Oleh
SIMON SIA NHA,SE, MSi
1
BAB 1
FUNGSI
1. Pendahuluan
Pemahaman akan konsep fungsi sangat penting dalam mempelajari ilmu ekonomi,
karena kasus-kasus dalam Ilmu Ekonomi banyak diselesaikan dengan menggunakan
pendekatan fungsi, baik fungsi yang berbentuk persamaan maupun fungsi yang berbentuk
pertidaksamaan. Dalam kuliah matrikulasi ini penjelasan matematika murni hanyalah
sebagai pengantar dalam aplikasinya didalam ilmu ekonomi dan bisnis. Karena itu dalam
kuliah ini juga lebih banyak dibahas kasus-kasus atau soal-soal yang berkaitan dengan
matematika ekonomi dan bisnis.
2
Koefisien dan Konstanta :
Koefisien adalah bilangan atau angka yang terkait pada dan terletak di depan suatu variabel
dalam sebuah fungsi. Sedangkan konstanta adalah bilangan atau angka yang (kadang-
kadang) turut membentuk sebuah fungsi, tetapi berdiri sendiri sebagai bilangan dan tidak
terkait pada suatu variabel tertentu.
Sebuah fungsi secara umum dituliskan : y = f (x) → bentuk eksplisit
Misalnya : y = a + bx
Atau lebih konkrit, misalnya kita mempunyai fungsi y = 5 + 0,8x
atau bisa dituliskan : f (x) = 5 + 0,8x
Fungsi diatas menunjukan bahwa besar kecilnya nilai y tergantung pada atau fungsional
dari nilai x, dimana y adalah variabel terikat, x adalah variabel bebas. Angka 0,8 adalah
koefisien variabel x, karena ia terikat pada variabel tersebut, sedangkan angka 5 adalah
konstanta.
Penyelesaian :
1. y = 3 + 2x 2. y = 2x
x 0 1 2 3 4 x 0 1 2 3 4
y 3 5 7 9 11 y 0 2 4 6 8
3
y y
0 X 0 X
3. y = 8 – 2x
x 0 1 2 3 4
y 8 6 4 2 0
0 4 x
Pada persamaan linier y = a + bx, konstanta a adalah penggal (intercept) garis pada
sumbu vertikal y, sedangkan koefisien b merupakan koefisien arah atau lereng (slope)
garisnya. Dalam hal nilai a = 0 maka garisnya tidak mempunyai penggal pada sumbu
vertical. Ini berarti bahwa garis yang bersangkutan bermula dari titik pangkal (0,0).
Apabila koefisien b bernilai positif (b > 0), garisnya bergerak dari kiri bawah ke
kanan atas. Akan tetapi jika koefisien arah tersebut bernilai negative ( b < 0), garisnya
bertolak dari kiri atau kekanan bawah.
Letak garis atau kurva dari sebuah fungsi linier, bisa pada kuadran I, II, III atau
kuadran IV tegantung pada nlai-nilai x dan y. Namun perlu diingat bahwa analisis
matematika dalam ilmu ekonomi lebih memusatkan perhatian pada kuadran I.
4
BAB 2
BENTUK HUBUNGAN LINIER
1. Pendahuluan
Hubungan sebab akibat antara berbagai variabel ekonomi, misalnya antara
permintaan dan harga suatu barang, antara investasi dan tingkat bunga, dan lain-lain,
dengan sederhana dapat dijelaskan dalam bentuk fungsi. Diantara berbagai macam
hubungan fungsional yang ada, hubungan linier merupakan bentuk hubungan yang paling
dasar dan paling sering digunakan dalam analisis ekonomi.
y - y1 x - x1
=
y2 - y1 x2 - x1
Misalkan diketahui titik A (2,3) dan titik B (6,5) maka persamaan liniernya adalah :
y - 3 x - 2
=
5 - 3 6 - 2
4y - 12 = 2x - 4
5
4y = 2x + 8 y = 2 + 0,5x
misalkan penggal dan lereng garis y = f (x) masing-masing adalah 2 dan 0,5 maka
persamaan linernya adalah :
y = 2 + 0,5x
6
a = Penggal vertical, c = penggal horizontal
Andaikan penggal sebuah garis pada sumbu vertical dan sumbu horizontal masing-
masing adalah 2 dan -4, maka persamaan linier yang memenuhinya adalah :
a 2
y = a -- --- X ------- y = 2 - ---- X
c (-4)
y = 2 + 0,5x
Garis lurus dari persamaan linier yang dibentuk berdasarkan keempat cara di atas dapat
dilihat pada gambar berikut ini :
y
y = 2 + 0,5x
4°
3°
2°
1°
° ° ° ° ° ° ° ° ° x
-4 -3 -2 -1 0 1 2 3 5 6
7
1. Cara Subsistusi
Dua persamaan dengan dua bilangan anu, dapat diselesaikan dengan cara :
menyelesaikan terlebih dahulu sebuah persamaan untuk salah satu bilangan anu, kemudian
mensubstitusikannya kedalam persamaan yang lain.
Contoh : Carilah nilai dari variabel x dan y dari dua persamaan berikut :
2x + 3y = 21 dan x + 4y = 23.
Penyelesaian :
Mengingat pertimbangan praktis, selesaikanlah terlebih dahulu persamaan kedua untuk
variabel x, maka diperoleh :
X = 23 - 4y. Kemudian subsistusikan hasil X (yang masih mengandung y) ini kedalam
persamaan pertama, sehingga diperoleh :
2x + 3y = 21 2 (23 – 4y) + 3y = 21
46 - 8y + 3y = 21 -5y = -25 y=5
maka nilai x = 3 (masukan pada salah satu persamaan semula). Jadi akar-akar persamaan
tersebut adalah : x = 3 dan y = 5
2. Cara Eliminasi
Dua persamaan dengan dua bilangan anu, dapat diselesaikan dengan cara
menghilangkan untuk sementara (mengeliminasi) salah satu dari bilangan anu yang ada,
sehingga dapat dihitung nilai dari bilangan anu yang lain.
Contoh : Carilah nilai variabel-variabel x dan y dari dua persamaan berikut : 2x + 3y =
21 dan x 4y = 23
Penyelesaian : misalkan bilangan anu yang hendak dieliminasikan adalah x, maka kalikan
persamaan pertama dengan 1 dan persamaan kedua dengan 2 sehingga diperoleh :
2x 3y 21 x1 2x 3y 21
2 x 8 y 46
x 4y 23 x2
5y 25
8
a b
dimana unsur-unsur: a, b, d, dan e mencerminkan bilangan-bilangan tertentu
d e
Sebuah determinan terdiri atas beberapa baris dan kolom, akan tetapi banyaknya baris dan
kolom harus sama. Banyaknya baris dan kolom suatu determinan, menunjukan dimensi
dari determinan sekaligus merupakan derajat determinannya, maksudnya determinan yang
terdiri atas n baris dan n kolom.
Prinsip pengerjaan determinan adalah dengan mengalikan unsur-unsurnya secara
diagonal, dari kiri atas ke kanan bawah dan dari kiri bawah ke kanan atas, kemudian hasil
perkalian menurun dikurangi dengan hasil perkalian yang menaik.
a b
= ae - db
d e
Contoh :
2 -4
1. (2x7) - (5 x-4 ) = 34
5 7
3 6 4
2. 1 2 5 = 8 (kerjakan sendiri)
3 2 7
Pencarian akar-akar persamaan linier dengan cara determinan dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut ini :
d e
9
a c
d f af dc
Dy =
y -----------
D ae - db
a b
d e
k b c
Dx = l e f = kei + bfm + chl - mec - lbi -kfh
m h i
k b c
Dy = l e f = ali + kfg + cmd -glc - dki - afm
m h i
k b c
Dz = l e f = aem + blg + khd - gek - dbm - alh
m h i
Contoh :
1. Carilah nilai variabel-variabel x dan y dari dua persamaan berikut :
10
2x + 3y = 21
x + 4y = 23
2 3 21 3 2 21
Jawab : D = = 5, Dx = = 15, Dy = = 25
1 4 23 4 1 23
Dx 15 Dy 25
x = = =3 y = = = 5.
