1
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Garam-garam yang mengandung ion kompleks dikenal sebagai senyawa
koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamin kobalt (III) klorida
Co(NH3)6Cl3 dan kalium heksasiano ferrat (III), K3Fe(CN)5. Garam kompleks
merupakan garam-garam yang memiliki ikatan koordinasi (garam yang dapat
membentuk ion-ion dan salah satunya ion kompleks). Contoh dari garam
kompleks ialah Cu(SO4)2(NH4)2 (Sukardjo, 1985). Garam kompleks berbeda
dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal
bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam- garam ini
memiliki struktur sendiri dengan tidak harus sama dengan struktur garam
konponennya. Dua contoh garam rangkap yang sering dijumpai dalam garam
alumina K(SO4).12H2O dan ferro ammonium sulfat , Fe(NH3)SO4.6H2O. Garam
rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya (Arifin,
2011). Garam rangkap akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya ketika
dilarutkan (Sukardjo, 1985). Bila suatu kompleks dilarutkan, akan terjadi
pengionan atau disosiasi, sehingga akhirnya terbentuk kesetimbangan antara
kompleks yang tersisa (tidak berdisosiasi).
C. Garam dari Tembaga (Cu)
Tembaga adalah merah muda, yang lunak, dapat di tempa, dan liat.
Tembaga melebur pada 10380C. Karena potensial elektrodanya positif (+ 0,34
V) untuk pasangan Cu atau Cu2+ tembaga tidak larut dalam asam klorida dan
asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen tembaga bisa larut.
Kebanyakan garam tembaga(I) tak larut dalam air, perilakunya mirip perilaku
senyawa perak(I). Mereka mudah dioksidasi menjadi senyawa tembaga(II), yang
dapat diturunkan dari tembaga(II) oksida CuO hitam. Namun oksidasi
selanjutnya menjadi Cu(II) adalah sulit. Garam-garam tembaga dua umumnya
berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat, maupun dalam bentuk larutan
air. Warna ini benar-benar khas hanya untuk ion tetraakuokuprat(II)
[Cu(H2O)4]2+ saja. Garam-garam tembaga(II) anhidrat, seperti tembaga(II) sulfat
anhidrat CuSO4, berwarna putih (atau sedikit kuning). Dalam larutan air selalu
terdapat ion kompleks tetraakuo atau lebih mudah disebut dengan ion
tembaga(II) Cu2+saja (Svehla, 1990).
2
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Gambar 1. Garam Kupri
Bilangan koordinasi untuk ion tembaga dalam [Cu(NH3)4]2+ adalah 4.
Kristal CuCl2.6H2O dan kristal CuSO4.5H2O adalah kristal yang berhidrat atau
mengikat air, sehingga jika dilarutkan dalam pelarut air akan menyebabkan
kristal Cu2+ berhidrat menjadi lebih banyak dilingkupi oleh air (proses solvasi),
sehingga pembentukan senyawa kompleks Cu (II) akan sulit dan berlangsung
lambat. Namun apabila kristal berhidrat tersebut dilarutkan dalam pelarut yang
mengikat hidrat, seperti alkohol 96%, maka proses pembentukan senyawa
kompleks Cu (II) akan lebih mudah dan berlangsung cepat. Ammonia
merupakan ligan netral yang penting yang membentuk kompleks dengan ion
logam (Imeng, 2011).
Pemanfaatan dari CuSO4.5H2O ini sangat luas. Diantaranya yaitu sebagai
fungisida yang merupakan pestisida yang secara spesifik membunuh atau
menghambat cendawan akibat penyakit, reagen analisa kimia, sintesis senyawa
organik, pelapisan anti fokling pada kapal, sebagai kabel tembaga,
electromagnet, papan sirkuit, solder bebas timbal, dan magneton dalam oven
microwave. Kristal CuSO4.5H2O berupa padatan kristal biru ini dapat dibuat
dengan mereaksikan tembaga dengan asam sulfat dan asam nitrat yang kemudian
dipanaskan dan hingga terbentuk kristal. Selain dengan bahan baku logam
tembaga, kristal CuSO4.5H2O juga bisa dibuat dari tembaga bekas ataupun
tembaga dalam bentuk sponge yang diperoleh dari larutan CuCl2 (Fitrony, dkk.,
2013).
D. Rekristalisasi
Reklistalisasi adalah suatu metode untuk pemurnian senyawa dan padatan
yang dihasilkan dari reaksi-reaksi organik. Metode reklistalisasi melibatkan 5
tahapan: (1) Pemilihan pelarut, (2) Kelarutan, (3) Penyaringan larutan, (4)
Kristalisasi, dan (5) Pemisahan dan pengeringan kristal. Jika jumlah kristal
sedikit stabil terhadap panas maka proses pemurnian dapat dilakukan dengan
3
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
cara sublimasi. Sublimasi adalah proses dimana zat-zat tertentu bila dipanaskan
secara langsung berubah dari bentuk padat menjadi uap tanpa leleh (Anshori,
2007).
