SISTEM PENCERNAAN
(USUS HALUS DAN USUS BESAR)
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Tahun 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridha-Nya
kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini.Terima kasih tak lupa kami
ucapkan pada semua pihak yang ikut serta mendukung atas pembuatan makalah ini sehingga
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya.Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan dan juga jauh dari sempurna, oleh sebab itu penulis sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesainya makalah ini dapat
memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan wawasan baru yang bermanfaat, guna untuk
mengembankan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua. Amin.
Penyusun
i
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ......................................................................................................................1
1.2.Rumusan Masalah..................................................................................................................1
1.3.Tujuan....................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi Usus Halus.............................................................................................................2
2.2.Anatomi Dinding Usus Halus................................................................................................10
2.3 Usus Besar.............................................................................................................................14
BAB IV PENUTUP
Daftar pustaka
2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Agar mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami anatomi fisiologi usus halus dan usu
besar
1
BAB II
PEMBAHASAN
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus
(intestinum) merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses
pencernaan yang paling panjang. Usus halus terdiri dari tiga bagian, yaitu :
a. Usus dua belas jari (duodenum)
b. Usus kosong (jejunum)
c. Usus penyerap (ileum)
a. Usus 12 Jari
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus (25 – 30 cm) dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua
belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama
duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang
merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum
melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan
makanan
Duodenum dibagi menjadi 4 bagian:
Bagian pertama (duodenal cap)
Bebas bergerak dan ditutupi oleh peritoneum kecuali jika terdapat ulkus
duodenum. Bagian ini mempunyai cekungan mukosal longitudinal
sementara bagian lain hanya cekungan transversal. Lapisan anterior dan
posterior dari peritoneum yang meliputi bagian atas dari duodenal cap
akan melanjutkan diri menjadi ligamentum hepatoduodenale , yang berisi
Portal Triad ( duktus koledokus , arteri hepatika dan vena porta). Tepi
anterior dari foramen Winslowi terbentuk oleh karena adanya tepi bebas
dari ligamentum ini. Tepat diatas duodenal cap terdapat kantong empedu
dan hepar segmen empat. Dibawah dan dibelakang dari duodenal cap
adalah caput pankreas. Piloroplasti dan reseksi gastroduodenal menjadi
lebih mudah jika pilorus dan duodenum di mobilisasikan kearah depan
didalam kavum abdomen dengan manuver Kocher. Karena kedekatan
duodenum superior dengan kandung empedu dapat menjelaskan adanya
2
3
vena lienalis, didepan vena renalis, dari arah kiri atau kanan dari krus
diafragma. Fleksura duodenoyeyunalis dipakai sebagai landmark untuk
panduan mencari obstruksi di daerah usus halus dan menentukan bagian
atas dari yeyunum untuk dilakukan gastroyeyunostomi. Saat laparotomi,
ligamentum ini dapat ditemukan dengan cara menekan daerah dibawah
mesokolon tranversal ke arah belakang sampai ke dinding abdomen
bagian belakang sementara tangan yang satu mempalpasi kearah atas
melalui tepi kiri dari pada tulang belakang sampai fleksura ini ditemukan
dengan tanda adanya perabaan yang keras pada tempat fiksasinya.
Gabungan antara peritoneum visceral dari pankreatikoduodenal dengan
peritoneum parietal posterior yang tersisa akan menutupi semua
duodenum kecuali sebagian dari bagian pertama duodenum. Variasi
gabungan tadi ke dinding abdomen bagian belakang akan menentukan
variasi dari mobilitas duodenum. Fleksura kolon kanan, bagian dari
mesokolon tranversalis yang terfiksir, hubungan antara ampulla dan
pembuluh darah dari duodenum dapat dilihat dengan jelas. Pada posisi
yang cukup dalam ini, menunjukkan bahwa duodenum cukup terproteksi
dengan baik dari adanya trauma, tapi kadang-kadang dapat hancur dan
bahkan terputus karena adanya penekanan dengan landasan pada tulang
belakang dari adanya trauma tumpul abdomen yang berat, dan juga karena
tidak ditutupi oleh peritoneum.
Vaskularisasi
Vaskularisasai duodenum berasal dari cabang arteri pankreatikoduodenal
anterior dan posterior. Anastomosis antara arteri ini akan menghubungkan
sirkulasi antara trunkus seliakus dengan arteri mesenterika superior. Arteri
ini membagi aliran darahnya ke kaput pankreas, sehingga reseksi terhadap
pankreas atau duodenum secara terpisah adalah satu hal yang hampir tidak
mungkin dan dapat berakibat fatal. Arteri pankreatikoduodenal superior
adalah cabang dari arteri gastroduodenale, dan arteri pankreatikoduodenal
inferior adalah cabang dari arteri mesenterika superior. Kedua arteri ini
bercabang menjadi dua dan berjalan disebalah anterior dan posterior pada
cekungan antara bagian descending dan bagian transversal duodenum
dengan kaput pankreas, kemudian beranastomosis sehingga bagian
anterior dan posterior masing-masing membentuk cabang sendiri.
