Gasifier model ini beroperasi pada suhu relatif rendah yaitu maksimal
sekitar 6000C, maka batubara yang akan digasifikasi harus memiliki suhu leleh
abu (ash fusion temperature) yang tinggi. Hal ini dimaksudkan agar abu tidak
meleleh yang akhirnya mengumpul di bagian bawah alat sehingga dapat
menyumbat bagian tersebut. Contohnya : Lurgi Process Gasifier
a. Sangat sulit untuk menjaga kondisi temperatur dan kurang memadai dalam
hal gas mixing untuk keperluan reaksi gasifikasi.
b. Tidak cocok digunakan dalam skala besar karena hasil syngas yang
diharapkan sulit diprediksi hasilnya.
2. Fluidized Bed
Karena beroperasi pada suhu sekitar 600-1000 oC, maka batubara yang
akan diproses harus memiliki temperatur melunak abu (softening temperature)
di atas suhu operasional tersebut. Hal ini bertujuan agar abu yang dihasilkan
selama proses tidak meleleh, yang dapat mengakibatkan terganggunya kondisi
lapisan mengambang. Dengan suhu operasi yang relatif rendah, gasifier ini
banyak digunakan untuk memproses batubara peringkat rendah seperti lignit
atau peat yang memiliki sifat lebih reaktif dibanding jenis batubara yang lain.
Pengembangan lebih lanjut teknologi penggas jenis ini sangat diharapkan
untuk dapat mengakomodasi secara lebih luas penggunaan batubara peringkat
rendah, biomassa, dan limbah seperti MSW (Municipal Solid Waste).
Contohnya : Winkler gasifier, Kellog Rust Westinghouse, gasifier HTW (High
Temperature Winkler).
Kelebihannya :
a. Proses mixing yang baik membuat kondisi temperatur yang uniform
sehingga kontrol (pengendalian) lebih mudah dilakukan.
b. Cocok digunakan dalam skala industri
c. Heat transfer dan mass transfer antara gas dan partikel solid lebih
sempurna
Kekurangannya :
a. Resiko abrasi dan erosi partikel solid pada reaktor dan perpipaan lebih
besar
b. Pada temperatur tinggi cenderung membentuk agglomerate dari partikel
solid, pembentukan agglomerate dapat diturunkan dengan menurunkan
temperatur tapi akibat turunnya temperatur rate reaksi juga akan menurun.
3. Entrained Bed
Dalam entrained bed kontak antara serbuk batubara dengan steam dan
udara (O2) dibuat sangat cepat sekali. Umpan yang digunakan untuk batubara
bisa berupa slurry feed maupun dry feed. Ukuran batubara yang masuk sangat
halus, kurang dari 100 µm. Batubara serbuk ini disemburkan ke penggas
bersama dengan aliran oksidan, dapat berupa oksigen, udara, atau uap air.
Proses gasifikasi berlangsung pada suhu antara 1200 – 1800 oC, dengan waktu
tinggal batubara kurang dari 1 detik. Pada gasifier ini menggunakan batubara
sub-bituminus sampai dengan antrasit lebih disukai sedangkan lignit atau
brown coal pada prinsipnya dapat digasifikasi, hanya saja kurang ekonomis
karena kandungan airnya yang tinggi yang menyebabkan konsumsi energi
yang besar. Gasifikasi suhu tinggi pada penggas ini menyebabkan kandungan
metana dalam gas sintetik sangat sedikit, sehingga gas sintetik berkualitas
tinggi dapat diperoleh.
Kelebihannya:
Tabel II.2 Perbandingan metode pemurnian syngas dari senyawa sulfur dan
CO2
II.2 METODOLOGI
Proses pembuatan DME dapat diuraikan menjadi lima bagian utama yaitu Unit
Preparasi Batubara, Unit Gasifikasi Batubara, Unit Pembersihan Syngas, Unit Sintesa
DME, dan Unit Pemisahan Produk, dengan blok diagram proses seperti pada gambar
berikut.
