Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH SOSIOLOGI

Keluarga Sebagai Agen Pembentuk Kepribadian

Disusun oleh Kelompok 1 :


1. Widdia Wati
2. AlmaSari Kanita
3. Muhammad Idil Adha
4. Muhammad Akbar Syukur
5. Alfan
6. Aridho Rahmat Akbar
7. Lutfi Aprianto

Guru pembimbing : Amran,S.sos

SMA NEGERI 1 RAHA


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat allah swt karena kita
masih diberi kesempatan untuk menyelesaiakan makalah yang
berjudul “KELUARGA SEBAGAI PROSES PEMBENTUKAN
KARAKTER”.
Shalawat dan salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan kita
nabi besar muhammad SAW yang telah membawa kita dari alam
kegelapan ke alam yang terang benderang.
Dalam penyusunan makalah ini kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan oleh sebab itu kami meminta kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya.

Penyusun

Kelompok I
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan dunia saat ini tidak dapat dibendung. Dunia seolah telah
berubah fase menjadi semakin modern. Perkembangan ini telah banyak
menberikan dampak positif dan dampak negatif. Perkembangan ini telah
banyak mempengaruhi banyak aspek,salah satunya mempengaruhi
pembentukan karakter.

Dalam proses pembentukan karakter ini ada agen yang sangat besar dan
penting sekali pengaruhnya. Agen ini dapat membawa seorang individu dapat
diterima dengan baik dikalangan masyarakat.agen yang dimaksud adalah
keluarga.

Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat terbentuk berdasarkan


sukarela dan cinta yang asasi antara dua subyek manusia (suami-istri).
Berdasarkan asas cinta kasih yang asasi ini lahirlah anak sebagai generasi
penerus. Keluarga dengan cinta kasih dan pengabdian yang luhur membina
kehidupan kepribadian sang anak.

Sebagai lembaga terkecil dalam masyarkat, keluarga memegang peranan


yang sangat luas dalam membina kehidupan dan kepribadian sosial anak.
Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa keluarga adalah tahap pertama
lembaga-lembaga penting sosial dan dalam tingkat yang sangat tinggi; ia
berkaitan erat dengan peradaban, transformasi warisan, dan pertumbuhan
serta perkembangan umat manusia. Secara keseluruhan, semua tradisi,
keyakinan sopan santun, sifat-sifat individu dan sosial, ditransfer lewat
keluarga kepada generasi-generasi berikutnya.

Para pakar meyakini bahwa keluarga adalah lingkungan pertama dimana jiwa
dan raga anak akan mengalami pertumbuhan dan kesempurnaan. Untuk itulah
ia memainkan peran yang amat mendasar dalam menciptakan kesehatan
kepribadian anak dan remaja. Tentu saja pada status sosial dan ekonomi
keluarga di tengah masyarakat, berpengaruh pula pada berpikir dan
kebiasaan-kebiasaan anak.
Oleh karena itu, keluarga merupakan modal utama agar kepribadian anak
menjadi baik. Keluarga yang harmonis atau tidak harmonis pun menjadi salah
satu penyebabnya,karena bisa dilihat saat ini anak-anak yang hidup dan
berkembang dikalangan keluarga yang disharmonis akan berbeda jauh
dengan keluarga harmonis lainnya.

1.2 Tujuan
 Untuk mengetahui apa itu keluarga
 Untuk mengetahui agen keluarga dalam proses pembentukan
kepribadian
 Untuk mengetahui apa itu keluarga disharmonis
 Untuk mampu mengetahui akibat dari keluarga disharmonis
 Untuk mampu mengaplkasikan karakter yang baik dalam kehidupan
sehari-hari
1.3 Permasalahan
1. Bagaimana peran keluarga dalam pembentukan kepribadian indiidu?
2. Adakah hubungan antara keluarga yang tidak harmois dengan
pembentukan kepribadian anak yang baik?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Peran keluarga dalam pembentukan kepribadian individu
Keluarga merupakan bagian dari sebuah masyarakat. Unsur-unsur yang ada
dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota
keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak khususnya ayah
dan ibu.

Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai


macam sisi. Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan
pembentukan kepribadian anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung
pada pemikiran dan tingkah laku kedua orang tua serta lingkungannya. Kedua
orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mewujudkan kepribadian
anak.