Vena tersusun paralel bersamaan dengan arteri pankreatikoduodenal
anterior dan posterior. Anastomosis cabang psterior berakhir di atas vena
porta, dibawahnya vena mesenterika superior (SMV). Vena
posterosuperiorpankreatikoduodenal mungkin akan mengikuti arterinya
disebelah depan dari saluran empedu, atau mungkin berjalan di belakang
saluran tadi. Vena ini akan berakhir pada tepi kiri sebelah bawah dari
SMV. Pada tempat tersebut, vena tadi akan bergabung dengan vena
5
Innervasi
Persarafan GI tract diinervasi oleh sistem saraf otonom, yang dapat
dibedakan menjadi ekstrinsik dan intrinsik (sistem saraf enterik ). Inervasi
ekstrinsik dari duodenum adalah parasimpatis yang berasal dari nervus
Vagus ( anterior dan cabang celiac ) dan simpatis yang berasal dari nervus
6
FISIOLOGI
7
Fungsi Endokrin
Mukosa usus kecil melepaskan sejumlah hormon ke dalam darah
(endokrin ) melalui pelepasan lokal (parakrin) atau sebagai
neurotransmiter.
Sekretin. Suatu asam amino 27 peptida dilepaskan oleh mukosa usus kecil
melalui asidifikasi atau lemak. Merangsang pelepasan bikarbonat yang
menetralkan asam lambung, rangsang aliran empedu dan hambat
pelepasan gastrin, asam lambung dan motilitas.
8
sisa makanan yang tersisa siap untuk melewati katup ileosekal, yang merupakan
katup antara usus halus dan usus besar yang mencegah materi mengalir kembali ke
usus halus.Kita melihat bahwa bagian pertama dari usus besar disebut sekum.Kita
juga tahu bahwa bagian terakhir dari usus halus disebut ileum. Oleh karena itu, nama
katup ini adalah mudah diingat karena katup yang terletak di antara ileum dan sekum.
Pada ileum atau usus penyerapan terdiri dari 4 lapisan, antara lain yaitu:
a. Lapisan Luar.
Pada lapisan luar ini terdapat membran-membran serosa yang fungsinya untuk
membalut usus dengan erat.
b. Lapisan Otot.
Pada lapisan ini terdapat berbagai macam otot.Dibagi menjadi 2 lapisan
serabut yaitu lapisan luar terdiri dari serabut longitudinal, dan lapisan dalam
yang terdiri dari serabut sirkuler.Diantara kedua lapisan serabut itu terdapat
pembuluh darah dan pembuluh limfa.
c. Lapisan Sub Mukosa.
Pada lapisan ini terdapat otot sirkuler dan lapisan terdalam merupakan
perbatasannya.Pada dinding sel mukosa terdiri dari atas jaringan areoral yang
berisi banyak pembuluh darah, saluran limfa, dan fleksus yang disebut fleksus
meissner.
d. Lapisan Mukosa.
Pada lapisan mukosa biasanya dindingnya itu tersusun berupa kerutan tetap
berupa jala yang memberi kesan seperti anyaman halus.Lapisan yang berupa
kerutan tersebut biasanya akan menambah luasnya permukaan sekresi dan
penyerapan.Pada lapisan mukosa juga terdapat villi yang memiliki tonjolan-
tonjolan yang disebut mikrovilus.Biasanya setiap villi terdiri dari ± 5000
mikrovilli.
a. Vili
Pada dinding usus penyerap (ileum) terdapat jonjot-jonjot usus yang
disebut vili. Vili berfungsi memperluas daerah penyerapan usus halus
sehingga sari-sari makanan dapat terserap lebih banyak dan
cepat. Dinding vili banyak mengandung kapiler darah dan kapiler limfe
(pembuluh getah bening usus). Agar dapat mencapai darah, sari-sari
makanan harus menembus sel dinding usus halus yang selanjutnya masuk
pembuluh darah atau pembuluh limfe. Glukosa, asam amino, vitamin, dan
mineral setelah diserap oleh usus halus, melalui kapiler darah akan dibawa
10
oleh darah melalui pembuluh vena porta hepar ke hati. Selanjutnya, dari
hati ke jantung kemudian diedarkan ke seluruh tubuh.
b. Mikrovilli
Mikrovilli adalah tonjolan – tonjolan halus berbentuk jari – jari. Mikrovilli
berfungsi untuk memperluas permukaan sel – sel epitel yang berhubungan
dengan makanan, untuk memfasilitasi penyerapan nutrisi
2.2.2. Kelenjar
Usus besar atau disebut juga kolon dibedakan atas 3 bagian, yaitu usus besar naik
atau kolon ascenden, usus besar melintang atau kolon transversum, dan usus besar
turun atau kolon descenden.