Prinsip dasar dari reklistalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang
akan dimurnikan dengan kelarutan zat pencampur atau pencemarnya. Larutan
yang terbentuk dipisahkan satu sama lain, kemudian larutan zat yang diinginkan
dikristalkan dengan cara menjenuhkannya (mencapai kondisi supersaturasi atau
larutan lewat jenuh). Secara teoritis ada 4 metoda untuk menciptakan
supersaturasi dengan mengubah temperature, menguapkan solven, reaksi kimia,
dan mengubah komposisi solven (Rositawati, 2013).
Jenis pelarut berperan penting pada proses kristalisasi karena pelarutan
merupakan faktor penting pada proses kristalisasi. Kelarutan suatu komponen
dalam pelarut ditentukan oleh polaritas masinbg-masing. Pelarut polar akan
melarutkan senyawa nonpolar. Pada proses kristalisasi, pelarut mempengaruhi
kecepatan nukleasi dan pembentukan kristal (Ahmadi, 2010).
Temperatur rekristalisasi yaitu, perubahan struktur kristal akibat
pemanasan pada suhu kritis dimana untuk suhu kritis pada baja karbon adalah
pada 723°C, sehingga dapat diartikan lebih lanjut bahwa temperature
rekristalisasi adalah suatu proses dimana butir logam yang terdeformasi
digantikan oleh butiran baru yang tidak terdeformasi yang intinya tumbuh
sampai butiran asli termasuk didalamnya (Affiz, 2012).
E. Pembuatan Garam Rangkap dan Garam Kompleks
Pembuatan dari kompleks-kompleks logam biasanya dilakukan dengan
mereaksikan garam-garam dengan molekul-molekul arau ion-ion tertentu.
Penelitian-penelitian pertama selalu memakai amoniak dan zat yang terjadi
disebut logam. Kemudian ternyata, bahwa anion-anion seperti CN-, NO2-, NCS.
Dan Cl- juga membentuk kompleks dengan logam-logam.
Pembuatan dari kompleks-kompleks logam biasanya dilakukan
dengan mereaksikan garam-garam dengan molekul-molekul atau ion-ion
tertentu. Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2
namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air.
4
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2 namun
hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutan air. Dalam
larutan air hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru yang karakteristik
dari warna ion kompleks koordinasi 6, [Cu(H2O)6]2-. Kekecualian yang terkenal
yaitu tembaga II klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion kompleks
[CuCl4]2- yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral atau bujur sangkar
bergantung pada kation pasangannya. Dalam larutan encer ia menjadi berwarna
biru oleh karena pendesakan ligan Cl- dan ligan H2O. Oleh karena itu, jika warna
hijau ingin dipertahankan, ke dalam larutan pekat CuCl2 dalam air ditambahkan
ion senama Cl dengan penambahan padatan NaCl atau HCl pekat atau gas.
[CuCl4]2- (aq) + 6H2O (l) → [Cu(H2O)6]2- (aq) + 4Cl- (aq)
Jika larutan amonia ditambahkan ke dalam larutan ion Cu2+, larutan biru
berubah menjadi biru tua karena terjadinya pendesakan ligan air oleh ligan
amonia menurut reaksi:
biru tua
Reaksi antara ion Cu2+ dengan OH- pada berbagai konsentrasi bergantung
pada metodenya. Penambahan ion hidroksida ke dalam larutan tembaga (II)
sulfat (0,1 – 0,5), secara tetes demi tetes dengan kecepatan 1 ml/menit
mengakibatkan terjadinya endapan gelatin biru muda tembaga (II) hidroksi
sulfat, [CuSO4nCu(OH)]2 bukan Cu(OH)2. Reaksi pengendapan terjadi
sempurna pada pH = 8 dan nilai n bervariasi bergantung pada temperatur reaksi
dan laju penambahan reaktan, sebagai contoh dengan laju penambahan reaksi -
1 ml/menit, reaksi tersebut menghasilkan CuSO4.3Cu(OH)2 jika reaksi
berlangsung pada 20°C dan CuSO4.4Cu(OH)2 pada 24°C.