Islam menawarkan metode-metode yang banyak di bawah rubrik aqidah atau


keyakinan, norma atau akhlak serta fikih sebagai dasar dan prinsip serta cara
untuk mendidik anak. Dan awal mula pelaksanaannya bisa dilakukan dalam
keluarga. Sekaitan dengan pendidikan, Islam menyuguhkan aturan-aturan di
antaranya pada masa pra kelahiran yang mencakup cara memilih pasangan
hidup dan adab berhubungan seks sampai masa pasca kelahiran yang
mencakup pembacaan azan dan iqamat pada telinga bayi yang baru lahir,
tahnik (meletakkan buah kurma pada langit-langit bayi, mendoakan bayi,
memberikan nama yang bagus buat bayi, aqiqah (menyembelih kambing dan
dibagikan kepada fakir miskin), khitan dan mencukur rambut bayi dan
memberikan sedekah seharga emas atau perak yang ditimbang dengan berat
rambut. Pelaksanaan amalan-amalan ini sangat berpengaruh pada jiwa anak.

Perilaku-perilaku anak akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi


anggota keluarga dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk
kepribadiannya secara bertahap dan memberikan arah serta menguatkan
perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam kehidupan.
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak.
Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan
sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan
perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan
pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-
nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Ayah
dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya.
Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak,
jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa
kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat
dan saleh.

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan


sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi; meleburkan diri
menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai perkembangan
tingkah laku dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku
di dalam masyarakat di mana anak berada.

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau


bimbingan orangtua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek
kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat serta
mendorong dan memberikan contoh kepada anaknya bagaimana
menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak antara lain:

1. Kedua orang tua harus mencintai dan menyayangi anak-anaknya. Ketika


anak-anak mendapatkan cinta dan kasih sayang cukup dari kedua orang tuanya,
maka pada saat mereka berada di luar rumah dan menghadapi masalah-masalah
baru mereka akan bisa menghadapi dan menyelesaikannya dengan baik.
Sebaliknya jika kedua orang tua terlalu ikut campur dalam urusan mereka atau
mereka memaksakan anak-anaknya untuk menaati mereka, maka perilaku kedua
orang tua yang demikian ini akan menjadi penghalang bagi kesempurnaan
kepribadian mereka.
2. Kedua orang tua harus menjaga ketenangan lingkungan rumah dan
menyiapkan ketenangan jiwa anak-anak. Karena hal ini akan menyebabkan
pertumbuhan potensi dan kreativitas akal anak-anak yang pada akhirnya
keinginan dan Kemauan mereka menjadi kuat dan hendaknya mereka diberi hak
pilih.

3. Saling menghormati antara kedua orang tua dan anak-anak. Hormat di sini
bukan berarti bersikap sopan secara lahir akan tetapi selain ketegasan kedua orang
tua, mereka harus memperhatikan keinginan dan permintaan alami dan fitri anak-
anak. Saling menghormati artinya dengan mengurangi kritik dan pembicaraan
negatif sekaitan dengan kepribadian dan perilaku mereka serta menciptakan iklim
kasih sayang dan keakraban, dan pada waktu yang bersamaan kedua orang tua
harus menjaga hak-hak hukum mereka yang terkait dengan diri mereka dan orang
lain. Kedua orang tua harus bersikap tegas supaya mereka juga mau menghormati
sesamanya.

4. Mewujudkan kepercayaan. Menghargai dan memberikan kepercayaan


terhadap anak-anak berarti memberikan penghargaan dan kelayakan terhadap
mereka, karena hal ini akan menjadikan mereka maju dan berusaha serta berani
dalam bersikap. Kepercayaan anak-anak terhadap dirinya sendiri akan
menyebabkan mereka mudah untuk menerima kekurangan dan kesalahan yang
ada pada diri mereka. Mereka percaya diri dan yakin dengan kemampuannya
sendiri. Dengan membantu orang lain mereka merasa keberadaannya bermanfaat
dan penting.

5. Mengadakan perkumpulan dan rapat keluarga (kedua orang tua dan anak).
Dengan melihat keingintahuan fitrah dan kebutuhan jiwa anak, mereka selalu
ingin tahu tentang dirinya sendiri. Tugas kedua orang tua adalah memberikan
informasi tentang susunan badan dan perubahan serta pertumbuhan anak-anaknya
terhadap mereka.

Selain itu kedua orang tua harus mengenalkan mereka tentang masalah
keyakinan, akhlak dan hukum-hukum fikih serta kehidupan manusia. Jika kedua
orang tua bukan sebagai tempat rujukan yang baik dan cukup bagi anak-anaknya
maka anak-anak akan mencari contoh lain; baik atau baik dan hal ini akan
menyiapkan sarana penyelewengan anak.

