FERNANDY M. DJAILANI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI THESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Optimasi Ekstraksi dan
Karakterisasi Kolagen dari Gelembung Renang Ikan Cunang (Congresox talabon)
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2016
Fernandy M. Djailani
NRP C351130301
RINGKASAN
FERNANDY M. DJAILANI. Optimasi Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen dari
Gelembung Renang Ikan Cunang (Congresox talabon). Dibimbing oleh WINI
TRILAKSANI dan TATI NURHAYATI.
Kolagen umumnya diproduksi dari kulit dan tulang hewan darat antara lain
sapi, babi dan unggas yang pada sejarahnya dapat terkena wabah sapi gila, penyakit
mulut dan kuku, dan flu burung. Konsumsi sapi dan babi juga bertentangan dengan
pemeluk agama tertentu. Hal ini membuka kesempatan untuk mencari alternatif
bahan baku kolagen dari hewan perairan. Ekstraksi kolagen dari hasil samping
industri perairan diantaranya kulit, sisik, dan tulang ikan telah banyak dilakukan.
Salah satu hasil samping pengolahan ikan yang belum banyak diteliti adalah
gelembung renang termasuk yang dari ikan cunang (Congresox talabon). Ekstraksi
kolagen dari gelembung renang beberapa jenis ikan menghasilkan rendemen yang
berbeda-beda disebabkan oleh metode ektraksi dan jenis ikan yang digunakan.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan kondisi optimal pre-treatment NaOH,
ekstraksi optimal dengan metode ASC dan hidro-ekstraksi, serta informasi
karakteristik kolagen hasil ASC dan hidro-ekstraksi gelembung renang ikan
cunang.
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap yaitu preparasi dan karakterisasi
gelembung renang ikan cunang, optimasi pre-treatment NAOH dan optimasi
ektraksi serta karakterisasi kolagen metode ASC pada 9ºC dan hidro-ekstraksi 40ºC.
Rancangan percobaan yang digunakan pada tahap pre-treatment NaOH Rancangan
Acak Lengkap Faktorial (RALF) dan rancangan percobaan yang digunakan pada
tahap optimasi ekstraksi adalah rancangan Box-Behnken metode respon permukaan
(RSM).
Proporsi gelembung renang ikan cunang yakni 0.59% dari berat total ikan.
Gelembung renang memiliki kadar air 58.28%, protein 40.12%, karbohidrat 0.70%,
Abu 0.47%, dan lemak 0.43%. Tahap pre-treatment NaOH terpilih kombinasi
perlakuan konsentrasi 0.15 M NaOH dan lama waktu perendaman 10 jam mampu
mereduksi protein non kolagen sebesar 0.27 mg/mL. Ekstraksi kolagen dari
gelembung renang ikan cunang menggunakan metode ASC yang terpilih adalah
kombinasi perlakuan konsentrasi asam asetat 0.64 M, volume asam asetat 40.03 mL
dan waktu perendaman 71.57 jam yang optimal menghasilkan rendemen 59.26%
(bk). Ekstraksi kolagen dari gelembung renang ikan cunang menggunakan metode
hidro-ekstraksi yang terpilih adalah kombinasi perlakuan konsentrasi asam asetat
0.1 M, waktu perendaman asam asetat 1.68 jam dan waktu ekstraksi akuabides 1
jam yang optimal menghasilkan rendemen 63.84% (bk). Kolagen ASC dan hidro-
ekstraksi memiliki karakteristik asam amino masing-masing didominasi oleh glisin
266 dan 275 (/1000 total residu), arginin 126 dan 192 (/1000 total residu), alanin
113 dan 134 (/1000 total residu), dan prolin 109 dan 134 (/1000 total residu). Gugus
fungsi FTIR menunjukkan adanya amida a, amida b, amida I, amida II, dan amida
III. Kolagen ASC dan hidro-ekstraksi merupakan kolagen tipe I dicirikan adanya
rantai α1 dan α2. Suhu termal atau transisi gelasi kolagen ASC 63.88ºC dan hidro-
ekstraksi 67.26ºC.
Collagen is commonly produced from skins and animal bones of cow, pig,
and poultry which historycally could be exposed by bovine spongiform
encephalophaty, foot and mouth disease, and the avian influenza. In addition, the
utilization of cow and pig conflict with certain faiths. This conditions provide an
opportunity to search an alternative raw materials collagen from aquatic animals.
Collagen extraction from industrial aquatic by product such as skin, scales, and
bones of fish had already been conducted. However there is one of the fish
processing by product that have not been developed to other product namely cunang
swimbladders (Congresox talabon). Collagen extraction from swimbladders of
various fish produced different yield caused by the extraction methods and types
of fishes. The purposes of this study were to get the optimal condition of NaOH
pre-treatment, optimal extraction condition using ASC and hydro-extraction
methods, and to obtain the characteristics information of cunang swimbladders and
collagen extracted by both ASC and hydro-extraction.
This research was carried out in three stages i.e. preparation and
characterization of cunang swimbladders, optimize pre-treatment using NaOH,
extraction optimization and characterization collagen using ASC at 9ºC and hydro-
extraction methods at 40ºC. The experimental design on NaOH pretreatment was
random complete factorials design (RALF) meanwhile experimental design in the
extraction optimization was Box-Behnken design on response surface method.