D 5 D 5
2. Carilah nilai x, y dan z dari persamaan-persamaan berikut :
x + 2y - z = 0
2x + 5y + 2z = 14
y - 3z = -7
kerjakan sendiri : (jawaban : x = -1, y = 2 dan z = 3
SOAL-SOAL LATIHAN
11
2. Bentuklah persamaan liner yang garisnya melalui titik (-1,3) dan mempunyai koefisien
arah atau lereng sebesar :
(a). -1
(b). 2
3. Tentukan titik potong dari persamaan garis-garis berikut
(a). y = -2 + 4x dan y = 2 + 2x
(b).y = 2 + 2x dan y = 10 – 2x
4. Hitunglah nilai-nilai x dan y dari persamaan-persamaan berikut :
8x = 4 + 4y dan 2x + 3y - 21 = 0
5. Carilah nilai-nilai a, b dan c dengan cara determinan dari persamaan-persamaan
berikut :
a + b + c =3
5a - 9b - 2c = 8
3a + 5b - 3c = 45
BAB 3
APLIKASI FUNGSI LINIER
DALAM ILMU EKONOMI DAN BISNIS
12
Dalam teori ekonomi mikro, hukum permintaan mengatakan : Apabila harga suatu
barang naik, maka jumlah barang yang diminta akan berkurang, sebaliknya apabila harga
suatu barang turun, maka jumlah barang yang diminta akan bertambah, dengan asumsi “
ceteris paribus”, artinya factor-faktor lain yang turut mempengaruhi permintaan akan
barang itu dianggap konstan atau tetap. Berdasarkan hukum permintaan tersebut, maka
fungsi permintaan adalah suatu fungsi yang menghubungkan antara variabel harga dan
variabel jumlah (barang dan jasa) yang diminta. Dengan demikian maka hubungan antara
harga dan jumlah yang diminta adalah berbanding terbalik.
Sedangkan hukum penawaran mengatakan : apabila harga suatu barang naik, maka
jumlah barang yang diproduksi atau yang ditawarkan akan meningkat, sebaliknya apabila
harga suatu barang turun maka jumlah barang yang diproduksi atau yang dijual juga akan
menurun, dengan asumsi “ceteris paribus”. Dengan demikian, maka hubungan antara harga
dan jumlah barang yang diproduksi atau yang dijual berbanding lurus.
Dengan demikian maka bentuk umum fungsi permintaan suatu barang adalah :
Kurva permintaan dan penawaran berdasarkan fungsi di atas, adalah sebagai berikut :
Kurva Permintaan Kurva Penawaran
P P
S
0 Q 0 Q
Berdasarkan bentuk ke dua kurva tersebut di atas, terlihat bahwa kurva permintaan
berlereng negatip (berbanding terbalik) dan kurva penawaran berlereng positif
(berbanding lurus).
13
Dalam menggambarkan kurva permintaan dan penawaran, sebetulnya dibenarkan
meletakan variabel harga (P) pada sumbu horizontal dan variabel jumlah (Q) pada sumbu
vertikal. Jadi tidak harus variabel harga ditempatkan pada sumbu vertikal dan variabel
jumlah pada sumbu horizontal. Akan tetapi terdapat semacam tradisi untuk menempatkan
P pada sumbu vertikal dan Q pada sumbu horizontal, dan dalam kuliah ini kita mengikuti
tradisi atau kebiasaan tersebut.
Contoh :
Gambarkanlah kurva permintaan dan penawaran dari fungsi berikut ini :
Permintaan : P = 15 – Q Penawaran : P = 3 + 0,5Q
ρ ρ
S
15 •
ρ =15 – Q ρ =3 +0,5 Q
D 3•
0 15 Q 0 Q
14
3.2. Keseimbangan Pasar :
Pasar suatu barang dikatakan berada dalam keseimbangan (equilibrium) apabila
jumlah barang yang diminta sama dengan (=) jumlah barang yang ditawarkan atau dijual di
pasar barang tersebut. Secara matematik dan grafik, hal ini ditunjukan oleh kesamaan
antara :
Qd = Qs, yakni pada perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran. Pada
posisi keseimbangan pasar tersebut, terciptalah harga keseimbangan (equilibrium price)
dan jumlah keseimbangan (equilibrium quantity).
Jadi keseimbangn pasar tercipta apabila :
P
Qd = Qs
Keterangan : S
Qd = jumlah permintaan
Qs = jumlah penawaran ρℓ •E
E = Titik keseimbangan
Pe = harga keseimbangan D
Qe = jumlah keseimbangan • Q
0 Qe
Contoh 1 :
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukan oleh persamaan :
P = 15 - Q., sedangkan fungsi penawarannya : P = 3 + 0,5Q.
Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang terjadi di pasar tersebut?
Jawab :
Permintaan : P = 15 - Q Q = 15 - P
Penawaran : P = 3 + 0,5Q Q = -6 + 2P
Keseimbangan pasar : Qd = Qs
15 - P = -6 + 2P Q = 15 - P
21 = 3P = 15 - 7
P = 7 = 8 Jadi Pe = 7 dan Qe = 8
secara grafik :
P
15 Qs
15
Pe7 • • E(8:7)
3•
Qd
• Q
0 Qe = 8 15
*. Pengaruh Pajak
Pajak yang dikenakan atas penjualan suatu barang, menyebabkan harga jual barang
tersebut akan naik. Sebab setelah dikenakan pajak, produsen akan berusaha mengalihkan
(sebagian) beban pajak tersebut kepada konsumen, yaitu dengan jalan menawarkan harga
jual yang lebih tinggi. Akibatnya harga keseimbangan yang tercipta dipasar menjadi lebih
tinggi dari pada harga keseimbangan sebelum pajak. Akibat selanjutnya jumlah
keseimbangan menjadi lebih sedikit.
Pengenaan pajak sebesar t atas setiap unit barang yang dijual,menyebabkan
kurva penawaran bergeser ke atas, dengan penggal yang lebiih besar (lebih tinggi) pada
sumbu harga. Jika sebelum pajak persamaan penawarannya : P = a + bQ, maka sesudah
pajak, persamaannya akan menjadi : P = a + bQ + t
Dengan kurva penawaran yang lebih tinggi (ceteris paribus), titik keseimbangan akan
bergeser menjadi lebih tinggi.
Contoh 1 :
16
Fungsi permintaan akan suatu barang, ditunjukan oleh persamaan : P = 15 - Q,
sedangkan penawarannya, P = 3 + 0,5Q. Terhadap barang tersebut pemerintah
mengenakan pajak sebesar 3 per unit.
Pertanyaannya :
a). Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum pajak
b). Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sesudah pajak
c). Gambarkan grafiknya
Jawab :
a). Pe = 7 dan Qe = 8 (lihat penyelesaian soal sebelumnya)
b). Sesudah pajak, harga jual yang ditawarkan oleh produsen menjadi lebih tingggi,
sehingga persamaan penawarannya akan berubah dan kurvanyapun akan bergeser ke atas.