Pemilihan bentuk slurry ini memiliki keuntungan yaitu akan menambah fraksi
hidrogen dalam syngas karena air pada temperatur dan tekanan tinggi dapat bereaksi
dengan gas CO menghasilkan hydrogen dan karbondioksida. Selain itu dalam hal
penanganan (transportasi) lebih mudah, dan dapat ditangani secara bersih dan aman
karena terjadi pengungkungan/penjebakan partikel batubara di dalam cairan
sehingga bahaya emisi debu dan penyalaan spontan dapat diabaikan. (Lar &
Larson)
Sisa-sisa gasifikasi dan sebagian particulate matter akan turun sebagai slag di
bagian bottom sedangkan syngas yang keluar dari gasifier didinginkan terlebih
dahulu pada Heat Exchanger sehingga suhunya turun menjadi 350 oC dengan media
pendingin air.(Higman, van der Burgt, 2003)
Unit pembersihan syngas terdiri dari sour WGS (Water Gas Sift
reactor) dan CO Shift hidrolisis. Water Gas Shift Reactor adalah reakto yang
mereaksikan karbon monoksida dan uap air untuk membentuk karbon
dioksida dan hidrogen (campuran karbon monoksida dan hidrogen (bukan
air) dikenal sebagai gas air, sedangkan CO Shift hidrolisi membuat bagian
penting dari kandungan CO dalam gas yang retak digunakan untuk
pembentukan hidrogen tambahan, yang mengikuti reaksi kimia
CO + H2O ↔ CO2 + H2
Setelah keluar dari Sour WGS reactor, syngas dicampur dengan syngas
dari bypass yang kemudian akan diumpankan kedalam COS hydrolysis
reactor. Sebelum masuk kedalam COS hidrolisis reaktor syngas masuk
kedalam expander untuk diturunkan tekanannya dari 7500 kPa menjadi
3010 kPa. Tujuan menurunkan tekanan syngas adalah agar terjadi reaksi
yang optimum antara COS dan H2O, selain itu secara ekonomi
menguntungkan dalam konstruksi dibandingkan dengan pemakaian tekanan
tinggi, karena power expander dapat digunakan untuk power kompressor
syngas setelah keluar molekular sieve. Syngas dari ekspander kemudian
diturunkan suhunya dalam Heat Exchanger hingga 220 oC sebelum masuk
COS hidrolisis reactor dan penghilangan asam gas. Dalam COS hydrolisis
reactor yang beroperasi pada suhu 220oC dan tekanan 3000 kPa, seluruh
COS yang terbentuk akan dikonversi menjadi H2S karena solvent dalam
kolom absorbsi untuk memisahkan senyawa sulfur lebih selektif terhadap
senyawa dalam bentuk H2S daripada COS. Reaksi yang terjadi dalam COS
hydrolisis reactor :
B. Pembersihan
Syngas yang keluar dari bagian atas kolom absorbsi masuk ke dalam
molekular sieve. Alat ini berisi komponen senyawa alumina silikat dari
logam alkali dan alkali tanah dengan rumus molekul
NA86[(AlO2)86(SiO2)106].276H2O untuk menyerap CO2, dan H2O yang tidak
terabsorb pada kolom absorbsi. Gas dengan kadar CO2 0,05 % berat yang
keluar pada bagian atas unit ini dinamakan clean synthetis gas. Sedangkan
solvent MDEA perlu dilakukan regenerasi untuk dipisahkan kandungan
CO2 dan H2S-nya sehingga dapat disirkulasi kembali untuk absorbsi. Untuk
melakukan regenerasi ini, solvent kaya CO2 dan H2S yang keluar dari
kolom absorbsi diturunkan tekanannya menjadi 200 kPa dengan
menggunakan valve sehingga sebagian CO2 dan H2S akan menjadi fase gas
sehingga dapat dipisahkan pada Separator yang beroperasi pada suhu 45 oC
dan tekanan 200 kPa. Solvent yang keluar dari Separator masih
mengandung CO2 dan H2S, oleh karena itu aliran solvent ini diumpankan
kedalam kolom steam stipper untuk meregenerasi solvent MDEA agar
benar-benar bersih dari gas-gas yang diabsorb. Produk atas kolom steam
stripper mengandung H2, CO, CO2, H2O dan N2 kemudian ditampung dalam
Tangki Penampung CO2 bersama-sama dengan produk atas Separator dan
produk bawah molekular sieve. Sedangkan produk bawah kolom steam
stripper merupakan solvent yang sudah di regenerasi, kemudian di pompa
menggunakan pompa ke dalam Heat Exchanger untuk dikondisikan
suhunya menjadi sekitar 45oC sebelum disirkulasi kembali dalam kolom
absorbsi.