Anda di halaman 1dari 91

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapkan dengan berbagai

permasalahan. Permasalahan itu tentu saja tidak semuanya permasalahan

matematika, namun matematika mempunyai peranan penting dalam

menyelesaikan masalah keseharian yang tentunya dapat diselesaikan melalui

penerapan ilmu matematika. Oleh karena itu, pembelajaran di kelas hendaknya

tidak hanya menitikberatkan pada penguasaan materi untuk menyelesaikan

matematis tetapi juga mengaitkan bagaimana siswa mengenali permasalahan

matematika dalam kehidupan kesehariannya dan bagaimana memecahkan

permasalahan tersebut dengan pengetahuan yang diperoleh di sekolah.

Penggunaan media belajar akan sangat membantu kegiatan pembelajaran.

Ada beberapa media belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran

matematika, diantaranya LKS, alat peraga, multimedia, dan lain-lain. Dengan

bantuan media pembelajaran, materi yang dipelajari dapat dijelaskan dengan

lebih menarik sehingga dapat merangsang siswa untuk menyenangi materi

tersebut. Melalui pemanfaatan media pembelajaran ini juga diharapkan siswa

mampu berpikir, mencoba menyelesaikan soal, dan ketika menghadapi

kesulitan bisa saja mengungkapkan dengan berdiskusi dengan teman.

Hasil observasi terdahulu pada SMK N 6 Kupang, ditemukan bahwa

banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran matematika.

Salah satu materi yang cukup sulit bagi para siswa yaitu materi trigonometri,

1
khususnya nilai sin, cos, dan tan dari sudut-sudut istimewa, siswa sering

mengeluh karena tidak memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru,

siswa hanya menghafal nilai-nilai tersebut. Hal ini disebabkan karena metode

yang digunakan selama ini dalam proses pembelajaran matematika yaitu

metode ceramah dan latihan soal serta tidak pernah menggunakan alat peraga

sebagai media pembelajaran karena ketersedian sarana dan prasarana yang

masih kurang memadai. Siswa merasa bosan dengan metode ceramah karena

pembelajaran terpusat pada guru, sedangkan siswa menjadi pasif. Hal ini

mengakibatkan hasil belajar siswa sering tidak memenuhi kriteria ketuntasan

minimal disekolah tersebut.

Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan

peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan

bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.

Pembelajaran ini lebih menekankan dimana siswa dapat mengalami lansung

atau melihat lansung suatu konsep yang diterimanya yang memungkinkannya

dapat mengerti dan mendalaminya.

Model pembelajaran demonstrasi tentang sudut-sudut istimewa selama ini

adalah guru langsung menginformasikan nilai dari sinus, cosinus dan tangen

pada sudut-sudut istimewa yang akan diajarkan. Siswa jarang sekali, bahkan

tidak pernah diajarkan untuk mencari dan menemukan sendiri nilai-nilai

tersebut. Hal yang paling menonjol dalam pengajaran konsep sudut-sudut

istimewa selama ini adalah tidak adanya dan juga ketidaktahuan guru tentang

media peraga yang digunakan.

2
Menurut Lily (2010, 24), Efektivitas Pembelajaran Matematika Dengan

Media Animasi Dan Lks Pada Pokok Bahasan Bangun Datar Terhadap Hasil

Belajar Dan Ketuntasan Belajar Siswa Kelas VII SMP N II Kupang

menunjukkan hasil bahwa: 1). Dengan menerapkan penerapan konsep

pembelajaran dengan menggunakan media animasi dapat menumbuh

kembangkan daya nalar dan kreaktivitas siswa dalam pembelajaran, dan juga

dapat menyelesaikan soal-soal latihan. 2). Prestasi belajar siswa meningkat

dari setiap siklus yakni siklus I dengan presentase ketuntasan mencapai 62, 5

%, siklus II meningkat menjadi 73,9 %. 3). Terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan

media animasi dengan pembelajaran klasikal. 4). Prestasi belajar matematika

siswa yang diajarkan dengan menggunakan media animasi lebih baik dari

pada siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran klasikal. 5).

Dengan menerapkan pembelajaran menggunakan animasi dapat menjalin

kerjasama antar siswa, dan guru serta dapat meningkatkan kemampuan

berpikir dan minat siswa dalam belajar matematika.

Untuk itu, pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi dan

media animasi sangat perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil pembelajaran

khususnya pada mata pelajaran matematika. Model pembelajaran yang

memberikan peluang lebih luas kepada siswa untuk terlibat aktif dalam

mengkonstruksi pengetahuan dan pemahamannya dalam proses kegiatan

belajar mengajar mutlak ditumbuh-kembangkan, khususnya untuk mata

pelajaran matematika. Salah satu model pembelajaran matematika di Sekolah

Dasar adalah dengan menggunakan alat peraga dan media animasi sebagai

3
media pembelajaran, masih belum banyak dilakukan. Guru dan calon guru

dituntut untuk mampu menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar.

Dengan menggunakan metode demonstrasi dan media animasi dalam

pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, maka pembelajaran yang

diinginkan adalah siswa menemukan sendiri konsep-konsep atau rumus-rumus

matematika dan mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, sedangkan

guru berperan sebagai fasilitator. Dengan demikian peranan alat peraga dan

media animasi sangatlah vital dalam menghantarkan konsep yang benar

kepada siswa.

Dari uraian diatas maka timbul pertanyaan, Bagaimana agar pemahaman

dan keterampilan siswa lebih meningkat dalam proses pembelajaran. Untuk

menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: ”PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP TRIGONOMETRI (SUDUT-

SUDUT ISTIMEWA) DENGAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA

SMK N 6 KUPANG XI”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka masalah yang ingin diteliti adalah

bagaimana penggunaan media animasi dapat meningkatkan pemahaman

konsep trigonometri (sudut-sudut istimewa) dengan metode demonstrasi pada

siswa kelas XI SMK N 6 Kupang?

4
C. Tujuan Penelitian

Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

pemahaman konsep sudut-sudut istimewa dengan menggunakan metode

demonstrasi dan media animasi pada siswa kelas XI SMK N 6 Kupang.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Untuk membantu siswa dalam memahami konsep nilai sinus, cosinus, dan

tangen pada sudut-sudut istimewa.

2. Bagi guru

a. Sebagai masukan bagi guru untuk menentukan metode dalam mengajar

yang dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik.

b. Memberikan informasi kepada guru bahwa pembelajaran dengan

bantuan media animasi dapat membantu siswa dalam memahami

konsep yang dipelajari.

3. Bagi sekolah

Untuk meningkatkan mutu pendidikan matematika di SMK.

4. Bagi peneliti

Sebagai pengalaman lansung bagaimana memilih strategi pembelajaran

dan media pembelajaran yang tepat sehingga mempunyai dasar-dasar

kemampuan mengajar dan kemampuan mengembangkan pembelajaran

dengan multimedia.

5
E. Defenisi Operasional

1. Media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan/informasi

dari sumber kepada penerima.

Media dalam hal ini merupakan sarana yang digunakan dalam

pembelajaran berupa alat peraga trigonometri dan animasi dalam bentuk

tampilan slide presentation berupa gambar-gambar bergerak.

2. Pembelajaran adalah proses atau interaksi antara seseorang atau

sekelompok orang dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran dalam penelitian ini merupakan interaksi antara guru dan

siswa dalam menyampaikan materi tentang nilai-nilai sin, cos, dan tan dari

sudut-sudut istimewa.

3. Media pembelajaran adalah segala sesuatu, baik yang sengaja dirancang

(media by utilization) maupun yang telah tersedia (media by design), baik

secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, yang dapat digunakan

untuk menyampaikan pesan (materi pelajaran) dari sumber (misalnya

guru) kepada penerima (peserta didik) sehingga membuat atau membantu

peserta didik melakukan kegiatan belajar.

Berupa alat peraga dan slide presentation tentang nilai-nilai sin, cos, dan

tan dari sudut-sudut istimewa.

4. Animasi berarti film yang seolah hidup, terbuat dari fotografi, gambaran,

boneka, dan sebagainya dengan perbedaan tipis antarframes, untuk

memberi kesan pergerakan saat diproyeksikan (The Little Oxford

Dictionary 19).

6
Dalam hal ini berupa gambar gerak dalam slide presentation yang dibuat

untuk menyampaikan materi tentang nilai-nilai sin, cos, dan tan dari sudut-

sudut istimewa.

7
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Metode Pembelajaran

Metode berasal dari bahasa Yunani “Greek atau Metha yang berarti

melalui dan “Hadas” artinya cara, jalan, alat atau gaya. Dengan kata lain,

metode artinya jalan atau cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan

tertentu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, susunan W.J.S. Poerwadarminta,

bahwa metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai

suatu maksud. Sedangkan dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer

pengertian metode adalah cara kerja yang sistematis untuk mempermudah

sesuatu kegiatan dalam mencapai maksudnya.

Sedangkan secara terminologi atau istilah, menurut Mulyanto Sumardi,

bahwa. metode adalah rencana menyeluruh yang berhubungan dengan

penyajian materi pelajaran secara teratur dan tidak saling bertentangan dan

didasarkan atas approach. Selanjutnya H. Muzayyin Arifin mengatakan bahwa

metode adalah salah satu alat atau cara untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Dari beberapa pengertian tersebut di atas jelaslah bahwa metode

merupakan alat yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, maka diperlukan

pengetahuan tentang tujuan itu sendiri.

Perumusan tujuan yang sejelas-jelasnya merupakan persyaratan terpenting

sebelum seorang guru menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat.

8
Untuk mencapai hasil yang diharapkan, hendaknya guru dalam menerapkan

metode terlebih dahulu melihat situasi dan kondisi yang paling tepat untuk

dapat diterapkannya suatu metode tertentu, agar dalam situasi dan kondisi

tersebut dapat tercapai hasil proses pembelajaran dan membawa peserta didik

ke arah yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Untuk itu dalam memilih metode yang baik guru harus memperhatikan

tujuh hal dibawah ini:

a. Sifat dari pelajaran

b. Alat-alat yang tersedia

c. Besar atau kecilnya kelas

d. Tempat dan lingkungan

e. Kesanggupan guru

f. Banyak atau sedikitnya materi

g. Tujuan mata pelajaran.

Pengertian pengajaran itu sendiri dapat ditinjau dari segi bahasa dan

istilah. Secara bahasa kata pengajaran adalah bentuk kata kejadian dari dasar

ajar dengan mendapat konfiks pen-an yang berarti barang apa yang dikatakan

orang supaya diketahui dan dituruti. Menurut Ramayulis (1989: 56)

pengajaran berasal dari kata ajar di tambah awalan pe- dan akhiran -an.

Sehingga menjadi kata pengajaran yang berarti proses penyajian atau bahan

pelajaran yang disajikan. Sedangkan menurut Hasan Langgulung (1087: 23),

bahwa pengajaran adalah pemindahan pengetahuan dari seseorang yang

mempunyai pengetahuan kepada orang lain yang belum mengetahui.

9
Dari pengertian di atas, terdapat unsur-unsur subtansial kegiatan

pengajaran yang meliputi:

a. Pengajaran adalah upaya pemindahan pengetahuan

b. Pemindahan pengetahuan dilakukan oleh seseorang yang mempunyai

pengetahuan (pengajar) kepada orang lain yang belum mengetahui

(pelajar) melalui suatu proses belajar mengajar.

Proses pengajaran yang dilakukan mengacu pada tiga aspek, yaitu

penguasaan sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap tertentu sesuai

dengan isi proses belajar mengajar tersebut.

Jadi pengajaran secara bahasa yaitu hal apa yang dikatakan orang supaya

diketahui. Sedangkan secara istilah para ahli pendidikan berbeda pendapat

dalam memberikan definisi tentang pengajaran. Ada yang mengatakan bahwa

pengertian antara pengajaran dan pendidikan itu sama dan ada pula yang

mengatakan bahwa antara pengajaran dan pendidikan itu berbeda.

Menurut H. B. Hamdani (1999: 43), bahwa pendidikan dalam arti umum

mencakup segala usaha dan perbuatan dari suatu generasi yang tua untuk

mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya serta

keterampilannya kepada generasi muda untuk melakukan fungsi hidupnya

dalam pergaulan bersama dengan sebaik-baiknya.

