langkah dalam tahap implementation
sebagai berikut:
Tujuan
Model pelatihan Guru SMK berbasis a) Tahap Uji Coba
soft skills memenuhi kriteria valid,
praktis dan efektif 1) Uji Coba Perorangan (one to one)
Setelah melakukan beberapa
Gambar 4.2 Model empirik Pelatihan Guru Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis perbaikan sesuai saran dan penilaian
Soft Skills
para validator, maka uji coba
perorangan dilakukan dengan
Rancangan awal yang telah melibatkan 3 orang guru sebagai subjek
dilakukan berupa buku panduan model, coba. Uji coba dilakukan untuk melihat
silabus serta skenario kegiatan
respon guru (subjek coba) terhadap
pembelajaran yang kemudian menjadi modul model pelatihan yang
acuan dalam melaksanakan pelatihan dikembangkan. Hasil uji coba
guru Sekolah Menengah Kejuruan perorangan menunjukkan bahwa
berbasis soft skills. Muatan materi penilaian guru terhadap modul model
pelatihan yang diintegrasikan kedalam pelatihan guru SMK berbasis soft skills
pelatihan adalah analisis makna soft memenuhi kriteria baik, dan hasil
skills, soft skills bagi profesi guru yang penilaian modul pelatihan memperoleh
profesional dan mengintegrasikan soft total rata-rata 4 yang menunjukkan
skills dalam pembelajaran yakni: bahwa memenuhi kriteria baik. Pada
komunikasi, kerja sama, kejujuran, aspek format teori pendukung modul
percaya diri, motivasi dan inspirasi, yang mempunyai empat kriteria
kemudian dimasukkan dalam silabus penilaian memperoleh nilai rata-rata 3,8
model pelatihan dan skenario kegiatan
6
yang menunjukkan bahwa aspek dan hasil revisi yang digunakan untuk
tersebut berada pada kategori baik, pada keperluan uji coba terbatas.
aspek struktur modul dengan 9 kriteria 3) Tahap Uji Coba Lapangan
penilaian mendapatkan nilai rata-rata Tahap uji coba lapangan
4,2 yang menunjukkan bahwa aspek merupakan tahap terakhir penelitian
tersebut berada pada kategori baik. Pada model pelatihan guru SMK berbasis soft
uji coba perorangan (one to one) masih skills, oleh karena itu terlebih dahulu
perlu diadakan revisi kecil terhadap dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap
aspek-aspek yang skor penilaiannya kekurangan yang diperoleh pada model
masih relatif rendah, dengan cara pelatihan berbasis soft skills pada saat
menelaah kembali dan menyesuaikan uji coba kelompok kecil. Pada tahap uji
dengan hasil penilaian guru dan ahli coba lapangan, dilibatkan sebanyak 30
materi. Hasil perbaikan tersebut orang guru yang kemudian menjadi
selanjutnya digunakan untuk uji coba
peserta pelatihan, guru yang
pada subjek coba yang lebih banyak diprioritaskan mengikuti pelatihan
yaitu pada ujicoba kelompok kecil. adalah guru produktif dari masing-
2) Tahap Uji Coba Kelompok Kecil masing Sekolah Menengah Kejuruan
Sebelum dilakukan tahap uji coba Negeri di Kabupaten Bantaeng untuk
kelompok kecil, terlebih dahulu mengevaluasi model pelatihan berbasis
dilakukan perbaikan-perbaikan terhadap soft skills yang telah dibuat. Penilaian
kekurangan yang diperoleh pada respon peserta pelatihan dilakukan pada
perangkat produk model pelatihan guru akhir pembelajaran. Evaluasi dari
SMK berbasis soft skills saat uji coba peserta pelatihan menyangkut aspek
perorangan. Pada tahap uji coba dari modul dan buku panduan model
kelompok kecil dilibatkan 6 orang guru pelatihan. Adapun hasil uji coba
sebagai subjek coba untuk
lapangan disajikan dalam bentuk grafik
mengevaluasi aspek modul pelatihan.
berikut ini:
Aspek modul pelatihan guru SMK
berbasis soft skills.
