Anda di halaman 1dari 8

PROSES PEMURNIAN SELULOSA PELEPAH SAWIT SEBAGAI BAHAN

BAKU NITROLESULOSA DENGAN VARIASI pH DAN KONSENTRASI H2O2

Rianto Harpendi, Padil, Yelmida


Laboratorium Dasar Teknik, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Riau 28293
Email : rianto.harpendi@gmail.com
Hp : 085271331256

ABSTRAK

One of the raw materials for propellant or explosive double base type is nitrocellulose.
Availability of cellulose which is the main component of biomass is very abundant in
Indonesia, particularly solid waste palm oil industry. With cellulose content of 34.89%,
palm midrib is one solid waste palm with potential to be used as the main raw material
cellulose. Purity cellulose levels that must be achieved to produce nitrocellulose
propellant as raw material is more than 92%. So as to improve the purity of the cellulose
in the palm midrib must be purified using hydrogen peroxide, which is initiated by the
hydrolysis with EFB ash extract. Hydrogen peroxide is a chemical that can be used for
the bleaching process, because this compound is more environmentally friendly than
chlorine. The purpose of this is to obtain the best conditions to obtain cellulose purity of
more than 92%. The bleaching process is done by varying the concentration of hydrogen
peroxide (1%, 2%, 3%, 4%, 5%) and pH (8, 9, 10, 11, 12). Pulp composition analysis of
purified cellulose. Obtained the best process conditions is the concentration of 3%
hydrogen peroxide and pH 9 with 95.11% purity cellulose.