Fungsi permintaan : P = 15 - Q Q = 15 - P
Fungsi penawaran sebelum pajak : P = 3 + 0,5Q
Penawaran sesudah pajak P = 3 + Q,5Q + 3
Q = -12 + P
Maka keseimbangan pasar sesudah pajak menjadi : Qd = Qs
15 - P = -12 + 2P 27 = 3P P =9
Q = 15 - P Q = 15 - 9 = 6
Jadi sesudah pajak : P’e = 9 dan Q’e = 6
c. Grafik :
ρ
S1
15 S
9 • E1(6:9)
7 • E2(8:7)
6
3 D
Q
0 6 8 15
17
Penawaran sebuah barang ditunjukan oleh persamaan : Qs = -4 + 2P, sedangkan
permintaannya adalah : Qd = 11 - P. Terhadap barang yang ditawarkan pemerintah
mengenakan pajak (t) sebesar 3 atas setiap unit barang.
a). Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum pajak
b). Berapa harga dan jumlah keseimbangan sesudah pajak?
c). Gambarkan kurvanya.
Catatan : untuk persamaan penawaran sesudah pajak, unsur pajak bisa langsung dimasukan
ke dalam persamaan tanpa merubah fungsi, dengan catatan : (P – t).
*. Beban pajak yang ditanggung oleh Konsumen, Produsen dan jumlah pajak yang
diterima oleh Pemerintah.
Karena produsen mengalihkan sebagian beban pajak kepada konsumen melalui harga jual
yang lebih tinggi, maka beban yang diberikan oleh pemerintah tersebut akan ditanggung
bersama antara konsumen dan produsen. Beban pajak yang ditanggung oleh konsumen (tk)
adalah : Selisih antara harga keseimbangan sesudah pajak dengan harga keseimbangan
sebelum pajak (tk = P’e – Pe). Sedangkan beban pajak yang ditanggung oleh produsen (tp)
adalah : selisih antara besarnya pajak perunit yang dibebankan dengan beban pajak yang
ditanggung oleh konsumen (tp = t - tk). Selanjutnyajumlah pajak yang diterima oleh
pemerintah (T) adalah : Jumlah barang yang terjual sesudah pengenaan pajak dikalikan
dengan besarnya pajak per unit ( t ).
Berdasarkan contoh di atas, maka :
Beban pajak yang ditanggung konsumen : 9 - 7 = 2
Beban pajak yang ditanggung produsen : 3 - 2 = 1
Beban pajak yang ditanggung pemerintah : 6 x 3 = 18
18
Misalnya kita memiliki data yang sama dengan soal sebelumnya, yaitu : permintaan : P =
15 - Q dan penawarannya : P = 3 + 0,5Q. Pemerintah mengenakan pajak sebesar 25%
dari harga jual. Hitunglah harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum dan
sesudah adanya pajak.
Jawab :
a). Sebelum pajak (lihat penyelesaian soal sebelumnya)
b). Sesudah pajak : dengan t = 25% = 0,25
P = 3 + 0,5Q + 0.25P
0,75P = 3 + 0,5Q
2
P = 4 + Q atau Q = -6 + 1,5P
3
19
P Q1s
15 Qs
4
3
Q
-G 0 6,6 8 15
Contoh 1 :
Fungsi permintan akan suatu barang ditunjukan oleh persamaan :
P = 15 - Q, sedangkan penawarannya, P = 3 + 0,5Q. Pemerintah memberikan subsidi
sebesar 1,5 atas setiap unit barang yang diproduksi atau yang dijual.
a). Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan sebelum subsidi?
b). Berapa harga dan jumlah keseimbangan sesudah subsidi?
c). Gambar grafiknya!
20
Jawab :
a). Sebelum subsidi Pe = 7 a dan Qe = 8 (lihat soal sebelumnya)
b). Penawaran sebelum subsidi : P = 3 + 0,5Q
Penawaran sesudah subsidi : P = 3 + 0,5Q - 1,5
P = 1,5 + 0,5Q Q = -3 + 2P
Persamaan permintaan : P = 15 - Q Q = 15 - P
Keseimbangan pasar sesudah subsidi : Qd = Qs
15 - P = -3 + 2P 18 = 3P P =6 Q = 15 – 6 = 9
jadi dengan adanya subsidi, P’e = 6 dan Q’e = 9
Keseimbangan ini dapat dillihat dalam grafik sebagai berikut :
P
Qs
15 Q1s
7 E (8:7
1
6 E (9 : 6 )
3
1,5
0 8 9 15 Q
21
Sedangkan besarnya subsidi yang diberikan oleh pemerintah (S) adalah : mengalikan
jumlah barang yang terjual sesudah subsidi (Q’e) dengan besarnya subsidi per unit barang
(s). atau : S = Q’e x s.
Berdasarkan contoh soal diatas :
Sk = 7 - 6 = 1. Angka ini berarti setiap unit barang yang dibelinya, secara tidak langsung
telah menerima subsidi sebesar 1 atau 67% dari subsidi per unit barang.
Sp = 1,5 - 1 = 0,5. Angka ini berarti setiap unit barang yang diproduksi dan atau
dijualnya, produsen menerima subsidi sebesar 0,5 atau 33% dari subsidi per unit barang.
Jumlah subsidi yang harus diberikan oleh pemerintah adalah : S = 9 x 1,5 = 13,5
22
Karena permintaan akan masing-masing barang merupakan fungsi dari dua macam barang,
maka keseimbangan pasar yang tercipta adalah keseimbangan pasar untuk kedua macam
barang tersebut.
Contoh :
Permintaan akan barang X ditunjukan oleh persamaan :
QDx = 10 - 4Px + 2Py, sedangkan fungsi penawarannya QSx = -6 + 6Px
Sementara itu permintaan akan barang Y ditunjukan oleh persamaan :
QDy = 9 - 3Py + 4Px, sedangkan penawarannya QSy = -3 + 7Py
Beberapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang tercipta di pasar untuk
masing-masing barang tersebut?
Jawab :
Keseimbangan pasar barang X : Qdx = Qsx
10 - 4Px + 2Py = -6 + 6Px
10Px - 2Py = 16 …………………………………… (1)
Keseimbangan pasar barang Y : Qdy = Qsy
9 - 3Py + 4Px = -3 + 7Py
4Px - 10Py = -12 ………………………………….. (2)
Masukan persamaan (1) dan (2)
10 Px 2 Py 16
10 Px 2 Py 16 1 10 Px 25 Py 30
-
4 Px 10 Py 12 2,5 23Py 46
Py 2
Nilai Py = 2 ini masukan ke persamaaan (1) atau (2), hasilnya Px = 2. Untuk mendapatkan
Qx dan Qy, masukan kepersamaan permintaan atau persamaan penawaran mula-mula.
Hasilnya Qx = 6., Qy = 11
Jadi : Px = 2, Py = 2, Qx = 6 dan Qy = 11.
23
biaya tetap bukan merupakan fungsi dari jumlah barang yang dihasilkan. Karena ia
merupakan sebuah konstanta, dan kurvanya berupa sebuah garis lurus sejajar dengan
jumlah sumbu (Q). Sebaliknya biaya variabel tergantung pada jumlah barang yang
dihasilkan, semakin besar pula biaya variabelnya.Secara matematik, biaya variabel
merupakan fungsi dari jumlah barang yang dihasilkan, dan kurvanya berupa sebuah garis
lurus, berlereng positip, dan berawal dari titik pangkal (original).
Secara singkat rumusan tersebut dapat dituliskan :
FC =k
VC = f (Q)
TC = FC + VC = k + F (Q)
Hal ini secara grafik dapat dilihat sebagai berikut :
TC
TC
VC
k FC = k
0 Q
Contoh :
Biaya tetap yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan sebesar Rp.20.000, sedangkan biaya
variabelnya ditunjukan oleh persamaan VC = 100Q.
a). Tunjukan persamaan dan kurva biaya totalnya
b). Berapa biaya total yang dikeluarkan, jika perusahaan tersebut memproduksi 500 unit
barang?
