1.1.1. Pengertian Timbang Terima Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang telah atau belum dilaksanakan.
Timbang terima merupakan sistem kompleks yang didasarkan pada
perkembangan sosio-teknologi dan nilai-nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Timbang terima dinas berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan selama 24 jam (Kerr, 2002). Menurut Australian Medical Association/AMA (2006), timbang terima merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara sementara atau permanen.
Timbang terima merupakan komunikasi yang terjadi pada saat perawat
melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan yang spesifik yaitu mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien pada asuhan keperawatan sebelumnya.
1.1.2. Tujuan timbang terima
Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA (2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi, mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan. Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan timbang terima adalah:
1.1.2.1. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
1.1.2.2. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas berikutnya. 1.1.2.3. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
1.1.3. Manfaat timbang terima
Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah: 1.1.3.1. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan. Misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien. 1.1.3.2. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh perawat. Timbang terima mengandung unsur-unsur kebudayaan, tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga sebagai dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan selanjutnya. 1.1.3.3. Timbang terima juga memberikan “manfaat katarsis” (upaya untuk melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada pergantian dinas dan tidak dibawa pulang. Dengan kata lain, proses timbang terima dapat mengurangi kecemasan yang terjadi pada perawat. 1.1.3.4. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara komprehensif. 1.1.3.5. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal, dan dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara komprehensif.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat bagi
perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien, saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang belum terungkap.
1.1.4. Prinsip timbang terima
Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu : 1.1.4.1. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola timbang terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi pasien yang memburuk. 1.1.4.2. Pemahaman tentang timbang terima pasien Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk mereka. Meninjau jadwal dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan mendukung kegiatan timbang terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat timbang terima pasien. 1.1.4.3. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim multidisiplin, timbang terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan. 1.1.4.4. Waktu timbang terima pasien Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif. 1.1.4.5. Tempat timbang terima pasien Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau bunyi alat telekomunikasi. 1.1.4.6. Proses timbang terima pasien 1.1.4.6.1. Standar protocol Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan. 1.1.4.6.2. Kondisi pasien memburuk Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi. c. Informasi kritis lainnya Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh staf.
1.1.5. Jenis timbang terima
Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang berhubungan dengan perawat, antara lain: 1.1.5.1. Timbang terima pasien antar dinas Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, antara lain secara lisan, catatan tulisan tangan, dilakukan di samping tempat tidur pasien, melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat menggunakan laporan elektronik, cetakan computer atau memori. 1.1.5.2. Timbang terima pasien antar unit keperawatan Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit keperawatan selama mereka tinggal di rumah sakit. 1.1.5.3. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit pemeriksaan diagnostik. Pasien sering dikirim dari unit keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama rawat inap. Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik telah dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan. 1.1.5.4. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas yang lain sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda. Pengiriman berlangsung antar rumah sakit ketika pasien memerlukan tingkat perawatan yang berbeda. 1.1.5.5. Timbang terima pasien dan obat-obatan Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat dicegah, masalah tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat mentransfer pasien, pergantian dinas, dan cara pemberitahuan minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.
1.1.6. Macam-macam timbang terima
Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya: 1.1.6.1. Timbang terima secara verbal Scovell (2010) mencatat bahwa perawat lebih cenderung untuk membahas aspek psikososial keperawatan selama laporan lisan. 1.1.6.2. Rekaman timbang terima Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa rekaman timbang terima dapat merusak pentingnya dukungan emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr (2002) bahwa rekaman timbang terima membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung. 1.1.6.3. Bedside timbang terima Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya adalah: 1.1.6.3.1. Persiapan (pasien dan informasi). 1.1.6.3.2. Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk, pengamatan, dan penjelasan kepada pasien. 1.1.6.3.3. Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan pasien.
Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan bedside timbang terima adalah: 1.1.6.3.4. Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf yang tidak hadir pada timbang terima untuk mengakses informasi. 1.1.6.3.5. Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang perlu disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran penjaga dan anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi informasi sensitif, apa yang tidak dibahas di depan pasien, dan bagaimana melindungi privasi pasien. 1.1.6.4. Timbang terima secara tertulis Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat mendorong pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman timbang terima, ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk mengklarifikasi pertanyaan tertentu.
