1. UUD 1945
MPR
UTUSAN UTUSAN
DAERAH GOLONGAN
Soeharto bisa menjalankan kekuasaannya hingga 32 tahun karena banyak hal. Mulai
dari dukungan militer hingga penyederhanaan (penggabungan) partai politik menjadi 3 partai;
Golkar, PDI dan PPP. Di masanya, militer atau ABRI memiliki peranan penting, tidak hanya
di dunia militer namun juga dalam perpolitikan. Hal ini dipertegas dengan adanya “dwifungsi
ABRI”. Banyak birokrasi pemerintahan diangkat dari kalangan militer baik yang masih aktif
atau sudah pensiun, mulai dari walikota, bupati, gubernur hingga duta besar.
Selain peranan ABRI, hal yang turut menyokong keberlangsungan Order Baru selama
32 tahun adalah pegawai pemerintahan. Pada masa ini, seorang pegawai pemerintahan
dituntut untuk setia kepada pemerintahan dan dilarang ikut kegiatan partai politik. Ini berarti
dalam setiap pemilu yang dilakukan pada masa Orde Baru, Golkar selalu mendapatkan
dukungan yang sangat besar dan menempati wakil-wakilnya yang sangat banyak di dalam
parlemen.
Kebijakan selanjutnya dalam melanggengkan kekuasaannya, Soeharto melakukan
kebijakan penggabungan partai-partai politik menjadi 3 partai saja: Golkar, PDI dan PPP,
yang mana sudah diketahui Golkar merupakan mesin politik Soeharto. Dalam pemilu yang
dilakukan Orde Baru, selalu dimenangkan oleh Golkar. Hal ini tidak lepas dari peran militer
dan birokrasi sipil yang sudah dijelaskan dibagian atas tadi. Golkar begitu sangat dominan
dan partai lain serasa hanya sebagai pelengkap dan formalitas belaka. Peranan parta-partai
politik dibuat seminimal mungkin dalam pembentukan pendapat umum. Partai-partai tersebut
hanya menjadi partai kelas dua dan sekedar diberi lisensi dengan tujuan agar Golkar tetap
menjadi pemenang dalam setiap pemilu dan tetap berkuasa. Sehingga mayoritas parlemen
yang berasal dari Golkar, membuat Soeharto selalu memenangkan pemilihan Presiden setiap
diadakan pemilihan presiden di MPR.
2.
MPR
Bagan di atas menggambarkan posisi MPR pada masa 1998 hingga 2001. Pada masa ini,
MPR berkedudukan sebagai lembaga tinggi negara, berbeda dengan masa sekarang yang
hanya berkedudukan sebagai lembaga negara saja. Pada masa 1998-2001, susunan
keanggotaan MPR, kedudukannya, maupun kewenangannya sama dengan pada masa Orde
Baru. Di mana susunan keanggotaannya terdiri dari anggota DPR ditambah utusan dari
daerah-daerah dan golongan-golongan. Kedudukan lembaga MPR sebagai lembaga tertinggi
negara tetap dipertahankan. Peran serta kewenangan MPR pada periode ini tetap
dipertahankan dimana peran utama sebagai pemegang dan pelaksana sepenuhnya kedaulatan
rakyat. Di sisi lain kewenangan lembaga MPR berupa kewenangan memilih dan mengangkat
presiden serta menetapkan UUD dan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan
kewenangan MPR yang lain adalah mengubah UUD. Dilihat dari wewenang tersebut, posisi
MPR, yang mana waktu itu dijabat oleh Amien Rais sangatlah kuat.
3.
RAKYAT
Pada gambar di atas, posisi kekuasaan tertinggi ada di tangan rakyat. Di dunia politik ada
istilah “Vox Populi Vox Dei”, suara rakyat adalah suara Tuhan. Bebas saja rakyat mau bilang
apa. Ini negara demokrasi.
Banyaknya ujaran kebencian terhadap Jokowi adalah hal yang wajar. Jokowi tidak kebal
kritik. Presiden butuh kritik dari rakyat karena rakyat yang memilihnya. Bila Jokowi ingkar
janji terhadap janji kampanyenya dulu, sah-sah saja apabila ada warga negara yang tidak suka
dengannya.
4.
PEMERINTAHAN
PEMERINTAH
RAKYAT
RAKYAT
Ketiranian Marcos:
Kediktatoran
Korupsi
Pelanggaran HAM
Soeharto:
Kediktatoran
Korupsi
Pelanggaran HAM
Reza Pahlevi:
Kediktatoran
Korupsi
Pelanggaran HAM
5.
RAKYAT
PERTANGGUNG
DEMOKRASI MANDAT
JAWABAN
PEMERINTAHAN
6.
MENJUAL
MEMBELI
Jerman merupakan negara dengan perekonomian terbsar di benua Eropa. Jepang,
perekonomian kedua terbesar di Asia, setelah China. Hubungan negara dengan rakyat di
kedua negara tersebut cenderung sama, negara membeli barang dari rakyat, rakyat yang
memproduksi / menjual barang.
7.
MENJUAL
MEMBELI
1947 19 DESEMBER
1949 7 MEI
PERJANJIAN ROEM-ROYEN
Pada masa kampanye pilpres lalu Jokowi berjanji akan mengfokuskan pembangunan
infrastruktur. Infrastruktur di Indonesia tertinggal jauh dengan negara tetangga, katanya.
Untuk membiayai pembangunan tersebut butuh dana yang banyak, sedangkan dana APBN
sedang tipis. Satu-satunya jalan untuk membiayai pembangunan tersebut lewat pajak. Lewat
Kementrian Keuangan, Jokowi meluncurkan program Tax Amnesty atau pengampunan
pajak. Menyaring duit sebanyak-banyakya dari luar negeri maupun luar negeri. Program ini
cukup sukses, walau di beberapa negara yang menerapkan program yang sama gagal total.
b) Ahok dan Demo 212
Aksi demo 212 adalah aksi politik bukan aksi agama. Sudah ditunggangi orang-orang
yang tidak suka dengan Ahok. Mereka akan melakukan cara apapun untuk menurunkan Ahok
hanya karena berbeda keyakinan. Ahok dikriminalasi.
Ada yang bilang orang ini ulama besar, tapi kutbah isinya cuma menebar kebencian.
Seorang pemimpin FPI. Sering mengerahkan masa turun ke jalan menentang hal-hal yang
berbau kebarat-baratan. Belum lama terkena kasus pornografi dengan Firda Husein. Sekarang
orangnya sedang mengungsi di Mekkah, dalihnya alasan hijrah.
10. Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) adalah mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan
hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil,
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.