Jawab :
a). FC = 20.000 TC = FC + VC = 20.000 + 100Q
VC = 100Q Jika Q = 500, TC = 20.000 + 100 (500) = 70.000
Secara grafik dapat dilihat sebagai berikut :
24
TC
TC
70.000 VC
50.000
20.000 FC = k
0 500 Q
25
Kurvanya :
TR
TR = 200Q
70.000
40.000
0 200 350 Q
7. Analisis Pulang Pokok (BEP)
Penerimaan dan biaya merupakan variabel-variabel penting untuk mengetahui
kondisi bisnis suatu perusahaan, apakah perusahaan memperoleh keuntungan, kerugian
ataukah pulang pokok.
Keuntungan (profit positip, π > 0 ), jika TR > TC, secara grafik hal terlihat pada area,
dimana kurva TR terletak di atas kurva TC, sebaliknya, kerugian (profit negatip, π <0),
jika TR < TC.. hal ini terlihat pada area dimana kurva TR terletak dibawah kurva TC.
Konsep yang lebih penting berkenaan dengan TR dan TC adalah konsep pulang
pokok (break even), yaitu suatu konsep yang digunakan untuk menganalisis jumlah
minimum produk yang harus dihasilkan atau terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian. Keadaan pulang pokok (BEP = 0 ), terjadi apabila TR = TC. Secara grafik hal
ini ditunjukan oleh perpotongan antara kurva TR dan TC. Grafuik :
TR
TR
xx
x x x
x x x TC
xx x
x
TPP ( π = 0)
0 Qx Q
26
Contoh :
Misalkan biaya total (TC) yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan ditunjukan oleh
persamaan TC = 20.000 + 100Q, dan penerimaan totalnya (TR) = 200Q
a). Pada tingkat produksi berapa unit perusahaan ini berada dalam posisi pulang pokok?
b). Apa yang terjadi jika ia memproduksi 300 unit?
Jawab :
a). π = TR - TC
Kondisi pulang pokok jika TR –TC = 0, atau TR = TC
200Q = 20.000 + 100Q
100Q = 20.000
Q = 200,-
b).Jika ia memproduksi 300 unit, maka TR = 200 (300) = 60.000
TC = 20.000 + 100 (300) = 50.000
Maka keuntungan ( π ) = 60.000 - 50.000 = 10.000
Secara grafis dapat diperlihatkan sebagai berikut :
TR
TR
60.000 TC
50.000
VC
40.000 BEP
20.000 FC
0 200 300 Q
27
SOAL-SAOL LATIHAN
1. Fungsi permintaan Vulpen dari suatu merek dicerminkan oleh gejala sebagai berikut :
jika dijual dengan harga Rp 5000., per buah akan laku terjual sebanyak 3000 unit., jika
dijual dengan harga Rp. 4000 akan terjual sebanyak 6000 unit.
a. Rumuskan fungsi atau persamaan permintaan akan vulpen tersebut.
b. Gambarkan kurva permintaan akan vulpen tersebut
c. Berapa jumlah vulpen yang diminta jika vulpen ini diberikan secara Cuma-Cuma
d. Berapa harga maksimum vulpen tersebut agar masih ada konsumen yang bersedia
membelinya?
2. Sebuah bola lampu merek Philips, bila dijual dengan dengan harga Rp 300, akan laku
terjual sebanyak 1000 buah. Pada setiap kenaikan harga Rp 100 jumlah penjualan
bertambah sebanyak 400 unit
a. Bentuklah fungsi atau persamaan penawaran bola lampu tersebut
b. Gambarkan kurva penawarannya.
3. Data tentang Harga, Permintaan dan penawaran sebuah produk ditunjukkan dalam tabel
berikut ini :
P (Harga) 0 2 4 6 8 10
D (Permintaa) 50 40 30 20 10 0
S (Penawaran) -15 0 15 30 45 60
28
Permintaan dan penawaran masing-masing komoditas ditunjukkan oleh persamaan
sebagai berikut :
QDX = 9 – 3PX + 2PY QDY = 7 – PY + 2PX
QSX = -1 + 2PX QSY = -5 + 3PY
Carilah harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan masing-masing komoditas.
6. Biaya Variabel rata-rata (AVC) yang dikeluarkan oleh seorang produsen adalah 60%
dari harga jual produknya, sedangkan biaya tetapnya (TFC) Rp 3000. Harga jual produk
per unit Rp 20.,
a. Berapa jumlah produk yang harus dihasilkan agar produsen itu bisa pulang pokok
(BEP) ?
b. Berapa profitnya jika ia memproduksi 400 unit ?
7. Harga jual suatu produk adalah Rp 50.-. biaya tetap rata-rata (AFC) adalah Rp 10.- dan
biaya variabel rata-rata (AVC) adalah Rp 25.-.
a. Berapa unit barang yang harus dihasilkan jika produsen ingin mendapatkan laba
sebesar Rp 6.000.- ?
b. Berapa unit barang yang dihasilkan, kalau ternyata ia tidak memperoleh keuntungan
tapi juga tidak menderita kerugian?
c. Berapa jumlah barang yang dihasilkan jika Ia ternyata menderita kerugian sebesar Rp
1.500.- ?
29
BAB 4
BENTUK HUBUNGAN NON LINIER
4.1. Pendahuluan
Pemahaman akan fungsi-fungsi non linier dalam mempelajari ilmu ekonomi tidak
kalah pentingnya dengan pemahaman akan fungsi linier. Meskipun banyak hubungan antar
variabel ekonomi, dapat dijelaskan dengan model linier. Namun tidak sedikit, bahkan lebih
realistic dan rational ditelaah dengan model yang non linier. Bahkan sebagian dari model
ekonomi linier yang ada, sesungguhnya merupakan penyederhanaan dari hubungan –
hubungan yang non linier, atau merupakan linierisasi dari model yang non linier.
Ada empat macam bentuk fungsi non linier, yaitu fungsi kuadrat parabolik,
fungsi kubik, fungsi eksponensial dan fungsi logaritmik. Namun dalam kuliah
matrikulasi ini ( mengingat waktu yang sangat terbatas), maka hanya akan dibicarakan
fungsi kuadrat parabolik, yang paling banyak ditemukan dalam analisis ekonomi.. dan
kalau mungkin sedikit dibicarakan tentang fungsi kubik. Ada empat kemungkinan gambar
dari suatu fungsi kuadrat : lingkaran,elips,hiperbola atau parabola. Dalam kuliah ini juga
hanya akan dibahas mengenai parabola, yang juga banyak ditemukan dalam analisis
ekonomi.
4.2. Parabola
Persamaan kuadrat yang paling penting dalam penerapan bisnis dan ekonomi
adalah parabola. Parabola adalah tempat kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap
sebuah titik focus dan sebuah garis lurus, yang disebut direktriks. Setiap parabola
mempunyai sebuah sumbu simetri dan sebuah titik ekstrim. Sumbu simetri parabola dapat
berupa garis yang sejajar dengan sumbu vertical y, atau berupa garis yang sejajar dengan
sumbu horizontal x.
Titik ekstrim parabola tidak lain adalah titik potong antara sumbu simetri
dan parabola yang bersangkutan. Letak titik ekstrim parabola tidak lain adalah titik potong
antara sumbu simetri dan parabola yang bersangkutan. Letak titik ekstrim parabola
mempunyai empat kemungkinan, tergtantung pada bentuk parabolanya. Apabila sumbu
simetri parabola sejajar dengan sumbu vertical. Letak titik ekstrimnya akan diatas, jika
parabolanya terbuka kebawah. Atau dibawah. Jika parabolanya terbuka ke atas. Sedangkan
30
bila sumbu simetri parabola sejajar dengan sumbu horizontal, titik ekstrimya akan terletak
di kiri, jika parabola terbuka ke kanan, atau di kanan. Jika parabolanya terbuka ke kiri.