1.1.7. Langkah-langkah pelaksanaan timbang terima
Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan timbang terima adalah: 1.1.7.1. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap. 1.1.7.2. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu mempersiapkan hal-hal apa yang akan disampaikan. 1.1.7.3. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas yang selanjutnya meliputi: 1.1.7.3.1. Kondisi atau keadaan pasien secara umum. 1.1.7.3.2. Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima. 1.1.7.3.3. Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima. 1.1.7.3.4. Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan tidak terburu-buru. 1.1.7.3.5. Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama- sama secara langsung melihat keadaan pasien.
1.1.8. Pelaksanaan Ttmbang terima yang baik dan benar
Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar diantaranya: 1.1.8.1. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan waktu yang cukup panjang agar tidak terburu-buru. 1.1.8.2. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien. 1.1.8.3. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan untuk mengetahui informasi dari dinas selanjutnya. 1.1.8.4. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang terima juga perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas. 1.1.8.5. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk membahas penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa yang akan dikerjakan. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh, agar peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama, misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur.
1.1.9. Pemilihan tempat untuk pelaksanaan timbang terima
AMA (2006) menyatakan bahwa tempat yang tepat pada saat akan dilakukan pelaksanaan timbang terima adalah: 1.1.9.1. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station. 1.1.9.2. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang terima. 1.1.9.3. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan penerimaan informasi yang tidak tepat. 1.1.9.4. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya.
1.1.10. Prosedur timbang terima
Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu: 1.1.10.1. Persiapan 1.1.10.1.1. Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima sudah dalam keadaan siap. 1.1.10.1.2. Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan dinas sebaiknya menyiapkan buku catatan. 1.1.10.2. Pelaksanaan 1.1.10.2.1. Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas. 1.1.10.2.2. Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan mengkaji secara komprehensif halhal yang berkaitan tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang sudah ada namun belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya yang perlu dibicarakan. 1.1.10.2.3. Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diberikan kepada perawat jaga berikutnya. 1.1.10.3. Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah: 1.1.10.3.1. Identitas pasien dan diagnosis medis. 1.1.10.3.2. Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul. 1.1.10.3.3. Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan. 1.1.10.3.4. Intervensi kolaboratif dan dependensi. 1.1.10.3.5. Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan selanjutnya, diantaranya operasi, pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin. 1.1.10.3.6. Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat timbang terima dan berhak menanyakan mengenai hal-hal yang kurang jelas. 1.1.10.3.7. Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas. 1.1.10.3.8. Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan terperinci. 1.1.10.3.9. Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat primer.
Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang terima juga dapat:
1.1.10.4. Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman data tentang pasien kemudian diperdengarkan kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang. Metode itu berupa one way communication atau komunikasi satu arah. 1.1.10.5. Menggunakan komunikasi oral atau spoken atau melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi. 1.1.10.6. Menggunakan komunikasi tertulis atau written. Yaitu melakukan pertukaran informasi dengan melihat pada medical record saja atau media tertulis lain.
1.1.11. Tahapan dan bentuk pelaksanaan timbang terima
Lardner (1996) proses timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu: 1.1.11.1. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan tanggung jawab meliputi faktor informasi yang akan disampaikan oleh perawat jaga sebelumnya. 1.1.11.2. Pertukaran dinas jaga, dimana antara perawat yang akan pulang dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya timbang terima itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang dinas sebelumnya kepada perawat yang datang. 1.1.11.3. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan merupakan aktivitas dari perawat yang menerima timbang terima untuk melakukan pengecekan dan informasi pada medical record dan pada pasien langsung.
1.1.12. Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima
Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al., (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat menghambat dalam pelaksanaan timbang terima, diantaranya adalah: 1.1.12.1. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima 1.1.12.2. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat yang keluar masuk pada saat pelaksanaan timbang terima 1.1.12.3. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini
1.1.13. Efek timbang terima
Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek dari timbang terima menurut Yasir (2009) adalah sebagai berikut: 1.1.13.1. Efek Fisiologis Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurutnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 1.1.13.2. Efek Psikososial Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. 1.1.13.3. Efek Kinerja Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas rendah dan pemantauan. 1.1.13.4. Efek Terhadap Kesehatan Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes. 1.1.13.5. Efek Terhadap Keselamatan Kerja Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989), melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi dinas kerja (malam) dengan ratarata jumlah kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada dinas malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi selama dinas pagi dan lebih banyak terjadi pada dinas malam. RONDE KEPERAWATAN
1.2. Ronde Keperawatan
1.2.1. Pengertian Ronde Keperawatan Beberapa ahli mengungkapkan pengertian dari ronde keperawatan. Chambliss (1996), ronde keperawatan adalah pertemuan antara staff yang usai kerja melaporkan pada staf yang mulai kerja tentang kondisi pasien, dengan staf menjelaskan apa yang telah dilakukan dan mengapa dilakukan yang membawa setiap kasus ke dalam kerangka kerja berfikir staf, dan secara sistematis menegakkan kemampuan sistem untuk menangani masalah medis.
