Disusun Oleh :
10542 0583 14
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya serta segala kemudahan yang diberikan dalam setiap kesulitan
hamba-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Laporan Kasus dengan judul
Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan (F20.00) + Ketidakpatuhan Terhadap
Pengobatan (Z91.1). Tugas ini ditulis sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa.
Berbagai hambatan dialami dalam penyusunan tugas Laporan Kasus ini,
namun berkat bantuan saran, kritikan, dan motivasi dari pembimbing serta teman-
teman sehingga tugas ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa Laporan Kasus ini masih jauh dari yang
diharapkan oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis akan senang menerima
kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan tugas ini. Semoga Laporan
Kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis secara khusus.
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
DAFTAR ISI iv
PEMBAHASAN ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA 17
iv
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Umur : 55 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/ tanggal Lahir : 1 Juli 1963
Agama : Islam
Suku : Bugis
Status Pernikahan : Cerai hidup
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Petani
Tanggal Pemeriksaan : 28 Desember 2019
Ruangan : Kenanga
Alloanamnesis Diperoleh Dari :
Nama : Tn. H
Hubungan dengan pasien : Saudara kandung
B. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Keluhan Utama
Gelisah
1
Awal perubahan perilaku pasien terjadi pada tahun 2013
dengan penyebab yang tidak jelas. Pasien sering mengaku-ngaku
barang milik saudaranya sebagai miliknya, dan merasa saudaranya
merampas dari diri pasien. Pasien juga merasa bahwa hubungan
dengan saudara-saudaranya tidak baik. Serta pasien merasa cemburu
dengan kakak-kakaknya yang hidup bercukupan. Pasien masuk RSKD
untuk kedua kalinya, sebelumnya pernah dirawat di RSKD tahun 2013
selama 3 bulan, setelah itu pasien rawat jalan namun tidak mau
meminum obatnya lagi.
b. Hendaya/Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (-)
Hendaya Waktu Senggang (+)
c. Faktor Stress Psikososial
Kecemburuan pada kakak-kakaknya
d. Hubungan Gangguan Sekarang Dengan Riwayat Fisik Dan Psikis
Sebelumnya :
Riwayat infeksi (-)
Riwayat trauma (-)
Riwayat kejang (-)
Riwayat merokok (-)
Riwayat alkohol (-)
Riwayat NAPZA (-)
2
4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh dukun beranak,
pada tanggal 1 Juli 1963. Berat badan lahir tidak diketahui. Sejak pasien
dilahirkan pasien mendapatkan ASI selama 6 bulan. Pada saat bayi,
pasien tidak pernah mengalami demam tinggi maupun kejang.
b. Riwayat Masa Kanak Awal – Pertengahan
Pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia pasien,
tidak ada kelainan yang dialami pada masa ini.
c. Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja
Riwayat haid pertama kali pada umur 12 tahun dan tidak ada
kelainan pada masa ini.
d. Riwayat Masa Dewasa
1) Riwayat Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah tamat SD, pasien berhenti
sekolah karena alasan biaya.
2) Riwayat Pekerjaan
Pekerjaan pasien adalah petani, pekerjaan ini telah lama
dilakukan pada saat setelah menikah sampai sekarang.
3) Riwayat Perrnikahan
Pasien menikah umur 20 tahun dengan lelaki pilihan
keluarganya, dan bercerai pada umur 35 tahun.
3
4) Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak keempat dari enam bersaudara
(♂,♀,♂,♀,♂,♂).
Keterangan :
: Laki-laki : Cerai
: Perempuan : Meninggal
: Pasien
4
8) Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien merasa dirinya tidak sakit dan tidak membutuhkan
obat untuk mengobati dirinya.
2. Keadaan Afektif
a. Mood : Eutimia
b. Afek : Terbatas
c. Keserasian : Sedikit
d. Empati : Tidak dapat dirasakan
5
3. Fungsi Intelektual (Kognitif)
a. Taraf pendidikan : Sesuai tingkat pendidikan
b. Orientasi
Waktu : Baik
Tempat : Baik
Orang : Baik
c. Daya ingat : tidak terganggu
d. Konsentrasi dan Perhatian : Terganggu
e. Pikiran Abstrak : Terganggu
f. Bakat Kreatif : Tidak ada
g. Kemampuan Menolong Diri Sendiri : Dapat menolong diri sendiri
4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi : Halusinasi auditorik ada, pasien sering kali
mendengar suara yang memberitahu dirinya
tentang calon presiden yang akan menang
pada pemilihan nanti.
