PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Periodik paralisis merupakan kelainan pada membran yang sekarang ini
dikenal sebagai salah satu kelompok kelainan penyakit chanellopathies pada otot
skeletal. Kelainan ini dikarakteristikkan dengan terjadinya suatu episodik
kelemahan tiba-tiba yang disertai gangguan pada kadar kalium serum. Periodik
paralisis ini dapat terjadi pada suatu keadaan hiperkalemia atau hipokalemia.1
Periodik paralisis hipokalemi (HypoPP) merupakan sindrom klinis yang
jarang terjadi tetapi berpotensial mengancam jiwa. Insidensinya yaitu 1 dari
100.000.1,2 HypoPP banyak terjadi pada pria daripada wanita dengan rasio 3-4:
1.2,3 Usia terjadinya serangan pertama bervariasi dari 1-20 tahun, frekuensi
serangan terbanyak di usia 15-35 tahun dan kemudian menurun dengan
peningkatan usia.2
Sindroma paralisis hipokalemi ini disebabkan oleh penyebab yang
heterogen dimana karakteristik dari sindroma ini ditandai dengan hipokalemi dan
kelemahan sistemik yang akut. Kebanyakan kasus terjadi secara familial atau
disebut juga hipokalemi periodik paralisis primer. 2
Bila gejala-gejala dari sindroma tersebut dapat dikenali dan diterapi secara
benar maka pasien dapat sembuh dengan sempurna.2
BAB II
PENDAHULUAN
2.3 Etiologi
a. Hipokalemi :5
Terjadi bila kadar kalium dalam plasma kurang dari 3.5 meq/L. Hipokalemi
merupakan kejadian yang paling sering ditemukan.
Hereditary
Pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau ginjal atau
keringat (biasanya pada pemakaian diuretik, kelebihan Hormon
mineralokortikoid primer/ hiperaldosteron primer)
b. Hiperkalemi :5
2.4 Fisiologi
[K]+ [ Na]+
+++++++++++++++++++++++++++
Keadaan lstrik pada membran istirahat (polarized). Ekstrasel lebih banyak
ion natrium, sebaliknya intrasel lebih banyak ion kalium. Membran dalam
keadaan relative impermeable terhadap kedua ion.6
b. stimulus
_ _ _ _ _ _ _++++++++++++++++
=
+++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _ _ _ _++++++++++++++++
+++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Depolarisasi
Potensial membran istirahat berubah dengan adanya stimulus. Ion natrium
masuk ke intrasel secara cepat. Pembentukkan potensial aksi pada tempat
perangsangan.6
c. _ _ _ _ _ _ _++++++++++++++++
+++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
_ _ _ _ _ _ _++++++++++++++++
+++_ _ _ _
Jika stimulus
_ _ _ _ _ _ _ _kuat,
_ potensial aksi akan dialirkan secara cepat ke sepanjang
membran sel.6
d. +++++_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
=
_ _ _ _+++++++++++
+++++_ _ _ _ _ _ +_ _ _ _ _ _
K _ _ _+++++++++++
Repolarisasi.
Potensial istirahat
+++_ _ _ _kembal
_ _ _ _ _ _ _ _ _terjadi. Ion kalium dari dalam sel dan
2.5 Patofisiologi
a. Hipokalemia.
Kadar kalium dalam darah yang kurang dari Normal (3.5 meq/L)
Umumnya nervus system normal, serabut ototnya besar (kelainan
morfologi), terdapat vacuolisasi sarkoplasma (Myofibrils dipisahkan oleh
vakuola berbentuk bulat atau oval yang berisis clear fluid dan beberapa
PAS- positive granule). Juga bisa terjadi karena peningkatan glikogen otot.
Pemecahan glukosa dalam otot terjadi sehingga metabolisme yang
menghasilkan ATP dalam otot meningkat, yang memungkinkan kontraksi
otot yang lebih banyak kuat untuk melakukan kontraksi (dimana
diperlukan ion kalsium). Ion kalsium ini dirangsang oleh peristiwa
perpindahan listrik dari motorneuron ke otot. Dimana peristiwa terjadi dan
perpindahan listrik tersebut dipengaruhi oleh pelepasan ion kalium. Pada
hal ini, tidak terjadi depolarisasi sel.8
b. Hiperkalemia.