Didalam ronde keperawatan terjadi proses interaksi antara perawat
dengan perawat, perawat dengan pasien. Kozier et al. (2004) menyatakan bahwa ronde keperawatan merupakan prosedur dimana dua atau lebih perawat mengunjungi pasien untuk mendapatkan informasi yang akan membantu dalam merencanakan pelayanan keperawatan dan memberikan kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan masalah keperawatannya serta mengevaluasi pelayanan keperawatan yang telah diterima pasien.
Ronde keperawatan merupakan proses interaksi antara pengajar dan
perawat atau siswa perawat dimana terjadi proses pembelajaran. Ronde keperawatan dilakukan oleh teacher nurse atau head nursdengan anggota stafnya atau siswa untuk pemahaman yang jelas tentang penyakit dan efek perawatan untuk setiap pasien (Clement, 2011).
Ronde keperawatan adalah suatu kegiatan untuk mengatasi
keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim.
Ronde keperawatan merupakan suatu metode pembelajaran klinik yang
memungkinkan peserta didik mentransfer dan mengaplikasikan pengetahuan teoritis ke dalam peraktik keperawatan secara langsung.
1.2.2. Karakteristik ronde keperawatan
Ronde keperawatan mempunyai beberapa karakteristik sebagai berikut ini: 1.2.2.1. Klien dilibatkan secara langsung 1.2.2.2. Klien merupakan fokus kegiatan 1.2.2.3. Perawat aosiaet, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama 1.2.2.4. Kosuler memfasilitasi kreatifitas 1.2.2.5. Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat 1.2.2.6. Primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah.
1.2.3. Tujuan Ronde Keperawatan
Tujuan dari pelaksanaan ronde keperawatan terbagi menjadi 2 yaitu: tujuan bagi perawat dan tujuan bagi pasien. Tujuan ronde keperawatan bagi perawat menurut Armola et al. (2010) adalah: 1.2.3.1. Melihat kemampuan staf dalam managemen pasien 1.2.3.2. Mendukung pengembangan profesional dan peluang pertumbuhan 1.2.3.3. Meningkatkan pengetahuan perawat dengan menyajikan dalam format studi kasus 1.2.3.4. Menyediakan kesempatan pada staf perawat untuk belajar meningkatkan penilaian keterampilan klinis 1.2.3.5. Membangun kerjasama dan rasa hormat 1.2.3.6. Meningkatkan retensi perawat berpengalaman dan mempromosikan kebanggaan dalam profesi keperawatan
Ronde keperawatan selain berguna bagi perawat juga berguna bagi
pasien. Hal ini dijelaskan oleh Clement (2011) mengenai tujuan pelaksanaan ronde keperawatan bagi pasien, yaitu: 1.2.3.7. Untuk mengamati kondisi fisik dan mental pasien dan kemajuan hari ke hari 1.2.3.8. Untuk mengamati pekerjaan staff 1.2.3.9. Untuk membuat pengamatan khusus bagi pasien dan memberikan laporan kepada dokter mengenai, missal: luka,drainasi, perdarahan, dsb 1.2.3.10. Untuk memperkenalkan pasien ke petugas dan sebaliknya 1.2.3.11. Untuk melaksanakan rencana yang dibuat untuk perawatan pasien 1.2.3.12. Untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan kepuasan pasien 1.2.3.13. Untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan yang diberikan kepada pasien 1.2.3.14. Untuk memeriksakan kondisi pasien sehingga dapat dicegah, seperti ulcus decubitus, foot drop, dsb 1.2.3.15. Untuk membandingkan manifestasi klinis penyakit pada pasien sehingga perawat memperoleh wawasan yang lebih baik 1.2.3.16. Untuk memodifikasi tindakan keperawatan yang diberikan
1.2.4. Manfaat Ronde Keperawatan