Didalam usus besar hidup berbagai bakteri, terutama Escherichia coli, jenis bakteri
yang dapat hidup dengan atau tanpa oksigen. Bakteri ini berfungsi dalam pembusukan
sisa makanan dan pembentukan vitamin K dan B kompleks yang diperlukan oleh
tubuh. Selain itu, didalam usus besar terjadi juga proses pengaturan kadar air dalam
pembentukan feses. Selanjutnya, melalui gerakan peristaltik feses yang terbentuk
didorong masuk kedalam rektum. Rektum merupakan bagian terakhir dari usus besar
yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara sebelum dikeluarkan melalui
sfingter terakhir, yaitu anus. Proses pengeluaran feses melalui anus disebut dengan
dengan defekasi.
Secara makroskopis usus besar dapat dibagi menjadi 6 bagian, yaitu sekum, kolon
ascenden, kolon transversus, kolon desenden, sigmoid, dan rektum. Keenam bagian
ini sulit dibedakan secara histologis.
a. Sekum
Sekum adalah kantong tertutup yang menggantung dibawah area katup ileosekal.
Sekum atau caecum adalah bagian dari usus besar yang menghubungkan ileum
(usus halus) dan colon ascenden (usus besar). Berfungsi menyerap air dan garam.
b. Kolon
Kolon adalah bagian usus besar dari sekum sampai rektum. Kolon memiliki 3
divisi.
Kolon asenden merentang dari sekum sampai ke tepi bawah hati di
sebelah kanan dan membalik secara horizontal pada fleksura hepatika.
Kolon transversa merentang menyilang abdomen dibawah hati dan
lambung sampai ke tepi lateral ginjal kiri, tempatnya memutar ke bawah
pada fleksura splenik.
Kolon desenden merentang ke bawah pada sisi kiri abdomen dan menjadi
kolon sogmoid berbentuk S yang bermuara di rektum.
c. Rektum
Rektum adalah bagian saluran pencernaan selanjutnya dengan panjang 12-13
cm. Rektum berakhir pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus. Bagian
terakhir dari usus besar disebut rektum. Di sinilah bahan limbah dalam bentuk
feses disimpan sampai diekskresikan keluar dari anus. Ini terdiri dari lapisan
mukosa tebal dan disertakan dengan banyak pembuluh darah.
Mukosa saluran anal tersusun dari kolumna rektal(anal), yaitu lipatan-
lipatan vertikal yang masing-masing berisi arteri dan vena.
Sfingter dan internal otot polos (involunter) dan sfingter anal eksternal otot
rangka (volunter) mengitari anus.
15
eksokoriasi, selain itu, berperan sebagai media pelekat agar bahan feses saling
bersatu. Selanjutnya, ia melindungi dinding usus dari aktivitas bakteri yang
besar, yang berlangsung di dalam feses dan mucus, ditambah sekresi yang
bersifat alkali, juga memberikan penawar terhadap asam yang dibentuk dalam
feses, yang mencegah penyerangan dinding usus
Sekresi air dan elektrolit sebagai respon terhadap iritasi. Bila suatu segmen
usus besar mengalami iritasi hebat, seperti yang terjadi bila infeksi bakteri
menghebat selama enteritis bakterialis, mukosa kemudian mensekresi air dan
elektrolit dalam jumlah besar selain larutan mucus normal yang kental. Zat ini
bekerja mengencerkan faktor pengiritasi dan menyebabkan pergerakan feses
yang cepat menuju ke anus. Hasilnya biasanya berupa diare disertai kehilangan
banyak air dan elektrolit tetapi juga penyembuhan dari penyakit yang lebih
awal dibandingkan bila hal ini tidak terjadi.
c. Penyiapan selulosa
Sejumlah bakteri dalam kolon mampu mencerna sejumlah kecil selulosa dan
memproduksi sedikit kalori nutrien bagi tubuh dalam setiap hari. Bakteri juga
memproduksi vitamin dan berbagai gas. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat
karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buh-buahan dan sayuran hijau, dan
penyiapan sisa protein yang belumdicernakan oleh kerja bakteri untuk ekskresi.
d. Defekasi
Proses defekasi (buang air besar) adalah proses yang sangat penting dalam
proses pencernaan, juga sangat erat kaitannya dengan tingkat kesehatan tubuh.