Apabila CuSO4 dilarutkan dalam amonia maka garam amonium sulfat
akan terbetnuk. Garam amonium sulfat merupakan garam yang kristal stabil dari
ion NH4+ tetrahedral yang kebanyakan larut dalam air. Garam dari asam kuatnya
terionisasi sebelumnya dan larutannya sedikit bersifat asam, reaksi yang terjadi:
NH4++ H2O → NH3 + H3O+
5
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat,
padat maupun larutan air. Struktur dari garam rangkap kupri amonium sulfat ini
adalah:
SO 4
H3 N NH 3
O4 S Cu SO 4
H3 N NH 3
SO 4
SO 4
H3 N NH3
Cu
H3 N NH3
6
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
VI. ALAT DAN BAHAN :
Alat
No. Nama Alat Ukuran Spesifikasi Jumlah
1. Botol timbang Kecil Plastik 3 buah
2. Tabung reaksi - Pyrex 4 buah
3. Rak tabung reaksi - Kayu 1 buah
4. Kaca arloji Besar; kecil - 2 buah
5. Korek api - - 1 buah
6. Kaki tiga + kasa - - 1 set
7. Pembakar spiritus - - 1 buah
8. Gelas ukur 10 mL Pyrex 2 buah
9. Gelas kimia 100 mL Iwaki 2 buah
10. Pipet tetes - - 5 buah
11. Neraca analitik - - 1 set
12. Corong Kecil Kaca 1 buah
13. Spatula - Kaca; besi 2 buah
14. Oven - - 1 set
15. Statif dan klem - - 1 set
16. Melting block - - 1 buah
17. Termometer >200°C - 1 buah
18. stopwatch - - 1 buah
Bahan
No. Nama Alat Konsentrasi Jumlah
1. CuSO4.5H2O Kristal 3 gram
2. (NH4)2SO4 Kristal 1 gram
3. Larutan etanol - 10 mL
4. Larutan NH4OH Pekat 5 mL
5. Larutan HCl Encer 2 tetes
6. Larutan HCl Pekat 5 tetes
7. Larutan NaOH Encer 2 tetes
8. Aquades - Secukupnya
7
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
9. Kertas lakmus Merah; biru 2 buah
10. Kertas saring - 2 buah
11. Pipa kapiler - 2 buah
Kristal Filtrat
Hasil
Reaksi :
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
8
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
2. Pembuatan Garam Kompleks Cu(NH3)4SO4.5H2O
Kristal Filtrat
Kristal
Berat kristal
Reaksi:
CuSO4.5H2O(s) + 4NH4OH(aq) + H2O(l) → Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + H2O(l)
9
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + H2O(l) → [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) +
6H2O(l)
Hasil
Reaksi:
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) + H2O(l) Cu2+(aq) + 2SO42-(aq) + 2NH4+(aq) +
7H2O(l)
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + H2O(l) [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) + 6H2O(l)
Hasil
Reaksi:
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq) + HCl(aq) → CuCl2(aq) + 2SO42-(aq) +
2H+(aq) + 2NH4+(aq) + 6H2O(l)
Cu(NH3)4SO4.5H2O(aq) + HCl(l) → [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) +
6H2O(l)
d. 1 mL larutan garam rangkap dan garam kompleks
Hasil
Reaksi:
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq) + NaOH(aq) → Cu(OH)2(aq) + 2SO42-
(aq) + 2Na+(aq) + 2NH4+(aq) + 6H2O(l)
Cu(NH3)4SO4.5H2O(aq) + NaOH(l) → [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq)
+ 6H2O(l)
10
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Kristal garam rangkap dan garam kompleks
Terbentuk gas
Hasil
Reaksi:
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq) → CuSO4(aq) + (NH4)2SO4(aq) +
6H2O(g)
Cu(NH3)4SO4.5H2O(aq) → CuSO4(aq) + 4NH3(g) + 5H2O(l)
NH3(g) + HCl(aq) → NH4Cl(g)
e.
Kristal garam rangkap dan garam kompleks
Titik leleh
11
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
VIII. HASIL PENGAMATAN
Pembuatan Garam Rangkap
Warna padatan CuSO4.5H2O : Kristal Biru (++)
Warna Padatan (NH4)2SO4 : Serbuk Putih
Perlakuan Pengamatan Reaksi yang terjadi
Larutan berwarna biru (++) dan masih terdapat Kristal CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l)
Padatan CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 + air CuSO4.5H2O yang belum larut. → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)
Larutan berwarna biru (++) dan kristal CuSO4.5H2O larut CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l)
Pada menit ke 7 kristal mulai terbentuk. Terbentuk kristal CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l)
Setelah didinginkan dalam waterbath es
berwarna biru muda, filtrat berwarna biru → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)
selama 7 menit 30 detik
Massa kertas saring kosong + kaca arloji = 32,8896 gram CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l)
Setelah dikeringkan dalam oven suhu
Massa residu → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)
o
60 C selama 4320 menit
I : 1,005 gram
12
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
II : 0,7486 gram
III : 0,7464 gram
IV : 0,7392 gram
V : 0,7356 gram
Persen hasil = 37,066 %
13
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Larutan berwarna biru (+++) terbentuk uap
Setelah dibiarkan 30 menit
14
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Pengujian Garam Rangkap dan Garam Kompleks
No Perlakuan Pengamatan Reaksi yang terjadi
Garam sedikit larut, larutan berwarna biru muda CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) + H2O(l)
Garam rangkap + air Cu2+(aq) + 2SO42-(aq) + 2NH4+(aq) + -
1. 7H2O(l)
Garam tidak larut , tidak berwarna dan ada Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + H2O(l)
Garam kompleks + air
endapan biru muda. [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) + 6H2O(l)
15
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Garam tidak larut, larutan tidak berwarna da nada Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + NaOH(l)
Garam kompleks + air + NaOH
endapan (+) berwarna biru. [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) + 6H2O(l)
Uji gas + HCl pekat Terbentuk gas, larutan tidak berwarna NH3 (g) + HCl (aq) NH4Cl (g)
Uji titik leleh garam rangkap 260°C; secara teori 256°C (Rivai, 1995)
4.
Uji titik leleh garam kompleks 240°C; secara teori 260°C (Rivai, 1995)
16
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
IX. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan “Pembuatan Garam Rangkap dan Garam Kompleks” ini,
bertujuan untuk membuat dan mempelajari sifat-sifat garam rangkap kupri
ammonium sulfat dan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat.