Keywords : Palm Midrib, Bleaching, Hydrogen Peroxide, Cellulose

1. PENDAHULUAN sebagai bahan baku utama selulosa


Saat ini kebutuhan propelan [Padil, 2010].
untuk mendukung pertahanan dan Pemanfaatan limbah pelepah
keamanan Indonesia masih sawit belum dilakukan secara optimal.
mengandalkan impor dan produk luar Sejauh ini pelepah sawit sebagaian besar
negeri. Salah satu bahan baku hanya diolah menjadi pakan ternak dan
pembuatan propelan atau bahan peledak pupuk kompos, bahkan sebagian besar
jenis double base adalah nitroselulosa. petani menumpuk pelepah sawit begitu
Nitroselulosa dapat diproduksi dari saja di perkebunan. Hasil penelitian
bahan baku utama selulosa baik sintesis Padil [2010] melaporkan komposisi
maupun alami [Loekman, 2006]. Disisi selulosa, hemiselulosa, dan lignin
lain, ketersediaan selulosa yang pelepah sawit secara berturut-turut :
merupakan komponen utama biomassa 34,89%, 27,14%, dan 19,87%. Pada
sangat melimpah di Indonesia khususnya tahun 2010, data Dinas Perkebunan Riau
limbah hasil industri sawit. Pelepah menunjukkan provinsi Riau tercatat
sawit merupakan limbah padat sawit sebagai wilayah yang memiliki
yang sangat potensial untuk digunakan perkebunan sawit terluas di Indonesia
yaitu 1,61 juta hektar. Dengan luas atas tiga jenis berdasarkan derajat
perkebunan sawit tersebut, maka limbah polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam
pelepah sawit yang dihasilkan sebesar senyawa natrium hidroksida (NaOH),
10,14 juta ton per tahun. Sehingga, yaitu selulosa alfa, selulosa beta dan
dengan melimpahnya pelepah sawit yang selulosa gamma.
didukung oleh semakin pesatnya industri Selulosa dapat larut dalam asam
sawit di Indonesia maka perlu dilakukan pekat (seperti asam sulfat 72%) yang
penelitian dengan bahan baku baru yaitu mengakibatkan terjadinya pemecahan
pelepah sawit untuk pembuatan rantai selulosa secara hidrolisis. Selulosa
nitroselulosa. alfa merupakan kualitas selulosa yang
Kemurnian kadar selulosa yang paling tinggi (mumi). Selulosa alfa lebih
harus dicapai untuk memproduksi dari 92% memenuhi syarat untuk
nitroselulosa sebagai bahan baku digunakan sebagai bahan baku utama
propelan adalah lebih dari 92% [Padil, pembuatan propelan dan atau bahan
2010]. Zulfieni [2011], melakukan peledak. Sedangkan selulosa kualitas
proses hidrolisis terhadap pelepah untuk dibawahnya digunakan sebagai bahan
memurnikan selulosa dengan baku pada industri kertas dan industri
menggunakan larutan pemasak dari tekstil [Tarmansyah, 2007].
ekstrak abu TKS (Tandan Kosong
Sawit) dihasilkan kadar selulosa 86,12%. Hemiselulosa
Untuk meningkatkan kadar selulosa, Hemiselulosa juga merupakan
pada penelitian ini akan dilakukan senyawa polimer yang terdapat pada
proses bleaching terhadap pelapah sawit biomassa. Hemiselulosa mirip dengan
setelah proses hidrolisis. Diharapkan selulosa yang merupakan polimer gula.
dengan dilakukan proses bleaching, Namun, berbeda dengan selulosa yang
kemurnian selulosa bisa mencapai hanya tersusun dari glukosa,
tingkat yang diinginkan. hemiselulosa tersusun dari bermacam-
macam jenis gula.
Pelepah Sawit Kandungan hemiselulosa di
Pelepah sawit merupakan salah dalam biomassa lignoselulosa berkisar
satu limbah padat yang dihasilkan oleh antara 11% hingga 37% (berat kering
industri sawit. Litbang Deptan [2010] biomassa). Hemiselulosa lebih mudah
memperkirakan dalam satu pohon sawit dihidrolisis dari pada selulosa.
bisa dihasilkan 22 batang pelepah dan
satu hektar akan dihasilkan sekitar 6,3 Lignin
ton pelepah setiap tahunnya. Didalam sel tumbuhan lignin
berfungsi menaikkan sifat-sifat kekuatan
Selulosa mekanik sehingga tumbuhan yang besar
Selulosa merupakan komponen yang tingginya lebih dari 100 m dapat
utama penyusun biomassa. Selulosa berdiri kokoh. Pada kayu, bagian
adalah komponen dasar pada dinding sel makromolekul biomassa yang berfungsi
dan serat. Selulosa tersusun dari sebagai pengikat ini berjumlah sekitar 17
pengulangan unit β−1, 4−D− sampai 40 % dengan persentase lignin
glukopiranosa yang memberi kekuatan tertinggi terdapat pada batang paling
akan serat, rumus molekulnya adalah dalam dan paling rendah pada cabang
(C6H10O5)n. Selulosa dapat dibedakan maupun kulit. Unit-unit pembentuk
lignin adalah p-koumaril alkohol, khas agak keasaman dan larut dengan
koniferil alkohol dan sinapil alkohol baik dalam air. Hidrogen peroksida lebih
yang merupakan senyawa induk ramah lingkungan dibandingkan bahan
(precursor) dalam pembentukan lignin kimia yang lain. Selain itu kekuatan
oksidatornya dapat diatur sesuai
Ekstraktif kebutuhan dengan dikombinasikannya
Zat ekstraktif merupakan penggunaan hidrogen peroksida dengan
komponen kimia minor pembentuk sodium hidroksida [Potucek and
biomassa. Pada tanaman zat ekstraktif Milichovsky, 2000].
berfungsi untuk memperkokoh tanaman. Dengan digunakannya larutan
Kandungan ekstraktif biasanya kurang sodium hidroksida dihasilkan anion
dari 10 % perhidroksil (HOO-) sebagai ion aktif
yang sangat berperan dalam proses
Pemurnian (Bleaching) pemutihan. Ion HOO- mengoksidasi unit
Proses bleaching dilakukan non-fenolik lignin melalui pelepasan
untuk mendegradasi sisa lignin yang satu elektron dan membentuk radikal
masih terdapat dalam pulp. Dari proses kation yang kemudian terurai secara
bleaching diharapkan bisa memperbaiki kimiawi.
brightness, meningkatkan kemurnian Unit non-fenolik merupakan
selulosa dan serat selulosa yang penyusun sekitar 90% struktur lignin.
didegradasi seminimal mungkin. Hidrogen peroksida dapat memutus
Untuk meningkatkan derajat ikatan Cα-Cβ molekul lignin dan mampu
putih, proses bleaching menggunakan membuka cincin lignin dan reaksi lain.
bahan kimia yang reaktif untuk Hidrogen peroksida mengkatalis suatu
melarutkan sisa lignin yang ada didalam oksidasi senyawa aromatik non-fenolik
pulp. Akan tetapi yang tidak kalah lignin membentuk radikal kation aril.
penting, penggunaannya tidak Hidrogen mengkatalis oksidasi senyawa
menyebabkan kerusakan selulosa yang lignin non-fenolik dengan perubahan
lebih besar dan pencemaran lingkungan. veratryl alkohol menjadi veratryl
Bahan kimia yang umum aldehyde sehingga pulp menjadi putih
digunakan dalam proses bleaching [Jayanudin, 2009].
adalah jenis oksidator dan alkali.
Oksidator dalam proses bleaching
berfungsi untuk mendegradasi lignin dari
gugus kromofor dan alkali berguna
untuk mendegradasi lignin dengan cara
hidrolisa.
Beberapa contoh dari bahan
kimia yang umum digunakan dalam
proses pemutihan pulp adalah klorin,
ozon, klorin dioksida, asam perasetat
dan hidrogen peroksida.
Gambar 1. Proses Penguraian Lignin
Hidrogen Peroksida oleh H2O2 [Othmer, 1992]
Hidrogen peroksida (H2O2)
berbentuk cairan, tidak berwarna, berbau 2. METODOLOGI PENELITIAN
Alat yang Digunakan analisa selulosa. Diagram alir rancangan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Alat- alat yang digunakan dalam
.
penelitian ini adalah reakor hidrolisis,
heating mantle, kondensor, water bath,
thermohake erlenmeyer, termometer dan
soxhlet.

