Anda di halaman 1dari 7

TREN LUAR NEGERI

LOTUS BIRTH

DISUSUN OLEH :
1. AKNES NURMALASARI (2017012138)
2. ANDHIKA ANUGRAH SAAPUTRI (2017012141)
3. ELSA FITRIA DEWI (2017012149)
4. PRAMUDITA ANGGANA (2017012170)
5. RISMA FIKKRI HAYATI (2017012173)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA


TAHUN AJARAN 2018/2019
A. PENGERTIAN
Lotus Birth adalah proses persalinan pada kala III yang tidak langsung dilakukan
pemotongan tali pusat, tetapi dibiarkan tetap terhubung antara bayi dan placenta hingga
puput dengan sendirinya. Rata-rata tali pusat lepas dari perut bayi sekitar 3-10 hari pasca
persalinan (WHO, 2013)
Lotus Birth, atau tali pusat yang tidak dipotong, adalah praktek meninggalkan tali
pusat yang tidak diklem dan lahir secara utuh, daripada ikut menghalangi proses
fisiologis normal dalam perubahan Wharton's jelly yang menghasilkan pengkleman
internal alami dalam 10-20 menit pasca persalinan. Tali pusat kemudian Kering dan
akhirnya lepas dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah lahir
(M. Orbe, 2013)
Lotus birth adalah proses melahirkan bayi dengan tetap membiarkan tali pusat
terhubung dengan plasenta selama beberapa hari. Jadi, tali pusat dan plasenta yang
menempel di pusar bayi tidak langsung dipotong usai ibu bersalin namun dibiarkan
mengering dan lalu terputus sendiri (Infants preterm, 2009)
Implikasi dari Lotus Birth sebaiknya didekati melalui perspektif tradisi misteri kuno,
dikembangkan di tempat-tempat yang beragam seperti India, Cina, dan Mesir. Melalui
disiplin kontemplasi dan meditasi, tradisi ini telah mengembangkan pemahaman tentang
totalitas manusia yang masih absen dari ilmu kedokteran Barat. Umumnya, mereka
mengartikulasikan dimensi di mana manusia hidup secara bersamaan dan bagaimana
ketidakharmonisan atau trauma dalam satu efek yang lain.
B. SEJARAH LOTUS BIRTH
Lotus Birth pertama kali dirintis di Negara Amerika Serikat. Meskipun demikian,
praktik in sebenarnya sudah ada dalam budaya Bali dan Aborigin di Australia. Sumber
lain mengatakan bahwa praktik ini dimulai dengan Claire Day yang sadar akan karya Jane
Goodall seorang primatology mengamati proses persalinan simpanse. Dia mencatat bahwa
simpanse istirahat dan bergerak naik turun di pohon-pohon dengan bayi mereka beserta
plasenta yang tetap melekat pada bayi hingga puput secara alami.
Claire menyadari ini adalah sikap makluk sosial, hewan yang cinta damai dan tetap
terhubung bersama-sama. Dia juga membaca banyak tulisan yang menunjukkan bahwa
banyak orang suci, seperti kisah Buddha dan Kristus tidak diceritakan memotong tali pusat
mereka saat dilahirkan. Claire menyimpulkan bahwa memotong tali pusat adalah traumatis
bagi bayi, dan bahwa kita sebagai manusia akan menghabiskan terlalu banyak tahun
mencoba untuk pulih dari ini.
Dr. Sarah Buckley, ibu dari 3 anak dengan metode persalinan Lotus Birth mengatakan
bahwa ketika tali pusat dipotong, akan menyebabkan stress pada bayi sehingga bayi
menjadi trauma. Meskipun tali pusat pada dasarkan adalah bukan organ yang hidup,
namun sebenarnya masih terjadi komunikasi dengan bayi.
Informasi mengenai Lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen
serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah “kelahiran teratai” digunakan untuk
menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien
Sen-hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai satu kesatuan yang utuh, anak-
anak kudus. Kelahiran teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah
kelahiran Wisnu.
Praktik persalinan dengan Lotus birth telah dipraktikan oleh beberapa praktisi
khususnya bidan di tanah air diantaranya ibu Robin Lim di Bali, namun dari informasi
yang penulis dapatkan, preferensi untuk persalinan dengan metode Lotus Birth masih
sangat jarang sekitar 2-3 persalinan setiap bulannya.
(M. Orbe, 2013)