Garam kompleks merupakan garam-garam yang memiliki ikatan koordinasi
(garam yang dapat membentuk ion-ion dan salah satunya ion kompleks). Garam
kompleks berbeda dengan garam rangkap. Garam rangkap dibentuk apabila dua
garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu. Garam-
garam ini memiliki struktur sendiri dengan tidak harus sama dengan struktur garam
konponennya.Garam rangkap memiliki struktur yang lebih panjang dibandingkan
dengan struktur garam kompleks. Garam rangkap dalam larutannya merupakaN
campuran berupa ion sederhana yang akan mengion bila dilarutkan lagi, berbeda
dengan garam kompleks yang menghasilkan ion kompleks apabila dalam bentuk
larutan.
Garam kompleks dan garam rangkap dapat dibuat kristalnya melalui
serangkaian proses kristalisasi dan reklistalisasi. Kristalisasi adalah proses dimana
kristal garam kompleks dan garam rangkap terbentuk melalui beberapa proses
diantaranya: pemanasan, penguapan,pendinginan, penyaringan. Kristal yang
terbentuk dari proses kristalisasi selanjutnya dapat dimurnikan atau direklistalisasi
menggunakan beberapa pelarut yang cocok atau sesuai dengan kristal yang
terbentuk. Reklistalisasi bertujuan untuk mendapatkan kristal dengan kemurnian
tertinggi yang bebas dari pengotor-pengotor kristal.
Pada percobaan ini terdapat 3 tahap prosedur yaitu (1) pembuatan garam
rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O; (2) pembuatan garam kompleks
[Cu(NH4)2]SO4.5H2O; dan (3) perbandingan beberapa sifat garam rangkap dan
garam kompleks. Dimana pada ketiga tahap hanya dilakukan satu kali pengulangan
(single).
Sebelum percobaan dilakukan, terlebih dahulu disiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan. Persiapan ini dilakukan untuk mempermudah dan mempersingkat
waktu percobaan. Pastikan jika alat-alat yang akan digunakan telah dicuci terlebih
dahulu. Hal ini dilakukan agar tidak ada bahan pengotor yang ikut dalam percobaan,
yang dapat mempengaruhi hasil akhir.
17
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
1. Pembuatan Garam Rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Pada tahap pertama yaitu pembuatan garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O, yang bertujuan untuk membuat garam rangkap
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. Garam merupakan salah satu contoh zat padat kristal,
garam adalah produk lain di luar air yang terbentuk ketika sebuah asam
bereaksi dengan sebuah basa (Day, 2002). Garam rangkap dibentuk apabila
dua garam mengkristal bersama-sama dalam perbandingan molekul tertentu.
Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya
(Arifin, 2011).
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini adalah
menimbang 1,2475 gram kristal CuSO4.5H2O yang berwarna biru (++) dan
0,66 gram kristal (NH4)2SO4 yang berwarna putih. Setelah itu kedua serbuk
tersebut dicampurkan dalam gelas kimia 100 mL dan dihasilkan kristal yang
tidak homogen. Dalam percobaan ini, kristal garam (NH4)2SO4 bertindak
sebagai penyedia ligan, dan kristal CuSO4.5H2O bertindak sebagai penyedia
atom pusat. Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik dalam
bentuk hidrat, padat maupun larutan air (Svehla, 1990). Garam ammonium
sulfat merupakan garam yang kristal stabil dari ion NH4+ tetrahedral yang
kebanyakan larut dalam air. Garam dari asam kuatnya terionisasi sebelumnya
dan larutannya sedikit bersifat asam, reaksi yang terjadi :
18
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Setelah beberapa menit, campuran larutan didinginkan dalam baskom
yang berisi kristal es. Proses pendinginan dilakukan untuk mempercepat
pembentukan atau pengendapan garam CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. Selain itu
pendinginan juga bertujuan agar garam rangkap yang terbentuk semakin solid.
Pada proses pendinginan larutan kristal berwarna biru muda mulai terbentuk
setelah 7 menit 30 detik. Adapun reaksi yang terjadi :
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (aq)
Suhu kamar
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (aq) CuSO4(NH4)2SO4.6H2O (s)
Pendinginan
O4 S Cu SO 4
H3 N NH 3
SO 4
(Cotton dan Wilkinson, 1989)
19
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Dari hasil analisis data diperoleh persen hasil sebesar 37,066%. Dari
perhitungan berikut:
Diketahui:
Massa CuSO4.5H2O = 1,2475 gram = 0,005 mol
Massa (NH4)2SO4 = 0,66 gram = 0,005 mol
Mr. CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 399,5 gram/mol
2,2212
Massa hasil praktikum = gram=0,7404 gram
3
Ditanya: %rendemen = . . . ?
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
M: 0,005 0,005 0,28 -
R: 0,005 0,005 0,005 0,005
S: - - 0,275 0,005
20
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
c. Proses penimbangan yang kurang tepat sehingga residu yang dihasilkan
berkurang karena tumpah atau terbang diudara.
2. Pembuatan Garam Kompleks [Cu(NH4)2]SO4.5H2O
Pada tahap kedua yaitu pembuatan garam kompleks
[Cu(NH4)2]SO4.5H2O, yang bertujuan untuk membuat garam kompleks
[Cu(NH4)2]SO4.5H2O. Senyawa tersusun dari ion kompleks atau kation
kompleks disebut dengan senyawa kompleks (senyawa koordinasi) atau garam
kompleks. Ion kompleks terdiri dari atom pusat (atom logam) dan ligan yang
terikat pada atom pusat melalui ikatan koordinasi.
