Anda di halaman 1dari 3

1.

Sumber Pembiayaan Kesehatan dari Pemerintah

Sumber pembiayaan kesehatan dalam negeri yang bersumber dari pemerintah maka
bisa berasal dari pajak ataupun dari hibah, dalam anggaran kesehatan maka sumber bisa berasal
dari APBN dan APBD.

A. Sumber Dana Kesehatan APBN

Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran diperoleh dari sumber:

a. Penerimaan Perpajakan;
b. PNBP
c. Penerimaan Hibah.

B. Sumber Dana Kesehatan APBD

Pemerintah Daerah berkewajiban mengalokasikan dana untuk kesehatan sebesar


minimal 10% dari APBD sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.

2.2 Sumber – Sumber Pembiayaan Kesehatan Swasta

1. Asuransi Kesehatan Swasta


Asuransi komersial/sukarela yaitu perjanjian asuransi yang bersifat sukarela
diselenggarakan atas kehendak pribadi dengan maksud untuk melindungi dirinya dari
kemungkinan terjadi kerugian karena suatu peristiwa yang tidak tertentu. Di mana
sistem asuransi kesehatan bertujuan untuk melindungi masyarakat dari kesulitan
(ekonomi) dalam pembiayaan pelayanan kesehatan. Jadi lebih tertuju kepada
kepentingan ekonomi.
2. Corporate Social Responsibility (CSR)
Sebuah definisi yang luas oleh World Business Council for Sustainable
Development (WBCSD) menyatakan bahwa CSR merupakan suatu komitmen
berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada
pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan
dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarganya. Salah satunya
dengan penyediaan Program Employee Benefits.
3. Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Bantuan luar negeri menurut Holsti merupakan sebagai transfer uang, barang –
barang , teknologi, ataupun nasihat teknis dari negara donor ke negara penerima.
Bantulan luar negeri biasanya diberikan oleh negara – negara pendonor.
Sedangkan bantuan dana dari dalam negeri dapat berupa sumbangan/ bantuan
donor dari kegiatan penggalangan dana suatu lembaga/ instansi. Selain itu, bantuan/
sumbangan dana dari lembaga – lembaga donor di dalam negeri, contohnya seperti
LSM.

2.3 Sumber Pembiayaan Kesehatan dari Masyarakat

1. Direct Payments by Patients


Ciri utama model direct payment adalah setiap individu menanggung secara
langsung besaran biaya pelayanan kesehatan sesuai dengan tingkat
penggunaannya.
2. User payments
Dalam model ini, pasien membayar secara langsung biaya pelayanan kesehatan
baik pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta.
3. Saving based
Model ini mempunyai karakteristik biaya kesehatan langsung, akan ditanggung
oleh individu sesuai dengan tingkat penggunaannya, namun individu tersebut
mendapatkan bantuan dalam mengelola pengumpulan dana (saving) dan
penggunaannya bilamana membutuhkan pelayanan kesehatan.
4. Informal
Ciri utama model ini adalah bahwa pembayaran yang dilakukan oleh individu pada
provider kesehatan informal, seperti mantri, dan pengobatan tradisional; tidak
dilakukan secara formal atau tidak diatur besaran, jenis dan mekanisme
pembayarannya.
5. Insurance Based
Sistem pembiayaan dengan pendekatan asuransi mempunyai perbedaan utama
dimana individu tidak menanggung biaya langsung pelayanan kesehatan.

Menurut Universitas Esa Unggul (2016), prinsip pembiayaan kesehatan dibagi


menjadi tiga macam, yaitu:
1. Revenue Collection
2. Pooling
3. Purchasing & Payment

Sedangkan menurut Buletin Penelitian Sistem Kesehatan (Desember 2002: 93-105)


pembiayaan kesehatan bersumber masyarakat dan swasta adalah

a) Pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan (out of pocket)


b) Perusahaan Swasta BUMN untuk kesehatan karyawannya
c) Melalui Asuransi Kesehatan JPKM

2.4 Ability To Pay (ATP)

Ability to pay (ATP) atau kemampuan membayar kesehatan adalah dana yang
sebenarnya dapat dialokasikan oleh seseorang untuk membiayai kesehatan Pendekatan
yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya kesehatan terhadap
kebutuhan sehari-hari dari pendapatan rutin. (Kemenkes RI, 2001)

Kemampuan membayar masyarakat terhadap kesehatan dapat dilakukan dengan


formula sebagai berikut (Kemenkes RI, 2001) :

1. 10% dari Disposible income (pendapatan yang dapat dipakai setelah dikeluarkan
untuk pengeluaran pangan (esensial).
2. 50 % dari pengeluaran Rokok (Rokok/Sirih) ditambah dengan pengeluaran non
pangan.
3. 5 % dari total pengeluaran.

Anda mungkin juga menyukai