Proportion of cunang swimbladders was about 0.59% from the total weight
of fish. Swimbladder contained moisture 58.28%, protein 40.12%, carbohydrate
0.70%, ash 0.47%, and fat 0.43%. The best result from NaOH pre-treatment was
combination treatment using 0.15 M NaOH during 10 hours of soaking which
reduced 0.27 mg/ml non collagen of protein. The best collagen extraction from
cunang swimbladders using ASC was combination treatment 0.64 M acetic acid,
40.03 mL volume of acetic acid, and 71.57 hours of soaking which produced yield
59.26% (db). The best collagen extraction from cunang swimbladders using hydro-
extraction were combination treatment by 0.1 M acetic acid, 1.68 hours of soaking
and 1 hours extraction using aquabides which produced yield 63.84% (db). The
amino acid characteristics of collagen extracted by ASC and hydro-extraction was
dominated by glisin 266 and 275 (/1000 total residues), arginin 126 and 192 (/1000
total residues), alanin 113 and 134 (/1000 total residues), and prolin 109 and 134
(/1000 total residues) respectively. The result of FTIR showed that collagen
contained amida a, amida b, amida I, amida II, and amida III. ASC and hydro-
extraction collagen result showed that this collagen was collagen type 1 that
contained α1 and α2 sequence. The thermal temperature and gelation transition of
collagen extracted by both ASC and hydro-extraction were 63.88 ºC and 67.26 ºC
respectively.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
OPTIMASI EKSTRAKSI DAN KARAKTERISASI
KOLAGEN DARI DARI GELEMBUNG RENANG
IKAN CUNANG (Congrenesox talabon)
FERNANDY M. DJAILANI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Hasil Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Eng Uju, SPi MSi
Judul Tesis : Optimasi Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen dari Gelembung
Renang Ikan Cunang (Congrenesox talabon)
Nama : Fernandy M. Djailani
NIM : C351130301
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2015 ini adalah Optimasi
Ekstraksi dan Karakterisasi Kolagen dari Gelembung Renang Ikan Cunang
(Congresox talabon).
Kesuksesan Penulis melaksanakan penelitian tidak lepas dari dukungan
berbagai pihak. Penulis menyampaikan banyak terima kasih yang setulusnya
kepada:
1. Ibu Dr Ir Wini Trilaksani MSc dan Ibu Dr Tati Nurhayati SPi MSi selaku tim
komisi pembimbing atas kesediaan waktu untuk membimbing, memberikan
arahan dan saran selama penyusunan tesis.
2. Bapak Prof Dr Ir Joko Santoso MSc selaku gugus kendali mutu (GKM) atas
kesediaan waktu untuk mengoreksi penulisan naskah tesis ini.
3. Bapak Dr Eng Uju SPi MSi atas kesediaan waktu selaku penguji pada sidang
akhir tesis.
4. Bapak dan Ibu staf pengajar, staf administrasi dan laboran Program Studi
Teknologi Hasil Perairan yang telah membantu dan bekerjasama selama penulis
menempuh studi
5. Keluarga besar penulis teruntuk ayahanda Muhiddin Djailani SPi, ibunda
Nelvitha Kantue, adik Julia Djailani SPi, dan adik Mohammad Ridho Djailani
atas doa, motivasi, dan dukungan moril maupun materil selama penulis
menempuh studi
6. Teman-teman S2 THP IPB yang telah membantu dan mendukung proses
penelitian sampai penyusunan tesis selesai
Fernandy M. Djailani
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN ix
1 PENDAHULUAN 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 3
Hipotesis Penelitian 3
2 METODE 3
Waktu dan Tempat 3
Bahan 4
Alat 4
Prosedur Penelitian 4
Karakterisasi dan preparasi bahan baku gelembung renang ikan cunang 4
Pre-treatment NaOH 4
Optimasi ekstraksi dan karakterisasi kolagen ASC dan hidro-ekstraksi 6
Prosedur Analisis 6
Rendemen 6
Analisis kadar air 6
Analisis kadar abu 7
Analisis kadar protein 7
Analisis kadar lemak 8
Pengukuran Konsentrasi Protein 8
Analisis berat molekul dengan SDS-PAGE 9
Analisis gugus fungsi dengan FTIR 9
Analisis asam amino 9
Analisis termal differential scanning calorimetry (DSC) 10
Rancangan percobaan dan analisis data 11
3 HASIL DAN PEMBAHASAN 11
Karakterisasi Gelembung Renang 11
Proporsi gelembung renang ikan cunang 12
Karakteristik kimia gelembung renang ikan cunang 12
Pre-treatment ekstraksi kolagen 13
Ekstraksi Kolagen Optimal 15
Acid Soluble Collagen (ASC) 15
Hidroekstraksi 16
Karakteristik Kolagen 17
Berat Molekul SDS-PAGE 19
Gugus Fungsi FTIR 18
Asam Amino 19
Suhu Termal (DSC) 21
4 SIMPULAN DAN SARAN 23
Simpulan 23
Saran 23
DAFTAR PUSTAKA 24
LAMPIRAN 28
RIWAYAT HIDUP 39
DAFTAR TABEL
1 Pembuatan larutan standar konsentrasi 0,01-0,13 mg/mL 9