Langkah pertama dimualai dengan memasukkan 2 mL larutan NH3 pekat
yang tidak berwarna ke dalam gela kimia 100 mL. Kemudian diencerkan
dengan 2 mL aquades tidak berwarna. Dihasilkan larutantidak berwarna.
Kemudian sebanyak 1,2475 gram kristal CuSO4.5H2O yang berwarna biru (++)
ditambahkan dalam larutan NH3 dan diaduk sampai semua kristal larut secara
sempurna. Dihasilkan larutan berwarna biru (+++). Dalam percobaan ini,
larutan NH3 pekat bertindak sebagai ligan yang akan mengantikan ligan pergi
H2O. Ligan NH3 lebih kuat daripada H2O sehingga akan lebih mudah bagi
NH3 untuk menggantikan H2O (Soekardjo, 1985). Sedangkan kristal
CuSO4.5H2O bertindak sebagai penyedia atom pusat. Garam-garam tembaga
(II) umumnya berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat maupun larutan
air (Svehla, 1990).
Larutan yang dihasilkan, kemudian ditambahkan 4 mL larutan etanol
tidak berwarna melalui dinding tabung secara perlahan-lahan. Dihasilkan
larutan berwarna biru (+++) dan terbentuk uap. Penambahan etanol berfungsi
sebagai penahan uap dan kebasaan dari NH3. Penguapan tersebut harus ditahan
agar tidak banyak komponen dari kristal garam kompleks yang terbuang ke
udara. Selain itu juga bertujuan untuk mengikat molekul air agar tidak
mengganggu proses pengendapan. Sedangkan penambahan etanol dilakukan
secara perlahan melalui dinding tabung bertujuan agar etanol tidak bereaksi
dengan Cu2+ yang akan membentuk Cu(OH)2, seperti pada reaksi berikut:
Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2
21
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Selanjutnya larutan yang terbentuk ditutup dengan kaca arloji selama 30
menit dan tidak boleh diaduk maupun digoyang sama sekali. Dihasilkan larutan
berwarna biru (+++) dan terbentuk uap. Penutupan dengan kaca arloji
bertujuan untuk menghindari kontak langsung dengan udara. Sedangkan
penggoyangan tidak boleh dilakukan karena untuk mengurangi reasiko
terjadinya kesetimbangan antara ligan NH3 dan H2O, seperti pada reaksi
berikut:
Cu(H2O)42+ + 4NH3 ⇄ Cu(NH3)42+ + 4H2O
Biru muda Biru tua
Setelah 30 menit, campuran diaduk secara perlahan-lahan dan disaring
dengan kertas saring. Tujuan dari pengadukan ini untuk menghomogenkan
suspensi agar semua endapan yang terbentuk tersaring diatas kertas saring pada
proses penyaringan. Dihasilkan residu berwarna biru keunguan dan filtrat
berwarna biru keunguan.
Residu yang terbentuk dicuci dengan campuran ammonia pekat dan
etanol (1:1) yang merupakan sama-sama larutan tidak berwarna. Pencucian
dilakukan untuk menghilangkan semua pengotor dan kontaminan yang
menempel pada endapan. Disini ammonia akan menarik molekul-molekul
ammonia sisa yang tidak bereaksi dan etanol akan menarik etanol sisa yang
tidak bereaksi. Selain itu etanol juga berfungsi sebagai pengikat air agar ligan
H2O tidak mengganggu ligan NH3 dalam pembentukan garamnya. Hal ini
dikarenakan jika ditambahkan dengan aquades garam akan terionisasi menjadi
ion-ion penyusunnya (Khopkar, 2003). Adapun reaksi yang terjadi, sebagai
berikut:
Cu2+ + OH- → Cu(OH)2
NH3(aq) SO42-
2+
Cu(OH)2 Cu(NH3)4 Cu(NH3)4SO4.H2O
Residu yang dihasilkan berwarna biru tua, yang kemudian dikeringkan
dalam oven dengan suhu 60°C. Proses pengeringan bertujuan untuk
menghilangkan sisa air yang terkandung pada kristal, sehingga diharapkan
diperoleh berat kristal yang murni. Pengeringan ini dilakukan sampai
22
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
diperoleh berat yang konstan. Setelah dikeringkan selama ±1 minggu (4320
menit), diperoleh berat konstan sebesar 0,63076 gram.
Garam kompleks yang terbentuk bewarna biru tua. Garam kompleks bisa
saja disebut garam yang terdiri dari kation dan aniom yang dikelilingi oleh
ligan. Ligan adalah gugus yang mengelilingi atom pusat yang memberikan
pasangan elektron bebas/ basa lewis. Kristal biru merupakan warna kompleks
dengan bentuk planar segitiga.
SO 4
H3 N NH3
Cu
H3 N NH3
(Sukardjo, 1985)
Dari hasil analisis data diperoleh persen hasil sebesar 37,378%. Dari
perhitungan berikut:
Diketahui:
Massa CuSO4.5H2O = 1,2475 gram = 0,005 mol
Massa NH3 pekat = 0,66 gram = 0,005 mol
Mr. Cu(NH3)4SO4.H2O = 337,5 gram/mol
1,8923
Massa hasil praktikum = gram=0,63076 gram
3
Ditanya: %rendemen = . . . ?