Yang paling penting adalah bahwa ayah dan ibu adalah satu-satunya teladan
yang pertama bagi anak-anaknya dalam pembentukan kepribadian, begitu juga
anak secara tidak sadar mereka akan terpengaruh.
2.2 Hubungan antara keluarga yang tidak harmonis dengan
pembentukan kepribadian anak yang baik

Masa remaja adalah masa transisi atau peralihan dalam kehidupan


seorang individu, maka pada masa ini rentan pula segala yang terjadi
dalam kehidupan individu dalam proses perkembangan pribadinya. Tidak
terkecuali pula keadaan dalam lingkungan keluarganya, terutama apabila
individu berada dalam lingkungan keluarga yang brokenhome atau tidak
harmonis.
Sebuah penelitian yang dilakukan di University of California, Los
Angeles setelah mempelajari masalah dalam (kurang lebih) 2000
keluarga, membuktikan bahwa anak tetap menjadi korban ‘empuk’ dalam
pertikaian rumah tangga.
Efek pertikaian ini, biasanya akan membuat anak cenderung melakukan
hal-hal negatif diluar kebiasaannya. Ketidakstabilan emosi yang
disebabkan, akan membuat anak mencoba menggunakan obat-obatan
terlarang, mengonsumsi alkohol hingga melakukan seks bebas.
Untuk itu, berdasarkan observasi yang telah dilakukan selama 30 tahun,
menyatakan bahwa kedua orangtua yang sudah tak lagi saling mencintai,
sebaiknya jangan pernah hidup bersama dalam satu atap.
Hal ini hanya akan menyakiti hati dan mental sang anak. Seorang anak
yang terus-menerus melihat pertengkaran orangtuanya, bisa menderita
kelainan secara psikis dan gangguan perilaku, saat berhubungan dengan
orang lain.
Profesor Kelly Musick, sekaligus penulis buku “Are Both Parents
Always Better than One? Parental Conflict and Young Adult Well-
Being”, mengungkap bahwa seorang anak yang terlahir dan besar dalam
keluarga penuh konflik, cenderung menjadi bodoh secara akademis, dan
tak sedikit juga yang akhirnya putus sekolah. Ironisnya, dalam usia belia,
mereka sudah mencoba untuk merokok, minum alkohol dan melakukan
penyimpangan secara seksual.
Faktor-Faktor Penyebab Keluarga tidak harmonis
1. Terjadinya perceraian
Faktor pertama adanya disorientasi tujuan suami istri dalam membangun
mahligai rumah tangga, faktor kedewasaan yang mencakup intelektualitas,
emosionalitas, dan kemampuan mengelola dan mengatasi berbagai masalah
keluarga, pengaruh perubahan dan norma yang berkembang di masyarakat

.
2. Ketidak dewasaan sikap orang tua
Ketidakdewasaan sikap orang tua salah satunya dilihat dari sikap egoisme
dan egosentrime. Egoisme adalah suatu sifat buruk manusia yang
mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan egosentrisme adalah sikap yang
menjadikan dirinya pusat perhatian yang diusahakan oleh seseorang dengan
segala cara.
3. Orang tua yang kurang memiliki rasa tanggung jawab
Tidak bertanggungjawabnya orang tua salah satunya masalah kesibukan.
Kesibukan adalah satu kata yang telah melekat pada masyarakat modern di
kota-kota. Kesibukannya terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan
uang.
4. Jauh dari Tuhan
Segala sesuatu keburukan perilaku manusia disebabkan karena dia jauh dari
Tuhan. Sebab Tuhan mengajarkan agar manusia berbuat baik. Jika keluarga
jauh dari Tuhan dan mengutamakan materi dunia semata maka kehancuran
dalam keluarga itu akan terjadi.
5. Adanya masalah ekonomi
Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-hal di luar makan dan minum.
Padahal dengan penghasilan suami sebagai buruh lepas, hanya dapat
memberi makan dan rumah petak tempat berlindung yang sewanya
terjangkau.
6. Kehilangan kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak
Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga menyebabkan
hilangnya kehangatan di dalam keluarga antara orang tua dan anak. Faktor
kesibukan biasanya sering dianggap penyebab utama dari kurangnya
komunikasi.
7. Adanya masalah pendidikan
Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya broken home. Jika
pendidikan agak lumayan pada suami istri maka wawasan tentang kehidupan
keluarga dapat dipahami oleh mereka.