2 Komposisi kimia gelembung renang ikan cunang 12
3 Karakteristik gugus fungsi kolagen hewan perairan 18
4 Komposisi asam amino kolagen dari gelembung renang ikan cunang
dibandingkan penelitian terdahulu (residu/1000 residu) 20
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir tahapan penelitian 5
2 Proporsi bagian tubuh ikan cunang 12
3 Pengaruh konsentrasi NaOH 0.05, 0.10 dan 0.15 M terhadap kadar
protein non-kolagen 14
4 Pengaruh lama waktu perendaman NaOH 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 jam
terhadap kadar protein non-kolagen 14
5 Pengaruh konsentrasi, volume, dan waktu perendaman asam asetat
terhadap rendemen ASC 15
6 Pengaruh kombinasi perlakuan konsentrasi asam asetat, waktu
perendaman asam asetat, dan waktu hidroekstraksi akuabides terhadap
rendemen kolagen 16
7 Pola elektroforesis kolagen metode ASC (A) dan Hidro-ekstraksi (H)
dari gelembung renang ikan cunang 17
8 Spektra FTIR kolagen ASC dan hidroekstraksi 19
9 Kurva termogram DSC kolagen metode hidroekstraksi 22
10 Kurva termogram DSC kolagen metode ASC 22
DAFTAR LAMPIRAN
1 Rata-rata nilai absorbansi standar Bovine Serum Albumin (BSA) dan
kurva regresi linier standar BSA 29
2 Data proporsi (%) bagian tubuh ikan cunang 30
3 Data proksimat gelembung renang ikan cunang 30
4 Hasil uji ANOVA dan uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi dan
waktu perendaman NaOH terhadap kandungan protein non-kolagen 31
5 Analisis respone surface method kolagen ASC 32
6 Analisis respone surface method kolagen Hidroekstraksi 34
7 Kromatogram asam amino standar, ASC dan hidroekstraksi 36
8 Gambar penelitian 38
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kolagen adalah protein struktural utama dalam jaringan ikat vertebrata dan
jumlahnya sekitar 30% dari total protein hewani (Muyonga et al. 2004;
Sinthusamran et al. 2013). Zat ini merupakan komponen utama dari jaringan ikat,
otot, gigi, tulang dan kulit (Potaros et al. 2009). Kolagen terdiri dari tiga rantai
polipeptida triplehelix berukuran hampir sama dan setiap rantai mengandung
sekitar 1000 asam amino dengan panjang rata-rata 300 nm dan diameter 1.4 nm.
Urutan primer asam amino berulang yaitu posisi ketiga selalu ditempati glisin
dengan urutan rantai polipeptidanya adalah Gly-X-Y, X dan Y merupakan prolin
dan hidroksiprolin (Whitford 2005). Kolagen dimanfaatkan secara luas baik di
bidang farmasi, pangan dan kosmetik (Liu et al. 2009). Kebutuhan kolagen di pasar
global pada tahun 2014 dilaporkan oleh transparencymarketsearch.com mencapai
57.4 ton, 30 ton bersumber dari kolagen sapi dan 27.4 ton dari kolagen babi.
Kolagen pada umumnya diproduksi dari kulit dan tulang hewan darat
misalnya sapi, babi dan unggas (Santos et al. 2013). Bahan baku tersebut terkadang
menimbulkan reaksi negatif karena hewan-hewan tersebut ada yang terkena wabah
penyakit sapi gila, penyakit mulut dan kuku (PMK), dan flu burung
(Liu et al. 2015). Kolagen dari babi ditolak oleh pemeluk agama islam karena tidak
halal (Rengenstein et al. 2003) dan kolagen yang bersumber dari sapi juga menjadi
permasalahan tersendiri bagi pemeluk agama hindu (Kasankala et al. 2007).
Alternatif sumber kolagen diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut
Zhang et al. (2007) ikan dan hewan perairan lain dapat dijadikan alternatif sumber
kolagen. Kolagen dari hewan perairan umumnya di ekstrak dari hasil samping
pengolahan ikan seperti kulit, sisik, dan sirip. Salah satu hasil samping pengolahan
ikan yang berpotensi dijadikan kolagen adalah gelembung renang.
Gelembung renang biasa dikenal sebagai gelembung udara, gelembung suara
atau fish maw yang pada kenyataanya menjadi buangan yang kurang termanfaatkan
dengan baik dan cenderung mencemari lingkungan (Trilaksani et al. 2007).
Menurut Fernandez et al.(2008) kolagen yang berasal dari gelembung renang (hasil
samping pengolahan ikan) dapat dijadikan alternatif karena aman digunakan dan
bisa diterima oleh semua golongan. Ikan cunang (Congresox talabon) termasuk
ikan yang memiliki gelembung renang cukup besar dan beratnya 0.6% dari berat
total ikan. Potensi produksi ikan cunang tahun 2010 di jawa barat digolongkan ke
dalam potensi produksi ikan layur yakni 3792.19 ton (KKP 2013). Hasil
komunikasi ringkas dengan Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Jawa Barat
bahwa ikan cunang memiliki potensi produksi 1334.5 Ton pada tahun 2010. Ikan
ini dimanfaatkan sebagai bahan baku kerupuk dan ikan kaleng (KKP 2015).