120%
Penilaian respon subjek coba pada 100%
aspek ini bertujuan untuk mengetahui 80%
nilai ketertarikan guru terhadap model 60%

soft skills terintegrasi. Hasil yang 40%


Pengamat 1
20%
diperoleh bahwa respon guru terhadap 0% Pengamat 2
model pelatihan guru SMK berbasis soft
skills diperoleh total rata-rata 4,4 yang
menunjukkan bahwa model pelatihan
ini baik. Selanjutnya penulis kemudian
merevisi segala kekurangan yang
diperoleh pada uji coba kelompok kecil Gambar 4.4. Hasil pengamatan aktivitas
dan hasil revisi yang digunakan untuk peserta pelatihan
keperluan uji coba terbatas.
Adapun respon guru sebagai subjek Berdasarkan hasil pengamatan
coba terhadap materi pelatihan berbasis yang dilakukan oleh dua orang
soft skills ada aspek materi pelatihan pengamat dapat dilihat bahwa semua
diperoleh rata-rata 4,43 yang aktivitas pada aspek yang dinilai
menunjukkan bahwa materi pelatihan mendapat respon yang baik oleh
ini baik. Selanjutnya penulis kemudian pengamat, ini dibuktikan bahwa semua
merevisi segala kekurangan yang aspek yang dinilai teramati/terlaksana
diperoleh pada uji coba kelompok kecil yang dilakukan oleh peserta pelatihan
(guru produktif) dengan jumlah aspek
7
yang teramati adalah 5 indikator yaitu 2 kategori sangat baik, selanjutnya
(dua) pengamat memberikan masing- pertanyaan ke lima mengenai susunan
masing nilai 4 dan 3 terhadap semua materi dalam modul pelatihan diperoleh
aspek indikator mulai dari kedisiplinan rerata 4,6 dengan persentase 91%
diperoleh 91% terlaksana, keaktifan berada pada kategori sangat baik,
diperoleh 81% terlaksana, kerjasama selanjutnya pada pertanyaan keenam
diperoleh 87% terlaksana, kejujuran mengenai sampul buku panduan dan
diperoleh 98% terlaksana, dan modul pelatihan diperoleh rerata 4,6
kemampuan berkomunikasi diperoleh dengan persentase 91% berada pada
82% terlaksana, sehingga berada pada kategori sangat baik, kemudian respon
kategori dapat terlaksana semua mengenai bahasa buku panduan dan
aktivitas peserta pelatihan (guru modul pelatihan diperoleh rerata 4,4
produktif). Sehingga dapat disimpulkan dengan persentase 87% berada pada
bahwa pada pelaksanaan pelatihan, kategori sangat baik, selanjutnya pada
peserta memberikan respon yang respon kedelapan mengenai minat
positif, sangat antusias dan mempunyai mengikuti pelatihan diperoleh rata-rata
semangat dalam mengikuti pelaksanaan 4,9 dengan persentase 98% berada pada
pelatihan, sehingga dapat dikatakan kategori sangat baik, pada respon ke
bahwa pelaksanaan pelatihan ini efektif sembilan mengenai materi yang
dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng. disajikan pada pelatihan diperoleh 4,4
Berikut ini adalah grafik hasil dengan persentase 89%, selanjutnya
pengamatan aktivitas peserta pelatihan. respon ke sepuluh mengenai skenario
Hasil Respon Peserta Pelatihan pelaksanaan pelatihan diperoleh 4,6
(guru produktif) dengan persentase 91%, respon ke
Hasil analisis data respons sebelas mengenai pelaksanaan pelatihan
peserta pelatihan (guru produktif) guru diperoleh 4,4 dengan persentase
diperoleh dari pemberian 88%, respon ke dua belas mengenai
angket/kuisoner kepada 30 orang kelengkapan penyajian dalam buku
peserta pelatihan (guru produktif) untuk panduan dan modul pelatihan diperoleh
diisi diakhir pelaksanaan pelatihan. 4,5 dengan persentase 90%, dan respon
Hasil yang diperoleh bahwa respon ke tiga belas mengenai materi apakah
peserta pelatihan (guru produktif) sangat membantu pemahaman guru
terhadap pelaksanaan model pelatihan dalm mengimplementasikan soft skills
berbasis soft skills didapatkan hasil dari dalam pembelajaran diperoleh 4,5
penilaian peserta pelatihan pada dengan persentase 91%. Dari tiga belas
pertanyaan pertama mengenai pendapat butir pertanyaan yang diberikan
peserta pelatihan tentang pelaksanaan menghasilkan respon yang positif dari
pelatihan diperoleh rerata 4,5 dengan 30 (tiga puluh) responden diperoleh
persentase 90% berada pada kategori total rata-rata 4,5 dengan persentase
sangat baik, pertanyaan kedua mengenai 89% yang berarti berada pada kategori
perangkat model pelatihan yang sangat baik, sehingga dapat disimpulkan
digunakan dalam pelatihan diperoleh bahwa aktivitas yang dilakukan pada
rerata 4,3 dengan persentase 86% pelaksanaan pelatihan guru SMK
berada pada kategori sangat baik. berbasis soft skills mendapatkan respon
Kemudian respon tentang media yang positif dari responden sehingga
pembelajaran model pelatihan diperoleh model yang digunakan dapat berada
rerata 4,1 dengan persentase 83% pada kategori praktis. Berikut ini grafik
berada pada kategori baik, pertanyaan hasil analisis respon peserta pelatihan
ke empat mengenai gambar dalam (guru produktif) pada pelaksanaan
modul model pelatihan diperoleh rerata model pelatihan guru SMK berbasis soft
4,3 dengan persentase 86% berada pada skills.