CuSO4.5H2O(s) + 4NH3(s) → Cu(NH3)4SO4.H2O (s)
M: 0,005 0,005 -
R: 0,005 0,005 0,005
S: - - 0,005
23
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, diperoleh berat garam kompleks
tetraamin tembaga (II) sulfat monohidrat secara teori sebesar 1,6875 gram,
sedangkan berat yang diperoleh secara percobaan jauh lebih kecil yaitu
0,63076 gram, sehingga %rendemen yang dihasilkan hanya 37,378%. Hal
tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, yakni:
a. Proses reaksi pembentukan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
monohidrat terbilang cukup lama, dimana secara teori membutuhkan ±4
hari agar terbentuk garam rangkap yang sempurna. Tetapi dalam
percobaan ini dilakukan beberapa menit, sehingga kompleks tetraamin
tembaga (II) sulfat monohidrat belum seluruhnya mengkristal.
b. Proses pemanasan pada percobaan ini tidak dilakukan secara rutin, yang
mana dihentikan pada menit 4320, sehingga residu yang dihasilkan masih
belum murni.
c. Proses penimbangan yang kurang tepat sehingga residu yang dihasilkan
berkurang karena tumpah atau terbang diudara.
3. Perbandingan beberapa Sifat Garam Rangkap dan Garam Kompleks
Pada tahap ketiga yaitu perbandingan beberapa sifat garam rangkap dan
garam kompleks, yang bertujuan untuk membandingkan beberapa sifat garam
rangkap rangkap dan garam kompleks yang terdiri dari kelarutan garam
rangkap dan garam kompleks, sifat garam rangkap dan garam kompleks
terhadap larutan asam maupun basa, sifat garam rangkap dan garam kompleks
terhadap kertas lakmus dan HCl pekat, serta titik leleh garam rangkap dan
garam kompleks.
a. Pengujian dengan aquades
Garam rangkap kupri ammonium sulfat yang merupakan kristal
berwarna biru muda, setelah dilarutkan dengan 2 mL aquades tidak
berwarna menghasilkan larutan berwarna biru muda dan garam sedikit
larut. Hal ini karena garam rangkap terurai menjadi ion-ion penyusunnya,
antara lain Cu2+, SO42+, NH4+, H+ dan OH-, sehingga menghasilkan warna
biru muda. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) + H2O(l) → Cu2+(aq) + 2SO42-(aq) +
2NH4+(aq) + 7H2O(l)
24
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Sedangkan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
monohidrat yang merupakan kristal berwarna biru tua, setelah dilarutkan
dengan 2 mL aquades tidak berwarna menghasilkan larutan tidak berwarna
dan terdapat endapan (+) biru muda. Hal ini karena garam kompleks
terurai menjadi ion-ion penyusunnya. Endapan pada larutan tersebut
merupakan kristal garam yang tidak larut karena larutan sudah kelewat
jenuh. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + H2O(l) → [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) +
6H2O(l)
b. Pengujian dengan larutan asam (HCl)
Garam rangkap kupri ammonium sulfat yang merupakan kristal
berwarna biru muda, setelah dilarutkan dengan 4 mL aquades tidak
berwarna menghasilkan larutan berwarna biru muda dan garam sedikit
larut. Kemudian ditambahkan dengan 2 mL larutan HCl encer tidak
berwarna menghasilkan larutan tidak berwarna dan garam rangkap larut.
Hal ini karena garam rangkap dapat larut dengan larutan asam. Reaksi
yang terjadi sebagai berikut:
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) + 2HCl(aq) → CuCl2(aq) + 2SO42-(aq) +
2H+(aq) + 2NH4+(aq) + 6H2O(l)
Sedangkan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
monohidrat yang merupakan kristal berwarna biru tua, setelah dilarutkan
dengan 4 mL aquades tidak berwarna menghasilkan larutan tidak berwarna
dan terdapat endapan (+) berwarna biru. Kemudian ditambahkan dengan 2
mL larutan HCl tidak berwarna menghasilkan larutan tidak berwarna dan
garam kompleks larut. Hal ini karena garam kompleks dapat larut
dengan larutan asam. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + HCl(l) → [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) +
6H2O(l)
25
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
c. Pengujian dengan larutan basa (NaOH)
Garam rangkap kupri ammonium sulfat yang merupakan kristal
berwarna biru muda, setelah dilarutkan dengan 4 mL aquades tidak
berwarna menghasilkan larutan berwarna biru muda dan garam sedikit
larut. Kemudian ditambahkan dengan 2 mL larutan NaOH encer tidak
berwarna menghasilkan larutan tidak berwarna dan terbentuk endapan
biru. Hal ini karena garam rangkap tidak dapat larut dengan larutan basa.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) + 2NaOH(aq) → Cu(OH)2(aq) + 2SO42-(aq)
+ 2NH4+(aq) + 2Na+(aq) + 6H2O(l)
Sedangkan garam kompleks tetraamin tembaga (II) sulfat
monohidrat yang merupakan kristal berwarna biru tua, setelah dilarutkan
dengan 4 mL aquades tidak berwarna menghasilkan larutan tidak berwarna
dan terdapat endapan (+) berwarna biru. Kemudian ditambahkan dengan 2
mL larutan NaOH tidak berwarna menghasilkan larutan tidak berwarna
dan terbentuk endapan (+) berwarna biru. Hal ini karena garam kompleks
tidak dapat larut dengan larutan basa. Reaksi yang terjadi sebagai
berikut:
Cu(NH3)4SO4.5H2O(s) + NaOH(l) → [Cu(NH3)4]2+(aq) + SO42-(aq) +
6H2O(l)
Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa tingkat kelarutan
garam rangkap lebih tinggi daripada garam kompleks apabila pada larutan
basa.