Ekstraksi kolagen dari gelembung renang ikan cunang (Congresox talabon)
perlu dieksplorasi. Menurut Leach (1966) kemurnian kolagen pada gelembung
renang ikan mencapai 98% sehingga memudahkan dalam proses ekstraksi, lebih
ekonomis dan ramah lingkungan karena dapat menggunakan pelarut dengan
konsentrasi rendah. Penelitian mengenai ekstraksi kolagen dari gelembung renang
masih terbatas pada beberapa jenis ikan dengan hasil rendemen yang berbeda-beda.
Ekstraksi kolagen dengan asam asetat 2% dari gelembung renang ikan patin
2
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Hipotesis Penelitian
Pre-treatment NaOH
H0: Konsentrasi NaOH dan waktu perendaman tidak berpengaruh terhadap
kandungan protein nonkolagen
H1: Konsentrasi NaOH dan waktu perendaman berpengaruh terhadap kandungan
protein non kolagen
2 METODE
Penelitian ini dimulai pada bulan April sampai dengan Desember 2015.
Preparasi bahan baku gelembung renang dan ekstraksi kolagen masing-masing
dilakukan di laboratorium preparasi bahan baku dan Laboratorium Biokimia Hasil
Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan IPB; analisis proksimat di
Laboratorium Terpadu Peternakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
IPB; analisis asam amino di Laboratorium Saraswanti Indo Genetech; analisis
gugus fungsi dengan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) di
Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka; analisis berat molekul dengan SDS-PAGE
di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB; analisis
4
Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelembung renang
ikan cunang (Congresox talabon) yang diperoleh dari daerah Indramayu Jawa
Barat, ukuran ikan 107 ± 0.03 cm dan berat 1729 ± 0.21 gram. Bahan-bahan kimia
yang digunakan adalah akuades, akuabides steril pro injection PT Ikapharmaindo
Putramas, NaOH merek Merck, asam asetat (CH3COOH) merek Emsure, metanol
merek Emsure dan garam NaCl merek Merck. Bahan-bahan lain meliputi bahan
untuk analisis karakteristik kolagen.
Alat
Prosedur Penelitian
setiap 2 jam. Sampel kemudian dicuci dengan air dingin hingga pH netral. Sisa
perendaman gelembung renang ikan diuji kandungan protein nonkolagen dengan
metode bradford untuk menentukan konsentrasi dan waktu perendaman terbaik.
Sampel
Tahap I
Perendaman dalam larutan 0.05; 0.1; 0.15 M NaOH rasio 1: 10 (b/v) Pengukuran konsentrasi
selama 2; 4; 6; 8; 10 dan 12 jam, Suhu 9 ºC * protein metode Bradford
Perendaman dalam larutan 0.1; 0.5; 0.9 M CH3COOH rasio 1:10; Perendaman dalam larutan 0.1; 0.3;
1:30; 1:50 (b/v) selama 24;48;72 jam, 0.5 M CH3COOH rasio 1:10 (b/v)
Suhu 9 ºC * selama 1;2;3 jam, Suhu 9 ºC **
Prosedur Analisis
Rendemen
Rendemen kolagen diperoleh dari perbandingan berat kering kolagen yang
dihasilkan dengan berat bahan baku gelembung renang (yang telah dibersihkan dari
sisa daging dan lapisan lemak). Rendemen dapat diperoleh dengan rumus:
atau sampai beratnya konstan. Cawan dimasukkan dalam desikator (30 menit)
kemudian ditimbang (C).
Kadar air dihitung dengan rumus:
B−C
Kadar Air (%) = × 100%
B−A
B−A
Kadar Abu (%) = × 100%
C
muda. Volume titran dibaca dan dicatat. Perhitungan kadar protein adalah sebagai
berikut:
W3 − W1
Kadar Lemak (%) = × 100%
W2
analisis asam amino. Khusus untuk pengujian asam amino bebas, tidak dilakukan
proses hidrolisis dengan asam dan pemanasan.
a. Tahap pembuatan hidrolisat protein
Sampel ditimbang sebanyak 0.2 g dan dihancurkan. Sampel yang telah hancur
ditambahkan dengan HCl 6 N sebanyak 5-10 mL, kemudian dipanaskan dalam oven
pada suhu 100 ºC selama 24 jam. Proses pemanasan dilakukan untuk
menghilangkan gas atau udara yang ada pada sampel agar tidak mengganggu
kromatogram yang dihasilkan dan untuk mempercepat reaksi hidrolisis. Hidrolisat
protein yang diperoleh disaring dengan milipore berukuran 0.45 mikron.
b. Tahap pengeringan
Hidrolisat protein ditambah dengan 30 μL larutan pengering. Larutan
pengering dibuat dari campuran antara metanol, natrium asetat, dan trietilamim
dengan perbandingan 2:2:1. Proses pengeringan dibantu menggunakan gas nitrogen
untuk mempercepat pengeringan dan mencegah oksidasi.
c. Tahap derivatisasi
Sebanyak 30 μL larutan derivatisasi ditambahkan pada hasil pengeringan.
Larutan derivatisasi dibuat dari campuran antara larutan metanol, pikoiotisianat,
dan trietilamin dengan perbandingan 3:3:4. Proses derivatisasi dilakukan agar
detektor mudah untuk mendeteksi senyawa yang ada pada sampel, kemudian
dilakukan pengenceran dengan cara menambahkan 10 mL asetonitil 60% atau
buffer fosfat 0.1 M lalu dibiarkan selama 20 menit. Hasil pengenceran disaring
kembali menggunakan milipor berukuran 0.45 mikron.
d. Injeksi ke HPLC
Hasil saringan diambil sebanyak 20 μL untuk diinjeksikan ke dalam HPLC.
