Anda di halaman 1dari 10

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Fase-Fase Koloid
Jika suatu larutan tersusun dari komponen-komponen zat terlarut dan zat pelarut, maka
suatu sistem koloid juga tersusun dari dua komponen, yaitu fase terdispersi (zat terlarut) dan
medium pendispersi (pelarut). Dalam sistem koloid, baik fase terdispersi maupun medium
pendispersinya dapat berupa gas, cair ataupun padat, oleh karena itu dikenal 8 macam sistem
koloid yang secara legkap dapat dilihat pada tabel macam-macam sistem koloid. Sisitem koloid
fasa terdispersi gas dan medium pendispersi gas tidak ada dikarenakan campuran antara gas
dengan gas selalu menghasilkan campuran yang bersifat homogen, partikel-partikel gas berukuran
molekul atau ion ( diameter < 10-7 Cm) dan jarak antar partikel gas tersebut sangat renggang. Fase
terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Sedangkan, fase
pendispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid
dapat dikelompokkan berdasarkan fase terdispersi dan fase pendispersinya. Berdasarkan fase
terdispersi, jenis koloid ada tiga, antara lain sol (fase terdispersi padat), emulsi (fase terdispersi
cair), dan buih (fase terdispersi gas). Koloid dengan fase pendispersi gas disebut aerosol.
Berdasarkan fase terdispersi dan pendispersinya, jenis koloid dapat dibagi menjadi 8 golongan
seperti pada tabel berikut.
Tabel 2.1 Pengelompokan Sistem Koloid berdasarkan Fase Terdispersi dan Fase Pendispersi
Fase Fase
Terdispersi Pendispersi Jenis Koloid Contoh Koloid
Cair Gas Aerosol Kabut, awan, hair spray
Padat Gas Aerosol Asa, debu di udara
Gas Cair Buih Buih sabun, krim kocok
Cair Cair Emulsi Susu, santan, mayonnaise
Sol emas, tinta, cat, pasta
Padat Cair Sol gigi
Karet busa, Styrofoam,
Gas Padat Buih padat batu apung
Emulsi padat Margarin, keju, jelly,
Cair Padat (gel) mutiara
Gelas berwarna, intan
Padat Padat Sol padat hitam

2.2 Sifat-Sifat Koloid


Sifat-sifat khas koloid terbagi menjadi 3, yaitu :

- Efek Tyndall
Efek Tyndal adalah kemampuan koloid untuk menghamburkan cahaya ke segala
arah. Fenomena ini dapat juga digunakan untuk membedakan larutan dengan koloid, sebab
larutan tidak memiliki sifat menghamburkan cahaya dan dapat menjelaskan buramnya
dispersi koloid (minyak zaitun dan air dapat tembus cahaya, namun jika keduanya
dicampur akan membentuk koloid yang nampak seperti susu).
- Gerak Brown
Jika suatu sistem koloid diamati menggunakan mikroskop optik, dengan arah tegak
lurus terhadap berkas cahaya dan latar belakang yang gelap, maka akan nampak partikel-
partikel yang berbentuk seperti bintik-bintik berkilauan. Jika gerakan bintik-bintik
tersebut diikuti, maka terlihat bahwa bintik-bintik tersebut bergerak secara acak ke segala
arah. Gerakan acak ini disebut gerakan Brown. Hal ini terjadi karena banyaknya tabrakan
molekul pada satu sisi molekul tidak sama pada sisi yang lain.
- Adsorpsi
Adsorpsi disebabkan oleh adanya gaya Van der Waals di permukaan partikel yang
dapat menarik atom-atom (molekul/ion) dari zat lain. Padatan dapat bersifat sebagai
adsorben (penyerap), namun kemampuan koloid dalam mengadsorpsi lebih tinggi
daripada padatan, karena koloid memiliki luas permukaan lebih besar.
Contoh:

(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
- Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan
negatif.

- Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan
pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang
berbeda muatan.

- Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain
dari proses koagulasi.

- Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan
cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semipermeabel yang berfungsi
sebagai penyaring. Membran semipermeabel ini dapat dilewati cairan tetapi tidak dapat
dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

- Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik

2.3 Cara Pembuatan Koloid


Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara
pembuatannya dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel
suspensi. Maka dari itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
1. Metode Kondensasi
Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil
larutan sejati yang membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Pembuatan koloid sol
dengan metode ini pada umumnya dilakukan dengan cara kimia (dekomposisi rangkap,
hidrolisis, dan redoks) atau dengan penggatian pelarut. Cara kimia tersebut bekerja dengan
menggabungkan partikel-partikel larutan (atom, ion, atau molekul) menjadi pertikel-
partikel berukuran koloid.
a. Reaksi dekomposisi rangkap/pertukaran ion
Reaksi yang umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang
sukar larut yang dihasilkan pada reaksi kimia. Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui
larutan As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang:
As2O3 (aq) + 3H2S(g) → As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer:
AgNO3 (ag) + HCl(aq) → AgCl (koloid) + HNO3 (aq)

b. Reaksi hidrolisis
Reaksi hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Reaksi ini umumnya
digunakan untuk membuat koloid-koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis.
Misalnya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan
larutan FeCl3 atau reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) → Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) → Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)

c. Reaksi reduksi-oksidasi (redoks)


Reaksi yang melibatkan perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi
merupakan hasil oksidasi atau reduksi. Misalnya :
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan
melarutkan AuCl3 dalam pereduksi organik formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) → 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan
mengalirinya gas H2S :
2H2S(g) + SO2 (aq) →3S(s) + 2H2O(l)

d. Penggatian pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa
terdispersi yang semulal arut setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid.
Misalnya:
- Untuk membuat sol belerang yang sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam
alkohol seperti etanol dengan medium pendispersi air, belerang harus terlebih
dahulu dilarutkan dalam etanol sampai jenuh. Baru kemudian larutan belerang
dalam etanol tersebut ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam air sambil diaduk.
Sehingga belerang akan menggumpal menjadi pertikel koloid dikarenakan
penurunan kelarutan belerang dalam air.

- Sebaliknya, kalsium asetat yang sukar larut dalam etanol, mula-mula dilarutkan
terlebih dahulu dalam air, kemudianbaru dalam larutan tersebut ditambahkan etanol
maka terjadi kondensasi dan terbentuklah koloid kalsium asetat.

2. Metode Dispersi
Metode ini melibatkan pemecahan partikel-partikel kasar menjadi berukuran koloid
yang kemudian akan didispersikan dalam medium pendispersinya. Ada 4 cara dalam metode
ini, yaitu:
a. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan
proses penggilingan untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
Alat yang digunakan untuk cara ini biasa disebut penggilingan koloid, yang biasa
digunakan dalam :
- Industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen,
dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.

b. Cara peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid / sistem koloid dari butir-butir kasar
atau dari suatu endapan / proses pendispersi endapan dengan bantuan suatu zat
pemeptisasi (pemecah). Zat pemecah tersebut dapat berupa elektrolit khususnya
yang mengandung ion sejenis ataupun pelarut tertentu.
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
- Sol Fe(OH)3 diperoleh dengan mengaduk endapan Fe(OH) 33 yang baru
terbentuk dengan sedikit FeCl3. Sol Fe(OH)3 kemudian dikelilingi Fe+3 sehingga
bermuatan positif.
- Beberapa zat mudah terdispersi dalam pelarut tertentu dan membnetuk sistem
kolid. Contohnya; gelatin dalam air.

c. Cara Busur Bredig


Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam,
seperti Ag, Au, dan Pt. Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-
partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode. Kemudian kedua logam
dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua
ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan
listrik. Panas yang timbul akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian
akan terkondensasi dalam medium pendispersi dingin, sehingga hasil kondensasi
tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel kolid
dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.

d. Cara Ultrasonik
Cara ini hampir sama dengan cara busur Bredig, yaitu sama-sama berfungsi
dalam pembuatan sol logam. Kalau busur Bredig menggunakan arus listrik
tegangan tinggi, maka cara ultrasonik menggunakan energi bunyi berfrekuensi
sangat tinggi, yaitu di atas 20.000 Hz.

2.4 Aplikasi Koloid dalam Kehidupan


Beberapa contoh aplikasi sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari kita antara lain sebagai
berikut:
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel
koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi
zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.

2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-
ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat
netral sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.

3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur,
dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya
layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat
dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang
terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang
bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O  Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.

4. Pembentukan Delta di Muara Sungai


Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif.
Sedangkan air laut mengandung ion-ion Na+, Mg+2, dan Ca+2 yang bermuatan positif. Karena
air sungai bertemu di laut, maka ion-ion positif dari air laut akan menetralkan muatan pasir
dan tanah liat. Sehingga terjadi koagulasi yang akan membentuk suatu delta.