Dengan kata lain, pendidikan bertujuan agar menggunakan segala

kemampuan yang ada padanya, baik fisik, intelektual, emosional, maupun

psikomotornya untuk menghadapi tantangan hidup dan mengatasi kesulitan-

kesulitan dan hambatan-hambatan sepanjang perjalanan hidup. Dengan

10
demikian pendidikan adalah sebagai bimbingan terhadap perkembangan

jasmani dan rohani anak menuju kedewasaan. Selanjutnya Sidi Gazabla (1996:

59) menjelaskan tentang perbedaan antara pengajaran dan pendidikan.

Adapun yang dimaksud dengan pengajaran adalah cara mengajar, jalan

mengajar yakni memberikan pelajaran berupa pengetahuan. Pengajaran yang

diberikan secara sistematis dan metodis, mengajar adalah membentuk menusia

terpelajar.

Sedangkan pendidikan adalah menanamkan laku dan perbuatan terus

menerus berulangkali terus menerus sehingga menjadi kebutuhan. Walaupun

Sidi Gazabla (1996: 76) membedakan antara pengajaran dan pendidikan, pada

hakikatnya pengajaran mempunyai persamaan dengan pendidikan, yakni

pengajaran sesungguhnya juga menanamkan, membentuk kebiasaan yaitu

kebiasaan berfikir menurut cara tertentu. Dari kebiasaan berfikir kemudian

menjadi adat, adat membentuk sifat-sifat tertentu dalam berfikir, sifat ini

merupakan tabiat rohaniah, karena merupakan sebagian dari kepribadian.

Dilihat dari segi ini pengajaran adalah juga pendidikan, tetapi tidak dapat

dikatakan pendidikan adalah pengajaran, sebab pendidikan lebih luas isinya

dari pengajaran. Seperti sapi dan hewan, sapi adalah hewan, tetapi hewan

bukanlah sapi saja. Berarti pengajaran adalah pendidikan, tetapi pendidikan

bukan pengajaran saja. Jadi objek pengajaran adalah pikiran sedangkan

sasaran pendidikan adalah perasaan.

Dari uraian tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode

pengajaran adalah suatu usaha atau cara yang dilakukan oleh guru (pendidik)

11
dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa yang bertujuan agar

murid dapat menerima dan menanggapi serta mencerna pelajaran dengan

mudah secara efektif dan efisien, sehingga apa yang menjadi tujuan dari

pembelajaran tersebut dapat tercapai dengan baik.

B. Macam-Macam Metode Pengajaran Dalam Proses Belajar Mengajar

Agar proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik dan mencapai

sasaran, maka salah satu faktor penting yang harus diperhatikan adalah

menentukan cara mengajarkan bahan pelajaran kepada siswa dengan

memperhatikan tingkat kelas, umur dan lingkungannya tanpa mengabaikan

faktor-faktor lain.

Banyak metode yang digunakan dalam mengajar. Untuk memilih metode-

metode mana yang tepat digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran,

terlebih dahulu penulis akan menyebutkan macam-macam metode pengajaran.

Menurut Nana Sujana (1986: 48), metode-metode yang digunakan dalam

pengajaran yaitu: Metode ceramah, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas dan

resitasi, kerja kelompok, demonstrasi dan eksperimen, sosio drama, problem

solving, sistem regu, latihan, karyawisata, survey masyarakat dan simulasi.

Berdasarkan pendapat ahli pendidikan, maka sesuai dengan judul

penelitian, dalam hal ini penulis hanya akan menjelaskan lebih rinci macam

metode yakni metode demonstrasi; yang meliputi pengertian metode

demonstrasi, langkah-langkah metode demonstrasi, kebaikan dan kelemahan

metode demonstrasi serta cara mengatasi kelemahannya.

12
C. Metode Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata

pelajaran matematika dalam mengajarkan matematika kepada para peserta

didiknya, yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim

dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan

peserta didik tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi

optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan

peserta didik dalam mempelajari matematika tersebut (Amin Suyitno,

2004:2).

Pembelajaran matematika terdiri dari dua kata yaitu pembelejaran dan

matematika. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan

terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang

beragam agar terjadi interaksi yang optimal antara guru dengan peserta didik

serta antara peserta didik dengan peserta didik (Amin Suyitno, 2004:2).

Menurut Amin Suyitno (2004:51-52), banyak para ahli yang mendefinisikan

tentang matematika. Diantaranya, adalah H.W Fowler (1958:288) yang

mendefinisikan bahwa ”Mathematics is the abstract science of space and

number”. Tetapi, dalam ensiklopedi Amerika (1995:228), dituliskan bahwa ”

it is difficult to give a precise definition of mathematics to which all

mathematicians would agree”.

Menurut R. Soedjadi dan Masriyah (1994:1), meskipun terdapat berbagai

definisi matematika yang tampak berlainan, tetapi dapat ditarik ciri-ciri yang

sama yaitu :

13
a. Matematika memiliki objek kajian yang abstrak

b. Matematika mendasarkan diri pada kesepakatan- kesepakatan

c. Matematika sepenuhnya menggunakan pola pikir deduktif

d. Matematika dijiwai dengan kebenaran konsistensi

D. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Beberapa pengertian metode menurut para ahli, salah satunya adalah

menurut Muhibbin Syah (1989: 43) dalam bukunya. Psikologi Pendidikan

dengan Pendekatan Baru, adalah bahwa: Metode secara harfiah berarti cara

Dalam pemakain yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan

sesuatu kegiatan atau cara-cara melakukan kegiatan dengan menggunakan

fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dan menurut Muzayyin Arifin

(1999: 41), Pengertian metode adalah cara, bukan langkah atau prosedur. Kata

prosedur lebih bersifat teknis administrative atau taksonomis. Seolah-olah

mendidik atau mengajar hanya diartikan cara mengandung implikasi

mempengaruhi. Maka saling ketergantungan antara pendidik dan anak didik di

dalam proses kebersamaan menuju kearah tujuan tertentu.

Menurut W.J.S Poerwadarminta (1991: 81), metode adalah cara yang telah

teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu maksud.

Kesimpulan dari pengertian-pengertian di atas yaitu bahwa metode secara

umum adalah cara yang tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu hal, seperti

menyampaikan mata pelajaran. Sedangkan pengertian metode demonstrasi

menurut Muhibbin Syah adalah Metode mengajar dengan cara memperagakan

barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan kegiatan, baik secara langsung

14
maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok

bahasan atau materi yang sedang disajikan.

Dalam kamus Inggris-Indonesia, demonstrasi yaitu mempertunjukkan atau

mempertontonkan. Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang

menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk

memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada anak didik. Dengan

menggunakan metode demonstrasi, guru atau murid memperlihatkan kepada

seluruh anggota kelas mengenai suatu proses.

Menurut Aminuddin Rasyad (1995: 67), Metode demonstrasi adalah cara

pembelajaran dengan memperagakan, mempertunjukkan atau memperlihatkan

sesuatu di hadapan murid di kelas atau di luar kelas. Dari uraian dan definisi di

atas, dapat dipahami bahwa metode demonstrasi adalah dimana seorang guru

memperagakan langsung suatu hal yang kemudian diikuti oleh murid sehingga

ilmu atau keterampilan yang didemonstrasikan lebih bermakna dalam ingatan

masing-masing murid. Semenjak awal sejarah kehidupan manusia,

penggunaan metode demonstrasi dalam pendidikan sudah ada.

2. Langkah-langkah Dalam Mengaplikasikan Metode Demonstrasi

Untuk melaksanakan metode demonstrasi yang baik atau efektif, ada

beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan oleh guru, yang terdiri

dari perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid

dan diakhiri dengan adanya evaluasi

15
Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan dengan jelas kecakapan dan atau keterampilan apa yang

diharapkan dicapai oleh siswa sesudah demonstrasi itu dilakukan.

b. Mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh, apakah metode itu wajar

dipergunakan, dan apakah ia merupakan metode yang paling efektif untuk

mencapai tujuan yang dirumuskan.

c. Alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi itu bisa didapat dengan

mudah, dan sudah dicoba terlebih dahulu supaya waktu diadakan

demonstrasi tidak gagal.

d. Jumlah siswa memungkinkan untuk diadakan demonstrasi dengan jelas.

e. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah yang akan dilaksanakan,

sebaiknya sebelum demonstrasi dilakukan, sudah dicoba terlebih dahulu

supaya tidak gagal pada waktunya.

f. Memperhitungkan waktu yang dibutuhkan, apakah tersedia waktu untuk

memberi kesempatan kepada siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan

dan komentar selama dan sesudah demonstrasi.

g. Selama demonstrasi berlangsung, hal-hal yang harus diperhatikan:

 Keterangan-keterangan dapat didengar dengan jelas oleh siswa.

 Alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik, sehingga setiap

siswa dapat melihat dengan jelas.

 Telah disarankan kepada siswa untuk membuat catatan-catatan

seperlunya.

16
 Menetapkan rencana untuk menilai kemajuan siswa. Sering perlu

diadakan diskusi sesudah demonstrasi berlangsung atau siswa

mencoba melakukan demonstrasi

Setelah perencanaan-perencanaan telah tersusun sebaiknya diadakan uji

coba terlebih dahulu agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan

tercapai tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan dengan mengadakan uji

coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahan praktek secara lebih dini dan

dapat peluang untuk memperbaiki dan menyempurnakannya.

Langkah selanjutnya dari metode ini adalah realisasinya yaitu saat guru

memperagakan atau mempertunjukkan suatu proses atau cara melakukan

sesuatu sesuai materi yang diajarkan. Kemudian siswa disuruh untuk

mengikuti atau mempertunjukkan kembali apa yang telah dilakukan guru.

Dengan demikian unsur-unsur manusiawi siswa dapat dilibatkan baik

emosi, intelegensi, tingkah laku serta indera mereka, pengalaman langsung itu

memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya

mengetahui apa yang dipelajarinya.

Untuk mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dari penggunaan metode

demonstrasi tersebut diadakan evaluasi dengan cara menyuruh murid

mendemonstrasikan apa yang telah didemonstrasikan atau dipraktekkan guru.

Pada hakikatnya, semua metode itu baik. Tidak ada yang paling baik dan

paling efektif, karena hal itu tergantung kepada penempatan dan penggunaan

metode terhadap materi yang sedang dibahas. Yang paling penting, guru

mengetahui kelebihan dan kekurangan metode-metode tersebut.

17
Metode demonstrasi ini tepat digunakan apabila bertujuan untuk:

Memberikan keterampilan tertentu, memudahkan berbagai jenis penjelasan

sebab penggunaan bahasa lebih terbatas, menghindari verbalisme, membantu

anak dalam memahami dengan jelas jalannya suatu proses dengan penuh

perhatian sebab lebih menarik.

3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi Dalam Proses

Belajar Mengajar

Penggunaan metode demonstrasi dalam proses belajar-mengajar memiliki

arti penting. Banyak keuntungan psikologis-pedagogis yang dapat diraih

dengan menggunakan metode demonstrasi, antara lain:

a. Perhatian siswa lebih dipusatkan

b. Proses belajar siswa lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam

diri siswa

Kekurangan metode demonstrasi :

a. Dalam pelaksanaannya, metode demonstrasi memerlukan waktu dan

persiapan yang matang, sehingga memerlukan waktu yang bayak

b. Demonstrasi dalam pelaksanaannya banyak menyita biaya dan tenaga (jika

memakai alat yang mahal)

c. Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas

d. Metode demonstrasi menjadi tidak efektif jika siswa tidak turut aktif dan

suasana gaduh

18
E. Alat Peraga

Sebagai guru matematika kita perlu mengetahui macam-macam alat peraga

yang penting, khususnya dalam matematika. Kita perlu mencari, menggali,

kalau perlu membuat sendiri alat-alat peraga itu. Juga kita perlu memahami

cara bekerjanya dan memperbaiki kerusakan-kerusakan ringan dari:

“overhead, projector”, “slide projector”, ‘film projector’, tape recorder’, video

tape recorder’, dll (Ruseffendi, 1989: 383).

Alat peraga adalah alat bantu untuk mendidik atau mengajar supaya apa

yang diajarkan mudah dimengerti oleh peserta didik. Alat peraga juga dapat

diartikan benda-benda konkrit yang merupakan model dari ide-ide matematika

(Kamus Besar bahasa indonesia, 1976 :28).