C. Langkah-langkah dalam melakukan Proses Lotus Birth


Prosedur pertolongan persalinan dengan metode Lotus Birth adalah sebagai berikut:
1. Ketika bayi lahir , biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat melingkari leher
bayi,cukup di keluarkan melalui kepala.
2. Tunggu kelahiran placenta secara alamiah. Jangan gunakan oksitosin kaerena
oksitosin akan memaksa darah terlalu banyak terlalu cepat ke bayi dan
kompromi plasenta .
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan ke dalam mangkuk bersih di samping ibu .
4. Tunggu transfusi melalui tali pusat ke bayi sebelum menangani plasenta .
5. Basuhlah plasenta dengan air hangat dan keringkan .
6. Tempatkan plasenta ke dalam saringan saringan selama 24 jam untuk
memungkinkan drainase .
7. Bungkus plasenta dalam bahan penyerap , popok atau kain dan dimasukkan ke
dalam ke dalam kantong plasenta. Ganti pembungkusnya setiap hari atau lebih
sering jika jika terjadi rembesan. Plasenta dapat diletakkan di tempat tidur
yang telah ditaburi garam laut (yang diganti setiap hari ) dapat pula dengan
herbal yang mengandung Echinacea, Calendula dan Arnica serta minyak
Lavender.
8. Bayi digendong dan disusui sesuai keinginan atau kebutuhan bayi yang
diketahui secara insting oleh ibu jika bayi mengangis atau reaksi lainnya.
9. Bayi diberi pakaian longgar agar tidak mengganggu gerakan karena tali pusat
masih menempel.
10. Bayi dapat dimandikan seperti biasa, palcenta dibiarkan seperti itu.
11. Batasi pergerakan selama tali pusat belum puput.
(Infants Preterm, 2009)
D. Kerugian Dilakukan Lotus Birth
Metode ini rentan terjadi infeksi karena port de entry antara tali placenta, tali pusat
dan bayi masih ada. Akibatnya metode ini belum dapat sepenuhnya diadopsi dalam
praktis medis.
Selain dapat terjadi infeksi, kekurangan lain dari metode Lotus birth adalah:
1. Tidak bisa diterapkan pada semua seting pelayanan karena terbatas oleh
keyakinan, budaya dan kebijakan serta bukti ilmiah.
2. Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai dan SDM yang kompeten.
3. Perlu hati-hati dalam merawat bayi, tali pusat dan plasenta sebelum puput agar
tidak infeksi, tidak berbau dan tidak putus karena tindakan yang tidak disengaja
karena terburu-buru atau tidak hati-hati.
(Infants preterm, 2009)
E. ALASAN MEMILIH LOTUS BIRTH
Berikut ini adalah beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
1. Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara
memotong tali pusat.
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang
memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu
yang tepat.
3. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta
4. 100% menjamin bahwa bayi mendapatkan volume darah optimal dan
spesifik yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum
sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
6. Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi.
Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga
plasenta telah lepas.
7. Alasan rohani atau emosional.
8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali
pusat
10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem
tertutup antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya
luka membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada
luka, waktu penyembuhan akan minimal)
12. Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat
menjadi tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi.
Setelah mencapai volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan
menutup secara aktif. Penutupan semua jaringan TIDAK terjadi ketika tali
pusat tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2
hingga 3 jam.
(M. Rober, 2013)
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

WHO. Care of the umbilical cord10 October 2013. Available from:


https://apps.who.int/rht/documents/MSM98-4/MSM-98-4.htm#REVIEW.
Rabe H. in preterm infants. The Cochrane Database of Systematic Reviews. 2009 (3).
Orbe M. Lotus Birthing : trend or risk2009 5 Oktober 2013. Available from:

TAMBAHAN

1. Pencarimateri : Elsa FitriaDewi


2. MembuatMakalah : AknesNurmalasari
RismaFikriHayatI
3. Editing : Pramuditaanggana
4. Print : AndhikaAnugrahSaputri

Anda mungkin juga menyukai