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi : Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada
5. Pikiran
a. Arus pikiran : Cukup relevan, Koheren
b. Isi Pikiran
Preokupasi : Tidak ada
Gangguan Isi Pikiran :
o Waham kebesaran (+), pasien meyakini dirinya dapat
melihat masa depan.
o Waham persekutorik (+), pasien meyakini akan ada yang
meracuni dirinya.
c. Hendaya Berbahasa : Tidak ada hendaya dalam berbahasa.
6
6. Pengendalian Impuls : Terganggu
2. Status Neurologis
Kesadaran : GCS 15 (E4M6V5)
Kepala : Normocephal
Fungsi motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal
7
Awal perubahan perilaku pasien terjadi pada tahun 2013 dengan
penyebab yang tidak jelas. Pasien sering mengaku-ngaku barang milik
saudaranya sebagai miliknya, dan merasa saudaranya merampas dari diri
pasien. Pasien juga merasa bahwa hubungan dengan saudara-saudaranya tidak
baik. Serta pasien merasa cemburu dengan kakak-kakaknya yang hidup
bercukupan. Saat pasien masuk RSKD pada tahun 2013 untuk yang pertama
kalinya dirawat selama 3bulan lalu rawat jalan, tapi setelah pulang kerumah
pasien tidak mau lagi meminum obatnya. Pada pasien ditemukan adanya
gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik, waham kebesaran & waham
persekutorik.
8
mengetahui masa depan serta waham persekutorik yakni pasien merasa
ingin diracuni sehingga memenuhi gejala Skizofrenia paranoid, dan
berlangsung terus menerus serta tidak mau minum obat sehingga pasien
ini dapat didiagnosis berdasarkan PPDGJ III sebagai Skizofrenia
paranoid berkelanjutan (F20.00) dengan ketidakpatuhan terhadap
pengobatan (Z91.1)
2. Aksis II
Sebelum sakit, pasien dikenal sebagai orang yang ramah.
3. Aksis III
Tidak ada diagnosis.
4. Aksis IV
Stressor psikososial: Kecemburuan pada kakak-kakaknya.
5. Aksis V
GAF Scale 50-41 (Gejala berat, disabilitas berat).
G. DAFTAR MASALAH
1. Organobiologik
Tidak ditemukan adanya kelainan fisik yang bermakna, tetapi
diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, maka pasien
memerlukan farmakoterapi.
2. Psikologi
Ditemukan adanya masalah psikologi berupa waham dan
halusinasi sehingga memerlukan psikoterapi.
9
3. Sosiologik
Ditemukan adanya hendaya dalam bidang social dan
penggunaan waktu senggang sehingga perlu dilakukan sosioterapi.
H. PROGNOSIS
Dubia ad malam
1. Faktor Pendukung
Tidak terdapat kelainan organik
Stressor yang diketahui
2. Faktor Penghambat
Onset di usia tua
Perjalanan penyakit kronis
Tidak ada dukungan dari keluarga
I. RENCANA TERAPI
1. Farmakoterapi
Haloperidol tab 1,5 mg 12/jam/oral
Clozapine tab 25 mg 0-0-1
Trihexyphenidil tab 2 mg 12 jam/oral (Bila EPS)
Lodomer Inj 1 amp/extra/IM (Bila gelisah dan menolak oral)
2. Psikoterapi
Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk
menceritakan keluhan dan isi hati serta perasaan sehingga pasien merasa
lega.
3. Konseling
Memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien agar
memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya.
10
4. Sosioterapi
Memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-
orang di sekitarnya. Sehingga dapat menerima dan menciptakan suasana
lingkungan yang mendukung.
J. FOLLOW UP
Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya,
selain itu menilai efektivitas dan kemungkinan efek samping obat yang
diberikan.
29 Desember 2018
S/
Pasien tenang, tidur (+), makan (+), pasien mengatakan terkadang masih
mendengar suara bisikan.