Gambar 2. Skema peralatan proses


bleaching

Bahan yang Digunakan


Bahan yang digunakan dalam Gambar 3. Diagram alir penelitian
penelitian ini adalah pelepah sawit,
ekstrak abu TKS, hidrogen peroksida Preparasi Pelepah Sawit
(H2O2) 30%, natrium hidroksida (NaOH) Pada tahap awal penelitian,
17,5%, Natrium Hidroksida 0,1 N, asam pelepah sawit dibersihkan dari lidi dan
sulfat pekat (H2SO4) 98%, indikator daunnya. Kemudian dikeringkan dan
ferroin, hexane, kalium dikromat serat pelepah sawit tersebut dihaluskan
(K2Cr2O7) 0,5 N dan ferrous ammonium menjadi ukuran yang lebih kecil yaitu
sulfat (Fe(NH4)2(SO4)2.6H2O) 0,1 N. 20-40 mesh.
Variabel Penelitian Proses Hidrolisis dan Cooking
Variabel tetap pada penelitian ini Pada proses hidrolisis, serat
adalah kondisi proses hidrolisis pelepah sawit dilarutkan dengan ekstrak
(temperatur 100oC, rasio bahan baku dan abu TKS dengan nisbah 1:10. Hidrolisis
cairan 1:10, waktu 60 menit), kondisi berlangsung selama 1 jam dengan suhu
proses cooking (temperatur 100 oC, rasio 100°C. Pulp dari hidrolisis yang telah
bahan baku dan cairan 1:5, waktu 30 dicuci dilarutkan kembali dengan ekstrak
menit), waktu dan temperatur pada abu TKS dengan nisbah 1:5. Proses
proses pemurnian masing- masing 60 cooking dilakukan pada suhu 100°C
menit dan 90 oC. Sebagai variabel yang selama 60 menit. Pulp hasil cooking
berubah adalah konsentrasi hidrogen dicuci dengan air panas untuk
peroksida (1%, 2%, 3%, 4% dan 5%) menghilangkan lindi hitam. Setelah
dan pH (8, 9, 10, 11, 12). dicuci, pulp dikeringkan dalam oven
[Zulfieni, 2011].
Prosedur Penelitian
Tahap- tahap penelitian terdiri dari
persiapan bahan baku, proses hidrolisis,
proses pemurnian (bleaching) dan
Proses Pemurnian (Bleaching)
Pulp kering hasil cooking
dilarutkan dengan hidrogen peroksida
(1%, 2%, 3%, 4%, 5%) dalam
erlenmeyer dengan perbandingan
padatan dengan larutan 1:10. Kemudian
pH diukur dan diatur dengan
penambahan natrium hidroksida 0,1 N.
Setelah pH sesuai dengan yang
diinginkan (8, 9, 10, 11, 12), panaskan Gambar 4. Komposisi kimia pelepah
dalam waterbath dengan suhu 90°C sawit hasil hidrolisis
selama 60 menit. Selama pemanasan
setiap 10 menit pH diukur dan diatur Dari Gambar 4, komposisi
sesuai pH yang diinginkan. Setelah selulosa pelepah sawit hasil hidrolisis
dipanaskan, sampel didinginkan pada adalah 86,48%. Disisi lain, komposisi
suhu ruangan dan disaring dengan lignin, hemiselulosa dan ekstraktif masih
menggunakan pompa vakum. Selama cukup tinggi. Sehingga, memungkinkan
proses penyaringan cuci sampel dengan untuk memperoleh kadar selulosa diatas
air sampai pH netral. Kemudian pulp 92% melalui proses pemurnian
hasil bleaching dikeringkan di oven (bleaching) dengan menggunakan
sampai kering pada suhu ±105°C hidrogen peroksida.
[Traspelina, 2011].
Pengaruh Konsentrasi Hidrogen
Analisa Hasil Peroksida Terhadap Kemurnian
Pulp yang diperoleh dari hasil Selulosa
bleaching selanjutnya dianalisis Gambar 5 menunjukkan bahwa
komponen kimianya antara lain kadar air variasi konsentrasi hidrogen peroksida
(SNI 08-7070-2005), kadar ektraktif memberikan pengaruh terhadap
(TAPPI – 222 cm-98), kadar selulosa – α kemurnian selulosa pelepah sawit.
(SNI 0444-2009) dan lignin (SII 0528-
81).