8
peserta pelatihan (guru produktif)
setelah mengikuti pengembangan model
pelatihan guru SMK berbasis soft skills,
ini dibuktikan pada kolom peningkatan
5 hasil belajar terjadi peningkatan hasil
4.8 belajar sebesar 28,85. Selanjutnya pada
4.6
4.4
kolom nilai praktek, nilai rata-rata
4.2 Persentase peserta pelatihan telah mencapai 80%
4 dari standar KKM yang telah ditentukan
3.8 oleh peneliti yakni 75.00
3.6
1 3 5 7 9 11 13
5. Tahap Evaluation
Setelah dilakukan uji coba,
Gambar 4.6 Hasil analisis respon tahap berikutnya adalah mempelajari
peserta pelatihan apakah produk model pelatihan guru
SMK berbasis soft skills sudah sesuai
Hasil Belajar Peserta Pelatihan dengan tujuan yang ditentukan
Hasil analisis tes belajar peserta sebelumnya dalam hal ini meningkatkan
pelatihan dilakukan dua kali hanya pemahaman guru SMK untuk
untuk tes kognitif yaitu pre test dan post mengintegrasikan soft skills dalam
test, untuk mengetahui afektif peserta pembelajaran. Berdasarkan hal tersebut
pelatihan hanya dengan melalui maka pada tahap ini dilakukan
pengamatan observer, dan pada aspek klarifikasi data yang didapat dari
psikomotorik hanya dengan melakukan instrumen penelitian melalui observasi
peer teaching dan penilaiannya dan kuisioner.
berdasarkan RPP yang telah dikumpul Evaluasi formatif melalui
dengan mengintegrasikan 5 atribut soft instrumen observasi dapat ditarik
skills dalam pembelajaran, hasil belajar kesimpulan bahwa dari hasil
peserta pelatihan dapat dilihat pada pengamatan yang dilakukan oleh dua
grafik 4.5. orang pengamat selama proses pelatihan
100
berlangsung dapat dilihat bahwa semua
80 Pretest
aktivitas pada aspek yang dinilai
60
mendapat respon yang baik oleh
40 Posttest pengamat, ini dibuktikan bahwa semua
20Sumber:
aspek yang dinilai teramati/terlaksana
Data Hasil Belajar Peserta
Peningkatan hasil yang dilakukan oleh peserta pelatihan
0
belajar (guru produktif) dengan jumlah aspek
Keterampilan yang teramati adalah 5 indikator yaitu 2
(dua) pengamat memberikan masing-
masing nilai 4 dan 3 terhadap semua
aspek indikator mulai dari kedisiplinan
Gambar 4.7 Hasil belajar peserta diperoleh 93% terlaksana, keaktifan
pelatihan diperoleh 78% terlaksana, kerjasama
Berdasarkan penilaian pada diperoleh 88% terlaksana, kejujuran
grafik 4.5 Diperoleh nilai rata-rata pada diperoleh 98% terlaksana, dan
tahap pre-test yakni 54.38 kemudian kemampuan berkomunikasi diperoleh
pada tahap post-test meningkat menjadi 79% terlaksana, sehingga berada pada
83.23, pada tahap peer-teaching kategori dapat terlaksana semua
memperoleh nilai rata-rata 80. Hasil aktivitas peserta pelatihan (guru
evaluasi ini menunjukkan bahwa produktif). Sehingga dapat disimpulkan
terdapat peningkatan hasil belajar bahwa pada pelaksanaan pelatihan,
9
peserta memberikan respon yang penilaian, (3) tahap development
positif, sangat antusias dan mempunyai yaitu mengembangkan model
semangat dalam mengikuti pelaksanaan pelatihan guru Sekolah Menengah
pelatihan, sehingga dapat dikatakan Kejuruan berbasis soft skills yang
bahwa pelaksanaan pelatihan ini efektif kemudian divalidasi untuk di uji
dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng. cobakan, (4) tahap implementation
Evaluasi sumatif melalui instrumen yaitu melaksanakan program
respon peserta pelatihan setelah proses pembelajaran dengan menerapkan
pelatihan selesai dengan membagikan model pelatihan guru Sekolah
kuisioner kepada semua peserta Menengah Kejuruan berbasis soft
pelatihan, maka hasil dari kuisioner skills dalam kondisi nyata (5) tahap
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluation yaitu: melakukan
Dari tiga belas butir pertanyaan yang evaluasi pada pengembangan
diberikan menghasilkan respon yang model pelatihan guru Sekolah
positif dari 30 (tiga puluh) responden Menengah Kejuruan berbasis soft
diperoleh total rata-rata 4,5 dengan skills.