Penghitungan konsentrasi asam amino dilakukan dengan cara membandingkan
kromatogram sampel dengan standar. Pembuatan kromatogram standar
menggunakan asam amino yang mengalami perlakuan yang sama dengan sampel.
Kandungan masing-masing asam amino pada bahan dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan:
C = Konsentrasi standar asam amino
FP = Faktor pengenceran
BM = Bobot molekul dari masing-masing asam amino
Keterangan:
Yijk = respon pengaruh konsentrasi NaOH ke-i, waktu ke-j dan ulangan ke-k
µ = nilai tengah umum
αi = pengaruh konsentrasi NaOH ke-i
βj = pengaruh waktu perendaman ke-j
(µβ)ij = interaksi konsentrasi NaOH ke-i dan waktu perendaman ke-j
εijk = pengaruh acak pada konsentrasi NaOH ke-i, waktu ke-j dan ulangan ke-k
Y = f(X1,X2,...,Xk) + ε
Keterangan:
Y = variabel respon
Xi = variabel bebas/ faktor ( i = 1, 2, 3,. . . . , k )
ε = galat
Gelembung Renang
Jeroan
Kepala
Kulit 55.55% ± 0.42
Tulang
Daging
0.59% ± 0.03
1.01% ± 0.06
32.94% ± 0.35
4.88% ± 0.22
5.02% ± 0.01
Tabel 2 Komposisi kimia bahan baku kolagen dari hasil samping ikan.
0.40 b
0.35 a
Kadar Protein (mg/mL)
0.30 a 2 Jam
0.25 4 Jam
0.20 6 Jam
0.15 8 Jam
0.10 10 Jam
0.05
12 Jam
0.00
0.05 0.1 0.15
Konsentrasi NaOH (M)
Gambar 3 Pengaruh konsentrasi NaOH (0.05, 0.1 dan 0.15 M) terhadap kandungan
protein nonkolagen.
0.40 e
de
0.35
d
Kadar Protein (mg/mL)
0.30
0.25 c
0.20 b NaOH 0.05 M
0.15 a NaOH 0.10 M
0.10 NaOH 0.15 M
0.05
0.00
2 4 6 8 10 12
Lama Perendaman (Jam)
Hasil uji lanjut DMRT perlakuan lama perendaman jam ke-2; ke-4; ke-6 dan
ke-8 berbeda nyata, sedangkan perendaman jam ke-10 tidak berbeda nyata dengan
jam ke-8 dan ke-12. Perlakuan terpilih untuk lama waktu perendaman adalah jam
ke 10, diduga pada jam tersebut terjadi kesetimbangan antara ion OHˉ dengan gugus
karboksil protein sehingga antara jam ke 10 dan ke 12 tidak berbeda nyata kelarutan
protein nonkolagen. Menurut Kusnandar (2010) bahwa pada saat terjadi
kesetimbangan, total muatan protein sama dengan nol sehingga interaksi antar
molekul protein menjadi maksimum menyebabkan protein mencapai titik
isoelektriknya dan memiliki kelarutan yang minimum.
Efisiensi pre-treatment dalam larutan NaOH dipengaruhi oleh waktu dan
konsentrasi NaOH serta bahan baku yang digunakan (Liu et al. 2015). Semakin
tinggi konsentrasi NaOH dan lama perendaman maka semakin besar konsentrasi
protein nonkolagen.
15
elektrostatik antara gugus polar pada serat kolagen dengan H+ dari asam atau
terbentuknya ikatan hidrogen antara gugus nonpolar pada serat kolagen dengan H+
dari asam.
Hidroekstraksi
Metode hidro-ekstraksi merupakan metode ekstraksi kolagen yang
menggunakan high temperature short time (HTST) dengan akuades sebagai media
pindah panas. Pengaruh kombinasi perlakuan konsentrasi asam asetat, waktu
perendaman asam asetat dan waktu hidroekstraksi akuabides terhadap rendemen
kolagen disajikan pada Gambar 6.
Rendemen (%)
Karakteristik Kolagen
Karakteristik kolagen yang diamati antara lain asam amino dengan HPLC,
berat molekul dengan SDS-PAGE, gugus fungsi dengan FTIR dan kestabilan termal
dengan DSC
192 kDa -β
112 kDa -α1
-α2
85 kDa
60 kDa
47 kDa
35 kDa
28 kDa
M A H
Gambar 7 Pola elektroforesis kolagen metode ASC (A) dan Hidro-ekstraksi (H)
dari gelembung renang ikan cunang.
Kolagen metode ASC dan hidro-ekstraksi memiliki pola elektroforesis yang
sama yakni pita utama rantai α1 (114 kDa), α2 (103 kDa) dan β (150 kDa).
