BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Vitiligo adalah kelainan pigmentasi pada kulit dan membran mukosa
ditandai dengan makula hipopigmentasi berbatas tegas dengan pathogenesis yang
kompleks.1
Insidensi vitiligo rata-rata 1% di seluruh dunia. Penyakit ini dapat
mengenai semua ras dan jenis kelamin, Pernah dilaporkan bahwa vitiligo yang
terjadi pada perempuan lebih berat dibanding laki-laki, hal ini terjadi karena
banyak laporan dari pasien perempuan dengan masalah kosmetik. Penyakit ini
juga dapat terjadi sejak lahir sampai usia lanjut dengan frekuensi tertinggi (50%
dari kasus) pada usia 10–30 tahun.1
Tidak adanya melanosit pada lapisan kulit merupakan tanda khas penyakit
ini. Gambaran vitiligo dapat berupa makula hipopigmentasi yang lokal sampai
universal. Diagnosis vitiligo ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan klinis
yang dapat ditunjang dengan pemeriksaan lampu Wood dan pemeriksaan
histopatologi.1
Terapi vitiligo sendiri sampai saat ini masih kurang memuaskan. Tabir
surya dan kosmetik covermask bisa menjadi pilihan terapi yang murah dan mudah
serta dapat digunakan oleh pasien sendiri dibanding dengan terapi lainnya.
Kortikosteroid topikal juga dapat menjadi terapi inisial untuk vitiligo.1
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Definisi
Suatu penyakit akibat proses depigmentasi pada kulit, disebabkan oleh
factor genetic dan non genetik yang berinteraksi dengan kehilangan atau
ketahanan fungsi melanosit yang pada kenyatannya merupakan peristiwa
autoimun. 2
2.2.Epidemiologi
Kejadian Vitiligo sekitar 0,5-2% dari populasi dunia, dan terlihat hampir
seluruh usia. Rata-rata usia yang terkena sekitar 20 tahun..(1) Prevalensi kejadian
vitiligo berbeda di setiap populasi dari berbagai Negara, pada Caucasian sebanyak
0,38%, pada AfroCarribeans sebanyak 0,34 %, pada Populasi Indian sebanyak
0,46 %. Vitiligo terlihat memiliki angka kejadian yang sama antar laki-laki dan
perempuan, walaupun perempuan yang lebih banyak didapatkan diantara pasien
yang datang pelayanan kesehatan. Vitiligo dapat berkembang dari berbagai
tingkat umur, dengan rata-rata onset usia sekitar 24 tahun pada populasi
Caucasian. Subtipe paling sering dari vitiligo adalah Generalized Vitiligo (GV)
yaitu penyakit akibat autoimun yang dihubungkan dengan penyakit autoimun
lainnya pada sekitar 20-30% pasien, yang tersering adalah Autoimmune thyroid
disease (Hashimoto’s Thyroiditis or Graves Disease), rheumatoid arthritis,
psoriasis, anemia perniciosa, Diabetes Tipe 1, Sistemik Lupus Eritematosus, dan
Addison disease.2,6
Teori Neural
Hipotesis ini menunjukkan adanya mediator neurokimia yang
bersifat sitotoksik terhadap sel pigmen dan dikeluarkan oleh ujung
saraf didekatnya. Teori ini didukung oleh kenyataan:1
1) Vitiligo lokalisata yang terbatas secara segmental tidak
dermatomal melainkan menyerang beberapa dermatom.
2) Vitiligo segmental tidak berefek dengan obat-obat vitiligo
konvensional tetapi membaik terhadap obat-obat yang
memodulasi fungsi saraf.
3) Terjadinya vitiligo dilaporkan setelah mengalami tekanan
emosional berat atau setelah kejadian neurologikal, misalnya
ensefalitis, multipel sklerosis, dan jejas saraf perifer.
Virus
Bersama-sama dengan teori lain, data yang ada menunjukkan
bahwa vitiligo merupakan kelainan multifaktor, dan merupakan hasil
akhir dari beberapa jalur patologis yang berbeda. Para ahli sepakat
5
2.5.Klasifikasi Vitiligo
Gambar 1.
Vitiligo Vulgaris 2
6
2. Vitiligo Akrofasial: Menyerang pada distal dari jari dan wajah dengan
pola circumferensial. Ini merupakan sub tipe dari GV 2,8
Gambar 2.