O/
Kontak mata (+), Verbal (+)
Psikomotor : Tenang
Verbalisasi : Spontan, lancar, intonasi kadang meningkat
Afek : Terbatas
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik ada
Arus pikir : Cukup Relevan
Gangguan isi pikir : Waham kebesaran ada, waham persekutorik ada
A/
Skizofrenia Paranoid (F20.0)
P/
Haloperidol 1,5 mg/12 jam/oral
Clozapine 25 mg/24 jam/oral
11
K. PEMBAHASAN (DISKUSI)
Psikosis adalah kumpulan gejala yang terjadi bersama-sama selama
periode waktu. Kebanyakan gejala yang menonjol dari psikosis adalah delusi
dan halusinasi di mana seseorang kehilangan sentuh dengan realitas, dan
memiliki kesulitan mengatakan perbedaan antara apa yang nyata dan apa
yang tidak. Psikosis dapat mempengaruhi cara seseorang berpikir, merasa dan
berperilaku.
Skizofrenia adalah gangguan psikotik menetap yang mencakup
gangguan pada perilaku, pikiran, emosi dan persepsi. Skizofrenia adalah
gangguan psikotik yang kronik, pada orang yang mengalaminya tidak dapat
menilai realitas dengan baik dan pemahaman diri buruk. Orang-orang dengan
Skizofrenia menunjukkan kemunduran yang jelas dalam fungsi pekerjaan dan
sosial. Mereka mungkin mengalami kesulitan mempertahankan pembicaraan,
membentuk pertemanan, mempertahankan pekerjaan, atau memperhatikan
kebersihan pribadi mereka. Namun demikian tidak ada satu pola perilaku
yang unik pada skizofrenia, demikian pula tidak ada satu pola perilaku yang
selalu muncul pada penderita skizofrenia.
Penderita skizofrenia mungkin menunjukkan waham, masalah dalam
pikiran asosiatif, dan halusinasi, pada satu atau lain waktu, namun tidak selalu
semua tampil pada saat bersamaan. Dalam beberapa kasus, Skizofrenia
menyerang manusia usia muda antara 15 hingga 30 tahun, tetapi serangan
kebanyakan terjadi pada usia 40 tahun ke atas. Skizofrenia bisa menyerang
siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras, maupun tingkat sosial ekonomi.
Skizofrenia tidak bisa disembuhkan sampai sekarang. Tetapi dengan
bantuan Psikiater dan obat-obatan, skizofrenia dapat dikontrol. Pemulihan
memang kadang terjadi, tetapi tidak bisa diprediksikan. Dalam beberapa
kasus, penderita menjadi lebih baik dari sebelumnya. Keringanan gejala
selalu nampak dalam 2 tahun pertama setelah penderita diobati, dan
berangsur-angsur menjadi jarang setelah 5 tahun pengobatan. Pada umur yang
lanjut, di atas 40 tahun, kehidupan penderita skizofrenia yang diobati akan
semakin baik, dosis obat yang diberikan akan semakin berkurang, dan
12
Prekuensi pengobatan akan semakin jarang. Peranan Psikolog juga sangat
penting dan mendukung penanganan penderita skizofrenia melalui
psikotherapy dengan CBT (Cognitive Behavior Therapy) yang menggunakan
berbagai teknik.
Skizofrenia paranoid merupakan salah satu tipe dari enam jenis
Skizofrenia dalam Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III
(PPDGJ-III) diberi kode diagnosis F20.0. Skizofrenia Paranoid merupakan
gangguan psikotik yang merusak yang dapat melibatkan gangguan yang khas
dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), pembicaraan, emosi dan
perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang penting (delusi
grandeur) atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang
jelas, seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud
mencelakainya. Para penderita Skizofrenia tipe paranoid secara mencolok
tampak berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan
kognitif dan afek mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak
mengalami disorganisasi dalam pembicaraan atau afek datar. Mereka
biasanya memiliki prognosis yang lebih baik dibandingkan penderita tipe
Skizofrenia lainnya, Durand, dkk (2007).
Ciri utama skizofrenia tipe paranoid ini adalah adanya waham yang
mencolok atau halusinasi auditorik dalam konteks terdapatnya fungsi kognitif
dan afek yang relatif masih terjaga, sedangkan katatonik relatif tidak
menonjol. Waham biasanya adalah waham kejar atau waham kebesaran, atau
keduanya, tetapi waham dengan tema lain (misalnya waham cemburu,
keagamaan, atau somatisasi) mungkin juga muncul. Halusinasi juga biasanya
berkaitan dengan tema wahamnya.