Keberadaan rantai α menunjukkan bahwa kolagen tersebut merupakan kolagen tipe
I (Ogawa et al. 2004). Komponen β menunjukkan adanya molekul kolagen yang
18
Spektra FTIR kolagen ASC dan hidroeksteaksi dari gelembung renang ikan
cunang disajikan pada Gambar 8 menunjukkan puncak serapan amida A, amida B,
amida I, amida II dan amida III yang mengidentifikasikan struktur pada protein
kolagen. Kolagen dengan metode ASC memiliki puncak serapan Amida A yakni
3430.26 cm-1, amida B yakni 2927.04 cm-1, amida I yakni 1634.43 cm-1, amida II
yakni 1546.24 cm-1 dan amida III yakni 1238.50 cm-1. Kolagen dengan metode
hidroekstraksi memiliki puncak serapan amida A yakni 3431.95 cm-1, amida B
yakni 2925.55 cm-1, amida I yakni 1633.09 cm-1, amida II yakni 1546.97 cm-1 dan
amida III yakni 1239.57 cm-1. Puncak amida I kolagen ASC dan hidro-ekstraksi
mengalami penurunan amplitudo sampai pada puncak serapan amida III ketika
dipanaskan pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini menurut Kaewdang et al. (2014)
kolagen tersebut tidak terdenaturasi menjadi gelatin selama proses ekstraksi.
Gelatin memiliki wilayah serapan nilai bilangan gelombang pada kisaran 1235 cm-
1
(Nikoo et al. 2011).
19
Amida I
Amida II
Amida III
Amida B
Amida A
Asam Amino
Asam amino berkontribusi terhadap kestabilan struktur helix kolagen
(Ikoma et al. 2003). Komposisi asam amino kolagen yang diekstrak menggunakan
metode ASC dan hidro-ekstraksi disajikan pada Tabel 4 sedangkan kromatogram
asam amino standar, kolagen ASC dan kolagen hidroekstraksi disajikan pada
Lampiran 7.
20
Tabel 4 Komposisi asam amino kolagen dari gelembung renang ikan cunang
dibandingkan penelitian terdahulu (residu/1000 residu).
heliks, energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan struktur primer lebih rendah
sehingga protein akan lebih stabil.
Prolin dan hidroksiprolin merupakan asam amino yang unik dan sering
disebut imino acid. Asam amino prolin dan hidroksiprolin memiliki cincin
pirolidina yang berfungsi menahan struktur superheliks pada kolagen (Nagai et al.
2008). Kandungan asam imino (prolin dan hidroksiprolin) akan meningkatkan
stabilitas termal dari kolagen (Benjakul et al. 2010).
Kandungan asam amino arginin terdeteksi dan menjadi ciri khas tersendiri
pada kolagen ASC dan hidroekstraksi gelembung renang ikan cunang. Arginin
merupakan asam amino semi esensial yang memiliki banyak fungsi seperti telibat
dalam produksi berbagai enzim, hormon dan protein struktural yang mendukung
pelepasan hormon pertumbuhan, insulin, glukagin dan prolaktin yang merupakan
komponen dari hormon vesopressin yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis serta
merupakan perkursor fisiologis senyawa nitrat, poliamina, prolin, glutamat, kreatin,
agmatin dan urea. Arginin sebagai penguat imunitas, merangsang timus dan
mendorong produksi limfosit sehingga dapat diaplikasikan pada penyembuhan luka
bakar dan luka lainnya. Hal ini menunjukkan manfaat dari asam amino arginin
sebagai agen farmasi yang dapat diaplikasikan sebagai anti-aging (Gad 2010).
Susunan asam amino yang teridentifikasi antara kolagen ASC dan
Hidroekstraksi terdapat perbedaan yang cukup menonjol yakni pada kolagen
hidroekstraksi susunan asam amino esensial lebih tinggi dibanding kolagen ASC
diantaranya arginin, lisin, treonin, valin, leusin dan isoleusin. Hal ini diduga karena
kolagen yang dihasilkan pada metode hidroekstraksi masih belum murni atau masih
terdapat protein non-kolagen yang ikut terdeteksi alat HPLC. Metode
hidroekstraksi yang digunakan merupakan modifikasi dari metode Huang et al.
(2016) dan tidak dilakukan tahapan pemurnian seperti pada metode ASC. Protein
non-kolagen yang terdeteksi diduga adalah hasil deproteinasi tidak sempurna pada
tahap pre-treatment NaOH sehingga protein non-kolagen seperti protein
sarkoplasma dan miofibril masih ada. Protein ikan umumnya terdiri dari 30%
protein sarkoplasma, 40 sampai 60% protein miofibril, dan sisanya adalah protein
stroma termasuk kolagen dan elastin. Kualitas protein ikan ditentukan oleh jumlah
asam amino esensial yang dihitung berdasarkan rumus protein efficiency ratios
(PER). PER yang tinggi pada daging ikan cod mengindikasikan tingginya
kandungan asam amino esensial (Shahidi 1994).
Komposisi asam amino glisin dan prolin kolagen metode ASC dan
hidroekstraksi dari gelembung renang ikan cunang berbeda dengan kolagen metode
ASC dari gelembung renang ikan grass carp (Liu et al. 2015), yellowfin tuna
(Kaewdang et al.2014) dan seabass (Sinthusamran et al. 2013). Hal ini diduga
karena perbedaan jenis dan habitat ikan. Ikan pelagis memiliki daging yang
berwarna merah lebih banyak dibadingkan ikan demersal dan ikan air tawar.
