Anda di halaman 1dari 17

TERAPI DAN HARAPAN

TERAPI NYERI DI MASA


DATANG

Sherliana Hana Purwanti


Semua obat yang mempunyai efek analgetika biasanya efektif untuk mengatasi
nyeri akut. Hal ini dimungkinkan karena nyeri akut akan mereda atau hilang sejalan
dengan laju proses penyembuhan jaringan yang sakit.
Dalam melaksanakan farmakoterapi terdapat beberapa prinsip umum dalam
pengobatan nyeri. Perlu diketahui sejumlah terbatas obat dan pertimbangkan
berikut:
 Bisakan pasien minum analgesik oral?
 Apakah pasien perlu pemberian iv untuk mendapat efek analgesik cepat?
 Bisakan anestesi lokal mengatasi nyeri lebih baik, atau digunakan dalam
kombinasi dengan analgesik sistemik?
 Bisakan digunakan metode lain untuk membantu meredakan nyeri, misal
pemasangan bidai untuk fraktur, pembalut luka bakar.
Praktik dalam tatalaksana nyeri, secara garis besar stategi farmakologi mengikuti
”WHO Three Step Analgesic Ladder” yaitu :
1. Tahap pertama dengan menggunakan abat analgetik nonopiat seperti NSAID
atau COX2 spesific inhibitors.
2. Tahap kedua, dilakukan jika pasien masih mengeluh nyeri. Maka diberikan
obat-obat seperti pada tahap 1 ditambah opiat secara intermiten.
3. Tahap ketiga, dengan memberikan obat pada tahap 2 ditambah opiat yang lebih
kuat.

Penanganan nyeri berdasarkan patofisiologi nyeri paada proses transduksi dapat


diberikan anestesik lokal dan atau obat anti radang non steroid, pada transmisi
inpuls saraf dapat diberikan obat-obatan anestetik lokal, pada proses modulasi
diberikan kombinasi anestetik lokal, narkotik, dan atau klonidin, dan pada persepsi
diberikan anestetik umum, narkotik, atau parasetamol.
PENGUKURAN INTENSITAS NYERI
Nyeri merupakan masalah yang sangat subjektif yang dipengaruhi oleh psikologis, kebudayaan
dan hal lainnya, sehingga mengukur intensitas nyeri merupakan masalah yang relatif sulit.
Ada beberapa metoda yang umumnya digunakan untuk menilai intensitas nyeri, antara lain :
1. Verbal Rating Scale (VRSs)
Metoda ini menggunakan suatu word list untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan. Pasien disuruh
memilih kata-kata atau kalimat yang menggambarkan karakteristik nyeri yang dirasakan dari word
list yang ada. Metoda ini dapat digunakan untuk mengetahui intensitas nyeri dari saat pertama kali
muncul sampai tahap penyembuhan. Penilaian ini menjadi beberapa kategori nyeri yaitu:
- tidak nyeri (none)
- nyeri ringan (mild)
- nyeri sedang (moderate)
- nyeri berat (severe)
- nyeri sangat berat (very severe)
2. Numerical Rating Scale (NRSs)
Metoda ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari intensitas
nyeri. Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari
angka 0-10. ”0”menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan ”10” menggambarkan
nyeri yang hebat.
Numeric pain intensity scale :
3. Visual Analogue Scale (VASs)
Metoda ini paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri. Metoda ini
menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan keadaan tidak nyeri
sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai angka pada garis yang
menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan. Keuntungan menggunakan metoda ini
adalah sensitif untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri, mudah dimengerti dan
dikerjakan, dan dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis. Kerugiannya adalah
tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah 8 tahun dan mungkin sukar
diterapkan jika pasien sedang berada dalam nyeri hebat.