d. Pengujian dengan kertas lakmus dan HCl pekat
Garam rangkap kupri ammonium sulfat yang merupakan kristal
berwarna biru muda, setelah dilarutkan dengan 4 mL aquades tidak
berwarna menghasilkan larutan berwarna biru muda dan garam sedikit
larut. Kemudian dipanaskan diatas pembakar spiritus menghasilkan
endapan, serta diuji dengan kertas lakmus merah tidak ada perubahan
warna. Hal ini sesuai dengan teori karena gas yang terbentuk dari
pemanasan merupan gas H2O yang bersifat netral, sehingga tidak ada
perubahan warna pada kertas lakmus. Reaksi yang terjadi sebagai beriku:
26
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s) panas CuSO4(aq) + (NH4)2SO4(aq) + 6H2O(g)
27
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
ion-ionnya. Sedangkan pada garam kompleks terdapat senyawa kompleks
yang memiliki ikatan kovalen koordinasi sehingga ikatan antar partikelya
lebih kuat. Garam kompleks hanya mempunyai 1 ikatan ionik antara ion
kompleks [Cu(NH3)4]2+ dengan ion SO42-, sedangkan ikatan kovalen di
dalam bola koordinasi tidak dapat terurai. Hal ini menyebabkan energi
untuk ionisasi lebih rendah dan titik lelehnya lebih rendah. Titik leleh yang
lebih rendah secara praktek dapat disebabkan oleh putusnya ikatan ionik
pada garam rangkap pada saat proses pemanasan di dalam oven.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, diantaranya karena
tingkat kemurnian garam rangkap dan garam kompleks yang diperoleh
sangat rendah, sehingga masih terdapat kontaminan zat lain yang dapat
mempengaruhi titik leleh suatu garam kristal yang dihasilkan.
X. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Garam rangkan kupri ammonium sulfat CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dibuat dari kristal
CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Didapatkan kristal garam rangkap berwarna biru
muda dengan hasil %rendemen sebesar 37,066%.
2. Garam kompleks tetraamin tembaga(II) sulfat monohidrat
[Cu(NH4)2]SO4.5H2O dibuat dari kristal CuSO4.5H2O dan ammonia pekat.
Didapatkan kristal garam kompleks berwarna biru keunguan dengan hasil
%rendemen sebesar 37,378%.
3. Sifat garam rangkap memiliki sifat larut dalam air, larut dalam larutan asam,
tidak larut dalam larutan basa, jika dipanaskan berubah menjadi berwarna
hijau, dan tidak dapat merubah warna kertas lakmus karena tidak
menghasilkan gas NH3.
4. Sifat garam kompleks memiliki sifat tidak larut dalam air, larut dalam larutan
asam, tidak larut dalam larutan basa, jika dipanaskan berubah menjadi
berwarna hitam, dan dapat merubah warna kertas lakmus karena
menghasilkan gas NH3.
5. Titik leleh garam rangkap lebih tinggi daripada titik leleh garam kompleks.
28
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
XI. JAWABAN PERTANYAAN
1. Hitung persen hasil dari percobaan 1 dan 2!
Jawab:
A. Percobaan Garam Rangkap
Diketahui :
Massa CuSO4.5H2O = 1,2475 gram = 0,005 mol
Massa (NH4)2SO4 = 0,66 gram = 0,005 mol
Mr. CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 399,5 gram/mol
Massa hasil praktikum = 1,6212 g – 0,3473 g =1,2739 g
Ditanya : % Rendemen = ........?
Penyelesaian :
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
M: 0,005 0,005 0,28 -
R: 0,005 0,005 0,005 0,005
S: - - 0,275 0,005
29
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = massa x Mr
= 1,6875 gram
0,8025 𝑔𝑟𝑎𝑚
% Rendemen = 1,6875 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100 % = 47,56 %
30
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
6H2O(l)
5) Pengujian Gas
CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(aq) → CuSO4(aq) + (NH4)2SO4(aq) + 6H2O(g)
202°C
31
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Garam Terurai Tidak larut Larut dalam - gas yg
kompleks menjadi ion- dalam larutan larutan asam dikeluarkan
ion basa berbau
penyusunnya - bersifat basa
- dihasilkan
(tidak larut
kristal
dalam air)
berwarna hitam
- keluar asap
putih
- titik leleh :
240°C
4. Berapakah titik leleh garam rangkap dan kompleks hasil sintesis anda?
Bandingkan dengan titik leleh garam rangkap dan garam kompleks secara
teori! Jika berbeda apakah sebabnya? Jelaskan!