Daging ikan yang berwarna putih akan memiliki kandungan protein lebih banyak
dibanding daging ikan yang berwarna merah. Menurut Shahidi (1994) ikan pelagis
memiliki kandungan protein sarkoplasma yang lebih tinggi dibanding ikan
demersal.
untuk mengukur fase-fase transisi, salah satunya adalah transisi gelasi (Tg). Suhu
transisi gelasi merupakan suhu terputusnya ikatan hidrogen yang mengarah pada
pembentukan polimer amorf yaitu gelatin. Pemanasan dengan suhu diatas 40 ºC
menyebabkan hancurnya ikatan hidrogen dan terpotongnya sejumlah ikatan
kovalen yang menstabilkan struktur triple heliks menghasilkan konversi kolagen
menjadi gelatin yang larut (Karim dan Bhat 2009). Kurva termogram kolagen ASC
dan hidroekstraksi disajikan pada Gambar 9 dan Gambar 10.
Simpulan
Kondisi optimal ekstraksi kolagen ASC pada suhu 9ºC yaitu kombinasi
konsentrasi 0.64 M, volume 40.03 mL dan Waktu perendaman 71.57 jam. Kondisi
optimal ekstraksi kolagen hidroekstraksi pada suhu 40ºC yaitu kombinasi
konsentrasi asam asetat 0,1 M, waktu hidrolisis asam asetat 1 jam dan waktu
ekstraksi dalam akuabides 1. Kolagen ASC dan hidroekstraksi merupakan kolagen
tipe I dan memiliki ciri khas sebagai agen farmasi untuk anti aging serta tahan
terhadap suhu denaturasi kolagen.
Saran
Saran yang dapat disampaikan dari hasil penelitian ini yaitu perlu dilakukan
perlakuan optimasi perendaman NaOH jam ke 12 sampai 24 untuk melihat apakah
masih ada protein nonkolagen yang terlarut.
24
DAFTAR PUSTAKA
Huang YR, Shiau CY, Chen HH, Huang BC. 2011. Isolation and characterization
of acid and pepsin-solubilized collagens from the skin of balloon fish (Diodon
holocanthus). Food Hydrocolloids, 25(6):1507–1513.
Huang CY, Kuo JM, Wu SJ, Tsai HT. 2016. Isolation and characterization of fish
scale collagen from tilapia (Oreochromis sp.) by a novel extrusion–hydro
extraction process. Food Chemistry, 190:997-1006.
Ikoma T, Kobayashi H, Tanaka J, Walsh D, Mann S. 2003. Physical properties of
type I collagen extracted from fish scales of Pagrus major and Oreochromis
niloticas. International Journal Biology macromolecullar, 32(3-5):199-204.
Jaswir I, Monsur HA, Salleh HM. 2011. Nano-structural analysis of fish collagen
extracts for new process development. African Journal of Biotechnology,
10(81):18847-18854.
Kaewdang O, Benjakul S, Kaewmanee T, Kishimura H. 2014. Characteristic of
collagens from the swim bladders of yellowfin tuna (Thunnus albacares).
Food Chemistry, 155: 264-270.
Kasankala LM, Xue Y, Weilong Y, Hong SD, and He Q. 2007. Optimization of
gelatine extraction from grass carp (Catenopharyngodon idella) fish skin by
response surface methodology. Bioresource Technology, 98(17): 3338–3343.
Karim AA, Bhat R. 2009. Fish gelatin:properties, challenges, and prospects as an
alternative to mammalian gelatins. Food Hydrocolloid, 23:563-576.
Kittiphattanabawon P, Benjakul S, Visessanguan W, Nagai T, Tanaka M. 2005.
Characterization of acid-soluble collagen from skin and bone of big eye
snapper (Priacanthus tayenus). Food Chemistry, 89:363-372.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2015. KKP soroti tiga UPI di sorong.
http://kkp.go.id/index.php/berita/kkp-soroti-tiga-upi-di-sorong/. Diakses
pada tanggal 10 mei 2015.
[KKP] Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2012. Profil Kelautan dan Perikanan
Provinsi Jawa Barat untuk Mendukung Industrialisasi Kelautan dan
Perikanan. Jakarta (ID): Pusat Data Statistik dan Informasi Kementrian
Kelautan dan Perikanan. Hal.57
Kusnandar F. 2010. Kimia Pangan Komponen Makro. Jakarta (ID): Dian Rakyat.
Hal (239)
Leach AA. 1966. Collagen chemistry in relation to isinglass and isinglass finings a
review. Journal of the Institute of Brewing, 73:8-16.
Laemmli UK. 1970. Cleavage of structural protein during the assembly of head of
bacteriophage T4. Nature, 277: 680-685.
Liu WT, Li GY, Miao YQ, Wu XH. 2009. Preparation and characterization of
pepsin-solubilized type I collagen from the scales of snakehead
(Ophiocephalus argus). Journal of Food Biochemistry, 33:20–37.
Liu D, Liang L, Regenstein MJ, Zhou P. 2012. Extraction and characterization of
pepsin solubilised collagen from fins, scales, skin, bones and swim bladders
of bighead carp (Hypophthalmichthys nobilis). Food Chemistry, 133: 1441-
1448.
Liu D, Zhang X, Li T, Yang H, Zhang H, Regenstein MJ, Zhou P. 2015. Extraction
and characterization of acid and pepsin soluble collagen from the scales, skin,
and swim bladders of gras carp (Ctenopharyngodon idella). Food Bioscience,
9: 68-74.