13
Kriteria Diagnostik Skizofrenia Paranoid:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia yaitu harus ada
sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih, bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
1. “Thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya.
“Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal), dan “Thought broadcasting”
= isi pikirannya tersiar ke luar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya.
2. “Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau “delusion of influence” = waham tentang
dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar, atau “delusion
of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan dari luar, (tentang “dirinya” = secara jelas merujuk ke
pergerakan tubuh atau anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau
penginderaan khusus). “Delusional perception”= pengalaman inderawi
yang tak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat
mistik atau mukjizat.
3. Halusinasi auditorik : suara halusinasi yang berkomentar secara terus
menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di
antara mereka sendiri (di antara berbagai suara yang berbicara), atau jenis
suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
14
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas
5. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
(over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama
berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme.
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme,
dan stupor.
8. Simptom “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika.
Adanya gejala – gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek
perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya
minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial. Sebagai
tambahan :
Halusinasi atau waham harus menonjol :
o Suara-suara halusinasi yg mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik.
o Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol.
15
o Waham hampir setiap jenis, seperti ; waham dikendalikan, waham
kejar, waham curiga yang paling khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak menonjol.
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN WAWANCARA PASIEN
Sabtu 29/12/2018
18
DM : Suara laki-laki atau perempuaan yang kita dengar bu?
P : kadang perempuan kadang laki-laki.
DM : itu yang tanyaki ada kita lihat orangnya atau hanya suranya?
P : suara ji dok. Saya juga bisa tau masa depannya orang
DM : bagaimana caranya kita tau masa depannya orang bu?
P : dari ilmu yang kumiliki dok.
DM : ilmu apa itu ibu?
P : ada memang saya ilmuku dok, saya harus puasa setiap hari jumat.
DM : kalau puasaki hari jumat berarti puasaki juga dihari sabtu atau kamis?
Karena haram itu hukumnya ibu puasa dihari jumat saja.
P : tidak dok, ilmuku itu wajib puasa di hari jumat.
DM : oh iye buk. Sudah maki makan ibu?
P : belum dok
DM : kenapa belum?
P : jijikka dok, busuk baunya itu didalam kamar, tidak saya suka dok, biar
jelek rumahku tapi tidak busuk ji dok seperti itu kamar didalam.
DM : haruski makan ibu, supaya tidak lemaski.
P : tidak mauja dok, mauka pulang dirumahku.
DM : ibu M kita tidak mau makan karena busuk bau kamarta atau merasa ki
ada yang kasi racun makanan ta?
P : iye dok sebenarnya takutka ada nanti racunnya itu makanan yang
dikasika.
DM : bu M ini makanan dokter yang bikin jadi pasti tidak adaji racunnya bu,
haruski makan supaya tidak lemas.
P : oh, dokter yang bikin itu makanan dok?
DM : iye ibu. Tidak akan adaji racunnya Jadi haruski makan bu
P : oh iye dok.
DM : kalau malam tidurta ibu bagaimana?
P : tidak bisaka tidur dok.
DM : kenapa ibu?
19
P : ribut sekali itu teriak-teriak yang dikamar, banyak juga nyamuk yang
gigitka dok.
DM : oh iye bu nanti ditanya teman kamarnya supaya tidak ribut yah.
P : iye dok.
DM : Kita tau apa bedanya apel dengan jeruk?
P : Tau dok Jeruk warna kuning, apel merah
DM : Bu M, kalau ada dompet kita dapat dijalan, apa kita bikin?
P : Kusimpanki siapa tau ada orangnya yang mau ambil
DM : Oiye
P : mauka pulang dok.
DM : harus ada keluarga ta yang jemput baru boleh pulang, bu.
P : telponkan ka adekku dok, suruh jemputka.
DM : oh iye ibu nanti saya telponkan ki, masuk maki dulu ke kamarta dan
haruski makan nah.
P : iye dok, tapi tidak adaji racunnya nasiku dok.?
DM : iye ibu tidak adaji racunnya.
P : iye dok.
DM : Terimakasih ibu sudah mau saya tanya-tanya.
P : Iye dok, sama-sama. Masuk ma dok
20