persentase 89% yang berarti berada 2. Hasil penelitian menunjukkan
pada kategori sangat baik, sehingga bahwa model pelatihan guru
dapat disimpulkan bahwa aktivitas yang Sekolah Menengah Kejuruan
dilakukan pada pelaksanaan pelatihan berbais soft skills telah memenuhi
guru SMK berbasis soft skills kriteria kevalidan yang meliputi
mendapatkan respon yang positif dari aspek model dan aspek materi.
responden sehingga model yang Model pelatihan berbasis soft skills
digunakan dapat berada pada kategori dikatakan praktis karena hasil
praktis. respon peserta pelatihan dan
fasilitator terhadap model pelatihan
KESIMPULAN berbasis soft skills ini berada pada
Berdasarkan hasil penelitian dan kategori sangat baik. Model
pembahasan yang telah diuraikan, serta pelatihan berbasis soft skills
melihat permasalahan dari rumusan dikatakan efektif, hal ini dapat
masalah dan pertanyaan penelitian, dilihat dari hasil evaluasi peserta
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai pelatihan yang menunjukkan
berikut : adanya peningkatan sebelum
1. Model hasil pengembangan menerima materi melalui pretest
pelatihan guru Sekolah Menengah dan setelah mendapatkan materi
Kejuruan berbasis soft skills melalui posttest. Sehingga dapat
mengacu pada model disimpulkan bahwa model
pengembangan ADDIE yang di pelatihan guru Sekolah Menengah
kombinasikan dengan model Dick Kejuruan berbasis soft skills yang
and Carey meliputi; (1) tahap dikembangkan memenuhi kriteria
analysis yaitu: analisis kebutuhan valid, praktis, dan efektif.
untuk menentukan masalah dan 3. Respon dan tanggapan peserta
solusi yang tepat dalam pelatihan terhadap pengembangan
menentukan model pada pelatihan model pelatihan guru Sekolah
guru Sekolah Menengah Kejuruan Menengah Kejuruan berbasis soft
berbasis soft skills , (2) tahap skills berdasarkan Perangkat yang
design dengan menggunakan 3 dihasilkan dari pengembangan
tahapan model Dick and Carey model pelatihan berupa (1) Buku
yaitu: identifikasi tujuan pelatihan, panduan yang terdiri dari silabus
melakukan analisis instruksional, dan skenario kegiatan pembelajaran
mengembangkan instrumen tes dan memiliki respon dan tanggapan
10
yang sangat baik dari semua aspek Masnur. 2013. Pendidikan Karakter
yang telah divalidasi, begitupun “Menjawab Tantangan Krisis
pada (2) Modul pelatihan guru Multidimensional”. Jakarta:
SMK berbasis soft skill juga Bumi Aksara
mendapatkan respon dan tanggapan
yang sangat baik setelah dilakukan Mawardi. 2013. “Desain Pengembangan
revisi. keprofesian guru berkelanjutan
berbasis E-Learning”, dalam
DAFTAR PUSTAKA Jurnal Pendidikan
Mondy, R. Wayne, and Robert M. Noe.
A.K. Mudjito, Harizal, dan Elfindri. 2005. Human Resource
2012. Pendidikan Inklusi. Management. NinthEdition.
Jakarta: Baduose Media USA: Prentice Hall.