Banyak manfaat dengan dilakukannya ronde keperawatan oleh perawat, diantaranya: 1.2.4.1. Ronde keperawatan dapat meningkatkan keterampilan dan pengetahuan pada perawat. Clement (2011) menyebutkan manfaat ronde keperawatan adalah membantu mengembangkan keterampilan keperawatan, selain itu menurut Wolak et al. (2008) denga adanya ronede keperawatan akan menguji pengetahuan perawat. Peningkatan ini bukan hanya keterampilan dan pengetahuan keperawatan saja, tetapi juga peningkatan secara menyeluruh. Hal ini dijelaskan oleh Wolak et al. (2008) peninkatan kemampuan perawat bukan hanya keterampilan keperawatan tetapi juga memberikan kesempatan pada perawat untuk tumbuh dan berkembang secara profisonal. 1.2.4.2. Melalui kegiatan ronde keperwatan, perawat dapat mengevaluasi kegiatan yang telah diberikan pada pasien berhasil atau tidak. Clement (2011) melalui ronde keperawatan, evaluasi kegiatan,rintangan yang dihadapi oelh perawat atau keberhasilan dalam asuhan keperawatan dapat dinilai. Hal ini juga ditegaskan oleh O’connor (2006) pasien sebagai alat untuk menggambarkan parameter penilaian atau teknik intervensi. 1.2.4.3. Ronde keperawatan merupakan sarana belajar bagi perawat dan mahasiswa perawat. Ronde keperawatan merupakan studi percontohan yang menyediakan sarana untuk menilai pelaksanaan keperawatan yang dilakukan oleh perawat (Wolak et al, 2008). Sedangkan bagi mahasiswa perawat dengan ronde keperawatan akan mendapat pengalaman secara nyata dilapangan (Clement, 2011). 1.2.4.4. Manfaat ronde keperawatan yang lain adalah membanu mengorientasikan perawat baru pada pasien. Banyak perawat yang baru masuk tidak mengetahui mengenai pasien yang dirawat di ruangan. Dengan ronde keperawatan hal ini bisa dicegah, ronde keperwatan membantu mengorientasikan perawat baru pada pasien (Clement, 2011). 1.2.4.5. Ronde keperawatan juga meningkatkan kepuasan pasien. Penelitian Febriana (2009) ronde keperwatan meningkatkan kepuasan pasien lima kali dibanding tidak lakukan ronde keperawatan. Chaboyer et al. (2009) dengan tindakan ronde keperawatan menurunkan angka insiden pada pasien yang dirawat.
1.2.5. Tipe-tipe Ronde
Berbagai macam tipe ronde keperawatan dikenal dalam studi kepustakaan. Diantaranya adalah menurut Close dan Castledine (2005) ada empat tipe ronde yaitu matrons’ rounds, nurse management rounds, patient comfort rounds dan teaching nurse. 1.2.5.1. Matron nurse menurut Close dan Castledine (2005) seorang perawat berkeliling ke ruangan-ruangan, menanyakan kondisi pasien sesuai jadwal rondenya. Yang dilakukan perawat ronde ini adalah memeriksa standart pelayanan, kebersihan dan kerapihan, dan menilai penampilan dan kemajuan perawat dalam memberikan pelayanan pada pasien. 1.2.5.2. Nurse management rounds menurut Close dan Castledine (2005) ronde ini adalah ronde manajerial yang melihat pada rencana pengobatan dan implementasi pada sekelompok pasien. Untuk melihat prioritas tindakan yang telah dilakukan serta melibatkan pasien dan keluarga pada proses interaksi. Pada ronde ini tidak terjadi proses pembelajaran antara perawat danhead nurse. 1.2.5.3. Patient comport nurse menurut Close dan Castledine (2005) ronde disini berfokus pada kebutuhan utama yang diperlukan pasien di rumah sakit. Fungsi perawat dalam ronde ini adalah memenuhi semua kebutuhan pasien. Misalnya ketika ronde dilakukan dimalam hari, perawat menyiapkan tempat tidur untuk pasien tidur. 1.2.5.4. Teaching rounds menurut Close dan Castledine (2005) dilakukan antara teacher nurse dengan perawat atau mahasiswa perawat, dimana terjadi proses pembelajaran. Teknik ronde ini biasa dilakukan oleh perawat atau mahasiswa perawat. Dengan pembelajaran langsung. Perawat atau mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan ilmu yang didapat langsung pada pasien.