__________________________________________________________________
No Pain The most intense pain imaginable
4. McGill Pain Questionnaire (MPQ)
Metoda ini menggunakan check list untuk mendiskripsikan gejala-gejal nyeri yang
dirasakan. Metoda ini menggambarkan nyeri dari berbagai aspek antara lain
sensorik, afektif dan kognitif. Intensitas nyeri digambarkan dengan merangking dari
”0” sampai ”3”.
5. The Faces Pain Scale
Metoda ini dengan cara melihat mimik wajah pasien dan biasanya untuk menilai
intensitas nyeri pada anak-anak.
Faces Pain Rating Scale (untuk anak)
Asesmen Skala Nyeri Anak
Kategori Skor
Wajah Tidak ada ekspresi tertentu atau senyuman 0
Menyeringai sekali-kali atau mengerutkan dahi, muram ogah-ogahan 1
FACE Dagu gemetar dan rahang diketap berulang 2
Ekstrimitas Posisi normal atau santai 0
Gelisah, resah, tegang 1
LEG Menendang atau menarik kaki 2
Gerakan Rebahan dengan tenang, posisi normal, bergerak dengan mudah 0
Menggeliat , maju mundur, tegang 1
Activity Menekuk/posisi tubuh meringkuk, kaku atau menyentak 2
Tangisan Tidak ada tangisan ( terjaga atau tertidur ) 0
Mengerang/merengek, gerutuan sekali-kali 1
Cry Menangis tersedu-sedu, mejerit, terisak-isak, menggerutu 2
berulang-ulang
Kemampuan Senang, santai 0
Dapat ditenangkan dengan sentuhan, pelukan atau berbicara, dapat 1
ditenangkan
dialihkan
Consolability Sulit/tidak dapat ditenangkan dengan pelukan, sentuhan atau 2
distraksi
Skor Total
• 0 : tidak nyeri •1-3 : Nyeri ringan • 4 – 6 : nyeri sedang • 7-10 : nyeri berat
DIAGNOSTIK NYERI
Nyeri merupakan suatu keluhan (symptom). Berkenaan dengan hal ini diagnostik nyeri
sesuai dengan usaha untuk mencari penyebab terjadinya nyeri. Langkah ini meliputi
langkah anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium dan kalau perlu
pemeriksaan radiologi serta pemeriksaan imaging dan lain-lain. Dengan demikian
diagnostik terutama ditujukan untuk mencari penyebab. Dengan menanggulangi
penyebab, keluhan nyeri akan mereda atau hilang. Pemeriksaan laboratorium
spesifik untuk menegakkan diagnosa nyeri tidak ada.
Pemeriksaan terhadap nyeri harus dilakukan dengan seksama yng dilakukan sebelum
pengobatan dimulai, secara teratur setelah pengobatan dimulai, setiap saat bila
ada laporan nyeri baru dan setelah interval terapi 15-30 menit setelah pemberian
parenteral dan 1 jam setelah pemberian peroral.
a. Anamnesis yang teliti
Dalam melakukan anamnesis terhadap nyeri kita harus mengatahui bagaimana kualitas nyeri
yang diderita meliputi awitan, lama, dan variasi yang ditimbulkan untuk mengetahui
penyebab nyeri. Selain itu, kita juga harus mengetahui lokasi dari nyeri yang diderita
apakah dirasakan diseluruh tubuh atau hanya pada bagian tubuh tertentu. intensitas nyeri
juga penting ditanyakan untuk menetapkan derajat nyeri. Tanyakan pula keadaan yang
memperberat atau memperingan nyeri. Tanyakan pula tentang penyakit sebelumnya,
penggobatan yang pernah dijalani, dan alergi obat.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang benar sangat diperlukan untuk menguraikan patofisiologi nyeri.
Pemeriksaan vital sign sangat penting dilakukan untuk mendapatkan hubungannya dengan
intensitas nyeri karena nyeri menyebabkan stimulus simpatik seperti takikardia, hiperventilasi
dan hipertensi. Pemeriksaan Glasgow come scale rutin dilaksanakan untuk mengetahui apakah
ada proses patologi di intracranial.4
Pemeriksaan khusus neurologi seperti adanya gangguan sensorik sangat penting dilakukan
dan yang perlu diperhatikan adalah adanya hipoastesia, hiperastesia, hiperpatia dan
alodinia pada daerah nyeri yang penting menggambarkan kemungkinan nyeri neurogenik.
c. Pemeriksaan psikologis
Mengingat faktor kejiwaan sangat berperan penting dalam manifestasi nyeri yang
subjektife, maka pemeriksaan psikologis juga merupakan bagian yang harus
dilakukan dengan seksama agar dapat menguraikan faktor-faktor kejiwaan yang
menyertai.Test yang biasanya digunakan untuk menilai psikologis pasien berupa the
Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI). Dalam menetahui permasalahan
psikologis yang ada maka akan memudahkan dalam pemilihan obat yang tepat
untuk penanggulangan nyeri.