Atmodiwirio, Soebagio. 2002. Mulyasa. 2014. Manajemen Pendidikan
Manajemen Pelatihan. Jakarta: Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Ardadizya Jaya.Dick, Walter; Muqowim. 2012. Pengembangan Soft
Carey, Lou & Carey, James .O. Skill Guru. Yogyakarta:
(2009). The systematic design of Pedagogja.
instruction,(seventh Mustopa Kamil. 2010. Model
edition).Upper Saddle River, Pendidikan dan Pelatihan.
N.J: Pearson Education, Inc. Bandung: CV.Alfabeta.
Benny. 2014. Desain dan Nadler,L. 1982. Designing Training
Pengembangan Program Programs The Critical Events
Pelatihan Berbasis Kompetensi Model. London : Addison
“Implementasi Model ADDIE”. Wesley Publishing Company.
Jakarta: Kencana Noe, Raymond. A. (2010). Manajemen
Bustamin, Prinsip, Karakteristik Dan Sumber Daya Manusia
Asumsi Pendidikan Teknologi Mencapai Keunggulan
Kejuruan (PTK),http://bustamin- Bersaing.NY: McGraw-Hill
against.blogspot.co.id/2013/10/pri Oemar Hamalik. 2001. Perencanaan
nsip-karakteristik -dan- Pengajaran Berdasarkan
asumsi.html, diunduh 28 Oktober Pendekatan Sistem. Jakarta:
2015. Bumi Aksara.
Dick, W., Carey. L. 2009. The Oemar Hamalik. 2001. Model-model
Systematic Design Of Pembinaan Ketenagaan.
Instruction. Glenview : Scott. Bandung: YP. Pemindo
Foresman & Co Dick and Carey Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian
Fathurrohman. 2010. Implementasi Soft Sosial dan Pendidikan.
Skills Dalam Proses Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Pembelajaran Di Jurusan -------------. 2008. Metodologi
Pendidikan Prasekolah Dan Penelitian Kuantitatif.
Sekolah Dasar (PPSD) Fakultas Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ilmu Pendidikan Universitas Riduwan, Engkos. 2011. Cara mudah
Negeri Yogyakarta. Pendidikan menggunakan dan memaknai
Pra-sekolah dan Sekolah Dasar Path Analysis (Analisis jalur).
UNY. Bandung: Alfabeta
Ichsan, Ariyanti. 2005. Sukses dengan Rokhimawan. 2012. “Pengembangan
Soft Skills “Bagaimana Soft Skill guru dalam
Meningkatkan Kemampuan pembelajaran sains SD/MI masa
Interaksi Sosial Sejak Kuliah”. depan yang bervisi karakter
Bandung: ITB.
11
bangsa”, dalam Jurnal Al- Wardiman. 1998. Pengembangan
Bidayah, IV (1), hlm. 49-61. Sumber Daya Manusia Melalui
Sekolah Menengah Kejuruan
Ruslin Badu. 2011. “Pengembangan (SMK). Jakarta: Jayakarta
Model Pelatihan Permainan Agung Offset.
Tradisional Edukatif Berbasis
Potensi Lokal Dalam
Meningkatkan Kemampuan dan
Keterampilan orang tua anak
usia dini di PAUD Kota
Gorontalo”. Dalam Jurnal
Penelitian dan Pendidikan,VIII
(1), hlm. 70-77.
Saifuddin Azwar. 2010. Tes Prestasi
Fungsi Dan Pengembangan
Pengukuran Prestasi Belajar.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta:
Rajawali Press
Snelbecker. E. Glenn. 1974. Learning
Theory, Instructional Theory
and Psychoeducational Design.
New York: McGraw-Hill.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kualitatif, Kualitatif R&D.
Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2014. Statistika untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta
Syafri Mangkuprawira. 2008. Strategi
Manajemen Pelatihan.
Wordpress: Rona wajah
Syaiful. 2009. Kemampuan Profesional
Guru dan TenagaPendidikan.
Bandung: Alfabeta, CV.
Thomas. 2013. Educating for Character
“Mendidik untuk Membentuk
Karakter. Jakarta: Bumi Aksara
Thomas. 2013. Character Matters
“Bagaimana Membantu Anak
Mengembangkan Penilaian yang
Baik, Integritas, dan Kebajikan
Penting lainnya. Jakarta: Bumi
Aksara
Wagiran. 2013. “Model penguatan soft
skills dalam mewujudkan calon
guru kejuruan profesional
berkarakter”. Dalam jurnal
kependidikan VII (2), hlm. 199-
217.
12

Anda mungkin juga menyukai