Vitiligo Akrofasial 2
3. Mixed vitligo: kombinasi dari acrofacial dan vulgaris, atau segmental dan
tipe acrofacial. 2
4. Vitiligo Universalis: Seluruh atau hampir menyeluruh mengalami
depigmentasi dari seluruh tubuh. Ini merupakan bentuk paling berat GV.2
Gambar 3.
Vitiligo Universalis 2
7
5. Vitiligo Fokal: Satu atau lebih macula pada satu area, tetapi tidak
terdistribusi secara segmental. 2
Gambar 4.
Vitiligo Fokal 2
Gambar 5.
Vitiligo Segmental 2
8
2.6.Penegakan diagnosis
Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Wood’s Lamp
Wood Lamp adalah test yang menggunakan cahaya yang deakt
untuk melihat kulit. Ini digunakan di ruangan yang gelap kulit
berada 4 sampai 5 inci dari sumber cahaya wood’s lamp, tujuannya
untuk melihat semua perubahan warna pada kulit yang terkena.
Wood’s lamp berfungsi untuk melihat beberapa kondisi dari kulit
seperti infeksi bakteri, Infeksi Fungi, Ektoparasit, dan perubahan
warna kulit.
Pada lesi vitiligo setelah digunakan wood’s lamp akan
memperlihatkan warna putih cerah atau putih biru. Ini
membedakannya dengan lesi hypopigmentasi pada penyakit lain. 7
Hasil dari lampu Wood pada berbagai penyakit tersebut adalah
1. Warna Kuning Emas untuk Tinea versicolor
2. Hijau pucat untuk Trichopyton schoenleini
3. Hijau Kuning cerah untuk Microsporum audouni atau
M.canis
4. Aquareen to blue untuk Pseudomonas aeruginosa
5. Biru putih untuk Leprae
6. Putih pucat untuk hipopigmentasi
7. Ungu coklat untuk hiperpigmentasi.
B. Pemeriksaan Histopatologi
Dengan pewarnaan hematoksilin (HE) tampaknya normal
kecuali tidak ditemukan melanosit, kadang-kadang ditemukan
limfosit pada tepi macula. Reaksi dopa untuk melanosit negative
pada daerah apigmentasi, tetapi meningkat pada tepi yang
hiperpigmentasi. 3
9
C. Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan histokimia pada kulit yang diinkubasi dengan
DOPA menujukkan tidak adanya tirosinase. Kadar tirosin plasma
dan kulit normal. 3,8
2.7.Diagnosa Banding
1. Pitiriasis alba (berukuran kecil, tepi yang tidak berbatas tegas, dan
warna yang tidak terlalu putih).
2. Pitiriasis versikolor (sisik halus dengan warna fluoresensi kuning –
kehijauan dibawah lampu Wood, KOH positif)
3. Leukoderma oleh bahan kimia (riwayat paparan fenolikgermisida,
makula confetti). Penyakit ini merupakan diagnosis banding yang sulit
karena melanosit yang tidak ada, sama seperti pada vitiligo.
4. Leukoderma terkait dengan melanoma.
5. Leukoderma post-inflamasi (makula tidak terlalu putih biasanya
riwayat psoriasis atau eksim pada daerah makula yang sama)
6. Nevus depigmentosa (stabil, kongenital, makula tidak terlalu putih,
unilateral).
7. Nevus anemikus (tidak ada perubahan dengan lampu Wood, tidak ada
eritema setelah digosok).
8. Morbus hansen tipe PB (daerah endemis, warna tidak terlalu putih,
biasanya terdapat macula anestesi yang tidak berbatas tegas)
9. Hypomelanosis of Ito (bilateral, garis Blaschko, pola kue marmer; 60-
75% mempunyai keterlibatan-sistemik sistem saraf pusat (SSP), mata,
sistem muskuloskeletal).
10. Tuberous sklerosis (stabil, kongenital dengan makula poligonal tidak
terlalu putih, bentuk pohon berdaun, sesekali makula segmenta, dan
makula confetti).
11. Piebaldisme (kongenital, putih, stabil, garis berpigmen pada
punggung, pola khas dengan makula hiperpigmentasi besar ditengah
daerah hypomelanotik).