d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan bertujuan untuk mengatahui penyebab dari
nyeri. Pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan laboratorium dan imaging
seperti foto polos, CT scan, MRI atau bone scan.
DAFTAR INDIKASI DAN DOSIS OBAT
FARMAKOTERAPI NYERI BERDASARKAN
DERAJAT NYERI
Nyeri Ringan
Farmakoterapi Tingkat I
Nama Obat Dosis Jadwal
Aspirin 325mg-650mg, max 4g/hari 4 jam sekali
Asetaminophen 325mg-650mg 4jam-6jam sekali
Farmakoterapi Tingkat II
Ibuprofen 200mg 4jam-6jam sekali
Sodium Naproksen Awalan 440mg, selanjutnya 8jam-12jam sekali
220mg
Ketoprofen 12,5mg 4jam-6jam sekali
Nyeri Sedang
Farmakoterapi Tingkat III
Nama Obat Dosis Jadwal
Asetaminophen Penyesuaian dosis. Misalnya 4jam-6jam sekali
Ibuprofen aspirin 1000mg 4jam-6jam sekali
Sodium Naproksen 8jam-12jam sekali
ketoprofen 4jam-6jam sekali
Farmakoterapi Tingkat IV
Jika farmakoterapi tingkat III gagal, OAINS yang dipilih dapat diganti. Pilihan OAINS kedua sebaiknya
dari kelompok kimia berbeda.
Farmakoterapi Tingkat V
Opioid (misal Codein)
Farmakoterapi Tingkat VI
Tramadol 50mg-100mg 4jam-6jam
Nyeri Berat
Farmakoterapi Tingkat VII
Nama Obat Indikasi Mekanisme
Morfin Bila terapi non narkotik tidak
efektif dan terdapat riwayat
terapi narkotik untuk nyeri.
Campuran agonis-antagonis Blok aktivasi komponen mµ
pentazosin. kompleks reseptor.
Agonis parsial Blok aktivasi komponen mµ
kompleks reseptor.
PENUTUP
Nyeri merupakan hal seringkali kita jumpai pada dunia praktek
kedokteran yang sampai saat ini merupakan masalah dalam dunia
kedokteran Nyeri merupakan manifestasi dari suatu proses
patologis yang terjadi di dalam tubuh. Nyeri akut merupakan
sensibel nyeri yang mempunyai manfaat. Bila pengelolaan nyeri
dan penyebab nyeri akut tidak dilaksanakan dengan baik, nyeri
itu dapat berkembang menjadi nyeri kronik.
Beberapa prinsip dalam manajemen nyeri sebagai berikut :
 Pasien yang mengeluh nyeri, berarti mereka betul-betul merasa nyeri. Mereka perlu
didengarkan dan dipercaya.
 Tidak ada pola fisiologis atau perilaku yang bisa digunakan untuk membuktikan bahwa
seseorang sedang berpura-pura nyeri.
 Operasi yang sama mungkin akan menghasilkan kebutuhan analgesia yang bervariasi
pada berbagai pasien.
 Derajat nyeri yang sama mungkin diekspresikan dengan cara berbeda oleh pasien.
 Opioid yang diberikan untuk nyeri akut tidak menyebabkan adiksi obat.
 Nyeri hebat setelah pembedahan bisa dicegah. Cari sebab-sebab nyeri yang bisa diatasi,
tetapi jangan tunda analgesia dengan alasan takut menyelubungi tanda-tanda bedah.
 Dosis tepat dari analgesik opioid adalah ‘cukup dan sering cukup’
 Manfaat maksimum dengan efek samping paling sedikit sering diperoleh dengan kombinasi
berbagai obat dengan cara pemberian berbeda (misal opioid dan AINS dan anestesi lokal)
Diagnostik nyeri sesuai dengan usaha untuk mencari penyebab terjadinya nyeri
Penyebabnya biasanya lebih mudah dapat ditentukan, sehingga penanggulangannya
biasanya lebih mudah pula. Nyeri akut ini akan mereda dan hilang seiring dengan laju
proses penyembuhan jaringan yang sakit.
Diagnosa penyebab nyeri akut harus ditegakkan lebih dahulu. Bersamaan dengan
usaha mengatasi penyebab nyeri akut, keluhan nyeri penderita juga
diatasi.Pengobatan yang direncanakan untuk menangulangi nyeri harus diarahkan
kepada proses penyakit yang mendasarinya untuk mengendalikan nyeri tersebut.
Pemahaman tentang patofisiologi terjadinya nyeri sangatlah penting sebagai landasan
menanggulangi nyeri yang diderita oleh penderita. Semua obat analgetika efektif
untuk menanggulangi nyeri akut ini.

Anda mungkin juga menyukai