Jawab :
Dari hasil percobaan didapatkan titik leleh dari garam rangkap sebesar
260 oC dan garam kompleks sebesar 240 oC. Hasil tersebut tidak sesuai dengan
teori yaitu 256 oC pada garam rangkap dan 260 oC pada garam kompleks. Titik
leleh dari garam rangkap lebih tinggi daripada garam kompleks, hal ini
dikarenakan kemurnian pada garam yang diperoleh sangat rendah, sehingga
terdapat kontaminan zat lain yang dapat mempengaruhi titik leleh suatu garam
ristal yang dihasilkan.
Seharusnya titik leleh dari garam kompleks lebih tinggi daripada garam
rangkap karena pada garam rangkap terbentuk dari banyak ikatan ionik,
sehingga memerlukan energi lebih tinggi untuk memutuskan banyak ikatan
ionik untuk menjadi ion-ionnya. Sedangkan pada garam kompleks terdapat
senyawa kompleks yang memiliki ikatan kovalen koordinasi sehingga ikatan
antar partikelya lebih kuat.
32
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
XII. DAFTAR PUSTAKA
Affiz, F. 2012. “Pengaruh Pengerolan Pra Pemanasan dibawah Temperatur
Reklistalisasi dan Tingkat Deformasi Terhadap Kekerasan dan Kekuatan
Tarik Serta Mikro Baja Karbon sedang untuk Mata Pisau Pemanen Sawit”.
Jurnal edinamis. Vol. 2 No.2.
Ahmadi, Kgs., 2010. “Kristalisasi Pelarut Suhu Rendah pada Pembuatan Konsetrat
Vitamin E dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit:Kajian Jenis Pelarut”.
Jurnal Teknologi Pertanian.Vol.11 No.1 .
Anshori, Jamaludin Al . 2007. Penuntun Praktikum Kimia Organik. Bandung.
Universitas Padjajaran.
Arifin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Anorganik. Kendari : Laboratorium
Pengembangan Unit Kimia FKIP, Universitas Halu Oleo.
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Edisi Pertama. Jakarta: UI-
Press.
Day, M.C dan J. Selbin. 1993. Kimia Anorganik Teori. Yogyakarta : UGM Press.
Day, R. A. And A. L. Underwood. 2002. Analisis Kimia Kualitatif. Edisis Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Fitrony, Fauzi, R., Qadariyah, L., dan Mahfud, 2013, Pembuatan Kristal Tembaga
Sulfat Pentahidrat (CuSO4.H2O) dari Tembaga Bekas Kumparan, Jurnal
Teknik POMITS, 1 (2): 2337-3539.
Imeng. 2011. Penentuan Bilangan Koordinasi Kompleks Tembaga (II).
http://22imeng10.files.wordpress.com/2011/09/laporan-lengkap percobaan-
3.pdf . (diakses pada 08 April 2019, pukul 11.22 WIB).
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia Edisi Pertama. Jakarta : UI.
Rositawati, A. L., Taslim, Citra M., dan Soetrisnanto, D. 2013.“Reklistalisasi
Garam Rakyat dari Daerah Demak untuk Mencapai SNI Garam Industri.
Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol.2 No.4.
Sukardjo. 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Svehla, G., 1990, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro
Edisi Kelima, diterjemahkan oleh L. Setiono dan Hadyana Pudjaatmaka, PT.
Kalman Media Pustaka, Jakarta.
33
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Lampiran 1. Gambar Kerja
No. Gambar Keterangan
1. Bahan kupri sulfat pentahidrat dan
amonium sulfat yang akan digunakan untuk
praktikum pembuatan garam rangkap dan
garap kompleks
Percobaan 1
1. CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 ditambahkan
akuades larut sedikit.
34
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
5. Setelah dimasukkan ke dalam bak yang
berisi es batu terbentuk kristal garam
rangkap kupri ammonium sulfat
CuSO4.(NH4)2SO4.6H2O.
Percobaan 2
1. amonia pekat ditambahkan dengan
CuSO4.5H2O
35
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
2. amonia pekat setelah ditambahkan
CuSO4.5H2O dan diaduk.
36
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Percobaan 3
1. Uji kelarutan pada garam rangkap.
37
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Lampiran 2. Perhitungan
A. Pembuatan Garam Rangkap
Diketahui:
Massa CuSO4.5H2O = 1,2475 gram = 0,005 mol
Massa (NH4)2SO4 = 0,66 gram = 0,005 mol
Mr. CuSO4(NH4)2SO4.6H2O = 399,5 gram/mol
2,2212
Massa hasil praktikum = gram=0,7404 gram
3
Ditanya: %rendemen = . . . ?
CuSO4.5H2O(s) + (NH4)2SO4(s) + H2O(l) → CuSO4(NH4)2SO4.6H2O(s)
M: 0,005 0,005 0,28 -
R: 0,005 0,005 0,005 0,005
S: - - 0,275 0,005
Ditanya: %rendemen = . . . ?
CuSO4.5H2O(s) + 4NH3(s) → Cu(NH3)4SO4.H2O (s)
M: 0,005 0,005 -
R: 0,005 0,005 0,005
S: - - 0,005
38
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS
Massa Cu(NH3)4SO4.H2O = mol x Mr
= 0,005 mol x 337,5 gram/mol
= 1,6875 gram
0,63076 gram
%rendemen= x100%=37,378%
1,6875 gram
39
PRAKTIKUM ANORGANIK : PEMBUATAN GARAM RANGKAP DAN GARAM KOMPLEKS