Dampak Keluarga tidak sejahtera pada Perkembangan Anak

1. Perkembangan Emosi
Menurut Hather Sall (dalam Elida Prayitno 2006: 96) “Emosi merupakan
situasi psikologi yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat
dari reaksi wajah dan tubuh”. Perceraian adalah suatu hal yang harus
dihindarkan, agar emosi anak tidak menjadi terganggu. Perceraian adalah
suatu penderitaan atau pengalaman traumatis bagi anak (Singgih,1995:
166).
2. Perkembangan Sosial Remaja
Menurut Brim (dalam Elida Prayitno. 2006: 81) “Tingkah laku sosial
kelompok yang memungkinkan seseorang berpartisipasi secara efektif
dalam kelompok atau masyarakat. Dampak keluarga Broken Home
terhadap perkembangan sosial remaja menurut Sunggih D Gunawan 1995:
108 adalah: Perceraian orang tua menyebabkan tumbuh pograan infenority
terhadap kemampaun dan kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi
takut untuk meluarkan pergaualannya dengan teman-teman.
3. Perkembangan Kepribadian
Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap
perkembangan kepribadian remaja. Menurut Westima dan Haller (dalam
Syamsyu Yusuf 2001: 99) yaitu bahwa remaja yang orang tuanya bercerai
cenderung menunjukkan ciri-ciri :

a. Berpilaku nakal.

b. Mengalami depresi.

c. Melakukan hubungan seksual secara aktif.

d. Kecenderungan pada obat-obat terlarang

Dari semuanya diatas tidak semua anak yang menjadi korban keluarga
yang tidak harmonis dapat berkepribadian buruk. Bahkan ada anak yang
berpikir bahwa suatu saat nanti jika mereka telah dewasa semoga hal
yang serupa terjadi pada orang tua mereka tidak terjadi pada mereka dan
bahkan ingin menunjukan kepada khalayak umum bahwa mereka bisa
lebih baik dari anak yang berada dikalangan keluarga harmonis.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
 Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat
terbentuk berdasarkan sukarela dan cinta yang asasi antara
dua subyek manusia (suami-istri).
 Keluarga merupakan agen sosialisasi utama dalam
pembentukan kepribadian idividu
 Karakter atau kepribadian seorang anak merupakan gambaran
dari kedua orang tuanya
 Anak yang lahir dikalangan keluarga yang tidak harmonis
akan bebeda dengan anak yang lahir dikeluarga harmonis
 Perceraian sangat besar pengaruhnya terhadap karakter
seorang anak
3.2 Saran
 Orang tua dalam mengambil keputusan untuk becerai
sebaiknya dipikir berulang-ulang karena dampak buruk dari
perceraian ini ada di anak.
 Setiap anak yang ada dikalangan keluarga tidak harmonis
hendaknya tidak ikut terjerumus kedalamnya malah
menunjukkan bahwa kelak dia bisa lebih baik daripada kedua
orang tuanya
 Jika ada kriti dan saran mohon diberitahu,untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
http://rizkyfauzi19.blogspot.com/2011/11/pengaruh-keluarga-broken-home-
pada-anak.html

http://bbawor.blogspot.com/2009/03/pengaruh-broken-home.html

http://ditaariska.blogspot.com/2011/11/efek-keluarga-broken-home-
terhadap_10.html

http://rizkyfauzi19.blogspot.com/2011/11/pengaruh-keluarga-broken-home-
pada-anak.html

www.google.com/peran keluarga dalam pembentukan kepribadian


DAFTAR ISI
Kata pengantar ......................................................................................................(1)

Bab 1 Pendahuluan ...............................................................................................(2)

1.1.Latar belakang ............................................................................................(2-3)

1.2.Tujuan ............................................................................................................(3)

1.3.Permasalahan..................................................................................................(3)

Bab 2 Pembahasan ................................................................................................(4)

2.1Peran keluarga dalam pembentuk kepribadian............................................(4-6)

2.2Hubungan keluarga tidak harmonis dengan anak........................................(7-9)

Bab 3 Penutup .....................................................................................................(10)

3.1Kesimpulan ...................................................................................................(10)

3.2Saran .............................................................................................................(10)

Daftar Pustaka ....................................................................................................(11)

Anda mungkin juga menyukai