Daniel (2004) walking round yang terdiri dari nursing round,
physician-nurse rounds atau interdisciplinary rounds. Nursing roundsadalah ronde yang dilakukan antara perawat dengan perawat.Physician-nurse adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh dokter dengan perawat, sedangkan interdisciplinary rounds adalah ronde pada pasien yang dilakukan oleh berbagai macam tenaga kesehatan meliputi dokter, perawat, ahli gizi serta fisioterapi, dsb.
Langkah-langkah Ronde Keperawatan adalah sebagai berikut:
1.2.6.4. Persiapan 1.2.6.4.1. Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde. 1.2.6.4.2. Pemberian inform consent kepada klien/ keluarga. 1.2.6.5. Pelaksanaan 1.2.6.5.1. Penjelasan tentang klien oleh perawat primer dalam hal ini penjelasan difokuskan pada masalah keperawatan danrencana tindakan yang akan/ telah dilaksanakan danmemilih prioritas yang perlu didiskusikan. 1.2.6.5.2. Diskusikan antar anggota tim tentang kasus tersebut. 1.2.6.5.3. Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan tentang masalah klien serta tindakan yang akan dilakukan. 1.2.6.5.4. Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan. 1.2.6.6. Pasca Ronde Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan. 1.2.6.7. Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi pada pelaksanaan ronde keperawatan adalah sebagai berikut. 1.2.6.8. Struktur 1.2.6.8.1. Persyaratan administratif (informed consent, alat dan lainnya). 1.2.6.8.2. Tim ronde keperawatan hadir ditempat pelaksanaan ronde keperawatan. 1.2.6.8.3. Persiapan dilakukan sebelumnya. 1.2.6.9. Proses 1.2.6.9.1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir. 1.2.6.9.2. Seluruh perserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan. 1.2.6.10. Hasil 1.2.6.10.1. Klien merasa puas dengan hasil pelayanan. 1.2.6.10.2. Masalah klien dapat teratasi. 1.2.6.10.3. Perawat dapat: - Menumbuhkan cara berpikir yang kritis. - Meningkatkan cara berpikir yang sistematis. - Meningkatkan kemampuan validitas data klien. - Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan. - Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah klien. - Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan. - Meningkatkan kemampuan justifikasi. - Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
1.2.7. HAL YANG DIPERSIAPKAN DALAM RONDE
KEPERAWATAN Supaya ronde keperawatan yang dilakukan berhasil, maka bisa dilakukan persiapan sebagai berikut: 1.2.7.1. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka). 1.2.7.2. Menentukan tim ronde keperawatan. 1.2.7.3. Mencari sumber atau literatur. 1.2.7.4. Membuat proposal. 1.2.7.5. Mempersiapkan klien : informed consent dan pengkajian. 1.2.7.6. Diskusi: apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung? Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan? 1.2.8. KOMPONEN TERLIBAT DALAM RONDE KEPERAWATAN Komponen yang terlibat dalam kegiatan ronde keperawatan ini adalah perawat primer dan perawat konselor, kepala ruangan, perawat associate, yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan lainnya. 1.2.8.1. Peran Ketua Tim dan Anggota Tim 1.2.8.1.1. Menjelaskan keadaan dan data demografi klien. 1.2.8.1.2. Menjelaskan masalah keperawata utama. 1.2.8.1.3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan. 1.2.8.1.4. Menjelaskan tindakan selanjutnya. 1.2.8.1.5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil. 1.2.8.2. Peran Ketua Tim Lain dan/Konselor Perawat primer (ketua tim) dan perawat asosiet (anggota tim) Dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain: 1.2.8.2.1. Menjelaskan keadaan dan adta demografi klien. 1.2.8.2.2. Menjelaskan masalah keperawatan utama 1.2.8.2.3. Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan 1.2.8.2.4. Menjelaskan tindakan selanjutnya 1.2.8.2.5. Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil
Peran perawat primer (ketua tim) lain dan atau konsuler
1.2.8.2.6. Memberikan justifikasi
1.2.8.2.7. Memberikan reinforcement 1.2.8.2.8. Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional 1.2.8.2.9. Mengarahkan dan koreksi 1.2.8.2.10. Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari
Selain perawat, pasien juga dilibatkan dalam kegiatan ronde
keperawatan ini untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
1.2.9. Kriteria Pasien
Pasien yang dipilih untuk yang dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sebagai berikut : 1.2.9.1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan keperawatan 1.2.9.2. Pasien dengan kasus baru atau langka