Pentingnya Alat Peraga Matematika

Dalam mengajarkan matematika modern kita harus berusaha agar anak-

anak itu lebih banyak mengerti dan mengikuti pelajaran matematika dengan

gembira, sehingga minatnya dalam matematika akan lebih besar. Anak-anak

akan lebih besar minatnya dalam matematika bila pelajaran itu disajikan

dengan baik dan menarik. Dengan dipergunakan alat peraga maka anak-anak

akan lebih tertarik dalam matematika. Disamping itu tidak sedikit anak-anak

yang daya tiliknya kurang. Mereka sukar membayangkan bentuk-bentuk

geometri terutama bentuk geometri ruang. Hal ini dapat kita sadari, selain

daripada bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh anak-anak, secara gradual

kemampuan belajar melaui telinga, mata, dan gerak itu berbeda-beda. Alat

peraga ini akan sangat membantu anak-anak yang daya tilik ruangnya (tanpa

19
benda real) dan belajar melalui telinganya kurang. Mereka yang demikian itu

akan lebih berhasil belajarnya bila melalui gambar dan benda-benda real.

Pula sangat penting adanya hubungan antara pengajaran itu sendiri dengan

benda-benda yang ada disekelilingnya atau hubungan anatara ilmu-ilmu

(topik-topik) yang telah dipelajarinya dengan masyarakat. Anak-anak dalam

kegiatan belajarnya perlu dibawa kealam sekitarnya: mengadakan

penyelidikan; mengumpulkan, mencatat, mengolah dan menyajikan data untuk

pameran. Jadi secara singkat gunanya alat peraga matematika itu ialah:

1) Supaya anak-anak lebih besar minatnya

2) Supaya anak-anak dapat dibantu daya tiliknya sehingga lebih mengerti dan

lebih besar daya ingatnya

3) Supaya anak-anak dapat melihat hubungan antara ilmu yang dipelajarinya

dengan alam sekitar dan masyarakat (Ruseffendi, 1989: 383).

F. Media Animasi

Media animasi merupakan peralatan elektronik digital yang dapat

memproses suatu masukan untuk menghasilkan suatu keluaran yang bekerja

secara digital. Media animasi adalah hasil teknologi moderen yang membuka

kemungkinan-kemungkinan yang besar alat pendidikan (Nasution, 1999: 110).

Berbagai inovasi pembelajaran dengan upaya perluasan bahan ajar telah

memposisikan komputer sebagai alat yang memberikan kontribusi yang positif

dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran matematika. Glass

(dalam Supriyatna, 2005) menyatakan bahwa komputer dapat melakukan

20
sejumlah kegiatan untuk membantu guru. Media animasi dapat

mengindividualisir pengajaran, melaksanakan manajemen pengajaran,

mengajarkan konsep, melaksanakan perhitungan, dan menstimulir belajar

siswa.

Lee (Ena, 2007) merumuskan paling sedikit ada delapan alasan pemakaian

komputer sebagai media pembelajaran. Alasan-alasan itu adalah: pengalaman,

motivasi, meningkatkan pembelajaran, materi yang otentik, interaksi yang

lebih luas, lebih pribadi, tidak terpaku pada sumber tunggal, dan pemahaman

global. Microsoft Power Point adalah program aplikasi presentasi yang

merupakan salah satu program aplikasi di bawah Microsoft Office (Ena, 2007).

Program ini dibuat untuk mendesain presentasi dalam seminar, workshop,

penataran dan sebagainya oleh penyaji.

Keuntungan dari program ini adalah sederhananya tampilan ikon-ikon.

Ikon-ikon pembuatan presentasi kurang lebih sama dengan ikon-ikon

Microsoft Word yang sudah dikenal oleh kebanyakan pemakai komputer.

Program yang dihasilkanpun menarik. Program ini dilengkapi dengan animasi

yang bukan hanya berlaku pada teks saja tetapi juga pada gambar bangun,

garis dan sebagainya sehingga merupakan program yang interaktif. Inilah yang

bisa dimanfaatkan sebagai media pembelajaran matematika. Dengan adanya

animasi ini tentu akan menarik perhatian siswa (Skripsi, Revilla Ardi, 2007: 5)

G. Trigonometri

Trigonometri berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata, “

trigon “ yang berarti segitiga dan ”metron” yang berarti ukuran. Menurut

21
asalnya, trigonometri adalah cabang dari ilmu yang mencoba menyelidiki

gerak benda ruang angkasa, seperti matahari, bulan, bintang serta menghitung

memperkirakan posisinya. Pada Sekolah Menengah Pertama kelas 3 semester

II , salah satu pokok bahasan pada pelajaran matematika adalah trigonometri.

1. Perbandingan Trigometri Pada Segitiga Siku-Siku

Perhatikan Gambar 1. Gambar tersebut


C
menunjukan sebuah segitiga siku-siku ABC
Sisi siku-siku hipotenus
dihadapan α
a dengan salah satu sudutnya α. Sisi yang
α
B A
di Sisi siku-siku yang terpanjang (dihadapan sudut siku-siku) adalah
,mengapit α

Gambar 1. hipotenusa atau sisi miring sedangkan dua sisi

lainnya (dari sudut pandang α) adalah sisi siku-siku dihadapan α dan sisi

siku-siku
dihadapan α yang mengapit α.

Perbandingan trgonometri adalah perbandingan atau rasio antara sisi–

sisi pada segitiga siku-siku. Besarnya perbandingan trigonometri

bergantung pada panjang sisi-sisi segitiga siku-siku.

Masing-masing perbandingan antara sisi segitiga siku-sikumempunyai

nama atau istilah tersendiri seperti misalnya sinus, cosinus, dan tangen,

berikut uraian masing-masing istilah tersebut.

pada segitiga siku-siku, sinus suatu sudut adalah perbandingan antara

panjang sisi siku-siku dihadapan sudut tersebut C


β
dengan hipotenusa. b
a

α
B c A
Gambar 2.

22
Sinus suatu sudut misalnya α secara singkat dapat ditulis sin α.

a c
Pada gambar 2 sin α = dan sin β =
b b

pada segitiga siku-siku, cosinus suatu sudut adalah perbandingan antara

panjang sisi siku-siku yang mengapit sudut tersebut dengan hipotenusa.

Cosinus suatu sudut misalnya α secara singkat dapat ditulis cos α.

c a
Pada gambar 2 cos α = dan cos β =
b b

pada segitiga siku-siku, tangen suatu sudut adalah perbandingan antara

panjang sisi siku-siku dihadapan sudut tersebut dengan sisi siku-siku yang

mengapit sudut tersebut.

tangen suatu sudut misalnya α secara singkat dapat ditulis tan α.

a c
Pada gambar 2 tan α = dan tan β =
c a

2. Nilai Perbandingan Trigonometri Sudut Sudut Istimewa


Sudut 450

Perhatikan gambar 3. ΔABC siku-siku di C dan sudut BAC = 450.

Karena sudut BAC = 450, maka sudut ABC = 450. Sehingga ΔABC

merupakan segitiga siku-siku sama kaki (a = b).


B

c 450
a

450
A C
b
Gambar 3.

23
c2 = a2 + b2

= a2 + a2

= 2a2

c= 2a 2 = a 2

kita peroleh :

a b a
sin 450 = cos 450 = tan 450 =
c c b

a a a
= = =
a 2 a 2 a

1 1
= 2 = 2 =1
2 2

 Nilai 300

selanjutnya perhatikan gambar 4. ΔABC siku-siku di C, sudut BAC =

300, dan sudut ABC = 600. ΔADC merupakan pencerminan dari ΔABC

terhadap AC. Diperoleh ΔABC kongruen dengan ΔADC sehingga sudut

ABC = sudut ADC, sudut BAC = sudut DAC, dan sudut ACB = sudut

ACD.

Perhatikan ΔABD, sudut BAD = sudut BAC + sudut DAC


B
0
60
= 300 + 300 = 600 c a
A 300 C
0
Sudut ABD = 60 , dan Sudut ADB = 60 . 0 b

D
Gambar 4.

24
Karena setiap sudut pada ΔABD = 600, maka ΔABC adalah segitiga

sama sisi sehingga AB = AD = BD atau a = 1 c . Dalam ΔABC


2

berlaku teorema phytagoras.

c2 = a2 + b2
B
0
1 2 60
c2 c 1
=( c ) + b2 c
2 2
A 300
1 C
c 3
2
1 2
b2 = c2 - c Gambar 5
4

3 2
b = c
4

1
b = c 3
2

kita peroleh:

a b a
sin 300 = cos 300 = tan 300 =
c c b

1 1 1
c c 3 c
2 2 2
= = =
c c 1
c 3
2

1 1
= = 3 =
2 2

1
3
3

25

Nilai 600

Dari gambar 5 diatas kita peroleh:

b a b
Sin 600 = cos 600 = tan 600 =
c c a

1 1 1
c 3 c c 3
2
= 2 = 2 =
c c 1
c
2

1 1
= 3 = = 3
2 2

 Nilai 00

Untuk menentukan perbandingan trigonometri sudut 00 kita bisa

menggunakan lingkaran satuan dikoordinat cartesius.

Perhatikan gambar 6 titik p(x,y) terletak pada lingkaran satuan. Garis

OP membentuk sudut α dengan sumbu X. Panjang ON adalah x satuan,

panjang PN adalah y satuan, dan panjang OP adalah 1 satuan (karena

OP jari-jari lingkaran). ΔOPN adalah segitiga siku-siku ddengan siku-

siku di N. Perbandingan trigonometri untuk y


1
sudut α adalah sebagai berikut. P(x,y)

y
y x α
x
Sin α = = y cos α = = x x N 1
1 1

Gambar 6
26
y
tan α =
x

Sekarang, jika α = 00, maka garis OP berimpit dengan sumbu X,

dengan demiokian posisi P adalah (0,1). Akibatnya:

Sin 00 = y = 0

Cos 00 = x = 1,

y 0
Tan 00 =  0.
x 1

 Nilai 900

Selanjutnya, jika α = 900, maka garis OP berimpit dengan sumbu Y,

artinya posisi P adalah (0,1). Maka:

Sin 900 = y = 1,

Cos 900 = x = 0,

y 1
Tan 900 =   ttd (tidak terdifinisi)
x 0

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sudut-sudut: 00, 300, 450,

600, dan 900 merupakan sudut-sudut istimewa.

Adapun nilai-nilai trigonometri untuk sudut-sudut tersebut tersaji pada

tabel berikut.

27
Tabel 2.1
Perbandingan Trigonometri

Perbandingan Besar sudut α

trigonometri 00 300 450 600 900

1 1 1
Sin α 0 2 3 1
2 2 2

1 1 1
Cos α 1 3 2 0
2 2 2

1
Tan α 0 3 1 3 -
3

H. Penerapan Metode Demonstrasi Dengan Bantuan Media Animasi Pada

Materi Nilai sin, cos dan Tan dari Sudut-sudut Istimewa.

Untuk menerapkan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi

pada materi nilai sin, cos dan tan dari sudut-sudut istimewa yang efektif, ada

beberapa langkah yang harus dipahami dan digunakan, yang terdiri dari

perencanaan, uji coba dan pelaksanaan oleh guru lalu diikuti oleh murid dan

diakhiri dengan adanya evaluasi.

Adapun langkah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan kelas sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang

sesuai dengan metode demonstrasi dan menyiapkan alat demonstrasi

berupa alat peraga dan media animasi tentang materi nilai sin, cos dan tan

dari sudut-sudut istimewa.

28
2. Guru mendemonstrasikan materi pembelajaran dengan media animasi

tentang materi nilai sin, cos dan tan dari sudut-sudut istimewa secara baik

sampai siswa memahami dengan baik apa yang disampaikan oleh guru

3. Guru menyiapkan alat peraga manual tentang materi nilai sin, cos dan tan

dari sudut-sudut istimewa dan memberi kesempatan kepada setiap siswa

untuk memperagakan dengan alat peraga manual apa yang siswa sudah

lihat dan pahami dan dengan dituntun oleh guru.

4. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi nilai

sin, cos dan tan dari sudut-sudut istimewa kemudian siswa menjawab

pertanyaan guru dengan alat peraga manual tentang nilai sin, cos dan tan

dari sudut-sudut istimewa yang ada

5. Guru memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk menyimpulkan

hasil demonstrasi materi pembelajaran dengan media animasi tentang

materi nilai sin, cos dan tan dari sudut-sudut istimewa yang dilakukan

dengan kata-kata dan pemahaman siswa sendiri.

6. Guru menyimpulkan secara umum hasil demonstrasi materi pembelajaran

dengan media animasi tentang materi nilai sin, cos dan tan dari sudut-

sudut istimewa yang sudah dilakukan.

I. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir tersebut, maka hipotesis dalam penelitian

ini adalah penerapan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi

untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang nilai sinus, cosinus, dan

tangen sudut-sudut istimewa pada siswa kelas XI SMK N 6 Kupang.