5. Pengambilan Endapan Pengotor


Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industry seringkali mengandung zat-
zat pengotor berupa partikel-partikel koloid. Untuk memisahkan pengotor ini, digunakan alat
pengendap elektrostatik yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk
menarik partikel-partikel koloid.

6. Agar-agar
Padatan agar-agar yang terdispersi di dalam air panas akan menghasilkan sistem koloid yang
disebut sol. Jika konsentrasi agar-agar rendah, pada keadaan dingin, sol ini akan berwujud
cair. Sebaliknya, jika konsentrasi agar-agar tinggi pada keadaan dingin sol akan menjadi
padat dan kaku. Keadaan seperti ini disebut gel.

7. Pektin
Pektin adalah teoung yang diperoleh dari buah papaya muda, apel, dan kulit jeruk. Jika di
dispersikan di dalam air, terbentuk sol yang kemudian memadat sehingga membentuk gel.
Pektin biasa digunakan untuk membuat selai.
8. Gelatin
Gelatin adalah tepung yang diperoleh dari hasil perebusan kulit atau kaki binatang, misalnya
sapi. Jika gelatin di dispersikan di dalam air, terbentuk suatu sol yang kemudian memadat
dan membentul gel. Gelatin banyak digunakan untuk pembuatan cangkang kapsul. Agar-
agar, pektin, gelatin juga digunakan untuk pembuatan makanan seperti jelly, atau permen
yang kenyal (gummy candies).

9. Cairan Kanji
Tepung kanji yang dilarutkan di dalam air dingin akan membentuk suatu suspensi. Jika
suspensi dipanaskan terbentuk sol, dan jika konsentrasi tepung kanji cukup tinggi, sol
tersebut akan memadat sehingga membentuk gel. Suatu gel terbentuk karena fase terdispersi
menyerap medium pendispersi sehingga fase terdispersi mengembang, memadat, dan
menjadi kaku.

10. Cat Tembok dan Tinta


Zat warna terdispersi di dalam medium air

11. Cat Kayu dan Cat Besi


Zat warna terdispersi di dalam pelarut organic

12. Proses Menghilangkan Bau Badan


Pada produk roll on deodorant, digunakan adsorben (zat yang mengabsorpsi) berupa Al-
strearat. Jika deodorant digosokkan pada anggota badan, Al-Strearat mengabsorpsi keringat
yang menyebabkan bau badan.

13. Proses Rebusan Telur


Telur mentah merupakan suatu sistem koloid dengan fase terdispersi berupa protein. Jika
telur tersebut direbus, akan terjadi koagulasi sehingga telur tersebut menggumpal.

14. Pembuatan Yoghurt


Susu dapat berubah menjadi yoghurt melalui proses fermentasi. Pada fermentasi susu, akan
terbentuk asam laktat yang menggumpal dan berasa asam.

15. Pembuatan Tahu


Pada pembuatan tahu dari kedelai, mula-mula kedelai dihancurkan sehingga terbentuk bubur
kedelai (seperti susu). Kemudian, ditambahkan larutan elektrolit, yaitu CaSO4.2H2O yang
disebut batu tahu sehingga protein kedelai menggumpal dan membentuk tahu.

16. Pembuatan Lateks


Lateks terbuat dari getah karet, salah satu sistem koloid. Pada pembuatan lateks, getah karet
digumpalkan dengan penambahan asam asetat atau asam format.

17. Pengolahan Asap atau Debu


Asap atau debu yang dihasilkan dari suatu proses industry dapan mencemari udara
disekitarnya. Asap dan debu merupakan sistem koloid zat padat dalam medium pendispersi
gas(udara). Padatan dalam asap atau debu dapat diendapkan dengan menggunakan lat
Cottrel. Asap dan debu dilewatkan melalui cerobong yang didalamnya terdapat ujung-ujung
elektorda bermuatan dengan bertegangan 20.000 V hingga 75.000 V. elektroda
mengakibatkan asap dan debu akan tertarik pada elektroda yang lainnya dan mengendap.
Endapan yang terbentuk dipisahkan secara berkala sehingga gas-gas yang keluar dari
cerobong sudah terbebas dari pastikel padatan yang berbahaya.

Anda mungkin juga menyukai