Hamany Nurzulky NIM : 2015430020 Tahun Angkatan : 2015
Reva Deddy Utama NIM : 2015430042 Tahun Angkatan : 2015
UNIVERSITASMUHAMMADIYAHJAKARTA JAKARTA 2018 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam suku Zingiberaceae. Jahe dikenal dengan nama umum ginger atau garden ginger. Tanaman jahe diduga berasal dari Asia dan merupakan rempah-rempah yang paling dahulu dikenal di Eropa (Ravindran dkk., 2004). Jahe telah dimanfaatkan di Asia sejak ribuan tahun yang lalu untuk mengatasi penyakit arthritis, rematik, keseleo, nyeri otot, penyakit selesma, batuk, sinusitis, sakit tenggorokan, diare, kolik, kram, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, mabuk, demam, flu, menggigil, dan penyakit menular (Attoe dan Osodeke, 2009). Di Indonesia jahe merupakan jenis tanaman herbal yang sudah banyak digunakan, hal ini terlihat pada olahan jahe yang biasa dinikmati sebagai minuman penghangat disaat cuaca dingin. Sebagai tanaman herbal, jahe menyimpan macam-macam zat yang baik bagi tubuh seperti pencegahan timbulnya kanker, mengatasi masalah pernafasan, melancarkan pencernaan, mengatasi memar dan rasa nyeri. Disisi yang lain jahe ternyata juga mampu memberikan manfaatnya untuk kecantikan yakni mengatasi kulit berminyak dan menghilangkan ketombe. Oleh karena jahe memiliki banyak manfaat dan keuntungan, serta mudah didalam pengolahan, maka banyak masyarakat Indonesia menanam jahe di berbagai daerah atau wilayah. Berdasarkan data dan sistem informasi pertanian tahun 2013 produksi jahe sebanyak 21,78% berasal dari Provinsi Jawa Tengah kemudian Jawa Barat (20,82%), Jawa Timur (15,37%), Kalimantan Selatan (5,55%), Sumatera Utara (5,32%), Lampung (4,92%), Bengkulu (3,34%) dan sisanya sebesar 22,90% merupakan kontribusi dari provinsi lainnya. Sedangkan sebaran produksi jahe di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2011 yakni Kab. Semarang dengan produksi 3.836 ton atau 18,59% dari total produksi jahe Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten penghasil jahe terbesar di Jawa Tengah lainnya adalah Kab. Wonogiri, Kab.Rembang, Kab. Temanggung dan Kab. Boyolali dengan masing-masing produksi sebesar 3.417 ton (16,56%), 3.262 ton (15,80%), 1.646 ton (7,98%) dan 1.552 ton (7,52%). Jika dilihat dari daerah penghasil jahe di Propinsi Jawa Tengah, dapat ketahui bahwa daerah-daerah tersebut memiliki berbagai iklim dan kondisi tanah yang berbeda-beda. Beragam iklim dan kondisi tanah yang berbeda ini membuat jahe mempunyai karakteristik yang berbeda-beda (Wijayanto, dkk., 2012). 1
1.2 Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan
Jahe merupakan rempah-rempah yang dapat menambah rasa hangat terhadap tubuh dikala musim dingin datang. Namun, jahe dikalangan masyarakat masih diolah dengan cara-cara yang cukup sederhana dan terbilang menyulitkan untuk di konsumsi jika sedang dalam perjalanan. Jahe saat ini masih diolah dengan campuran-campuran bahan lain misalnya dibuat wedang jahe yang seperti kita ketahui cara pembuatan dan mengonsumsinya hanya bisa pada tempat-tempat tertentu, lalu ada lagi permen jahe yang seperti kita ketahui di dalam komposisinya lebih banyak bahan campurannya seperti gula yang membuatnya tidak bisa dikonsumsi oleh semua orang melainkan hanya untuk sebagian orang saja karena gula tidak dapat dikonsumsi oleh penderita diabetes. Dan banyak lagi fungsi jahe yang belum diketahui oleh masyarakat awam seperti untuk mengobati penyakit arthritis, rematik, keseleo, nyeri otot, penyakit selesma, batuk, sinusitis, sakit tenggorokan, diare, kolik, kram, gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, mabuk, demam, flu, menggigil, dan penyakit menular. Oleh karena itu, dalam gagasan ini dicetuskan pembuatan pil jahe untuk penghangat tubuh dan pengobatan herbal tanpa harus mengurangi kandungan yang terdapat dalam jahe tersebut dan dapat dikonsumsi serta dibawa kemana pun.
1.3 Rumusan Masalah
Membuat produk (pil jahe) yang mempunyai keuntungan dapat menghangatkan tubuh dikala sedang kedinginan serta dapat menjadi obat herbal karena kandungan utama pada jahe tersebut masih tetap ada. Dan memaksimalkan bentuk serta kemasan yang simple agar lebih mudah dibawa serta dikonsumsi oleh masyarakat.
1.4 Batasan Masalah
Dalam pembuatan produk ini batasan masalahnya yaitu penyesuaian rasa pada produk ini karena tidak semua orang menyukai jahe, dan metode pemasaran produk ini cukup banyak persaingan karena sudah banyak produk berbasis jahe di Indonesia.