29
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas (PTK).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di laksanakan di kelas XI SMK N 6 Kupang

C. Subyek Penelitian

Yang menjadi subyek penelitian ini adalah Siswa Kelas XI SMK N 6 Kupang

dan guru matematika.

D. Prosedur Penelitian

Pelaksanaan PTK dilakukan dalam dua siklus atau lebih. Apabila dua

siklus yang dilaksanakan belum dapat mengatasi masalah maka akan

dilakukan tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Hasil dari pelaksanaan

pada siklus pertama akan direfleksikan untuk melakukan perbaikan

pelaksanaan tindakan pada siklus kedua, dan begitu pula dengan siklus-siklus

selanjutnya. Secara keseluruhan dalam setiap siklus terdapat empat tahap yang

harus ditempuh, yaitu : 1). Perencanaan; 2). Tindakan; 3). Observasi; 4).

Refleksi.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk siklus I dapat

dijabarkan sebagai berikut

30
a. Perencanaan

1. Membuat rencana pembelajaran yang beracuan pada metode

Demonstrasi

2. Menyiapkan alat bantu berupa multimedia dan alat peraga

3. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa

4. Menyiapkan tes awal dan tes akhir siklus I

b. Tindakan

1. Melaksanakan tes awal

2. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan metode demonstrasi

3. Mengarahkan dan membimbing siswa untuk mengikuti pembelajaran

dengan baik

4. Melaksanakan tes siklus 1

c. Pengamatan

1. Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi selama pembelajaran

2. Memeriksa hasil tes siklus I

d. Refleksi

1. Merangkum hasil observasi

2. Menganalisis hasil tes siklus I

3. Mencatat keberhasilan dan kegagalan yang terjadi dalam pembelajaran

untuk diperbaiki

4. Membuat kesimpulan dengan data yang ada

Siklus II

Siklus II juga terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan,

pengamatan dan refleksi.

31
a. Perencanaan

1. Mervisi tindakan-tindakan yang kurang relevan pada siklus 1.

2. Menyiapakan silabus, RPP, dan LKS

3. Menysun soal-soal tes awal

4. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa

5. Menyiapkan (laptop dan LCD) untuk proses pembelajaran

6. Menysun perangkat tes akhir siklus

b. Tindakan

1. Melaksanakan tes awal

2. Melaksanakan pembelajaran sesuai silabus dan RPP

3. Mengarahkan dan membimbing siswa untuk mengikuti pembelajaran

dengan baik

4. Melaksanakan tes siklus II

c. Pengamatan

1. Mencatat perubahan-perubahan yang terjadi selama pembelajaran

2. Memeriksa hasil tes siklus II

d. Refleksi

1. Merangkum hasil observasi

2. Menganalisis hasil tes siklus II

3. Mencatat keberhasilan dan kegagalan yang terjadi dalam pembelajaran

untuk diperbaiki

4. Membuat kesimpulan dengan data yang ada

32
Siklus-siklus selanjutnya akan dilaksanakan tergantung pada hasil

refleksi siklus sebelumnya. Apabila hasil refleksi siklus sebelumnya belum

menunjukkan peningkatan prestasi yang baik maka akan dilanjutkan siklus

selanjutnya

E. Sumber dan Jenis Data

1. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah siswa SMK N 6 Kupang dan guru

matematika. Tahun ajaran 2011/2012

2. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.

F. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1. Data Kualitatif

Data kualitatif diambil dari :

Catatan perkembangan siswa dan guru

a. Perkembangan siswa

o Antusias siswa dalam menerima pelajaran

o Keaktifan siswa dalam diskusi

o Pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan.

b. Data tentang kemampuan guru

o Kemampuan guru mengelola kelas dengan menggunakan metode

pembelajaran yang baru

33
o Kemampuan guru dalam mengadakan variasi sesuai kondisi dan

kemampuan siswa yang bervariasi.

2. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diambil dari :

a. Tes awal yang diambil sebelum materi sudut-sudut istimewa diajarkan

b. Tes akhir siklus I.

G. Analisis Data

a. Data kualitatif

Data kualitatif dianalisi dengan menggunakan metode deskripsi.

Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi terhadap perkembangan

siswa kelas XI SMK N 6 Kupang, antusias siswa dalam menerima

pelajaran belum begitu nampak, masih menunggu untuk dijelaskan

sedetail mungkin oleh guru. Sehingga dalam diskusipun tidak terlihat

begitu aktif dan menunggu untuk dipandu oleh guru, hal ini menyebabkan

pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan menjadi sangat minim.

b. Data kuantitatif

Data tes dari setiap awal dan akhir siklus berupa skor yang dianalisis

dengan langkah-langkah berikut:

a. Menghitung rata-rata nilai untuk tiap individu dengan rumus :

__
Jumlah skor yang diperoleh
X   100
skor maksimum

34
b. Menghitung banyaknya siswa yang tuntas belajar, dimana dikatakan tuntas

belajar secara individu jika siswa memperoleh nilai lebih besar atau sama

dengan 60. Dan tuntas secara kelompok jika rata-rata kelas lebih besar atau

sama dengan 60.

c. Menghitung rata-rata ketuntasan kelas dengan rumus :

__

x i
100 %
X n

Tabel 3.1

Kriteria Skor Ketuntasan Belajar

Kriteria Skor Tingkat penguasaan

0 ≤ x < 30 Sangat rendah


Belum Tuntas
30 ≤ x < 60 Rendah

60 ≤ x < 70 Sedang

Tuntas 70 ≤ x < 80 Tinggi

80 ≤ x < 100 Sangat Tinggi

d. Untuk mengetahui data kualitatif siswa maka diperlukan analisis deskripsi

kualitatif yang dilihat dari setiap siklus yaitu tentang pengetahuan awal

yang dimiliki siswa sebelum dilakukan penelitian. Demikian juga deskripsi

tentang pengetahuan yang sudah dimiliki siswa yang dilihat sesudah

melakukan penelitian.

e. Data tentang aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam pembelajaran

dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil observasi. Data tersebut di

olah dengan rumus :

35
n

 fx i i
x i
 100 %
r n

Keterangan :

xi = nilai ke-i

fi = frekuensi dari xi

n = jumlah item yang diamati

r = banyak observer

Hasil perhitungannya dibandingkan dengan tabel berikut

Tabel 3.2

Aktivitas dan kemampuan Guru dalam pembelajaran


x Kriteria

3.00 ≤ x < 4.00 Sangat baik

2.00 ≤ x < 3.00 Baik

1.00 ≤ x < 2.00 Cukup baik

0.00 ≤ x < 1.00 Kurang baik

36
H. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah:

a. Aktivitas siswa dan kemampuan guru mengalami peningkatan dari siklus

ke siklus

b. Siswa dikatakan tuntas belajar jika mencapai skor minimal 60 dari skor

maksimal 100.

c. Kelas dikatakan tuntas apabila terdapat minimal 60% siswa yang tuntas

belajar.

37
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara geografis, SMK Negeri 6 Kupang Jl. SK Lerik Kota Baru,

Kelurahan Kelapa Lima, Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang. Sedangkan

secara historis SDN Kelapa Lima didirikan pada tanggal 1 oktober tahun

2003. Jumlah siswa pada SDN Kelapa Lima adalah berjumlah 643 orang,

yang tersebar pada 21 kelas yaitu kelas I sebanyak 6 kelas, kelas II sebanyak

5 kelas, kelas III sebanyak 7 kelas. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

dilakukan pada pagi hari pada pukul 07.00 sampai dengan pukul 12.00 dan

siang hari pada pukul 12.15 sampai dengan pukul 15.00. Jumlah guru pada

sekolah ini sebanyak 59 orang, 35 orang guru PNS, 1 orang guru kontrak, 13

orang guru tidak tetap (Honor), 8 orang tenaga administrasi, 1 orang tenaga

pustakawan dan 1 orang penjaga sekolah. Dari 59 orang guru tersebut,

terdapat 4 orang guru mata pelajaran matematika (semuanya berlatar

belakang pendidikan matematika).

Terpilihnya SMK N 6 Kupang sebagai lokasi penelitian karena

berdasarkan hasil observasi (wawancara terhadap salah satu guru mata

pelajaran matematika) ditemukan kesulitan-kesulitan belajar siswa,

khususnya kesulitan dalam pembelajaran trigonometri, dan rendahnya minat

belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika khususnya pada materi

perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa. Kesulitan ini dapat

diketahui melalui hasil ulangan harian dan tugas-tugas dari guru yang tidak

38
dapat diselesaikan siswa dengan benar, sedangkan minat siswa terhadap

matematika diketahui dari kurang antusias dan acuh tak acuh siswa dalam

mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, dan dalam proses

pembelajaran.

Selain itu, melalui wawancara peneliti terhadap beberapa orang siswa

sebelumnya, ditemukan bahwa banyak siswa yang mengalami kesulitan

dalam mata pelajaran matematika. Salah satu materi yang cukup sulit bagi

para siswa yaitu perbandingan trigonometri. Siswa sering mengeluh karena

tidak memahami konsep-konsep yang diajarkan oleh guru. Berdasakan hasil

observasi dalam proses pembelajaran yang berlangsung di kelas, ditemukan

bahwa metode pembelajaran yang digunakan adalah metode ceramah dan

tidak pernah menggunakan animasi sebagai media pembelajaran karena

ketersediaan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Siswa merasa bosan

dengan metode ceramah karena pembelajaran terpusat pada guru sedangkan

siswa menjadi pasif. Hal ini mengakibatkan hasil belajar siswa sering tidak

memenuhi kriteria ketuntasan minimal di sekolah tersebut.

Penelitian ini dilaksanakan di kelas IX, dengan subyek penelitian adalah

siswa/i kelas IX tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 28 orang.

B. Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan

Penelitian yang dilaksanakan di SMKN 6 Kupang ini merupakan jenis

penelitian tindakan kelas (PTK) dengan subyek penelitian adalah siswa-siswa

kelas XI yang berjumlah 33 orang. Dalam penelitian ini setiap siklus

dianalisis dengan memperhatikan kehadiran siswa dengan ketentuan:

39
 Siswa mengikuti tes secara berturut-turut dari tes siklus 1 sampai tes

akhir.

 Bagi siswa yang tidak mengikuti salah satu tes maka tidak dianalisis.

Bagi siswa yang mengikuti proses belajar mengajar pada setiap kali

pelaksanaan tindakan namun tidak mengikuti tes secara berturut-turut

maka hasil tes yang lain tidak dapat dianalisis.

 Bagi siswa yang mengikuti tes secara berturut-turut dan tidak hadir pada

salah satu dari pelasanaan tindakan maka hasil tes siswa tersebut dapat

dianalisis.

Ketentuan diatas dilakukan dengan tujuan agar peneliti dapat melihat

perkembangan hasil belajar siswa secara berkesinambungan. Berdasarkan

absensi selama kegiatan penelitian maka diperoleh jumlah siswa adalah 33

orang tidak semua siswa hadir dalam kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya

dapat di lihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.1
Daftar Hadir Siswa Dalam Kegiatan Penelitian

Pembelajaran/ Kehadiran Siswa


No Hari/Tanggal
Tes Hadir Tidak Hadir
1 Selasa, 30 Okt 2012 Tes awal 28 5

2 Selasa, 06 Nov 2012 Siklus I 30 3

3 Selasa, 06 Nov 2012 Tes siklus I 30 3

4 Selasa, 13 Nov 2012 Siklus II 28 5

5 Selasa, 13 Nov 2012 Tes siklus II 28 5

40
Materi penelitian dibagi dalam dua siklus yang mencakup 2 indikator

1. Siklus I meliputi: segitiga siku-siku dan teorema phytagoras

2. Siklus II meliputi: Perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa

C. Pelaksanaan Tes Awal

1) Deskripsi hasil tes awal

Tes awal dilaksanakan pada hari Selasa, 06 november 2012. Tes awal yang

diberikan terdiri dari 5 soal (soal terlampir). Dimana ke-5 soal tersebut,

terdapat 2 nomor soal yang merupakan pengantar untuk materi segitiga siku-

siku dan 3 nomor soal lainnya mencakup materi perbandingan trigonometri

sudut-sudut istimewa. Peneliti memberikan tes awal tanpa didahului dengan

penjelasan materi. Dalam pelaksanaan tes awal ini siswa bekerja secara

mandiri. Hal ini bertujuan untuk mengetahui tigkat kemampuan awal siswa

secara individual terhadap materi perbandingan trigonometri sudut-sudut

istimewa dan materi-materi yang berkaitan dengan perbandingan trigonometri

sudut-sudut istimewa. Persentasi hasil tes awal ini dapat dilihat pada table

berikut.