Bentuk-bentuk parabola dapat dilihat pada gambar berikut :
y y
direktris Sumbu Simetri
Titik Ekstrim
0 x 0 x
y y
titik ekstrim
Sumbu Simetri
0 x 0 x
Mengingat terdapat parabola dengan sumbu simetri sejajar dengan sumbu vertical dan
parabola dengan sumbu simetri sejajar sumbu horizontal, maka terdapat dua (2) macam
bentuk umum yang lebih definitive untuk persamaan suatu parabola. Dengan demikian
bentuk umum persamaan parabola adalah:
1). y = 𝒂𝒙𝟐 + bx + c untuk sumbu simetri // sumbu vertical
2). x = 𝒂𝒚𝟐 + by + c untuk sumbu simetri // sumbu horizontal
dimana : a ≠ 0
31
Sedangkan untuk parabola dengan sumbu simetri // sumbu horizontal atau x = ay2
+ by + c, parabolanya terbuka ke kanan jika a > 0 dan terbuka kekiri jika a < 0.
Mengingat bentuk parabola yang umumnya diterapkan dalam ekonomi dan bisnis adalah
parabola jenis pertama, yaitu : y = ax2 + bx + c, maka dalam kuliah ini akan dijelaskan
parabola dengan bentuk yang pertama.
*). Untuk menentukan titik ekstrim parabola adalah : koordinat titik puncak dan
b 2 4ac
perpotongan dengan sumbu-sumbu koordinat : x = -b/2a, dan y =
4a
dimana : -b/2a adalah jarak titik ekstrim dari sumbu vertical y, sedangkan ( b 2 - 4ac/-4a )
*). Titik potong parabola dengan sumbu-sumbu koordinat, dapat dicari dengan cara
memisalkan x = 0 sehingga perpotongannya dengan sumbu y dapat dihitung, kemudian
memisalkan y = 0, sehingga perpotongannya dengan sumbu x dapat dihitung..
selanjutnya dapat dicari dengan menggunakan rumus abc.
Contoh 1 :
Tentukan titik ekstrim parabola dari persamaan kuadrat berikut ini : y = - x 2 + 6x - 2
dan perpotongannya dengan sumbu-sumbu koordinat serta gambakan parabolanya.
Jawab :
y = - x 2 + 6x - 2,. Parabolanya terbuka ke bawah, karena a < 0 , titik ekstrimnya
terletak di atas, berupa titik puncak.
Koordinat titik puncak :
*). Titik Ekstrim Parabola :
b 2 4ac 6 36 8
x = -b/2a. dan y = = , 3 : 7
4a 2 4
*). Titik potong parabola dengan sumbu – sumbu koordinat :
- perpotongan dengan sumbu y, jika x = 0 y = -2 (0.-2)
- perpotongan dengan sumbu x, jika y = 0, berarti :
y = x 2 + 6x - 2 0 = x 2 + 6x - 2 atau x 2 +6x - 2 = 0
x 2 + 6x - 2 = 0,. Pakai rumus abc :
32
b 2 4ac
x1.2 . = -b diperoleh : x1 . = 5.65.. x 2 . = 0.35
2a
Kurvanya adalah sebagai berikut :
y
(3:7)
7 •
0
0,35 x 3 5,65
-2 •
Contoh 2 :
Tentukan titik ekstrim parabola : y = 2x 2 - 8x + 5, dan perpotongan dengan sumbu-
sumbu koordinat.
Jawab :
y = 2x 2 - 8x + 5, parabolanya terbuka ke atas, sebab nilai a > 0 (2 > 0).
Titik ekstrimnya terletak dibawah. Koordinat titik ekstrimnya :
33
Parabolanya sebagai berikut :
y
2, -3
Y = a + bx + cx2 + dx3
Setiap fungsi kubik setidak-tidaknya mempunyai sebuah titik belok (inflexion point),
yaitu titik peralihan bentuk kurva dari cekung menjadi cembung atau dari cembung
menjadi cekung. Selain titik belok sebuah fungsi kubik mungkin pula mempunyai satu
titik ekstrim (maksimum atau minimum) atau dua titik ekstrim (maksimum dan
minimum). Ada tidaknya titik ekstrim dalam suatu fungsi kubik tergantung pada
besarnya nilai-nilai b, c dan d di dalam persamaannya. Dengan demikian terdapat
beberapa kemungkinan bentuk kurva fungsi kubil. Kemungkinan-kemungkinan
tersebut diperlihatkan dalam gambar-gambar berikut :
Y y
Titik belok
Titik belok
0 x 0 x
34
y y
maksimum
titik belok
titik belok
minimum
0 x 0 x
maksimum
titik belok
minimum
0 x
Cara mencari koordinat-koordinat titik maksimum dan titik minimum serta titik belok dari
suatu fungsi kubik akan dijelaskan pada bab tentang diferensial.
SOAL-SOAL LATIHAN
1. Tentukan titik ekstrim dan bentuk parabolanya :
a. y = 3x 2 30x + 77
b. y = 5x 2 + 30x – 35
a. y = 32 – 4x + x2 untuk x = 3
b. y = 20 – 5x – 3x2untuk x = -2
c. 3y = 27 + x – x2 untuk x = 6
a. x2 – 8x + 16 = 0
b. 3x2 – 12x + 9 = 0
35
BAB 5
APLIKASI FUNGSI NON LINIER DALAM
EKONOMI DAN BISNIS
E
Qd
0 Q
Analisis pengaruh Pajak dan Subsidi terhadap keseimbangan pasar prinsipnya sama dengan
analisis pada kondisi linier. Pajak atau subsidi menyebabkan harga jual suatu produk
berubah, hal ini tercermin dari perubahan persamaan penawaran yang juga terlihat pada
pergeseran kurva penawaran. Dimana pajak menyebabkan harga jual menjadi lebih tinggi
dan jumlah keseimbangan menjadi lebih rendah dari keseimbangan sebelum pajak.
Sebaliknya subsidi menyebabkan harga keseimbangan menjadi lebih rendah dan jumlah
keseimbangan menjadi lebih banyak.
Contoh :
Fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukan oleh persamaan : Qd = 19 - p 2 .
Sedangkan penawarannya : Qs = -8 + 2P 2 .
Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang tercipta dipasar barang
tersebut ?
Jawab :
Keseimbangan : Qd = Qs
19 - P 2 = -8 + 2P 2 27 = 3P 2 P2 = 9 P=3
36
Q = 19 - P 2 = 19 - 3 2 =10.
Jika misalnya terhadap barang yang bersangkutan dikenakan pajak spesifik sebesar Rp.1
per unit. Berapa harga keseimbangan dan jumlah keseimbangan yang baru?
Jawab :
Persamaan penawaran yang baru :
Q’s = -8 + 2(P -1) 2 = -8 + 2 (P 2 -2P + 1) = -6 - 4P + 2P 2
Keseimbangan pasar yang baru : Qd = Q’s
19 - P 2 = - 6 - 4P + 2P 2
3P 2 - 4P – 25 = O
Dengan rumus abc diperoleh : P 1 = 3,63 dan P 2 = -2,30 (P 2 tidak dipakai, karena harga
tidak mungkin negatip)
Dengan memasukan P = 3,63 ke dalam persamaan Qd atau persamaan Q’s diperoleh
Q =5,82.
Jadi dengan adanya pajak P’e = 3,63 dan Q’e = 5,82.