Terjadi bila kadar kalium dalam plasma > 5 meq/L. hal ini biasa
tejadi pada keadaan asidosis metabolik, defisiensi insulin, katabolisme
jaringan meningkat, hipoaldosteroinisme.8
Perubahan morfologi, fenomena myotonic serabut otot dan
penyimpangan fisiologi sarkoma atau bagian lainnya yang mengkonduksi
apparatus serabut otot. Ini menyebabkan myofiber hiperexitasi. Pada
keadaan depolarisasi normal, dimana terbukanya sodium / natrium channel
setelah beberapa puluh detik akan terjadi repolarisasi kembali. Tetapi pada
kasus hiperkalemi periodik paralisis ini aksi potensial sel terjadi tidak
sempurna. Terdapat percepatan repolarisasi, di mana pembukaan kalium
channel lebih cepat sebelum depolarisasi sempurna. Maka terjadilah
hiperkalemia yang dalam prosesnya juga dapat mencetuskan hiperexitasi.8
2.6 Diagnosis
A. Gambaran Klinik
a. Hipokalemia: 4
- Perasaan lelah
- Nyeri otot
- Alkalosis metabolik
b. Hiperkalemia: 4
Biasanya tanpa gejala. Tetapi dapat terjadi kelemahan pada otot,
terjadi saat istirahat. Kelemahan dapat hilang dengan olahraga ringan.
Kelemahan pertama dirasakan pada kaki lalu akan naik ke paha,
punggung, bahu, lalu ke tangan.
B. Pemeriksaan Penunjang. 9
a. Pemeriksaan elektrolit darah: Kadar K dalam serum.
- Hipokalemia : kurang dari normal
- Hiperkalemia : lebih dari normal
b. Urinalisis
- Hipokalemia : normal atau lebih dari normal
- Hiperkalemia : normal atau kurang dari normal
c. Analisis gas darah.
- Hipokalemia : alkalosis
- Hiperkalemia : asidosis
d. Elektrokardiografi.
- Hipokalemia : gelombang T datar, timbulnya gelombang U dan
bertambahnya insidensi takiaritmia
- Hiperkalemia : pemuncakkan gelombang T, pelebaran QRS, interval
PR yang memanjang, kehilangan gelombang P dan tampilan
gelombang sinus.
c. Poliomielitis
Poliomielitis atau polio adalah penyakit paralisis atau lumpuh yang
disebabkan oleh virus. Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang
dinamakan poliovirus (PV), masuk ke tubuh melalui mulut, menginfeksi
saluran usus.8
Persamaan : Merupakan kelemahan tipe flaccid.12
Perbedaan :12
- dapat terjadi, didahului oleh infeksi GIT lalu menyebar ke
pembuluh darah limfe regional dan ke susunan saraf pusat.
- Kelemahan/ kelumpuhan ekstremitas biasanya asimetris.
2.8 Penatalaksanaan
a) Hipokalemia4
- Hindari kegiata fisik belebihan
- Diet rendah karbohidrat dan rendah natrium
- Pemberian K melalui oral atau iv untuk penderita berat.
Pemberian kalium lebih disenangi dalam bentuk oral karena lebih
mudah. Pemberian 40-60 mEq dapat menaikkan kadar kalium sebesar
1-1,5 mEq/L, sedangkan pemberian 135-160 mEq dapat menaikkan
kadar kalium sebesar 2,5-3,5 mEq/L.
- Monitor kadar kalium tiap 2-4 jam untuk menghindari hiperkalemia
terutama pada pemberian secara intravena.
- Pemberian K intravena dalam bentuk larutan KCl disarankan melalui
vena yang besar dengan kecepatan 10-20 mEq/jam, kecuali disertai
aritmia atau kelumpuhan otot pernafasan, diberikan dengan kecepatan
40-100 mEq/jam. KCl dilarutkan sebanyak 20 mEq dalam 100 cc NaCl
isotonik.
- Acetazolamide untuk mencegah serangan.
b) Hiperkalemia.12
- Mengatasi hiperkalemia ada membran dengan cara pemberian kalsium
(IV)
- untuk serangan akut : kalsium glukonate (1-2 g)-à IV. Jika tidak
berhasil setelah beberapa menit berikan glukosa (IV) atau glukosa dan
insulin dan hydrochlorothiazide (untuk menurunkan kadar kalium
dalam darah).
- Memacu masuknya kembali kalium dari ekstrasel ke interasel:
a. Pemberian insulin 10 unit dalam glkosa 40%, 50 ml (IV), lalu
diikuti peberian dextrose 5 % untuk cegah hipoglikemia
b. Pemberian natrium bikarbonat (50 meq/ IV) yang akan
meningkatkan PH sistemik merangsang ion H ke luar dar intrasel,
yang selanjutnya aka digantkkan oleh ion K
c. Pemberan alpha 2 agonis yang akan merangsang pompa NaK-ATP
ase, kalium masuk ke dalam sel (albuterol, 10-20 mg)
- Mengeluarkan kelebihan kalium dari tubuh:
a. Diuretik: hydrochlorothiazide (about 0.5g daily), untuk menjaga
agar kalium serum K di bawah 5 meq/L (tapi hati-hati
penggunaannya, jangan sampai menyebabkan hipokalemia)
b. Hemodialisa
2.9 Prognosis