Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................

1. Latar belakang ..................................................................................................................


2. Rumusan masalah ............................................................................................................
3. Tujuan ..............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................

1. Pengertian ........................................................................................................................
2. Klasifikasi ........................................................................................................................
3. Etiologi .............................................................................................................................
4. Penyebaran penyakit ........................................................................................................
5. Faktor resiko ....................................................................................................................
6. Penatalaksanaan ...............................................................................................................
7. Pencegahan ......................................................................................................................

BAB III KESIMPULAN............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan penyebab utama
kesakitan dan kematian balita di indonesia yaitu sebesar 28%1. WHO memperkirakan
kematian akibat pneumonia mencapai 10% – 20% pertahun dari seluruh jumlah bila tidak
diberi pengobatan2. Kematian balita karena pneumoni secara nasional diperkirakan 6 per
1000 balita per tahun atau sekitar 150.000 balita
pertahun1. Salah satu sasaran pemberantasan penyakit ISPA pada balita adalah
menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia 1.
ISPA hingga saat ini merupakan masalah kesehatan masyarakat di Kabupaten Bengkulu
Utara karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. Data Profil
Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2003 menunjukkan bahwa penyakit
ISPA masih menempati posisi pertama dari 10 penyakit terbanyak yaitu 33,02%. Angka
kematian balita yang disebabkan oleh semua penyakit sebesar 12,3%2.
Pelaksanaan program P2 ISPA di Kabupaten Bengkulu Utara belum mencapai target
nasional3.4. Hasil survei pendahuluan, seluruh puskesmas di Kabupaten Bengkulu Utara
telah menjalankan program P2 ISPA dan telah ada pedoman teknis pada prosedur tetap
ISPA dari Depatemen Kesehatan RI tahun 2002 tentang Pedoman P2 ISPA Balita. Hal
tersebut terhambat oleh keterbatasan petugas memanfaatkan data program P2 ISPA dan
belum melaporkan secara rutin setiap bulan ke Dinas Kesehatan.

B. RUMUSAN MASALAH

1. apakah penyakit ispa itu?


2. apakah penyebab penyakit ispa itu?
3. bagaimana cara mengatasi penyakit ispa?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui penyabab penyakit ispa serta cara mengatasinya.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penyakit Ispa

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari
istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena
sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian psenyakit batuk pilek pada balita di
Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat
serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernafasan dan akut, dimana pengertiannya sebagai berikut :

1. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang
biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-
sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk
menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan
dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan
batasan ini, jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar
dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru
ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit
(P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu :

* ISPA non- Pneumonia : dikenal masyarakat dengan istilah batuk pilek


*Pneumonia : apabila batuk pilek disertai gejala lain seperti kesukaran bernapas,
peningkatan frekuensi nafas (nafas cepat).

Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia,
udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu
yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu
yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke
posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan
pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan
meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh
bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas
sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan,
hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan.

Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold
disebabkan karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini
dapat disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran
udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang
terhirup oleh orang sehat kesaluran pernafasannya.

B. Klasifikasi
WHO ( 1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya.
Pembagian ini dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam
lokakarya Nasional II ISPA tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut :

Secara anatomis yang termasuk Infeksi saluran pernapasan akut :

1. ISPA ringan
Ditandai dengan satu atau lebih gejala berikut :
a) Batuk.
b) Pilek dengan atau tanpa demam.
2. ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
a. Pernapasan cepat.
1. Umur <>
2. Umur 1-4 tahun : 40 kali/menit atau lebih.
b. Wheezing(nafas menciut-ciut).
c. Sakit atau keluar cairan dari telinga.
d. Bercak kemerahan (campak).
e. Khusus untuk bayi <2>
3. ISPA berat
Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
a. Penarikan sela iga kedalam sewaktu inspirasi.
b. Kesadaran menurun.
c. Bibir/kulit pucat kebiruan.
d. Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat.
e. Adanya selaput membrane difteri.
Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis yang
didapat yaitu :

1. Untuk anak umur 2 bulan-5 tahun


Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISP diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
 Pneumonia berat
Tanda utama :
 Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesdaran menurun, stridor, serta
gizi buruk.
 Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bilaparu-paru menjadi kaku dan
mengakibatkan perlunya tenaga untuk menarik nafas.