Selanjutnya dapat dihitung beban pajak yang ditanggung konsumen, produsen serta
besarnya pajak yang diterima oleh pemerintah.
tk = P’e - Pe = 3,63 - 3 = 0,63
tp = t - tk = 1 – 0,63 = 0,37
T = Q’e x t = 5,82 x 1 = 5,82.
2. Fungsi Biaya
Selain pengertian Biaya Tetap Total (TFC), Biaya Variabel Total (TVC) dan Biaya
Total (TC), dalam konsep biaya dikenal pula pengertian Biaya rata-rata (AC), Biaya tetap
Rata-rata, Biaya Variabel Rata-rata dan Biaya Marjinal (MC). Rumusan umum untuk
masing-masing biaya adalah :
Biaya Tetap Total : FC = k (k : konstanata)
Biaya Variabel Total : TVC = f(Q)
Biaya Total : TC = TFC + TVC = k +f(Q)
37
Biaya Marjinal : MC = ∆TC / ∆Q
Bentuk non linier dari fungsi biaya pada umumnya berupa fungsi kuadrat parabolic
dan fungsi kubik. Hubungan antara biaya total dan bagian-bagiannya secara grafik dapat
dilihat sebagai berikut :
(a). Biaya Total merupakan fungsi kuadrat parabolic :
Misalkan : TC = aQ2 – bQ + c
TVC TFC
Maka :
AC = TC / Q = aQ – b + c/Q
AVC = TVC / Q = aQ – b
AFC = TFC / Q = c/Q.
Secara grafik terlihat bahwa baik biaya total maupun biaya variabel sama-sama berbentuk
parabola. Perbedaannya hanya terletak pada konstanta, c yang mencerminkan biaya tetap
(TFC). Karena TC dan TVC berbentuk parabola, maka dengan menggunakan rumus titik
ekstrim parabola, dapat dihitung tingkat produksi (Q) pada TC minimum dan TVC serta
besarnya TC minimum dan TVC minimumnya. TC dan TVC berbentuk parabola
membawa konsekuesi AC dan AVC berbentuk linier, sementara AFC asimtot terhadap
kedua sumbu, Tc dan Q, sebab TFC linier. Perhatikan gambar, TC minimum dan AVC
minimum terjadi pada Q yang sama tetapi TC minimum itu tidak sama dengan TVC
minimum, hanya jika c = 0, maka TC minimum sama dengan TVC minimum. Selanjutnya
pada grafik terlihat bahwa AC = AFC pada posisi Q, dimana AVC = 0
Grafik :
TC TC
TC AFC AC
TF C AVC
TVC
0 Q 0 Q
38
(b). Biaya total merupakan fungsi Kubik
Misalkan : Misalkan : TC = aQ3 – bQ2 + cQ + d
TVC TFC
Maka :
AC = TC / Q = aQ2 – bQ + c + d/Q
AVC = TVC / Q = aQ2 – bQ + c
AFC = TFC / Q = d/Q.
Biaya total dengan fungsi kubik selalu membuahkan AC dan AVC berbentuk parabola
terbuka ke atas. Sedangkan AFC tetap asimtotik terhadap sumbu TC dan Q, sebab TFC
salalu berupa sebuah konstanta yang kurvanya sejajar sumbu Q. AC minimum dan AVC
juga terjadi pada kedudukan Q yang sama, tetapi perbedaanya hanya terletak pada
besarnya nilai AFC. perhatikan gambar berikut.
TC TC
TC TVC
AC
AVC
TFC
AFC
0 Q 0 Q
Contoh :
Biaya total yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan ditunjukan oleh persamaan :
TC = 2Q 2 - 24Q + 102
a). Pada tingkat produksi berapa unit, biaya total ini minimum?
b). Hitunglah biaya total minimum tersebut.
c). Hitunglah biaya tetap, biaya variabel, biaya rata-rata , biaya tetap rata-rata dan biaya
variabel rata-rata pada tingkat produksi tersebut.
39
d). Seandainya produksi dinaikan dengan 1 unit, berapa biaya marjinalnya.
Jawab :
a). Berdasarkan rumus titik ekstrim parabola, TC minimum terjadi pada kedudukan : Q = -
b/2a = 24/4 = 6 unit.
b). Besarnya biaya total minimum :
TC = 2Q 2 - 24Q + 102
TC = 2 ( 6 ) 2 - 24 ( 6 ) + 102 = 30
Catatan: TC minimum dapat dicari dengan rumus ordinat titik ekstrim parabola, yaitu :
(b 2 - 4ac/-4a = (24 2 - 4 X 2 X 102 ) / -4 X 2 = 30.
c). Pada Q = 6 unit :
FC = 102., VC = -72., AC = 30/6 = 5., AFC = 102/6 = 17
AVC = -72/6 = -12
d). Jika Q = 7., TC = 2 (7) 2 - 24 (7) + 102 = 32
DTC 32 30
MC = = =2 angka ini berarti : untuk menaikan produksi
dQ 76
dari 6 unit menjadi 7.. diperlukan biaya
tambahan (marjinmal sebesar 2).
40
Dengan demikian maka penerimaan Rata-rata (AR) tidak lain adalah harga barang per unit
(P). secara grafdis kurvaq AR adalah juga kurva permintaan dalam bentuk P = f(Q)
Karena itu dalam membentuk persamaan permintaan melalui fungsi permintaan,
persamaan permintaannya harus dalam bentuk P = f(Q). karena itu jika persamaan dalam
bentuk Q harus dibalik terlebih dahulu dalam bentuk P, karena penerimaan tergantung
pada Q dan bukan fungsi harga (P).
Contoh :
Fungsi permintaan yang dihadapi seorang produsen monopolis, ditunjukan oleh persamaan
P = 900 – 1.5Q
a). Bagaimana persamaan penerimaan totalnya.
b). Berapa besarnya penerimaan totalnya, jika barang terjual sebanyak 200 unit, dan berapa
harga jual per unit?
c). Hitunglah penerimaan marjinal dari penjualan sebanyak 200 unit menjadi 250 unit.
d). Tentukan tingkat penjualan yang menghasilkan penerimaan total maksimum, dan
berapa besarnya penerimaan total maksimum tersebut?
Jawab :
a). P = 900 – 1,5Q TR = P X Q = 900Q - 1,5Q 2
b). Jika Q = 200, TR = 900 (200) - 1,5 (200) 2 = 120.000
P = 900 - 1,5 (200) = 600 P = TR/Q = 120.000/200 = 600
c). Jika Q = 250, TR = 900 (259) – 1,5 (250) 2 = 131.250
Maka MR = dTR/dQ = 131.250 – 120.000/250 – 200 = 225
TR = -1.5Q 2 + 900Q
TR maksimum pada Q = -b/2a = -900/-3, maka
TR maksimum = -1,5 (300) 2 + 900 (300) = 135.000
Contoh :
Penerimaan total yang diperoleh sebuah perusahaan ditunjukan oleh persamaanpenerimaan
: TR = -0,10Q 2 + 20Q., sedangkan biaya total yang dikeluarkan TC = 0.25Q 3 - 3Q 2 + 7Q
+ 20.Hitunglah profit perusahaan tersebut jika barang yang terjual :
a). 10 unit. b). 20 unit
41
Jawab :
a). Profit ( π ) = TR – TC = (-0,10Q 2 + 20Q ) – (0,25Q 3 - 3Q 2 + 7Q + 20)
= -0,25Q 3 + 2,90Q 2 + 13Q – 20
Q = 10 -0,25 (1000) + 2,90 (100) + 13 (10) – 20
= 150 keuntungan
b). Q = 20 -0,25 (8000) + 2,90 (400) + 13 (20) – 20
= -600 terjadi kerugian
TU = f (Q)
0 Q
MU
Contoh :
Fungsi TU = 90Q – 5Q 2
42
a). Carilah fungsi Marjinal Utilitynya.