41
Tabel 4.2
Hasil Tes Awal
Tingkat Jumlah skor
No Skor
Penguasaan Frekuensi %

1 0 ≤ x < 30 Sangat rendah 20 71,43%

30 ≤ x < 60 Rendah 5 17,86%

Belum Tuntas 25 89,29%

2 60 ≤ x < 70 Sedang 3 10,71 %

70 ≤ x < 80 Tinggi - 0%

80 ≤ x ≤ 100 Sangat tinggi - 0%

Ketuntasan Klasikal 3 10,71 %

Berdasarkan tabel hasil tes awal di atas, persentase ketuntasan klasikal

adalah 10,71% atau terdapat 3 orang siswa yang memperoleh nilai lebih besar

atau sama dengan 60 tetapi kurang dari 70 dan siswa yang belum tuntas

belajar adalah 89,29% yaitu sebanyak 25 orang. Keadaan ini menunjukan

bahwa siswa kurang mengerti materi yang telah mereka pelajari. Peneliti

berpendapat bahwa kebanyakan siswa hanya menghafal materi yang telah

dipelajarinya sehingga dalam menyelesaikan soal tes hanya beberapa siswa

yang masih ingat dan dapat menyelesaikan soal tes dengan benar.

2) Analisis hasil tes awal

Analisis hasil pekerjaan siswa pada tes awal adalah sebagai berikut:

42
Soal 1 (skor 10)
A
1. Tentukan nilai x pada gambar berikut:

12 cm x

C B
9 cm

Penyelesaian:
diketahui: AC = 12 cm dan BC = 9 cm
x2 = AC2 + BC2
= 122 + 92 A

= 144 + 81
12 cm x
= 225
x= 225
C B
= 15 9 cm

Jadi, nilai x = 15 cm

Dari soal yang diberikan, 7 siswa telah mampu menjawab dengan


benar, dan jawaban lainnya seperti dalam table berikut:
Banyak Persentase
Alternatif jawaban Komentar guru
siswa (%)
Jawaban A 5 17,24 Siswa kurang teliti

Diketahui: AC = 12 , BC = 9 dalam

AB2 = AC2 + BC2 menyelesaikan


= 122 + 92
soal sehingga
= 144 + 81
tidak sampai
= 225
Nilai x = 225 cm selesai

43
Jawaban B 5 17,24 Siswa belum

AB = AC + BC memahami soal
= 12 + 9
yang diberikan
= 21
Nilai x = 21 cm

Jawaban C 12 41,40 Siswa belum

Lembar jawaban kosong memahami soal

yang diberikan

Soal 2 (skor 15)

Tentukan nilai perbandingan trigonometri untuk sudut A

α pada gambar di samping !


5 cm
4 cm

α
C 3 cm B

Penyelesaian

Perbandingan trigonometri untuk sudut α adalah:

AB BC AB
Sin α = Cos α = Tan α =
AC AC BC
4 3 4
= = =
5 5 3

Dari soal yang diberikan tidak ada yang menjawab dengan benar,

alternative jawaban siswa adalah:

44
Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 2 7,14 Siswa belum

AC2 + AB2 + CB2 memahami

= 52 + 42 + 32 perbandingan

= 16 + 25 + 9 trigonometri.

= 50

Jawaban B 26 92,86 Siswa tidak

Lembar jawaban kosong memahami soal

Soal 3 (skor 15)

segitiga ABC siku-siku di C, jika α0 menyatakan menyatakan besar sudut

A. Carilah perbandingan trigonometri sudut α0 jika diketahui panjang

BC=8 cm dan AC=15 cm!

Penyelesaian

A AB2 = BC2 + AC2


α
AB2 = 82 + 152
15 cm
AB2 = 64 + 225

C B AB2 = 289
8 cm

AB = 289

AB = 17

BC AC BC
Sin α = Cos α = Tan α =
AB AB AC
8 15 8
= = =
17 17 15

45
Dari soal yang diberikan tidak ada siswa yang menjawab dengan

benar, alternative jawaban siswa adalah:

Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 2 7,14 Siswa belum

BC x AC memahami

= 8 x 15 perbandingan

= 120 cm trigonometri.

Jawaban B 26 92,86 Siswa tidak

Lembar jawaban kosong memahami soal

Soal 4 (skor 20)

Carilah nilai perbandingan trigonometri sudut α (α sudut lancip) yang lain jika
1
diketahui sin  0 
2

Penyelesaian
1
Diketahui sin  0  .
2

x2 = 22 – 12 3 1
cos  0  tan  0 
2 =4–1 2 3
1
=3 1
= 3 3
α
3 2 
x x= 3

Dari soal yang diberikan, tidak ada satupun siswa yang memberikan

jawabannya pada lembar jawaban

46
Soal 5 (skor 20)

Tunjukan bahwa sin2 450 + cos2 450 = 1

Penyelesaian

sin2 450 + cos2 450 = 1


2 2
1  1 
 2   2  1
 2   2 
1 1
4 4 1
4 4
2 2
 1
4 4
1 1
 1
2 2

Dari soal yang diberikan tidak ada siswa yang menjawab dengan

benar, alternative jawaban siswa adalah:

Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 1 3,57 Siswa belum

sin2 450 + cos2 450 = 1 memahami


900 + 900 = 1
perbandingan

trigonometri.

Jawaban B 27 96,43 Siswa belum

(Lembar jawaban kosong) memahami soal

47
Dari analisis hasil tes awal, ada beberapa hal yang mempengaruhi

ketuntasan belajar siswa, antara lain:

 Pemanfaatan waktu oleh siswa kurang efisien karena siswa belum

memahami dengan baik materi yang diuji sehingga tidak dapat

menyelesaikan soal yang diberikan.

 Siswa kesulitan untuk memilih cara mana yang sesuai untuk

menyelesaikan soal karena belum bisa mencermati bentuk-bentuk soalnya.

 Siswa kurang teliti mengerjakan soal sehingga mengurangi poin yang

seharusnya diperoleh.

 Siswa kurang memahami konsep materi yang diberikan

Dari permasalahan tersebut, penguasaan siswa terhadap konsep

matematika belum tergolong baik. Oleh karena itu peneliti perlu menerapkan

suatu metode pembelajaran Demonstrasi dengan bantuan multimedia dan

Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk membantu siswa lebih berpikir mandiri dan

dapat menerapkan kompetensi yang ia miliki dengan bertindak langsung

dalam materi pembelajaran.

Berakhirnya tes awal gurupun menginformasikan kepada siswa

bahwa proses pembelajaran berikutnya akan masuk dalam materi phytagoras

dan perbandingan trigonometri pada segitiga siku-siku, dengan pembelajaran

yang akan dibawakan peneliti oleh karena itu siswa diharapkan

mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.

48
D. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus I

1. Rencana Tindakan

Pelaksanaa siklus I direncanakan selama 4 x 45 menit (4 jam

pelajaran). Berdasarkan hasil yang diperoleh pada tes awal, maka materi

yang diajarkan pada siklus I adalah perbandingan trigonometri dalam

segitiga siku-siku. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan prestasi

belajar siswa, untuk itu peneliti juga menyiapkan media pembelajaran

berupa LKS dan Multimedia berupa media animasi guna mendukung

proses pembelajaran. Pada akhir dari pelaksanaan siklus I ini, siswa

diharapkan dapat menentukan perbandingan trigonometri dalam segitiga

siku-siku.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus I dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Selasa, 06 November 2012

Waktu : 4 x 45 menit

Pokok bahasan : trigonometri

Sub pokok bahasan : perbandingan trigonometri dalam segitiga

siku- siku

Pelaksanaan tindakan siklus I disesuaikan dengan metode

demonstrasi dengan bantuan media animasi dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang sudah didesain mengikuti langkah-langkah

metode demonstrasi.

49
Adapun kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

Peneliti memasuki kelas lalu siswa memberi salam dan peneliti

membalasnya, sekaligus menanyakan kabar siswa dan persiapannya

mengikuti pelajaran. Kemudian mengabsen siswa, Selanjutnya Peneliti

menyampaikan tujuan pembelajaran yakni menemukan konsep

perbandingan trigonometri dalam segitiga siku-siku serta memotivasi

siswa, agar bersemangat mengikuti pembelajaran.

Setelah peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, peneliti menggali

pemahaman siswa tentang materi segitiga siku-siku dan perbandingan

Trigonometri. Kemudian peneliti Membagikan LKS dimana dalam LKS

tersebut terdapat gambar segitiga siku-siku dan beberapa pertanyaan

mengenai gambar tersebut,

A B
A
A
A B
C B C
C B
Gbr 1 Gbr 4
Gbr 2 Gbr 3 C

Dengan pertanyaan : pada gambar-gambar segitiga diatas manakah

yang merupakan sisi depan, sisi samping, dan sisi miring ? sementara itu

gambar-gambar tersebut juga dimpilkan pada slide yang dipasang didepan

kelas. Kemudian peneliti mulai menuntun siswa dengan pertanyaan sambil

menjalankan slide, pada gambar 1 dengan memperhatikan sudut yang

diberikan tanda tersebut, yang merupakan sisi depan adalah…? Kemudian

salah satu siswa menjawab : sisi AB. Peneliti memberikan pujian, “Ok

50
bagus”, kemudian melanjutkan pertanyaan, kalau pada gambar 2 ?. siswa

lain menjawab : sisi BC. Kalau gambar 3 ? siswa lain lagi menjawab : sisi

BC. Peneliti: pada gambar 4? Ada siswa yang menjawab : sisi BC.

Peneliti : terimakasih sudah menjawab, namun masih kurang tepat, ada

lagi yang mau mencoba ? salah satu siswa menjawab : sisi AB. Peneliti :

tepat sekali. Silahkan mengisi LKS yang ada pada kalian dengan jawaban

yang sudah ada. siswa kemudian mengisi LKS yang diberikan, dengan

jawaban pada slide

Beralih ke slide berikut, dan peneliti memulai dengan pertanyaan :

dengan memperhatikan sudut yang diberikan tanda tersebut, yang

merupakan sisi samping adalah…? Pada gambar 1!. Seorang siswa

menjawab : sisi BC. Kegiatan yang sama seperti diatas terus berlanjut

sampai pada slide ke 3 dengan pertanyaan dengan memperhatikan sudut

yang diberikan tanda tersebut, yang merupakan sisi samping adalah…?.

Dan semua pertanyaan tentang sisi segitiga siku-siku terjawab.

Selanjutnya pada slide ke 4, materi tentang perbandingan trigonometri.

Pada slide dan LKS yang

dibagikan kepada setiap B

siswa terdapat gambar c


a
segitiga siku-siku seperti

disamping: A 900
b C

Peneliti mulai menjelaskan sambil menjalankan animasi pada slide.

Gambar tersebut adalah sebuah segitiga siku-siku ABC. Perbandingan

51
trigonometri adalah perbandingan atau rasio antar sisi pada segitiga siku-

siku, masing-masing perbandingan antar sisi-sisi segitiga siku-siku

mempunyai nama atau istilah tersendiri seperti misalnya sinus, cosinus dan

tangen.

Pada segitiga siku-siku, sinus suatu sudut adalah perbandingan antara

sisi siku-siku dihadapan sudut tersebut atau sisi depan dengan sisi miring,

sinus suatu sudut, misalnya A secara singkat ditulis Sin A, peneliti

menjelaskan sambil menunjukan animasi pada slide. Peneliti mulai

bertanya, siapa yang bisa menunjukan dari gambar yang ada Sin A sama

dengan …?, salah satu siswa mengangkat tangan dan menjawab, Sin A =

a/c. tepat sekali, kalau Sin B ?, siswa lain menjawab: b/c. peneliti

mengajungkan jempol sebagai tanda bahwa jawaban tersebut benar. Pada

segitiga siku-siku ada juga istilah cosinus, cosinus suatu sudut adalah

perbandingan antara panjang sisi siku-siku yang mengapit sudut tersebut

atau sisi samping dengan sisi miring. Cosinus suatu sudut A secara singkat

ditulis Cos A . Pada gambar tersebut cos A = …?, ada siswa yang

menjawab: b/c, Cos B = …? Beberapa siswa mengangkat tangan hendak

menjawab, kemudian peneliti memberikan kesempatan pada salah satu

siswa yang angkat tangan untuk menjawab, kemudian siswa tersebut

menjawab: Cos B = a/c. Ok tepat sekali. Adalagi satu istilah yaitu tangen,

peneliti mencoba bertanya, mungkin ada yang tahu apa itu tangen ? siswa

terdiam sejenak, tak lama kemudian ada ssatu siswa yang mencoba

menjawab, sisi samping per sisi depan. Oh, nyaris benar, tangen suatu

sudut adalah perbandingan antara panjang sisi siku-siku dihadapan sudut

52
atau sisi depan dengan sisi siku-siku yang mengapit sudut tersebut atau sisi

samping. Tangen biasa disingkat Tan atau Tg, dari gambar tangent sudut

A atau tan A = a/b dan tan B = b/a

Dari pembelajaran diatas peneliti menyimpulkan bahwa siswa sudah

memahami materi yang diberikan

Pada bagian penutup kegiatan ini, peneliti memberikan kesempatan

kepada semua siswa untuk bertanya. Setelah itu peneliti membimbing

siswa membuat rangkuman. Kemudian peneliti juga memberikan soal tes

siklus I untuk dikerjakan.