Tanda lain yang mungkin ada :

 Nafas cuping hidung.


 Suara rintihan.
 Sianosis (pucat).

 Pneumonia tidak berat


Tanda Utama :
 Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
 Di sertai nafas cepat :
 Lebih dari 50 kali/menit untuk usia 2 bulan – 1 tahun.
 Lebih dari 40 kali/menit untuk usia 1 tahun – 5 tahun.

 Bukan pneumonia
Tanda utama :
 Tidak ada tarikan dinding dada kedalam.
 Tidak ada nafas cepat :
 Kurang dari 50 kali/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun.
 Kurang dari 40 kali/menit untuka anak usia 1 tahun – 5 tahun.
2. Anak umur kurang dari 2 bulan
Untuk anak dalam golongan umur ini, di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
 Pneumonia berat
Tanda utama :
 Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor,
wheezing, demm atau dingin.
 Nafas cepat dengan frekuensi 60 kali/menit atau lebih.
 Tarikan dinding dada ke dalam yang kuat.
 Bukan pneumonia
Tanda utama :
 Tidak ada nafas cepat.
 Tidak ada tarikan dinding dada ke dalam.
C. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas penyebab ISPA
adalah virus dengan frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk
bagian bawah frekuensinya lebih kecil (WHO, 1995). Dalam Harrison’s Principle of Internal
Medicine di sebutkan bahwa penyakit infeksi saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung,
nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan
infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 % diakibatkan oleh bakteri streptococcus
pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih 70-90%, sedangkan stafilococcus
aureus dan H influenza sekitar 10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa infeksi saluran pernapasan
akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus tersebut (WHO, 1995)

Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 4 tahap yaitu :

1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh
dengan atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.

D. Penyebaran Penyakit
Pada ISPA, dikenal 3 cara penyebaran infeksi, yaitu :

1. Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk.
2. Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin.
3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh
jasad renik.
E. Faktor Risiko

Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA :

1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit
ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya
tahan tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik
dibandingkan dengan anak yang status imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap
rokok dapat menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.

F. Penatalaksanaan
1. Suportif :
• Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian
multivitamin, dll.
2. Antibiotik :
• Idealnya berdasarkan jenis kuman penyebab.
• Utama ditujukan pada pneumonia, Influenza dan Aureus.
• Menurut WHO :
o Pneumonia rawat jalan yaitu kotrimoksasol, Amoksisillin, Ampisillin, Penisillin
Prokain.
o Pnemonia berat : Benzil penicillin, klorampenikol, kloksasilin, gentamisin.
• Antibiotik baru lain : Sefalosforin, quinolon, dll.

G. Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain :

1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara
memberikan makanan kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap
penyakit baik.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan agar tetap bersih.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai
penutup hidung dan mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau
orang yang sedang menderita penyakit ISPA.
BAB III
Kesimpulan

Ketersediaan dan ketercukupan input (SDM, sarana, dana dan metode) di Puskesmas Pekik
Nyaring memadai, sedangkan di Puskesmas Kembangseri kurang memadai dan di Puskesmas D6
Ketahun sangat kurang memadai.

Proses pelaksanaan program P2 ISPA balita yang meliputi P1, P2 dan P3 di Puskesmas Pekik
Nyaring (kinerja tinggi) sudah dilaksanakan dengan baik. Puskesmas Kembangseri (kinerja
sedang) belum melaksanakan semua proses dengan baik terutama dokumentasi uraian tugas
pengelola program tidak melakukan survailans sehingga perencanaan kurang didukung oleh data
yang lengkap. Puskesmas D6 Ketahun (kinerja rendah) sebagian besar proses belum
dilaksanakan.
Daftar Pustaka

http://id.shvoong.com/medicine-and-health/pediatrics/2049898-apa-itu-ispa/
http://www.melindahospital.com/modul/user/detail_artikel.php?id=718_Waspada-Penyakit-
ISPA,-Perbanyak-Konsumsi-Air-Putih
https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/09/19/114/

Anda mungkin juga menyukai