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisa Komposisi Kimia Pelepah
Sawit Hasil Hidrolisis
Serat pelepah sawit (20-40 mesh)
yang telah dikeringkan dilakukan proses
hidrolisis dengan menggunakan larutan
ekstrak abu TKS untuk mempercepat Gambar 5. Hubungan konsentrasi H2O2
penghilangan pentosan (hemiselulosa) terhadap kemurnian selulosa pelepah
saat proses cooking dan memurnikan sawit
selulosa.
Pada konsentrasi hidrogen
peroksida 1% hingga 3% terjadi
peningkatan kemurnian selulosa
berturut- turut yaitu 92,86%, 95,07% dan
95,11%. Dengan konsentrasi hidrogen Pada pH 8 dan 9 terjadi
peroksida yang semakin ditingkatkan peningkatan kadar selulosa berturut-
maka reaksi akan ditingkatkan sehingga turut yaitu 94,26% dan 95,11%. Proses
pembentukan ion OOH- semakin cepat bleaching dengan bahan kimia hidrogen
terbentuk. Ion OOH- yang terbentuk dari peroksida tidak efektif pada keadaan
penambahan alkali yang berfungsi asam, karena hidrogen peroksida akan
mengoksidasi lignin yaitu dengan terdekomposisi menjadi air sehingga
memutus ikatan Cα - Cβ molekul lignin lambat bereaksi dengan gugus kromofor
sisi di pulp. Akibatnya gugus kromofor pada lignin. Sehingga kemurnian
pada lignin semakin berkurang dan selulosa yang didapat rendah. Untuk pH
kadar selulosa meningkat. bleaching dengan hidrogen peroksida
Pada konsentrasi hidrogen 4% diperlukan kondisi basa antara pH 8
kadar selulosa yang dihasilkan menurun hingga 12 [Tutus, 2004]. Semakin basa
jika dibandingkan dengan kemurnian proses bleaching maka jumlah gugus ion
selulosa pada konsentrasi hidrogen perhidroksil (OOH-) yang terbentuk tiap
peroksida 3%. Hal ini disebabkan karena waktu makin banyak. Sehingga reaksi
selulosa mulai teroksidasi oleh hidrogen yang terjadi antara gugus ion
peroksida. Akan tetapi, pada konsentrasi perhidroksil (OOH-) dengan gugus
5% terjadi peningkatan kadar selulosa kromofor pada lignin semakin cepat.
yaitu 93,42% dari kadar selulosa variasi Sebaliknya, pada pH 10 hingga
konsentrasi 4% hidrogen peroksida. Hal 12 terjadi penurunan kemurnian selulosa
ini disebabkan karena terjadinya yaitu berturut- turut 94,53%, 94,29% dan
perubahan pH bleaching yang 93,65%. Pada pH 9 kemurnian selulosa
mengganggu kinerja hidrogen peroksida. sudah optimum yaitu 95,11%. Sehingga
Untuk itu, pada proses bleaching dapat saat pH 10 hingga 12, selulosa
digunakan buffer sebagai stabilizer terdegradasi oleh hidrogen peroksida.
bahan kimia sehingga kinerja bahan
kimia lebih stabil. Tabel 1. Data hasil penelitian dengan
variasi konsentrasi H2O2 dan pH
Pengaruh pH Terhadap Kemurnian
Selulosa Konsentrasi Selulosa pH Selulosa
H2O2 (%) (%) (%)
Gambar 6 menunjukkan bahwa 1 92,86 8 94,26
variasi pH mempengaruhi kemurnian 2 95,07 9 95,11
selulosa pelepah sawit. 3 95,11 10 94,53
4 93,33 11 94,29
5 93,42 12 93,65

4. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari penelitian yang telah
dilakukan dapat diambil kesimpulan
Gambar 6. Hubungan pH terhadap bahwa kondisi terbaik pemurnian
kemurnian selulosa pelepah sawit selulosa pelepah sawit dengan
menggunakan hidrogen peroksida adalah Litbang Deptan, 2010, Pengolahan
pH 9 dan konsentrasi hidrogen peroksida Pelepah Kelapa Sawit menjadi
3% dengan kemurnian selulosa 95,11%. Pakan,Available
from:<http://lolitkambing.litbang
Saran .deptan.go.id/ind/images/stories/
Untuk memaksimalkan kinerja pdf/pakan_komplit
hidrogen peroksida karena pH yang pelepah_sawit.pdf>,22 Desember
tidak stabil, pada proses bleaching dapat 2012.
digunakan buffer sebagai stabilizer
bahan kimia. Loekman, 2006, Nitroselulosa Dari
Kulit Batang Pisang, LAPAN,
Jakarta.
DAFTAR PUSTAKA
Nagiev, T., 2007, Coherent
Asri, S., 2010, Pemurnian Selulosa-α Synchronized Oxidation
Batang Sawit Menggunakan Reactions by Hydrogen Peroxide,
Ekstrak Abu TKS, Skripsi, Elsevier B. V. : Amsterdam.
Universitas Riau.
Othmer, K, 1992, Encyclopedia Of
Batubara.,R, 2006. Teknologi Bleaching Chemical Technology Vol 9,
Ramah Lingkungan, Karya Tulis, Interscience, Encylopedia Inc,
Universitas Sumatera Utara. New York.

Fengel, D. dan Wegener, G., 1995, Padil, 2010, Proses Pembuatan


Kayu: Kimia, Ultrastruktur, Nitroselulosa Berbahan Baku
Reaksi-Reaksi. Translated from Biomassa Sawit, Seminar
the English by H. Nasional Fakultas Teknik UR,
Sastrohamidjojo, Gajah Mada ISBN 978-602-96729-0-9, TK
University Press, Yogyakarta. 20.

Giles, M., 2009, Process for Bleaching Pahkala, K.S, 2001, Non – Wood Plants
Pulp, International Patent, as Raw Material for Pulp and
Intellectual Property Department Paper, Findland, Faculty of
: Washington DC. Agriculture and Forestry,
Available from :
Jayanudin, 2009, Pemutihan Daun <www.ethesis.helsinki.fi/english.
Nanas Menggunakan Hidrogen html>, 22 Desember 2012.
Peroksida, Jurnal Rekayasa
Proses Vol. 3, No 1. Potucek, F and Milichovsky, M., 2000,
Kraft Pulp Bleaching with
Kenneth, E, 1981, Pulping Process Mill Hydrogen Peroxide and
Operations : Technology and Peracetic Acid., Journal Chem
Practices, Miller Freeman, Inc., Papers, Vol 54 : 406- 411.
California.
Purba, B.F.R., 2009, Pengaruh
Penambahan Hidrogen Peroksida
(H2O2) Terhadap Derajat Fiber, Seminar Rekayasa Kimia
Keputihan (Brightness) Pada dan Proses, ISNN : 1411-4216
Tahap D2 Di Unit Bleaching PT Zulfieni, W.Y., 2011, Hidrolisis Pelepah
Toba Pulp Lestari Tbk – Porsea, Sawit Untuk Memurnikan
Karya Ilmiah, Universitas Selulosa-α Menggunakan
Sumatera Utara. Larutan Pemasak dari Ekstrak
Abu TKS, Skripsi, Universitas
Sjostrom, E., 1995, Kimia Kayu: Dasar- Riau.
dasar dan Penggunaan Edisi
Kedua, Gajah Mada University
Press, Yogyakarta.

Tarmansyah, U.S., 2007, Pemanfaatan


Serat Rami Untuk Pembuatan
Selulosa, Jakarta Selatan,
Puslitbang Indhan Balitbang
Dephan.

Traspelina, L., 2011, Pemurnian


Selulosa Hasil Hidrolisis Limbah
Batang Sawit Menggunakan
Hidrogen Peroksida Sebagai
Bleaching Agent, Skripsi,
Universitas Riau.

Tutus, A., 2004, Bleaching of Rice Straw


Pulps with Hidrogen Peroxide,
Pakistan Journal of Biological
Sciences, Vol 8 : 1327-1329.

Van Dam, J.E.G., 2002, Coir Processing


Technologies: Improvement of
Drying, Softening, Belaching and
Dyeing Coir Fibre/Yarn and
Printing Coir Floor Coverings,
FAO and CFC : Netherlands.

Walsh, P., 1991, Hydrogen


Peroxide:Innovation in Chemical
Pulp Bleaching, Interox America
: Houston.

Wildan A, Abdullah, Priyanto A, 2010,


Studi Proses Bleaching Serat
Kelapa Sebagai Reinforced

Anda mungkin juga menyukai