10
2.8 Penatalaksanaan
Dengan emisi puncak pada 311 nm, ini lebih efektif dan
lebih aman pda therapy dari vitiligo, dan termasuk pilihan utama
untuk GV. Studi menunjukkan UVA dengan Psoralen
dibandingkan dengan UVB, memberikan hasil yang berbeda yaitu
hasil dari UVB-NB lebih efektif dalam repigmentasi kulit. 2,9
Gambar 6.
3. Kortikosteroid
a. Kortikosteroid Topikal
b. Kortikosteroid Sistemik
4. Calcineurin Inhibitor.
1. Surgical Treatment
2. Total Depigmentasi
2.9 Prognosis
BAB III
KESIMPULAN
Vitiligo pada umumnya dimulai pada masa anak-anak atau usia dewasa
muda dengan awitannya (50% kasus) pada usia 10-30 tahun, tetapi kelainan ini
dapat terjadi pada semua usia. Tidak dipengaruhi oleh ras, dengan perbandingan
laki-laki sama dengan perempuan.
Penyebab vitiligo yang pasti sampai saat ini belum diketahui. Walaupun
penyebab pasti viligo sepenuhnya belum diketahui. Namun, beberapa faktor
diduga dapat menjadi penyebab timbulnya vitiligo pada seseorang, misalnya,
faktor emosi atau stres, faktor mekanis seperti trauma, faktor sinar matahari atau
penyinaran sinar UVA, dan faktor hormonal.
Gambaran ruam vitiligo dapat berupa makula hipopigmentasi yang lokal
sampai universal dengan daerah tangan, pergelangan tangan, lutut, leher, dan
daerah sekitar lubang sebagai daerah predileksi dari vitiligo.
Terapi vitiligo sendiri sampai saat ini masih kurang memuaskan. Tabir
surya dan kosmetik covermask bisa menjadi pilihan terapi yang murah dan mudah
serta dapat digunakan oleh pasien sendiri dibanding dengan terapi lainnya.
Prognosis vitiligo masih meragukan dan bergantung pula pada kesabaran
dan kepatuhan penderita terhadap pengobatan yang diberikan. 2,6
19
DAFTAR PUSTAKA
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Ms. TS
Umur : 67 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Batak/Indonesia
Status Pernikahan : Sudah Menikah
Agama : Kristen
Pekerjaan : IRT
Alamat :-
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Bercak putih tidak terasa gatal pada kedua tangan, punggung tangan
dan jari-jari. Hal ini sudah dirasakan ± 5 tahun yang lalu.
Keluhan Tambahan
Tidak ada
Riwayat perjalanan penyakit
Awalnya bercak timbul sedikit pada bagian bahu dan semakin lama
meluas kebagian dada dan jari-jari tangan.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada
Riwayat penyakit terdahulu
Tidak ada
Riwayat penggunaan obat
Tidak ada
Lokalisasi
Regio dorsum manus dextra et sinistra, regio dorsalis digiti I-V manus
dextraet sinistra, thoracalis.
21
Ruam
Makula hipopigmentasi multipel , ukuran nomular plakat.
Pemeriksaan labiratorium
Tidak ada
III. PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALISATA
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : Baik
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/i
Pernafasan : 16 x/menit
KEADAAN SPESIFIK
Kepala : Dalam batas normal
Leher : Dalam batas normal
Thorax : Dalam batas normal
Abdomen : Dalam batas normal
Genital : Dalam batas normal
Ekstremitas : Inferior Papul, Vesikel, Eritema,
erosi,skuama halus, Central Healing
IV. STATUS DERMATOLOGI
Lokalisasi : Regio dorsum manus dextra et sinistra, regio
dorsalis digiti I-V manus dextraet sinistra,
thoracalis.
Ruam : Makula hipopigmentasi multipel , ukuran nomular
plakat.
22
V. RESUME
Perempuan 67 btahun datang ke poli klinik Rumah Sakit Umum Daerah
dr. Pirngadi denga keluhan Bercak putih pada kedua punggung dan jarri
tangan dialami ± 5 tahun yang lalu awalnya muncul pada paha dan
semakin luas ke adada, punggung tangan dan jari , gatal (-).
VI. DIAGNOSA BANDING
1. Vitiligo
2. Pitriasis Vesikolor
3. Scleroderma
VII. DIAGNOSA SEMENTARA
Vitiligo
-Khusus :
> Topikal : Betamethason cream 0,1% 2 X 1 , parasolk cream spf
33 di oleskan 15 menit sebelum keluar rumah.
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungtionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
23
DOKUMENTASI