b). Berapa TU maksimum?
c). Gambarkan kurvanya
Jawab :
a). TU maksimum pada MU = 0
MU = 0 Q=9
b). Besarnya TU Maksimum = 90 (9) - 5 (9) 2 = 810 – 405 = 405
c). Kurvanya :
TU, MU
405
90 TU
0 Q
9
MU
Fungsi Produk Total (TP) yang non linier, pada umumnya berupa sebuah
persamaan kubik yang mempunyai titik belok dan sebuah titik puncak. TP merupakan
fungsi dari jumlah masukan (input = factor produksi) yang digunakan. Selain istilah TP,
dikenal juga pengertian AP dan MP. Secara singkat dapat dituliskan :
Jika dalam kegiatan produksi, dianggap hanya terdapat satu masukan (input) variabel,
misalkan X, sedangkan input-input lainnya merupakan input tetap, makanya produksinya
dapat dinyatakan dengan notasi :
TP = f ( X )
AP = TP/X
43
MP = dTP/dX
Secara grafik, kurva TP mencapai puncaknya tepat ketika kurva MP = 0, sedangkan MP
mencapai puncaknya tepat pada posisi titik belok kurva TP. Disamping itu, kurva AP pada
posisi AP maksimum. Penjelasan lebih rinci akan dilihat dalam materi elastisitas.
Kurvanya sebagai berikut :
TP, MP
TP = f ( x )
AP
0
MP
Contoh :
Fungsi produksi yang dihadapi seorang produsen ditunjukan oleh persamaan : TP =
9X 2 - X3
a). Bentuklah persamaan AP serta hitunglah TP dan AP, jika digunakan masukan (input)
sebanyak 6 unit.
b). Berapa MP-nya jika masukan yang digunakan ditambah 1 unit?
Jawab:
a). TP = 9X2 – X3 AP = TP/X = 9X - X 2
dTP 98 108
MP = = = -10
dX 76
MP negatip berarti masukan tambahan yang digunakan justru akan mengurangi hasil
produksi.
44
SOAL-SOAL LATIHAN :
1. Hitunglah harga dan jumlah keseimbangan pasar dari suatu produk yang permintaan
dan penawarannya masing-masing ditunjukkan oleh persamaan : Qd = 40 – p2 dan
penawarannyaQs = -60 + 3P2.
2. Berdasarkan soal nomor 1 di atas, jika setiap unit barang yang dijual dikenakan pajak
sebesar 1 rupiah,
a. Berapa harga dan jumlah keseimbangan yang baru
b. Berapa bagian dari pajak yang ditanggung konsumen untuk setiap unit barang,
berapa yang ditanggung produsen?
c. Hitung jumlah pajak total yang diterima oleh Pemerintah.
3. Fungsi penerimaan total yang dihadapi seorang produsendicerminkan oleh persamaan :
TR = 4500Q – 15Q2
a. Hitung penerimaan total dan penerimaan rata-rata jika perusahaan itu menghasilkan
100 unit output.
b. Hitunglah tingkat produksi yang menghasilkan penerimaan total maksimum, berapa
penerimaan total maksimum tersebut?
c. Hitunglah penerimaan marjinalnya.
4. Penerimaan total dari sebuah perusahaan ditunjukkan oleh fungsi : TR = -3Q2 + 750Q.,
sedangkan biaya totalnya ditunjukkan oleh persamaan : TC = 5Q2 – 1000Q + 85000.
Hitunglah :
a. Tingkat produksi yang menghasilkan penerimaan total maksimum, dan hitunglah
penerimaan total maksimum tersebut.
b. Untung ataukah rugi jika perusahaan itu menghasilkan 100 unit output?
5. Output suatu perusahaan akan terjual sebanyak 2000 unit jika harga per unit100 rupiah,
tetapi hanya akan terjual sebanyak 1500 unit jika harga per unit naik menjadi 150
rupiah. Biaya total yang dikeluarkannya ditunjukkan oleh persamaan :
TC = 0,3Q2 – 720Q + 600.000. Hitunglah keuntungan atau kerugian perusahaan jika ia
memperoduksi output sebanyak :
a. 750 unit. b. 1.250 unit.
6. Berdasarkan data dalam soal nomor 5 di atas, hitunglah keuntungan atau kerugian
perusahaan jika ia berproduksi pada :
45
a. Tingkat produksi yang menghasilkan penerimaan total maksimum
b. Tingkat produksi yang menunjukkan biaya total minimum
c. Mana yang lebih baik bagi perusahaan, berproduksi pada tingkat produksi yang
menghasilkan penerimaan total maksimum ataukah pada tingkat produksi yang
menunjukkan biaya biaya total minimum?
d. Mana yang terbaik : berproduksi pada tingkat produksi yang menghasilkan
penerimaan total maksimum, tingkat produksi yang menunjukkan biaya total
minimum ataukah pada tingkat produksi 1.250 unit?P = 150 X2 – 2X3., dimana p
adalah jumlah produk yang dihasilkan dan X adalah
7. Fungsi produksi yang dihadapi seorang produsen ditunjukkan oleh persamaan :
e. jumlah masukan (input) yang digunakan.
a. Bentuklah fungsi produksi rata-ratanya
b. Berapa produk total dan produk rata-rata, jika digunakan 70 unit masukan?
c. Hitunglah produk marginal jika input yang digunakan ditambah 1 unit?
8. Kepuasan seorang konsumen ketika mengkonsumsi suatu produk dicerminkan oleh
fungsi utilitas sbb : U = -3Q2 + 72Q
a. Berapa unit barang yang harus dikonsumsi bila ia ingin memaksimumkan tingkat
kepuasan atau utilitas atas barang itu?
b. Hitunglah nilai utilitas maksimum tersebut.
c. Apa yang terjadi jika konsumen tersebut menambah lagi satu unit barang tersebut?
d. Kapan kepuasan konsumen mengkonsumsi baranga tersebut justru menjadi negatip
atau tidak bermanfaat?
46
BAB 6
DIFERENSIAL FUNGSI SEDERHANA
6.1. PENGANTAR
Besaran dari koefisien variabel bebas X dalam suatu fungsi menunjukan tingkat
dimana perubahan marjinal dalam variabel bebas itu akan mempengaruhi variabel tak
bebas Y. Pengujian pengaruh marjinal dari satu variabel terhadap variabel lain dalam suatu
fungsi dikenal sebagai analisis marjinal ( marginal analysis ).
Para ekonom banyak menggunakan analisis marjinal ketika menetapkan atau
membuat keputusan. Sebagai contoh, apabila kita ingin meminimumkan biaya dari suatu
produk, maka kita perlu mengetahui pada tingkat output berapa sebaiknya diproduksi.
Berkaitan dengan hal ini, kita perlu mengetahui fungsi biaya marjinal yang
didiferensiasikan dari fungsi biaya total atas output produk itu. Tentu saja, fungsi biaya
total atas produk itu telah dispesifikasikan secara tepat berdasarkan data empirik yang ada.
Untuk dapat menggunakan analisis marjinal dalam pembuatan keputusan, maka
kita perlu mengetahui konsep-konsep dasar diferensiasi.