3. Hasil Tes Siklus

Selain mendapatkan hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dan hasil observasi aktivitas siswa, terdapat juga hasil tes

siklus. Hasil tes siklus I menunjukan bahwa 50,00% yang tuntas secara

klasikal atau 14 orang siswa yang tuntas secara klasikal. Sedangkan

50,00% orang siswa tidak tuntas atau 14 orang, sedangkan ketuntasan

secara individu dapat dilihat pada lampiran. Hasil tes pada siklus I dapat

diperlihatkan pada tabel berikut:

53
Tabel 4.3
Hasil Tes Siklus I

Tingkat Jumlah Skor


No Skor
penguasaan Frekuensi %
1 0 ≤ x < 30 Sangat rendah 4 14,29%

30 ≤ x < 60 Rendah 10 35,71%

Tidak tuntas 14 50,00%


2 60 ≤ x < 70 Sedang 9 32,14%

70 ≤ x < 80 Tinggi 3 10,72%

80 ≤ x ≤ 100 Sangat tinggi 2 7,14%

Ketuntasan Klasikal 14 50,00%

Berdasarkan hasil tes siklus I di dapat dilihat bahwa sebagian kecil

dari jumlah siswa yang belum tuntas belajar. Hal ini disebabkan oleh hal-

hal sebagai berikut:

- Sebagian besar siswa kurang memahami topik yang dipelajari sehingga

mereka tidak mampu mengerjakan soal yang diberikan.

- Kemampuan siswa dalam mengerti soal yang diberikan masih kurang

- Siswa kurang mampu mengidentifikasi soal yang diberikan.

- Terdapat siswa yang tidak melanjutkan penyelesaian bahkan ada siswa

yang tidak menjawab sama sekali, membiarkan nomor-nomor tertentu

kosong.

54
4. Analisis hasil tes siklus I

Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dianalisis sebagai berikut:

Soal 1 (skor 30)

Dari gambar-gambar segitiga siku-siku berikut,

t p
a
α0 c
s
q
α0 α 0
b
u r

Gambar I Gambar II Gambar III

tentukan : a. Sisi miring

b. Sisi samping

c. Sisi depan.

Penyelesaian

a. Sisi miring c. sisi depan

Dari gambar I adalah bc Dari gambar I adalah ab

Dari gambar II adalah tu Dari gambar II adalah st

Dari gambar III adalah pr Dari gambar III adalah pq

b. Sisi samping

Dari gambar I adalah ac

Dari gambar II adalah su

Dari gambar III adalah qr

55
Dari soal yang diberikan 8 siswa telah mampu member jawaban yang

benar, jawaban lainnya adalah sebagai berikut:

Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 2 6,90 Siswa belum

a. Sisi miring memahami

Gambar I adalah bc perbandingan

Gambar II adalah tu trigonometri.

Gambar III adalah pr

b. Sisi samping

Gambar I adalah ac

Gambar II adalah su

Gambar III adalah qr

c. Sisi depan

Gambar I adalah ab

Gambar II adalah st

Gambar III adalah pq

Jawaban B 18 64,29 Siswa tidak

Lembar jawaban kosong memahami soal

56
Soal 2 (skor 20)

Pada gambar disamping, tentukan semua perbandingan


A
trigonometri untuk sudut α b
c
α0
C
B a
0
Penyelesaian

Perbandingannya adalah:
c a c
Sin α = Cos α = Tan α =
b b a
Dari soal yang diberikan 15 siswa telah mampu memberikan jawaban

yang tepat,jawaban lainnya adalah sebagai berikut:

Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 4 14,28 Siswa kurang teliti

c dalam
Sin C =
b
mengerjakan soal
a
Cos C =
b
a
Tan C =
c
Jawaban B 1 3,58 Siswa kurang

b memahami dan
Sin C =
c
kurang teliti
a
Cos C =
b dalam
a mengerjakan soal
Tan C =
c

57
Jawaban C 8 28,57 Siswa belum

B memahami sisi-
Sin C =
A
sisi segitiga siku-
C
Cos C =
A siku
B
Tan C =
C

Soal 3 (skor 20)

Tentukan nilai perbandingan trigonometri untuk A

sudut α pada gambar di samping !


10
cm 8 cm

α
C 6 cm B

Penyelesaian

AB BC AB
Sin α = Cos α = Tan α =
AC AC BC
8 4 6 3 8 4
=  =  = 
10 5 10 5 6 3

Dari soal yang diberikan 9 siswa telah mampu memberikan jawaban yang

tepat, jawaban yang lainnya adalah sebagai berikut:

58
Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 13 46,43 Siswa memahami

AB 8 perbandingan
Sin α = =
AC 10
trigonometri,
BC 6
Cos α = =
AC 10 namun lupa
AB 8
Tan α = = menyederhanakan
BC 6
pecahan.

Jawaban B 2 7,14 Siswa memahami

AB 8 perbandingan
Sin α = =
AC 10
trigonometri,
BC 6
Cos α = =
AC 10 namun kurang
AB 6
Tan α = = teliti dalam
BC 8
mengerjakan soal

Jawaban C 4 3,58 Siswa kurang

Sin C = 8 cm  4 memahami
10 cm 5
perbandingan

trigonometri

Soal 4 (skor 30)

Carilah nilai perbandingan trigonometri sudut α (α sudut lancip) yang lain


3
jika diketahui sin  0 
5

59
Penyelesaian

3
Diketahui sin  0  .
5
x2 = 52 – 32
5 = 25 – 9
3
= 16
α
x x = 16  4

4 3
cos  0  tan  0 
5 4

Dari soal yang diberikan 6 siswa telah mampu memberikan jawaban yang

tepat, jawaban lainnya adalah sebagai berikut:

Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 5 46,43 perbandingan

3 trigonometri,
Diketahui sin  0  .
5
namun lupa
Sisi samping = 52 – 32
= 25 – 9 menyederhanakan

x = 16 pecahan. = 25 – 9 = x
16 3
cos  0  tan  0 
5 16

Jawaban B 5 7,14 Siswa memahami

3 perbandingan
Diketahui sin  0  .
5
trigonometri,
Sisi samping = 52+ 32
= 25 + 9 namun kurang

x = 34 teliti dalam
34 3
cos  0  tan  0  mengerjakan soal
5 34

60
Jawaban C 12 42,86 Siswa kurang

(lembar jawaban kosong) memahami

perbandingan

trigonometri

Dari analisis hasil tes siklus I, ada beberapa hal yang mempengaruhi

ketuntasan belajar siswa, antara lain:

 Pemanfaatan waktu oleh siswa kurang efisien karena siswa belum

memahami materi yang diuji sehingga tidak dapat menyelesaikan soal

yang diberikan.

 Siswa kurang teliti mengerjakan soal sehingga mengurangi poin yang

seharusnya diperoleh.

5. Observasi

1. Aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika siklus 1

Selama kegiatan pembelajaran obsever mengadakan pengamatan

terhadap kegiatan siswa dan diperoleh gambaran bahwa aspek

keterampilan kooperatif siswa termasuk baik. Berdasarkan hasil analisis

aktivitas siswa pada siklus I mencapai skor 2,63 dengan kategori baik.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel analisis aktivitas siswa dalam

pembelajaran matematika siklus I di berikut

Kategori skor pengamatan aktivitas siswa terdiri dari 4 kriteria

yaitu Nilai 1,jika muncul 1 deskriptor, nilai 2,jika muncul 2 deskriptor,

nilai 3,jika muncul 3 deskriptor, nilai 4,jika muncul 4 deskriptor

61
Hasil pengamatan didasarkan pada kecenderungan yang Nampak

dari setiap deskriptor yang ada.

Tabel 4.4
Analisis Aktivitas Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus I

Skor
Pengamat
1 2 3 4

1 0 2 1 1

2 0 2 2 0

 fi 0 4 3 1

 fi.Xi 0 8 9 4

Skor 2,63

Pada pertemuan siklus I peneliti tidak kesulitan dalam menerapkan

metode demonstrasi dalam proses pembelajaran karena siswa disiplin serta

memiliki respon yang cukup baik terhadap model pembelajaran yang

digunakan peneliti. Akan tetapi, selama kegiatan ini berlangsung, ada

beberapa hambatan yang nampak antara lain:

 Pada saat peneliti menyampaikan materi, sebagian besar siswa masih

nampak pasif dalam mengikut pembelajaran, siswa lebih banyak diam

dan tidak berani bertanya pada guru.

 Interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru

belum berlangsung dengan baik. Siswa juga belum berani untuk

mengeluarkan pendapat atau saran.

62
 Masih ada beberapa siswa yang kurang disiplin tetapi masih dapat

dikontrol dengan baik oleh guru sampai proses pembelajaran berakhir

2. Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran siklus I

Disamping penilaian terhadap ketrampilan belajar siswa selama

pembelajaran, pengamat juga melakukan penilaian terhadap tindakan

peneliti dalam aspek-aspek tertentu. Observasi (pengamatan) dilakukan

dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana kemampuan guru dalam

mengelola proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran

demonstrasi. Berikut ini adalah tabel analisis kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaan pada siklus I.

Tabel 4.5

Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengelola


Pembelajaran Pada Siklus I

Skor
Pengamat
1 2 3 4

1 0 2 1 2

2 0 2 2 1

 fi 0 4 3 3

 fi.Xi 0 8 9 12

Skor 3,62

63
Berdasarkan hasil analisis observasi kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran pada siklus I mencapai skor 3,62 dengan kategori

baik, akan tetapi ada beberapa hal penting yang menjadi perhatian peneliti

pada pelaksanaan siklus berikutnya yaitu:

 Peneliti belum maksimal dalam memotivasi siswa.

 Peneliti belum menggunakan ekspresi lisan yang tepat.

 Peneliti harus perlahan-lahan saat menjelaskan materi.

6. Refleksi dan rencana tindak lanjut

Berdasarkan hasil observasi terhadap guru maupun siswa serta hasil

tes yang ditunjukan pada tabel sebelumnya, ada beberapa hal yang perlu

direfleksikan sebagai acuan dalam pelaksanaan tindakan siklus II, di

antaranya adalah sebagai berikut:

a. Peneliti perlu mengingatkan siswa tentang topik materi yang akan

dipelajari.

b. Peneliti perlu memotivasi siswa agar berpartisipasi secara aktif dalam

proses pembelajaran baik dalam multimedia maupun dalam

mengerjakan LKS.

c. Peneliti lebih mendominasi siswa dalam multimedia sehingga setiap

siswa kurang aktif dalam pembelajaran

d. Siswa yang berkemampuan akademik tinggi harus membantu

temannya yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Selain itu

siswa yang belum memahami materi/konsep agar tidak malu bertanya

baik kepada sesama teman atau kepada guru.

64
Berdasarkan hasil refleksi di atas maka rencana tindak lanjut yang

harus di lakukan adalah:

a. Penjelasan materi dilakukan bertahap.

b. Memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk berpartisipasi aktif

dalam pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator

dalam proses pembelajaran.

c. Memberi pengertian kepada siswa yang berkemampuan akademik

tinggi agar mau memberi penjelasan kepada temannya yang

mengalami kesulitan.

d. Mendorong atau memotivai siswa agar lebih aktif dan tidak malu

bertanya baik kepada sesama teman maupun kepada guru bila

menemui kesulitan.

E. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus II

1. Rencana Tindakan

Materi yang diajarkan pada siklus II adalah perbandingan

trigonometri sudut-sudut istimewa. Waktu yang dibutuhkan dalam

pelaksanaan siklus ini adalah 4 jam pelajaran (4 x 35 menit). Tujuan dari

kegiatan ini adalah peningkatan prestasi belajar siswa, untuk itu guna

mendukung kelancaran kegiatan pembelajaran ini peneliti menyiapkan

LKS. Pada akhir kegiatan siklus II diharapkan siswa dapat menemukan

konsep perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa

65
2. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan siklus II dilaksanakan pada :

Hari / tanggal : Selasa, 13 November 2012

Waktu : 4 x 35 menit

Pokok bahasan : trigonometri

Sub pokok bahasan : perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa

Seperti pada siklus I, pelaksanaan dikelas disesuaikan dengan

langkah-langkah metode demonstrasi dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), yang sudah didesain mengikuti langkah-langkah

metode demonstrasi.

Adapun kegiatan pembelajaran sebagai berikut:

Peneliti memasuki kelas lalu siswa memberi salam dan peneliti

membalasnya, sekaligus menanyakan kabar siswa dan persiapannya

mengikuti pelajaran. Selanjutnya mengabsen siswa. Setelah itu Peneliti

menyampaikan tujuan pembelajaran yakni menentukan perbandingan

trigonometri sudut-sudut istimewa

Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, peneliti menggali

pemahaman siswa tentang materi yang sudah diajarkan sebelumnya

khususnya materi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan.

Melalui Tanya jawab siswa diminta untuk menjawab beberapa soal

prasyarat yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas, yakni

bagaimana perbandingan trigonometri sinus cosinus dan tangen pada

sebuah segitiga siku-siku.

66
Dari pertanyaan yang peneliti berikan, ada siswa yang bisa menjawab

dan yang lain masih ragu-ragu. Peneliti mencoba menjelaskan ulang

dengan bahasa yang sederhana. Sinus adalah perbaandingan antara sisi

depan dengan sisi miring, cosinus adalah perbandingan antara sisi samping

dengan sisi miring dan tangen adalah perbandingan antara sisi depan

dengan sisi samping. Atau bisa kita tulis sebagai berikut:

sisi depan sisi samping sisi depan


Sin  Cos  Tan 
sisi miring sisi miring sisi samping

Kemudian peneliti memberikan LKS yang telah dipersiakan

sebelumnya kepada sorang siswa untuk di bagikan kepada semua siswa,

sementara LKS dibagikan peneliti memasang LCD, dan mulai

mengoperasikannya, pada LKS yang dibagikan terdapat gambar dan

sedikit penjelasan seperti berikut:

Nilai perbandingan trigonometri untuk sudut istimewa

dari gambar disamping kita peroleh

pp' Y
y
1. Sin α0 = = =y
op 1
P
op' x
2. Cos α0 = = =x 1
y
op 1
α0 X
0 x P’
pp ' y
3. Tan α0 = =
op ' x

Kemudian peneliti menunjukan animasi pada slide, pada slide pertama,

muncul diagram cartesius, kemudian muncul lingkaran dengan pusat (0,0)

67
diatas diagram tersebut yang seolah-olah digambar oleh seseorang, lalu

muncul garis dengan panjang 1satuan yang menjelaskan bahwa lingkaran

tersebut memiliki jari-jari 1 satuan, dengan sedikit penjelasan dari peneliti,

animasi dilanjutkan, Nampak sebuah segitiga siku-siku OPP’, dengan

sudut siku-siku di P’, dan x sebagai panjang OP’ dan y sebagai panjang

PP’. seperti nampak pada gambar diatas. Dari segitiga siku-siku tersebut

maka diperoleh

pp' y
1. Sin α0 = = =y
op 1

op' x
2. Cos α0 = = =x
op 1

pp ' y
3. Tan α0 = =
op ' x

Selanjutnya beralih ke animasi berikut yang menjelaskan tentang sudut

00. Pada LKS terdapat gambar dan soal berikut:

Sudut 00
Y
Koordinat Titk p adalah (0,1)

Maka x = 1 dan y = 0, sehingga:


P (1,0)
X
Sin 0 = … = …
0 0

Cos 00 = … = …

Tan 00 = … = …

Peneliti menjelaskan bahwa, Jika α = 00, maka garis OP berimpit

dengan sumbu –x, dengan demikian posisi P adalah (1,0) akibatnya, nilai

x = 1 dan y = 1 sehingga:

68
Sin 00 = y = 0

Cos 00 = x = 1

y
Tan 00 = =0
x

Kemudian slide berikut menjelaskan tentang sudut 300. Dalam LKS

terdapat gambar dan soal seperti berikut:

Jika α0 = 300, maka sudut OPQ = 600 perhatikan gambar disamping

akibat segitiga OPQ merupakan segitiga sama sisi dengan panjang sisi OP

= OQ = PQ = 1. Karena segitiga OPP’ sama dan sebangun dengan

segitiga OQP’, maka PP’ = QP’ = ½ atau ordidat y = ½. segitiga OPP’

siku-siku di P’, dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh

hubungan:

(OP’)2 + (PP’)2 = (OP)2

(OP’)2 = (OP)2 - (PP’)2

3
2
1
(OP’) = 12 –   =  
2
Y
2 4

1 P
(OP’) = 3
2 1
½
300 X
1 O 300 x P’
OP’ = x = 3 ½
2 1
Q
1 1
Jadi, Koordinat Titik p adalah  3, 
2 2

1 1
Maka x = 3 dan y =
2 2

Sin 300 = …

Cos 300 = …

69
Tan 300 = …

Peneliti mencoba memberi waktu kepada siswa untuk mempelajari

sedikit penjelasan tentang perbandingan trigonometri untuk sudut 300 yang

ada pada LKS, kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa

yang sudah paham untuk menjelaskannya didepan kelas. Ada seorang

siswa yang mencoba untuk menjelaskan, namun siswa tersebut agak

kesulitan karena kurang percaya diri, peneliti membantu siswa tersebut

untuk menjelaskannya dengan bantuan multimedia yaitu animasi pada

slide.

Setelah menjelaskan cara mendapatkan nilai x dengan teorema

1 1
Pythagoras maka diperoleh nilai x = 3 dan y =
2 2

Sehingga:

1
Sin 300 = y =
2

1
Cos 300 = x = 3
2

1
0 2 1 1
Tan 30 = = = 3
1 3 3 3
2

Untuk sudut 450, pada LKS terdapat penjelasan seperti berikut:

Jika α0 = 450, maka segitiga OPP’ merupakan segitiga siku-siku di P’

dan sama kaki dengan panjang sisi OP’ = PP’ atau x = y. Perhatikan

gambar disamping dengan menggunakan teorema pythagoras pada segitiga

OPP’ diperoleh hubungan:

(OP’)2 + (PP’)2 = (OP)2

70
Y

x2 + y2 = 1
P
2x2 = 1 1
y
450 X
1 O x P’
x2 =
2

x = 1  1 2
2 2

1 1 
Jadi, Koordinat Titik p adalah  2, 2
2 2 

1 1
Maka x = 2 dan y = 2
2 2

Sin 450 = …

Cos 450 = …

Tan 450 = …

Peneliti menyuruh seorang siswa membaca yang sudah tertulis pada

LKS kemudian semua siswa memperhatikan pada LKS masing-masing

setelah itu peneliti menjelaskan ulang bagaimana sehingga nilai x dan y

diperoleh seperti pada LKS yang ada pada siswa dengan bantuan

multimedia. Setelah nilai x dan y diketahui maka perbandingan

trigonometri dapat dicari, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menjawab nilai pebandingan tersebut:

Siswa mulai menjawab:


1
Siswa 1 : Sin 450 = y = 2
2

Peneliti: tepat sekali, adalagi yang mau menjawab, Cos 450 = ?

1
Siswa 2 : Cos 450 = x = 2
2

71
Peneliti: jawaban yang bagus. Kalau Tan 450= ?

1
2
0 y 2
Siswa 3 : Tan 45 = = = 1
x 1
2
2

Peneliti, berpendapat bahwa banyak siswa yang sudah paham tentang

materi ini.

Selanjutnya untuk sudut 600. Terdapat gambar dan penjelasan sebagai

berikut:

Jika α0 = 600, maka segitiga OPQ merupakan segitiga sama sisi dengan

panjang sisi OP = OQ = PQ = 1. Karena segitiga OPP’ sama dan

sebangun dengan segitiga QPP’, maka QP’ = OP’ = ½ atau x = ½ .

dengan menggunakan teorema pythagoras diperoleh hubungan:

(OP’)2 + (PP’)2 = (OP)2

(PP’)2 = (OP)2 - (OP’)2 Y

3
2 P
1
y =1 –   =  
2 2
2 4 1
y

1 600 X
y= 3 O ½ P’ Q(1,0)
2

1
OP’ = x =
2

1 1 
Jadi, Koordinat Titik P adalah  , 3
2 2 

1 1
Maka x = dan y = 3
2 2

Sin 600 = …

72
Cos 600 = …

Tan 600 = …

Peneliti menjelaskan ulang bagaimana mendapatkan nilai x dan y

menggunakan animasi pada slide, setelah siswa paham tentang bagaimana

mendapatkan nilai x dan y, peneliti memberikan kesempatan kepada siswa

untuk mengisi nilai perbandingan sinus, cosinus, dan tangen yang ada pada

LKS, kemudian peneliti meminta 3orang siswa mewakili setiap barisan

tempat duduk mereka untuk membaca apa yang sudah ditulis tersebut, dan

3 orang siswa tersebut memberikan jawaban sebagai berikut: Siswa

1 1
pertama: Sin 600 = y = 3 Siswa kedua: Cos 600 = x = ,Dan Siswa
2 , 2

1
3
y
ketiga: Tan 600 = = 2 = 3
x 1
2

Selanjutnya untuk sudut 900. Terdapat gambar dan penjelasan sebagai

berikut:
Y

P (0,1)
Koordinat Titk p adalah (1,0)

Maka x = 0 dan y = 1
900
X
0
Sin 900 = …

Cos 900 = …

Tan 900 = …

73
Peneliti menjelaskan bahwa, Jika α = 900, maka garis OP berimpit

dengan sumbu –y, dengan demikian posisi P adalah (0,1) akibatnya, nilai

x = 0 dan y = 1 sehingga:

Sin 900 = y = 1

Cos 900 = x = 0

y 1
Tan 900 = = = ttd (tidak terdefinisi)
x 0

Pada bagian penutup ini, peneliti memberikan kesempatan kepada

semua siswa untuk bertanya. Namun tidak ada siswa yang bertanya.

Setelah itu peneliti membimbing siswa membuat rangkuman. Dari

penjelasan diatas maka dapat kita simpulkan sebagai berikut:

Perbandingan Besar sudut α


trigonometri 00 300 450 600 900

1 1 1
Sin α 0 2 3 1
2 2 2

1 1 1
Cos α 1 3 2 0
2 2 2

1
Tan α 0 3 1 3 ttd
3

Setelah menyimpulkan pembelajaran siswa dibagikan soal tes

siklus II untuk dikerjakan

74
3. Hasil tes siklus II

Selain mendapatkan hasil observasi kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran dan hasil observasi aktivitas siswa, terdapat juga

hasil tes siklus. Sebagaimana hasil tes siklus II menunjukan bahwa 92,86

% siswa yang tuntas secara klasikal atau 26 orang yang tuntas secara

klasikal. Sedangkan 7,14 % siswa tidak tuntas atau 2 orang siswa,

sedangkan ketuntasan secara individu dapat dilihat pada lampiran. Hasil

tes pada siklus II dapat diperlihatkan pada tabel berikut.

Tabel 4.6
Analisis Hasil Tes Siklus II

Tingkat Jumlah skor


No Skor
penguasaan Frekuensi %

1 0 ≤ x < 30 Sangat rendah - 0%

30 ≤ x < 60 Rendah 2 7,14 %

Tidak Tuntas 2 7,14 %

2 60 ≤ x < 70 Sedang - 0%

70 ≤ x < 80 Tinggi 19 67,86 %

80 ≤ x ≤ 100 Sangat tinggi 7 25,00 %

Ketuntasan Klasikal 26 92,86 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan

prestasi belajar siswa jika dibandingkan dengan hasil tes pada siklus I.

Akan tetapi pada siklus II ini, tidak semua siswa mengalami

peningkatan perolehan nilai.