26
LAMPIRAN
29
Lampiran 1 Rata-rata nilai absorbansi standar Bovine Serum Albumin (BSA) dan
kurva regresi linier standar BSA.
Kurva Standar
0.35
0.3
y = 1.8875x - 0.0086
R² = 0.9884
0.25
Absorbansi
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.05 0.1 0.15 0.2
Konsentrasi
30
Rataan
Bagian Ikan
(%)
Kepala 4.88
Jeroan 1.01
Gelembung 0.59
Daging 55.55
Kulit 5.02
Tulang 32.94
Air 58.28
Protein 40.12
Karbohidrat (by-difference) 0.70
Abu 0.47
Lemak 0.43
31
Lampiran 4 Hasil uji ANOVA dan uji lanjut Duncan pengaruh konsentrasi dan
waktu perendaman NaOH terhadap kandungan protein non-kolagen.
Anova
Sumber keragaman JK db KT F hit P-value
Konsentrasi 0.036 2 0.018 7.963 0.001
Waktu 0.315 5 0.063 28.031 0.000
Interaksi 0.013 10 0.001 0.592 0.810
Galat 0.081 36 0.002
Total 0.445 53
Duncan Konsentrasi
Konsentrasi NaOH α = 0.05
N
(M) a b
0.05 18 0.1698
0.10 18 0.1913
0.15 18 0.2319
Signifikansi 0.182 1.000
Duncan Waktu
α = 0.05
Waktu (Jam) N
a b c d e
2 0.0735
9
4 9 0.1338
6 9 0.1851
8 9 0.2315
10 9 0.2674 0.2674
12 9 0.2944
Signifikansi 1.000 1.000 1.000 .117 .234
32
μ − 0.5 M μ − 30 mL μ − 48 Jam
= , = , =
0.4 M 20 mL 24 Jam
Kode Level -1 0 1
x1 0.1 0.5 0.9
x2 10 30 50
x3 24 48 72
x1 x2 x3 y
-1 0 -1 ?
-1 1 0 ?
-1 0 1 ?
-1 -1 0 ?
0 1 -1 ?
0 0 0 ?
0 1 1 ?
0 0 0 ?
0 0 0 ?
0 0 0 ?
0 -1 -1 ?
0 0 0 ?
0 -1 1 ?
1 1 0 ?
1 0 1 ?
1 0 -1 ?
1 -1 0 ?
33
Tabel Anova
No X1 X2 X2 Rendemen
1 0.56 42.81 68.76 57.79
2 0.66 33.64 68.78 58.61
3 0.60 42.43 71.52 58.93
4 0.68 15.19 65.65 57.67
5 0.60 21.08 66.93 57.62
6 0.76 48.35 66.10 57.79
7 0.81 48.71 67.89 57.62
8 0.80 47.27 69.68 58.19
9 0.71 20.96 68.98 58.59
10 0.69 19.44 67.59 58.24
11 0.65 21.97 69.38 58.63
12 0.63 30.34 67.87 58.19
13 0.67 15.02 70.83 58.97
14 0.66 39.08 70.57 59.12
15 0.68 44.69 66.92 58.27
16 0.60 42.34 67.91 58.03
17 0.75 46.40 69.25 58.62
18 0.66 25.55 67.18 58.15
19 0.64 40.03 71.57 59.26
20 0.63 22.80 70.15 58.73
21 0.58 42.46 67.85 57.86
22 0.82 26.00 71.27 58.10
23 0.59 48.53 71.34 58.83
24 0.58 23.45 69.38 57.98
34
Kode Level -1 0 1
x1 0.1 0.3 0.5
x2 1 2 3
x3 1 2 3
x1 x2 x3 y
-1 0 -1 ?
-1 1 0 ?
-1 0 1 ?
-1 -1 0 ?
0 1 -1 ?
0 0 0 ?
0 1 1 ?
0 0 0 ?
0 0 0 ?
0 0 0 ?
0 -1 -1 ?
0 0 0 ?
0 -1 1 ?
1 1 0 ?
1 0 1 ?
1 0 -1 ?
1 -1 0 ?
35
Tabel anova
No X1 X2 X2 Rendemen
1 0.10 1.68 1.00 63.846
2 0.10 1.70 1.00 63.845
3 0.10 1.59 1.00 63.837
4 0.10 1.79 1.00 63.835
5 0.10 1.49 1.00 63.809
6 0.10 1.61 1.02 63.796
7 0.10 1.40 1.00 63.767
8 0.10 2.04 1.00 63.721
9 0.10 1.31 1.00 63.714
10 0.10 2.10 1.00 63.680
11 0.10 1.16 1.00 63.582
12 0.10 2.24 1.00 63.553
13 0.10 1.00 1.00 63.350
14 0.10 2.57 1.00 63.098
15 0.10 1.38 1.70 62.448
16 0.10 1.68 3.00 62.200
17 0.10 1.47 3.00 62.156
18 0.10 1.48 2.98 62.142
19 0.10 1.67 2.79 62.072
20 0.10 1.61 2.33 62.037
21 0.10 1.61 2.40 62.021
22 0.11 1.73 3.00 61.884
23 0.10 1.09 3.00 61.860
24 0.10 2.60 3.00 61.397
36
Kolagen
39
RIWAYAT HIDUP