47
Jika y = kv, dimana v = h(x), maka dy/dx = k dv/dx
Contoh : y = 5x3, dy/dx = 5(3x2) = 15x2
4. Diferensiasi pembagian konstanta dengan fungsi
Jika y = k/v, dimana v = h(x), maka dy/dx= - k dv/dx
v2
contoh : y = 5
X3
48
BAB 7
APLIKASI DIFERESIAL FUNGSI SEDERHANA
DALAM EKONOMI DAN BISNIS
Teori diferensial sering diterapkan dalam ekonomi dan bisnis seperti konsep elastisitas,
konsep nilai marginal dan konsep tentang optimisasi. Konsep tentang elastisitas
diantaranya adalah perhitungan berbagai jenis elastisitas seperti elastisitas permintaan,
elastisitas penawaran, elastisitas silang dan lain-lain. Sedangkan dalam kaitannya
dengan konsep nilai marginal dan konsep optimisasi akan dibahas, diantaranya :
perhitungan nilai marjinal dari berbagai variabel ekonomi serta penentuan nilai
optimum dari fungsi atau variabel yang bersangkutan. Selanjutnya akan dibahas pula
hubungan antara nilai total, nilai marjinal dan nilai rata-rata dari fungsi biaya dan
fungsi produksi.
7.1. Elastisitas Permintaan
Elastisistas permintaan adalah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya
perubahan jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga. Jadi elastisitas
harga merupakan ratio antara persentase perubahan jumlah barang yang diminta
terhadap persentase perubahan harga. Jika fungsi permintaan dinyatakan dengan Qd =
f(P) maka formulasi untuk menghitung elastisitas adalah :
ηd = %∆Qd / %∆P = ∂Qd/∂P . P/Qd
Dimana ΔQd/dP adalah Q’d atau f’(P).
Permintaan akan suatu produk dikatakan elastis jika koefisien elastisitas lebih besar
dari satu (ep > 1), uniter jika ep = 1 dan inelastic jika ep < 1.
Contoh :
Fungsi permintaan sebuah produk ditunjukkan oleh persamaan : Qd = 4 – P, dimana
Qd melambangkan jumlah barang yang diminta dan P adalah harga barang per unit.
Hitunglah elastisitas permintaan pada :
a. tingkat harga P = 3
b. tingkat permintaan Qd = 3
Dengan rumusan di atas, maka diperoleh :
a. ep = -3 (elastis)
b. ep = -1/3 (inelastis)
49
7.2. Elastisitas Penawaran
Elastisistas penawaran adalah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya
perubahan jumlah barang yang ditawarkan akibat adanya perubahan harga. Jadi
elastisitas penawaran merupakan ratio antara persentase perubahan jumlah barang yang
ditawarkan terhadap persentase perubahan harga. Jika fungsi penawaran dinyatakan
dengan Qs = f(P) maka formulasi untuk menghitung elastisitas :
ηs = %∆Qs / %∆P = ∂Qs/∂P . P/Qs
Dimana ∂Qs/∂P adalah Q’s atau f’(P).
Contoh :
Penawaran sebuah barang ditunjukkan oleh persamaan Qs = -200 + 7P2
Hitung elastisitas penawaran pada :
a. tingkat harga (P) = 10
b. tingkat harga (P) = 15
jika dimasukan dalam formula diatas maka diperoleh :
a. es = 2,8
b. es = 2.3
7.3. Elastisitas Produksi
Elastisitas Produksi adalah suatu koefisien yang menjelaskan besarnya perubahan
jumlah output yang dihasilkan akibat adanya perubahan jumlah input yang digunakan. Jadi
elastisitas produkasi merupakan ratio antara persentase perubahan jumlah output terhadap
persentase perubahan jumlah input. Jika P melambangkan jumlah produk yang dihasilkan,
sedangkan X melambangkan jumlah input atau faktor produksi yang digunakkan, dan
fungsi produksi dinyatakan dengan P = f(X), maka elastisitas produksinya dapat
dirumuskan :
ηp= %∆P / %∆X = ∂P /∂dX . X/P
Contoh :
Fungsi produksi sebuah barang ditunjukkan oleh persamaan P = 6X2 – X3. Hitunglah
elastisitas produksinya pada tingkat penggunaan faktor produksi sebanyak :
a. 3 unit
b. 7 unit
Dengan memasukan formula di atas maka diperoleh :
a. P = 6X2 – X3→ P‘ = dP/dX = 12X – 3X2
50
ηp= dP/dX . X/P = (12X – 3X2) . X/(6X2 – X3)
pada X = 3 ., ηp = 1
b. Pada X = 7., ηp = 9
MC
0 Q
51
Karena fungsi penerimaan total yang non linier pada umumnya berbentuk fungsi kuadrat
(parabolik), maka fungsi penerimaan marjinalnya akan berbentuk fungsi linier. Kurva
penerimaan marjinal (MR) selalu mencapai nol tepat pada saat kurva penerimaan total
(TR) berada pada posisi puncaknya.
Contoh :
Misalkan fungsi permintaan akan suatu barang ditunjukkan oleh persamaan : P = 16 – 2Q
Penerimaan total (TR) = 16Q – 2Q2
Penerimaan Marjinal (MR) = 16 – 4Q
Pada MR = 0., Q = 4., dan P = 16 – 2(4) = 8
TR = 16(4) – 2(4)2 = 32
P, TR, MR
TR = 16Q – 2Q2
P = 16 – 2Q
MR = 16 – 4Q
0 4 8 Q
MR
52
Karena fungsi TP yang non linietr pada umumnya berbentuk fungsi kubik, maka fungsi
produk marjinalnya akan berbentuk fungsi kuadrat (parabolic). Kurva MP selalu
mencapai titik ekstrimnya (dalam hal ini nilai maksimum) tepat pada saat kurva TP
berada pada posisi titik beloknya. Kedudukan ini mencerminkan berlakunya hukum
“ tambahan hasil yang semakin berkurang” (the law of the diminishing return). TP
mencapai puncak ketika MP nya nol. Sesudah kedudukan ini, TP menurun bersamaan
dengan MP menjadi negatip. Area dimana MP negatip menunjukkan bahwa
penambahan penggunaan input yang bersangkutan justru akan mengurangi jumlah
produk total, yang mengisyaratkan telahterjadi disefisiensi dalam kegiatan produksi.
Dalam area ini jika TP mau ditingkatlkan jumlah input yang digunakan justru harus
dikurangi.
TP, MP
TP
MP
0 3 6 X
53
Berarti pada π optimum : π’ = 0, = MR – MC = 0 atau MR = MC
Secara grafik, kesamaan antara MR = MC atau pada kedudukan π’ = 0, ditunjukkan
oleh perpotongan antara kurva MR dan kurva MC. Hal ini sekaligus mencerminkan
jarak terlebar antara kurva TR dan TC. Akan tetapi syarat MR = MC atau π‘ = 0
belumlah cukup untuk mengisyaratkan keuntungan maksimum, sebab jarak terlebar
yang dicerminkannya mungkin merupakan selisih positip (Keuntungan) atau
merupakan selisih negatip (Kerugian).
Untuk mengetahui apakah MR = MC mencerminkan keuntungan maksimum ataukah
justru kerugian maksimum, perlu dikaji melalui derivatif kedua dari fungsi keuntungan
(π).
π = TR – TC
π optimum bila π’ = 0 atau MR = MC
jika π” < 0 ., maka π maksimum = keuntungan maksimum
jika π” > 0 ., maka π minimum = kerugian maksimum
π’ = 0 atau : MR = MC
π” < 0 atau : (MR)’ < (MC)’
54
-3Q2 – 4Q + 118Q – 1315 = 0
-3Q2 + 114Q – 315 =0
-Q2 + 38Q – 105 = 0
DAFTAR PUSTAKA
H. Johannes & Budiona Sri Handoko, „Pengantar Matematika Ekonomi“, LP3ES, Jakarta,
1980.
Weber, Jean E., “Mathematical Analysis : Business and Economic Application”, 4th
edition, McGraw-Hill, New York, 1984.
55