75
4. Analisis Hasil Tes Siklus II

Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan dan dianalisis sebagai berikut:

Saol 1 (skor 15)


B

Jika a = 40 cm dan sudut A= 300,

tentukan panjang c dan b. a c

C b A

Penyelesaian

diketahui : a = 40 cm

sudut A = 300
a
a Tan A =
Sin A = b
c

40 40
sin 30 0  Tan300 
c b
40 40
c b
sin 300 Tan 30 0
40
40 b
c 1 3
1 3
2

c = 80 b  40 3

Dari soal yang diberikan 6 siswa telah mampu memberikan

jawaban yang tepat, jawaban lainnya adalah sebagai berikut:

76
Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 22 78,57 Siswa bisa

Diketahui : a = 40 cm menentukan nilai


Sudut A = 300
trigonometri
a
Sin A = dengan baik
c
40 namun masih
sin 30 0 
c
kurang teliti
40
c
sin 300 dalam

40 menentukan
c
1
2 perbandingan

c = 80 trigonometri.

b
Cos A =
80
Cos 300
b
80

1
b 2 3
80
b  160 3

Soal 2 (skor 15)


R

1. diketahui sebuah segitiga siku-siku PQR jika


300
panjang sisi miringnya 10 cm dan besar q p
0
sudut R = 300. Berapakah panjang sisi yang
P Q
lain ? r

77
Penyelesaian

diketahui q = 10 cm
sudut R = 300

Sin R = r Cos R = p
q q

r p
Sin 300 = Cos 300 =
10 10
r = 10 sin 300 p = 10 Cos 300
1 1
r = 10  p  10  3
2 2
r =5 p5 3

Dari soal yang diberikan 6 siswa telah mampu memberikan jawaban yang

tepat, jawaban lainnya adalah sebagai berikut:

Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 6 21,43 Siswa memahami

Diketahui q = 10 cm perbandingan
Sudut R = 300
trigonometri
r
Sin R =
q dengan baik

r
Sin 300 =
10

r = 10 sin 300

1
r = 10 
2

r =5

78
p
Cos A =
q

p
Cos 300 =
10

p = 10 Cos 300

1
p  10  3
2

p5 3

Jawaban B 17 60,71 Siswa memahami

r perbandingan
Sin R =
q
trigonometri,
r
Sin 300 = namun masih
10
kurang teliti
10
r=
Sin 300 dalam

10 menentukan nilai
r =
1
2 perbandingan

r = 20 tersebut dengan

p tepat
Cos A =
q

p
Cos 300 =
10

p = 10 Cos 300

1
p  10  3
2

p5 3

79
Jawaban C 5 21,42 Siswa masih

r kurang teliti
Sin R =
q
dalam
r
Sin 300 = menentukan
10
perbandingan
10
r=
Sin 300 yang tepat

10
r =
1
2

r = 20

Soal 3(skor 25)

Sebuah papan jungkat-jungkit memiliki

panjang 3,6 cm. Salah satu ujungnya


3,6 cm
menyentuh tanah dan membentuk sudut 300 h

seperti ditinjukan gambar disamping,


300
tentukan ketinggian ujung papan yang

lain dari permukaan tanah (h).

Penyelesaian

Sketsa gambar
Diketahui : AC = 3,6 m

Sudut A = 300

Maka panjang h dapat dicari dengan Perbandingan berikut

80
BC
Sin A =
AC
h
sin 30 0  C
3,6
3,6 m
h
h  3,6  sin 30 0

1 A 300
B
h  3,6 
2
h = 1,8 m
Jadi, ketinggian ujung papan yang lain dari permukaan tanah adalah 1,8 meter.

Dari soal yang diberikan 26 siswa telah mampu memberikan jawaban yang

tepat, dan 2 siswa lainya tidak memberikan jawaban, guru berpendapat bahwa 2

siswa tersebut belum bisa memahami soal yang diberikan:

Soal 4 (skor 25)

Hitunglah nilai dari

a. cos 300 cos 600 + sin 300 + cos 600

b. 2 cos 300 sin 300

c. cos2 300 + sin2 300

Penyelesaian
a. cos 300 cos 600 + sin 300 + cos 600 c. cos2 300 + sin2 300
1 1 1 1
= 3   1 
2
1
2

2 2 2 2 = 3   
2  2
1
= 3 1 3 1
4 =  =1
4 4
1
=1 3
4

81
b. 2 cos 300 sin 300
1 1
= 2 3
2 2

1
= 3
2

Dari soal yang diberikan 7 siswa telah mampu memberikan jawaban yang

tepat, jawaban lainnya adalah sebagai berikut:

Banyak Persentase
Alternatif Jawaban Komentar Guru
Siswa (%)
Jawaban A 12 42,88 Siswa memahami
a. cos 300 cos 600 + sin 300 +
cos 600 soal, namun
1 1 1 1
= 3   kurang teliti
2 2 2 2
1
= 3 1 dalam
4
1 menyelesaikannya
=1 3
4
b. 2 cos 300 sin 300
1 1
= 2 3
2 2
1
= 3
2
c. cos2 300 + sin2 300
2 2
1  1
= 3   
2  2
3 1
=  =2
2 2
Jawaban B 5 17,88 Siswa memahami
a. cos 300 cos 600 + sin 300 +
cos 600 soal, namun
1 1 1 1
= 3   kurang teliti
2 2 2 2
1
= 3 1 dalam
4
1 menyelesaikannya
=1 3
4
b. 2 cos 300 sin 300

82
1 1
= 2 3
2 2
2
= 3
2
 3

c. cos2 300 + sin2 300


2 2
1  1
= 3   
2  2
3 1
=  =1
4 4

Jawaban C 3 10,71 Siswa memahami


a. cos 300 cos 600 + sin 300 +
cos 600 soal, namun
1 1 1 1
= 3   kurang teliti
2 2 2 2
1
= 3 1 dalam
4
1 menyelesaikannya
=1 3
4
b. 2 cos 300 sin 300
1 1
= 2 3
2 2
1
= 3
2
c. cos2 300 + sin2 300
2 2
1  1
= 3   
2  2
3 1
=  =2
2 2

Soal 5 (skor 20)

Tunjukan bahwa sin2 450 + cos2 450 = 1

83
Penyelesaian
sin2 450 + cos2 450 =1
2 2
1  1 
 2   2 = 1
2  2 
2 2
 =1
4 4

Dari soal yang diberikan semua (28) siswa telah mampu

memberikan jawaban yang tepat

5. Observasi

1. Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran siklus II

Hasil observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dapat

ditunjukan dalam tabel berikut.

Tabel 4.7
Analisis Aktivitas Siswa Dalam Kegiatan Pembelajaran Siklus II

Skor
Pengamat
1 2 3 4

1 0 0 2 2

2 0 0 1 3

 fi 0 0 3 5

 fi.Xi 0 0 9 20

Skor 3,63

84
Aktivitas belajar siswa pada siklus ini mengalami perubahan yang

positif. Dari tabel terlihat bahwa rata-rata aktivitas belajar siswa sudah

mencapai 3,63 dengan kategori sangat baik. Tanggung jawab terhadap

soal yang di berikan juga sudah mulai membaik.

Berdasarkan hasil observasi bahwa kemampuan atau partisipasi

siswa dalam mengikuti pembelajaran sudah mengalami perubahan

kearah yang lebih baik. Hal ini terbukti pada saat siswa mengisi LKS,

saat ada yang tidak dipahami siswa langsung mengangkat tangan dan

mengajukan pertanyaan kepada guru

Siswa termotivasi untuk menerapkan keterampilan-keterampilan

yang dapat meningkatkan hasil belajar dalam mencapai tujuan pokok

pembelajaran demonstrasi

2. Kemampuan Guru dalam mengelola Pembelajaran Siklus II

Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

dapat dilihat dalam tabel berikut.

85
Tabel 4.8
Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengelola Pembelajaran
Pada Siklus II

Pertemuan
Pengamat
1 2 3 4

1 0 0 1 4

2 0 0 1 4

 fi 0 0 2 8

 fi.Xi 0 0 6 32

Skor 4,75

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, diamati oleh

observer yakni guru mata pelajaran matematika di sekolah tempat

penelitian. Observasi dilakukan dengan maksud untuk mengetahui

sejauh mana kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran

terutama dalam menerapkan metode demonstrasi dengan bantuan

media animasi.

Berdasarkan hasil analisis observasi kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran pada siklus II mencapai skor 4,75 dengan

kategori sangat baik

6. Refleksi

Berdasarkan hasil tes siklus II seperti yang ditunjukkan pada tabel

tes siklus II di atas, dapat di lihat penerapan metode demonstrasi dengan

bantuan media animasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada

materi perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa. Hal ini dapat

86
dilihat dari ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus II yakni

mencapai 92,86 % atau 26 orang siswa, sudah lebih dari ketuntasan secara

klasikal yakni 60%, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran juga

mengalami peningkatan pada siklus II. Bersamaan dengan itu aktvitas

siswa dalam siklus II juga sudah mengalami kemajuan. Oleh karena itu,

pelaksanaan tindakan kelas dengan menerapakan metode demonstrasi

dengan bantuan media animasi pada materi perbandingan trigonometri

sudut-sudut istimewa. dihentikan pada siklus II ini, yang berarti

berakhirlah pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan diterapkan

metode demonstrasi dengan bantuan media animasi perbandingan

trigonometri sudut-sudut istimewa.

F. Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas hasil penelitian yang dilakukan dimana

setelah pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data maka dapat

dilihat bahwa penerapan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi

dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran

matematika.

Penerapan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi merupakan

model pembelajaran yang memudahkan siswa dalam memahami konsep-

konsep dasar matematika yang abstrak. Hal ini dibuktikan dimana aktivitas

siswa dalam pembelajaran semakin meningkat. Hal ini berdampak positif

bagi prestasi belajar siswa.

87
Berikut beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian

adalah sebagai berikut:

 Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

Hasil observasi kemampuan guru dalam megelola pembelajaran

adalah untuk siklus I mencapai skor 3,62 dengan kategori baik, dan

untuk siklus II meningkat mencapai skor 4,75 dengan kategori sangat

baik. hasil di atas menunjukan bahwa kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran mengalami peningakatan.

 Hasil observasi aktivitas siswa dalam mengelola pembelajaran.

Hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran untuk siklus I

mencapai skor 2,63 dengan kategori baik, dan untuk siklus II meningkat

sehingga mencapai skor 3,63 dengan kategori baik. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika

khususnya untuk materi perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa

dengan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi mengalami

peningkatan.

 Hasil analisis tes setiap siklus

Hasil tes setiap siklus yang dianalisis adalah ketuntasan belajar

siswa secara individu maupun secara klasikal dengan skor ketuntasan

adalah paling sedikit 60% dari jumlah siswa mencapai total skor

minimal 60 untuk skor maksimum 100.

Berdasarkan standar ketuntasan belajar siswa peneliti menganalisis hasil

belajar siswa secara individu sebagaimana ditunjukkan dalam lampiran, dan

hasil analisis ketuntasan belajar siswa secara klasikal adalah untuk siklus I

88
sebanyak 14 orang atau 50 % dengan kategori tuntas dan 14 orang atau 50 %

dengan kategori belum tuntas, untuk siklus II sebanyak 26 orang atau 92,86

% dengan kategori tuntas sedangkan 2 orang atau 7,14 % dengan kategori

belum tuntas.

89
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dipaparkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa Penerapan metode demonstrasi dengan bantuan media

animasi pada materi perbandingan trigonometri sudut-sudut istimewa

dapat meningkatkan aktifitas maupun prestasi belajar siswa. Aktifitas

siswa meningkat dari skor 2,63 pada siklus I menjadi 3,63 pada siklus II

dan prestasi belajar siswa, meningkat dari 50 % pada siklus I menjadi

92,86 % pada siklus II.

B. Saran

Berdasarkan dengan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan sebagai

berikut:

1. Siswa kelas XI SMKN 6 Kupang menunjukkan peningkatan prestasi

belajar setelah penerapan metode demonstrasi dengan bantuan media

animasi. Melihat hal tersebut peneliti menyarankan kepada guru untuk

menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media animasi

dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan lain, misalnya

bilangan bulat, statistika, dan lingkaran.

2. Bagi siswa agar mencoba membuat animasi dari materi yang diberikan

agar belajar matematika menjadi lebih menarik dan menyenangkan.

90
3. Disarankan kepada guru mata pelajaran matematika maupun yang lain

untuk menggunakan metode demonstrasi dengan bantuan media

animasi dalam proses pembelajaran.

4. Bagi sekolah agar menyediakan fasilitas yang dapat mendukung

penggunaan metode ini dan melatih para gurunya agar dapat

menggunakan fasilitas tersebut dengan tepat.

91

Anda mungkin juga menyukai