Usus besar mengekskresi zat sisa dalam bentuk feses. Air mencapai 75%
sampai 80% feses. Sepertiga materi padatnya adalah bakteri dan sisanya yang
2% sampai 3% dalah nitrogen, zat sisa organik dan anorganik dari sekresi
pencernaan, serta mukus dan lemak. Feses juga mengandung sejumlah materi
kasar, atau serat dan selulosa yang tidak tercerna.
Warna coklat berasal dari pigmen empedu dan bau berasal dari kerja
bakteriJika proses defekasi terhambat maka akan terjadi penumpukan sisa-sisa
makanan yang telah membusuk. Pembusukan tesebut menghasilkan toksin
yang dapat mengikis membran mukosa usus besar sehingga terjadi infeksi.
Selain itu tumpukan kotoran yang tidak terbuang akan membentuk plak di
dinding usus. Plak ini dapat menjadi tempat bersarangnya bakteri dan virus
patogen yang dapat menginfeksi membran usus dan masuk ke sirkulasi tubuh
dan menyerang seluruh organ tubuh. Kondisi inilah yang disebut proses
autointoksinasi. Sisa-sisa makanan akan mengalami masa transit di usus besar
kurang lebih 14 jam. Kemudian pembuangan bila lambung terisi makanan dan
merangsang peristaltik didalam usus besar.
17
oleh keinginan kuat untuk segera buang air besar. Dengan demikian, makanan
yang baru memasuki saluran pencernaan, akan terpicu oleh refleks-refleks
untuk memindahkan isi yang sudah ada ke bagian saluran cerna yang lebih
distal dan memberi jalan bagi makanan baru tersebut. Refleks gastroileum
memindahkan isi usus halus yang tersisa ke dalam usus besar, dan refleks
gastrokolik mendorong isi kolon ke dalam rectum yang memicu refleks
defekasi.
c. Refleks Defekasi
Sewaktu gerakan massa kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum, terjadi
peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding
rectum dan memicu refleks defekasi.1 Satu dari refleks-refleks ini adalah
refleks intrinsik yang diperantarai oleh sistem saraf enterik setempat di dalam
rektum. Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut : Bila feses memasuki rektum,
distensi dinding rektum menimbulkan sinyal-sinyal aferen yang menyebar
melalui pleksus mienterikus untuk menibulkan gelombang peristaltik di dalam
kolon desenden, sigmoid, dan rektum, mendorong feses ke arah anus. Sewaktu
gelombang peristaltik mendekati anus, sfingter ani internus direlaksasi oleh
sinyal-sinyal penghambat dari pleksus mienterikus. Jika sfingter ani eksternus
juga dalam keadaan sadar, dan berelaksasi secara volunter pada waktu yang
bersamaan, terjadilah defekasi. Peregangan awal dinding rektum menimbulkan
perasaan ingin buang air besar.
Apabila defekasi ditunda, dinding rektum yang semula teregang akan perlahan-
lahan melemas dan keinginan untuk buang air besar mereda samapi gerakan
massa berikutnya mendorong lebih banyak feses ke dalam rektum, yang
kembali meregangkan rektum dan memicu refleks defekasi. Selama periode
non-aktif, kedua sfingter anus tetap berkontraksi untuk memastikan tidak
terjadi pengeluaran feses.
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Diameter usus halus kurang lebih 2,5 cm. Usus halus (intestinum)
merupakan tempat penyerapan sari makanan dan tempat terjadinya proses pencernaan yang
paling panjang. Sedangkan usus besar/intestinum krasum merupakan saluran terakhir dari saluan
pencernaan. Sesuai dengan namanya, usus ini memiliki ukuran diameter 6,5 cm (bandingkan
dengan ukuran diameter usus halus, yaitu 2,5 cm), sedangkan ukuran panjangnya hanya 1 meter.
Pada pertemuan antara usus halus dan usus besar terdapat suatu kantong yang disebut sekum
(lebih dikenal sebagai usus buntu) dan apendiks (umbai cacing). Pada manusia, umbai cacing
berfungsi untuk melawan infeksi. Peradangan pada umbai cacing disebut apendiksistis. Pada
sekum terdapat sebuah klep yang disebut klep ileosekum, yaitu semacam otot sfingter yang
berfungsi untuk mencegah bakteri tidak kembali ke usus halus.
19
Daftar Pustaka
Buranda, Theopilus Dkk. 2008. Anatomi Umum. Makassar: Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin.
Yusuf, Irawan. 2005. Fisiologi Sistem Gastro-Intestinal. Makassar: Bagian Ilmu Faal, Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin.