Anda di halaman 1dari 28

IV.

Struktur Lewis dan Ikatan Kovalen

4.1 Pendahuluan
Dalam ikatan kimia berkembang teori ikatan yaitu teori ikatan valensi
atau Valence Bond Theori (VBT), teori orbital molekul atau Molecular
Orbital Theory (MOT) dan teori medan kristal atau Crystal Field Theory
(CFT). Teori ikatan valensi merupakan yang paling luas digunakan
karena lebih mudah diaplikasikan pada berbagai senyawa. Sementara
MOT sering direpotkan oleh persamaan-persamaan gelombang dan
simbul-simbul simetri orbital. Demikian juga CFT hanya lazim
digunakan untuk menjelaskan ikatan dalam senyawa koordinasi. Teori
ikatan ini akan diperkenalkan dan pokok bahasan ini dimulai dengan
VBT.
4.2 Ikatan Kovalen
Senyawa-senyawa organik seperti gas metana dalam LNG (liquid
natural gas), ammonia (bahan kimia dalam mesin kulkas dan bahan baku
pupuk), polivenil klorida (PVC, bahan baku pipa plastik) merupakan
contoh senyawa berikatan kovalen. Ikatan kovalen biasanya dijelaskan
dengan teori MOT dan VBT.
MOT (Molecular Orbital Theory, atau teori orbital molekul) dapat
memberikan informasi yang lebih akurat pada molekul yang kecil dan
sederhana namun teori ikatan tersebut semakin sukar digunakan untuk
menerangkan ikatan pada molekul yang besar dan kompleks. Pada teori
VBT dianggap bahwa elektron yang berperan dalam pembentukan
ikatan kimia ialah elektron valensi. Elektron valensi atau elektron pada
kulit Adlim, Kimia Anorganik,
44
terluar dari suatu atom dapat dilukiskan sebagai titik atau garis yang
mengelilingi simbol atom. Teknis penulisan ini dikenal dengan Struktur
Lewis karena G.N. Lewis sebagai pelopor dalam sistem penulisan
tersebut.
Telah diketahui sejak lama bahwa gas mulia adalah unsur-unsur yang
stabil. Kesetabilan unsur ini ditandai dengan tidak ditemukan
senyawanya di alam karena sukar bereaksi dengan unsur lain. Saat ini
dengan kemajuan teknologi beberapa senyawa gas mulia telah berhasil
disintesis. Para ahli kimia telah sependapat bahwa ksetabilan gas mulia
berhubungan dengan konfigurasi elektron valensi yang seragam yaitu 2
atau 8 seperti pada Tabel 4.1. Fenomena ini dihubungkan dengan
konfigurasi elektron valensi unsur lain yang dikenal tidak setabil.
Ternyata unsur yang tidak stabil tersebut tidak menyerupai konfigurasi
elektron valensi gas mulia. Dengan demikian disimpulkan bahwa atom
cenderung mencapai stabil jika elektron valensinya mencapai dua
(doublet) atau delapan (octed) sebagaimana konfigurasi gas mulia.
Namun teori ini terdapat banyak pengecualian atau disebut
penyimpangan aturan okted.
Struktur Lewis
Sebelum membahas struktur Lewis, konsep konfigurasi elektron,
elektron valensi harus dikuasai. Konsep ini sudah banyak dibahas dalam
kuliah kimia dasar mapun ikatan kimia. Elektron valensi golongan
alkali, alkali tanah serta blok p, sesuai dengan nomor golonganya.
Misalnya fosfor mempunyai 5 elektron valensi maka struktur Lewis
fosfor ditulis sebagai berikut :
Untuk senyawa poliatomik, garis sering digunakan untuk melukiskan
pasangan elektron ikatan dan titik atau silang untuk elektron bebas.
Ilustrasi struktur hidrogen florida ditulis sebagai berikut :

Dari struktur Lewis ini dapat dilihat bahwa ada satu pasang elektron
ikatan dan tiga pasang elektron bebas.
Prinsip utama dalam penulisan struktur Lewis ialah kecenderungan
atom mencapai elektron valensi 2 (doblet ) atau delapan (oktet)
mengikuti struktur gas mulya yang terkenal stabil. Dalam kuliah ikatan
kimia telah dijelaskan kestabilan gas mulia berhubungan dengan orbital
valensinya yang sudah penuh yaitu 2 atau 8. Hidrogen hanya
mempunyai satu elektron dan berusaha agar elektron valensi menjadi
dua dengan cara bergabung dengan sesama atom hidrogen atau atom
yang lain. Karena itu kita kenal adanya gas H2 yang stabil dan tidak ada
gas H3. Demikian juga gas O2 yang sangat stabil dibandingkan dengan
ozon (O3). Kebanyakan unsur utama yang mempunyai empat orbital
valensi (satu type s dan 3 tipe p) cenderung mencapai oktet (delapan
elektron valensi). Sebagai contoh oksigen yang mempunyai 6 elektron
valensi cenderung membentuk dua ikatan misalnya dengan dua atom
Flour untuk menghasilkan senyawa yang stabil, OF2.
Dengan pemakaian elektron bersama maka terbentuk ikatan sehingga
elektron velensi masing-masing atom sudah mencapai delapan.
Elektron ikatan adalah elektron yang dimiliki bersama oleh kedua atom.

Beberapa pedoman penulis struktur Lewis


1. Senyawa yang mempunyai formula umum MXn maka M (atom yang
spesial/atom pusat) biasanya diletakkan di tengah dan memiliki n buah
ikatan M-X. Contoh ion nitrat NO3-

2. Hidrogen dan halogen umumnya membentuk satu


ikatan (H-, Cl-). Unsur golongan 16 (VI A) seringkali
membentuk dua ikatan (O =, -O-). Unsur golongan 15
(VA) cenderung membentuk tiga ikatan (N , -N= ).
Golongan 14 (IVA) biasanya membentuk empat ikatan
(=C=, -C ).
3. Unsur golongan 2 (IIA) dan golongan 13 (IIIA) sering
disebut unsur kekurangan elektron (elektron-dificient). Unsur ini dalam
struktur Lewis senyawa kovalennya
sering kurang dari 8 elektron dan disebut juga
penyimpangan hukum okted.
Contoh : boron dalam senyawa BF3

B setelah bergabung dengan 3 F maka elektron valensinya hanya 6.


3. Unsur setelah nomor atom 12 seringkali termasuk
unsur hipervelent yaitu dapat mengekspansi kulit
terluarnya hingga mengandung lebih dari 8 elektron
pada senyawa tertentu. Hal ini dapat terjadi karena
melibatkan orbital-orbital d yang masih kosong.
Contoh: P dalam PCl5
4. Senyawa berikatan berikatan rangkap dua dan tiga dapat
membentuk ikatan (phi). Ikatan tersebut lebih effektif jika jarak antar
inti berdekatan, maka unsur seperti C, N, O, P dan S adalah unsur
golongan utama yang dapat membentuk ikatan rangkap.
Ketentuan-ketentuan ini bukan merupakan aturan baku dan terdapat
beberapa Pengecualian. Namun konsep tersebut dapat membantu
mempermudah penulisan struktur Lewis.
Latihan : Tuliskan struktur Lewis senyawa berikut ini mulai dari
kelompok soal tingkat dasar dan kemudian lanjutkan kelompok soal
tingkat tinggi
(soal tk. dasar): CO2, H2O, CH4, CHCl3, BeF2, BCl3, PCl3
(soal tk. tinggi): CH3PF4, OSF4, XeO2F2, PF4Cl, PF3Cl2, SF3Cl
Jika anda dapat menuliskan struktur soal tingkat tinggi dengan benar
berarti anda sudah menguasai topik ini dengan sempurna.
Resonansi dan Muatan Formal
Beberapa molekul dapat mempunyai lebih dari satu struktur Lewis.
Altenatif-alternatif struktur Lewis tersebut disebut struktur resonasi
dan molekul tersebut disebut hibrida resonansi (resonace hybrid).
Sebagai contoh SO2 dapat ditulis dengan dua alternatif struktur Lewis
yaitu :
Kedua struktur ekivalen tapi tidak identik. Struktur resonansi ini dapat
diterima dan tidak dapat ditentukan struktur mana yang paling stabil.
Sehingga struktur Lewis SO2 dapat ditulis sebagai berikut :

Contoh lain penulisan struktur resoansi dapat dilihat pada benzene

Tetapi struktur struktur Lewis pada ion tiosianat tidak ekivalen


sebagaimana pada struktur resonansi SO2. Ion tiosianat (SCN-) dapat
ditulis dengan tiga struktur bentuk Lewis yaitu :

Coba perhatikan semua atom pada setiap struktur memiliki elektron


valensi okted. Jadi struktur mana yang paling stabil ? Kita dapat
menjawab dengan cara menganalisis dengan konsep muatan formal
(Formal Charge, FC).
Muatan Formal (Formal Charge, FC)
Muatan formal dapat didefinisihkan sebagai muatan yang diberikan
kepada atom dalam suatu molekul atau ion dengan asumsi bahwa
ikatan-ikatannya merupakan ikatan kovalen murni. Muatan formal
suatu atom dapat ditentukan dengan rumus :
FC = Formal Charge (Muatan Formal), = Jumlah
Contoh : Tentukan muatan formal masing-masing atom pada struktur
Lewis ion tiosianat

FC S = 6-4-(0,5)4= 0 FC S = 6-2-(0,5)6= +1 FC S = 6-6-(0,5)2= -1


FC C = 4-0-(0,5)8= 0 FC C = 4-0-(0,5)8= 0 FC C = 4-0-(0,5)8= 0
FC N = 5-4-(0,5)4=-1 FC N = 5-6-(0,5)2= -2 FC N = 5-2-(0,5)6= 0
Jumlah total muatan formal atom-atom sama dengan muatan dari
molekul/ionnya. Jadi total muatan formal masing-masing struktur
adalah -1 dan ini sama dengan muatan ion tiosianat.
Kriteria Kestabilan Struktur Lewis Menurut Konsep Muatan Formal
1. Yang paling sedikit jumlah atom-atom yang bermuatan (non zero
formal charge)
2. Tidak terdapat atom yang bermuatan berdekatan
3. Muatan negatif terdapat pada atom yang mempunyai
elektronegatifitas tinggi dan muatan positif terdapat pada atom
berelektronegatifan rendah. Urutan nilai elektrogetifitas beberapa
atom yang sering membentuk ikatan kovalen :

B < P < S < C < N < O < Cl < F


Urutan kriteria ini penting diperhatikan. Seandainya kriteria pertama
sudah terpenuhi maka kriteria berikutnya dapat diabaikan.
Kembali ke ion tiosianat di atas, maka kriteria pertama tidak dapat
menjawab persoalan karena ketiga struktur memiliki atom yang
bermuatan. Menurut kriteria kedua struktur yang stabil adalah (a) dan
(c). Struktur (b) paling tidak stabil karena (b) memiliki dua atom yang
bermuatan. Namun diperlukan kriteria ketiga untuk menilai yang paling
stabil antara struktur (a) dan (b). Menurut urutan nilai
keelektronegatifan, atom N lebih pantas bermuatan negatif
dibandingkan S. Maka struktur yang paling stabil adalah (a).
Muatan formal juga dapat digunakan untuk menilai struktur Lewis yang
memiliki elektron valensi ganjil (radikal). Contoh nitrit oksida dapat
ditulis dengan dua kemungkinan struktur Lewis yaitu:

Kalau diperhatikan struktur ini sama-sama memiliki satu atom yang


tidak okted. Struktur (a) elektron tidak berpasangan terdapat pada
atom N sedangkan struktrur (b) elektron yang tidak berpasangan
tersebut ada pada atom O. Muatan formal (a) semuanya nol sedangkan
muatan formal (b) adalah +1 dan -1, maka (a) lebih stabil atau struktur
yang Lewis yang paling dapat diterima.
Muatan formal dapat juga digunakan untuk memperkirakan struktur
topologi molekul. Misalnya ion fulminat, CNO- dimana N sebagai atom
pusat. Garam Pb(CNO)2 sangat reaktif digunakan sebagai bahan
detonator (bahan pemicu ledakan). Ion CNO- bereaksi dahsyat berubah
menjadi ion sianat, NCO- yang lebih stabil. Coba perhatikan bahwa ion
fulminate, CNO- dimana N sebagai atom pusat sedangkan ion sianat,
NCO-, C sebagai atom pusat. Perbedaan kereaktifan kedua ion ini dapat
diterangkan dengan konsep muatan formal. Coba bandingkan muatan
formal masing-masing ion dan jelaskan struktur mana yang paling stabil
sesuai dengan kriteria di atas.

Asam nitrit, HNO2 dapat memiliki beberapa topologi molekul yaitu

Menurut kretaria muatan formal struktur (b) yang paling stabil dan
ternyata juga sesuai hasil eksperimen, topologi yang benar adalah
struktur (b).
Soal-Soal latihan
1. Tuliskan konfigurasi elektron O, P, Ne, Ar, Xe dan menentukan
elektron valensinya.
2. Tuliskan struktur Lewis senyawa kovalen NHF2, HCN dan SiBr4
3. Terangkan konsep resonansi dalam struktur benzena
4. Tuliskan struktur Lewis yang paling stabil berdasarkan konsep
muatan formal untuk OCS, CNO- dan NCO

V. HIBRIDISASI, BENTUK DAN


KEPOLARAN MOLEKUL
5.1 Hibridisasi
Atom mempunyai orbital-orbital yang memiliki tingkat energi yang
berbeda-beda. Misalnya orbital s mempunyai tingkat energi yang
rendah dibandingkan orbital p dan orbital d. Dalam proses
terbentuknya molekul atau ikatan kimia maka sebahagian orbital atom
pusat bercampur menghasilkan suatu kumpulan orbital yang memiliki
energi yang sama atau disebut orbital terdegenerasi. Orbital yang baru
ini disebut orbital hibrida, dan akan overlap dengan orbital ligand.
Proses pencampuran orbital dikenal dengan istilah hibridisasi. Ilustrasi
hibridisasi orbital 1 orbital s dan 1 orbital p pada sumbu-z untuk
menghasilkan orbital hibrida sp dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut
ini:
Karakter orbital s ialah lebih padat dan cenderung membentuk ikatan
yang pendek dibandingkan orbital p, d dan f. Dengan demikian orbital
hibrida yang memiliki karakter s yang tinggi cenderung lebih
menghasilkan ikatan yang lebih pendek.
Contoh : orbital sp2 ; memiliki 1 orbital s dan 2 orbital p maka kharakter
s adalah 1/3 dari total orbital (3 orbital) atau 33% (Tabel 2.2 & 2.3).
Energi ikatan meningkat mengikuti urutan orbital hibrida ;
sp < sp2 < sp3 < dsp3 < d2sp3
Ikatan antara atom karbon dan hidrogen, C-H menjadi semakin panjang
bilamana hibridisasi karbon beruba dari sp menjadi sp2 dan sp3 dimana
karakter orbital semakin berkurang.

Peningkatan panjang ikatan juga terjadi ikatan antara karbon-karbon, C-


C jika karakter s berkurang

5.2 Bentuk Molekul


Karbon tetraklorida, ammonia dan air semuanya mempunyai hidridisasi
sp3 dan terbentuk dari unsur-unsur yang berbeda
elektronegatifitasnya. Kenyataannya molekul-molekul tersebut berbeda
kepolarannya dan memiliki memiliki sudut ikatan yang berbeda pula.
Salah satu cara memprediksi bentuk molekul dan kepolarannya ialah
dengan konsep Valence Shell Elektron Repulsion (VSEPR) atau Konsep
tolakan elektron valensi. Pada dasarnya teori ini menjelaskan bahwa
bentuk atau geometri molekul tergantung pada tolakan-tolakan
elektron-elektron valensinya. Kekuatan tolakan elektron valensi dalam
sebuah molekul dapat diurutkan sebagai berikut :
Pasangan elektron bebas versus pasangan elektron bebas > pasangan
elektron bebas versus pasangan elektron ikatan > pasangan elektron
ikatan versus pasangan elektron ikatan.
Versus berarti lawan

Beberapa senyawa ABn memiliki tolakan elektron elektron yang


berimbang sehingga sudut-sudut ikatannya seragam. Geometri seperti
ini dikenal dengan bentuk standard atau ideal untuk struktur molekul
linier, segi tiga planar, tetrahedral, primidal, trigonal bipiramidal dan
oktahedral. Adanya tolakan elektron pasangan elektron bebas
menyebabkan bentuk standard berubah atau terdistorsi sehingga sudut
ikatan juga berubah dibandingkan dengan struktur standardnya.
Contoh-contoh geometri molekul yang memiliki tolakan pasangan
elektron berimbang sebagai berikut:
1. Atom pusat yang mempunyai dua elektron valensi (misalnya AB2)
Berillium hidrida (BeH2)
Elektron valensi Be adalah 2 dan H adalah 1, maka struktur Lewis BeH2
adalah
H-Be-H, hibridisasi atom pusat Be adalah sp dengan demikian elektron
ikatan H-Be dan Be-H saling tolak menolak dan tolakan tersebut
beimbang sehingga sudut ikatannya 180oC. Geometri molekul ini
adalah linier.
2. Atom pusat yang mempunyai tiga elektron valensi, (misalnya AB3, B
disini bukan

Boron tapi huruf B)


contohnya : Boron tetraiodida (BI3).
Elektron valensi B adalah 3 dan I adalah 7, hibridisasi atom pusat B ialah
sp2 maka struktur Lewis BI3 adalah

Juga dalam struktur ini tolakan pasangan-pasangan elektron berimbang


sehingga sudut ikatan sama yaitu 360/3 = 120o. Geometri molekulnya
adalah segitiga planar. Planar artinya berada pada suatu bidang datar.
3. Atom pusat yang mempunyai empat elektron valensi (misalnya AB4)
contohnya : Metana (CH4).
Elektron valensi C adalah 4 dan H adalah 1, hibridisasi atom pusat C
iaitu sp3 maka struktur Lewis CH4 adalah

Karena tolakan elektron ikatan berimbang maka sudut ikatannya


seragam iaitu 109,5oC.
4. Atom pusat yang mempunyai lima elektron valensi
(misalnya AB5)
contohnya : Pospor pentaflorida (PF5).
Elektron valensi P adalah 5 dan F adalah 7, hibridisasi dsp3 maka
struktur Lewis PF5 adalah

Sama seperti beberapa contoh di atas bahwa tolakan elektron-elektron


berimbang menyebabkan sudut ikatan pada bidang datar adalah 120oC
iaitu identik dengan sudut trigonal planar. Sedangkan pada bidang
horizontal sudut ikatannya 90o dan geometri ini disebut trigonal
bipiramidal.
5. Atom pusat yang mempunyai enam elektron valensi
(misalnya AB6) contohnya : Sulfur heksaflorida (SF5).
Elektron valensi S adalah 6 dan F adalah 7, hibridisasi atom pusat S
adalah d2sp3 .
Struktur molekul ini merupakan geometri oktahedral dengan sudut
ikatan yang seragam iaitu 90o baik vertikal maupun horizontal. Hal ini
disebabkan terjadinya tolakan yang berimbang dari semua pasangan
elektron.
maka struktur Lewis SF6 adalah

Tolakan yang tidak berimbang menyebab menyebabkan perubahan dari


bentuk ideal misalnya pada molekul SF4. Pada molekul NH3 terdapat
satu pasang elektron bebas di atom pusat N. Elektron ini menolak
elektron ikatan yang lain (ingat tolakan elektron bebas versus elektron
ikatan > elektron ikatan versus elektron ikatan) akibatnya sudut ikatan
berkurang dari 109,5o (untuk geometri tetrahedral yang ideal dengan
hibridisasi yang sama iaitu sp3) berkurang menjadi 107,3o.
Agar jumlah ligan dan elektron bebas pada atom pusat dapat digunakan
sebagai acuan untuk menentukan hibridisasi, dan struktur Lewis dan
geometri molekul serta sudut ikatannya maka hubungan-hubungannya
dapat dijelaskan dalam Tabel 5.4.
Sejumlah contoh bentuk-bentuk ideal geometri molekul yang tidak
mempunyai elektron bebas di atom pusat telah dijelaskan di atas dan
gambar model molekul tiga dimensi tertera pada Gambar 5.2.
Sedangkan geometri molekul yang menggandung pasangan elektron
bebas di atom pusat, struktur molekulnya dipengaruhi oleh jumlah
pasangan elektron bebas.
Penempatan elektron bebas dalam struktur molekul diatur sedemikian
hingga tolakan ke semua bidang berimbang. Pada Gambar 5.3 berikut
ini digambarkan posisi pasangan elektron bebas yang semestinya dalam
menggambarkan geometri suatu molekul. Bulatan yang ada di tengah
merupakan posisi atom pusat sedangkan bulatan yang berbentuk balon
terpilin merupakan pasangan elektron bebas di atom pusat. Pada
geometri linier, segitiga planar (datar) dan tetrahedral, penggambaran
posisi elektron bebas dapat pada sembarang sumbu (yang seharusnya
ditempati oleh atom) karena semua posisi tersebut akan menghasilkan
tolakan yang berimbang.
Lain halnya dengan geometri segitiga bipiramidal dan oktahedral, posisi
elektron harus berada pada sumbu tertentu untuk menghasilkan
tolakan yang berimbang seperti yang diilustrasikan pada Gambar 5.3.
Sepasang elektron bebas pada geometri segitiga bipiramidal misalnya
harus ditempatkan pada posisi bidang horizontal dan bukan pada
sumbu vertikal. Sebab pada posisi horizontal hanya dua atom yang
terimbas kuat oleh tolakan elektron bebas sedangkan jika pada posisi
vertikal elektron bebas akan menolak 3 atom.
Contoh soal 2.1
Tuliskan struktur Lewis, gambarkan geometri molekul dan perkirakan
sudut ikatan untuk molekul SF4.
Elektron valensi S adalah 6 dan F adalah 7,

Dari struktur Lewis SF4 (contoh soal 2.1) dapat terlihat bahwa terdapat
4 ligand dan 1 pasang elektron bebas di atom pusat. Maka sistem yang
sesuai iaitu AB4E dan memiliki hibridisasi atom pusat dsp3. Geometri
molekul sesuai dengan hibridisasinya dapat dilihat pada Tabel 5.4 dan
ilustrasi geometri molekulnya digambarkan pada Gambar 5.2 dan 5.3.
Jika terdapat ikatan rangkap maka dihitung sebagai ikatan tunggal ;
contoh : X=M=Y, jumlah ikatan = 2
Pada kolom sistem;
A adalah simbol untuk atom pusat, B ; simbol ligand,
E adalah simbol pasangan elektron bebas di atom pusat.
Indek x, dan y menunjukkan jumlah pasangan elektron ikatan dan
jumlah pasangan elektron bebas di atom pusat.
Sesuai dengan Tabel 5.4 sudut ikatannya < 120o untuk bidang
horizontal dan < 90o untuk bidang vertikal. Bentuk geometri molekul
adalah tetraderal terdistorsi. Sebenarnya posisi elektron bebas dapat
saja di posisi atas atau bawah bidang datar namun posisi tersebut tidak
menyebabkan tolakan yang berimbang seperti gambar berikut ini.

2-3 Kepolaran Ikatan


Suatu senyawa yang atom-atomnya memiliki perbedaan
elektronegativitas yang tinggi maka akan ada momen dipole sehingga
bersifat polar. Pada senyawa HCl selisih elektronegatifitas (3,16-2,20 =
0,96), Cl mempunyai elektronegatifitas yang lebih tinggi dari pada H
sehingga Cl cenderung menarik elektron yang dipakai bersama
terhadapnya Cl akhirnya Cl bermuatan negatif. Atom H sudah
kekurangan elektron maka H menjadi bermuatan positif. Dengan
demikian ada momen dipole dan senyawa ini bersifat polar.
“ Makin besar selisih keelektronegatifan antara dua atom, makin besar
pula kepolarannya tetapi molekul tersebut tidak memiliki titik pusat
simetri, atau distribusi muatannya tidak simetris”.
Suatu ikatan kovalen disebut non polar (tidak berkutup) jika pasangan
elektron yang dipakai bersama tertarik sama kuat ke semua atom.
Contoh : H2 dan Cl2 yang mempunyai selisih ektronegatifitas nol
merupakan senyawa non polar.
Dalam molekul CH4 dan CO2 sebenarnya terdapat perbedaan
elektronegatifas C dan H serta C-O yang tinggi namun tarikan elektron
antar atom berimbang karena struktur memiliki titik pusat simetri
dengan kata lain terbagi secara rata pada semua sisi.

Lain halnya dengan molekul air (H2O) yang simetris tetapi tidak
mempunyai titik pusat simetri. Tarikan terhadap elektron menjadi tidak
berimbang sehingga O cenderung bersifat elektronegatif dan H
cenderung bermuatan positif. Sehingga terdapat momen dipole dan
senyawa ini bersifat polar.

Contoh soal :
Nilai elektronegatifitas F, Cl, Br dan I masing-masing 4,0; 3,0; 2,8 dan
2,5 tentukan di antara senyawa halogen ini IBr, BrCl, ICl, BrF Mana yang
paling polar ?
Senyawa ionik yang bersifat polar biasanya tersusun dari unsur-unsur
yang mempunyai perbedaan keelektronegatifan yang tinggi. Banyak
molekul yang tersusun dari unsur yang mempunyai perbedaan
keelektronegatifan tinggi namun bersifat non polar seperti yang terlihat
dalam Tabel 5.5 berikut ini:
Penyebab ketidakpolaran molekul-molekul tersebab ialah karena
tolakan elektron yang berimbang sehingga tidak terdapat kutup yang
lebih positif atau lebih negatif melainkan sama atau berimbang
sehingga momen dipolenya cenderung nol.
Latihan:
Lukiskan struktur Lewis dan geometri molekul CO2, N+(CH3)4, CO32-,
NO2-, H2CO, COCl2, COF2, PH3, PCl3, H2S, H2O.
Soal-Soal Latihan
1. Jelaskan konsep hibridisasi.
2. Jelaskan mengapa ikatan tunggal lebih panjang dibandingkan dengan
ikatan rangkap.
3. Terangkan teori VSEPR.
4. Menuliskan struktur molekul COF2 berdasarkan konsep VSEPR.
5. Jelaskan mengapa CCl4 bersifat non polar berdasarkan teori VSEPR
6. Bagaimana kofigurasi elektron : Pb2+, Pb4+, Mn2+, Mn3+, Sb3+,
Sc3+, Ti2+.
7. Gambarkan struktur Lewis yang memenuhi aturan okted untuk
molekul H2S, C3H8 dan CO, Cl2, SO2, SO2, OF2, SnH4, C2H4, SCl2, Cl-,
S2-, ClO-, ClO4-, SO32- & SeO42-, NO3-, NO+, NO2-, CO32-.
8. Gambarkan struktur Lewis : ICl3, AsCl5, ICl2-, ICl4- dan XeF4.
Adlim, Kimia

9. Mana berikut ini tidak memenuhi aturan okted ditinjau dari muatan
formal
ClF3, OF2, SF4, SO2, IF7, NO2, BCl3 ?
5.4 Gaya Antar Molekul
Gaya van der Waals
Senyawa kovalen terdiri dari molekul-molekul dan ikatan antara atom-
atom dalam molekul tersebut diikat oleh ikatan kovalen. Ikatan antar
molekul-molekul senyawa kovalen diikat oleh gaya yang disebut gaya
van der Waals. Johannes Diderik (1837-1923) van der Waas dari
belanda menemukan gaya antar molekul yang lemah dan kemudian
disebut Gaya Van der Waals.
Ada beberapa macam gaya van der Waals tetapi yang terpenting ialah :
(a) Gaya antardipol, yaitu tarik menarik antar molekul dalam senyawa
kovalen polar,
(b) Gaya London, yaitu gaya tarik menarik antarmolekul dalam senyawa
kovalen non polar.

Ilustrasi gaya antar molekul dapat diluskis sebagai berikut:


Pada molekul polar, elektron tertarik ke salah satu atom sehingga
distribusi elektron dalam molekul tidak merata maka terjadi dua kutup
+ dan -.
Gaya tarik menarik antar molekul polar ini disebut gaya antardipol.
Dalam molekul non polar tidak ada kutup yang permanent tetapi
dinamika elektron yang kadang-kadang lebih mengarah ke salah satu
atom menyebabkan adanya kutup sesaat. Dengan demikian terjadi gaya
tarik menarik antar kutup juga walaupun dalam waktu yang singkat.
Gaya inilah yang disebut gaya London yang ditemukan oleh Fritz
London (1928). Gaya-gaya ven der Waals, baik gaya antardipol maupun
gaya London menentukan nilai titik lebur dan titik didih senyawa-
senyawa kovalen. Makin besar massa molekul relatif (Mr) suatu
senyawa kovalen makin besar gaya van der Waalsnya sehingga titik
lebur dan titik didihnya makin tinggi.
Ikatan Hidrogen
Pada beberapa senyawa golongan IVA (14) seperti CH4, SiH4, GeH4,
SnH4 titik didih meningkat dengan meningkatnya berat molekul
relatifnya (dari CH4 ke SnH4). Fakta ini sesuai teori di atas bahwa
kenaikan massa molekul relatif menyebabkan kenaikan gaya ven der
Waals dan akibatnya titik didih meningkat. Tetapi senyawa golongan VA
(15), VIA (16) dan VIIA (17) ternyata memiliki titik didih jauh lebih besar
dari dari gol IV walaupun berat molekul relatif hampir sama. Kenaikan
titik didih tidak lagi sejalan kenaikan berat molekul relatif, gejala ini
dikenal dengan istilah anomali seperti yang terlihat pada table berikut
ini.

Bahkan senyawa-senyawa NH3, H2O, HF yang memiliki Mr kecil


ternyata mempunyai titik didih yang tinggi bahkan titik didih H2O luar
biasa tingginya. Kenaikan titik didih disebabkan adanya gaya tarik-
menarik molekul yang cukup kuat dan lebih kuat dari gaya van der
Waals.
Atom-atom F, O dan N memiliki elektrogetifitas tertinggi di antara
semua jenis atom. Akibatnya ujung molekul HF beratom F cenderung
menarik sisi molekul HF yang beratom H atau disingkat H---F. Demikian
juga dengan O---H pada H2O dan N---H pada NH3 seperti ilustrasi pada
gambar berikut ini. Ikatan tersebut sangat polar karena selisih nilai
elektronegatifasnya cukup besar.

IKATAN HIDROGEN
Ikatan antarmolekul berupa gaya tarik-menarik oleh atom yang
elektronegatifitas sangat besar (F, O atau N) terhadap atom H dari
molekul lain disebut ikatan hidrogen.
Ikatan hidrogen ada yang bersifat intramolekul (terjadi dalam satu
molekulnya sendiri) dan intermolekul (terjadi antar dua molekul atau
lebih). Ikatan hidrogen pada orto-nitrofenol merupakan contoh ikatan
koven intramolekul.

Anda mungkin juga menyukai