Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Health-care Associated Infections (HAIs) adalah penyakit infeksi yang pertama
muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari pasien itu sendiri) dalam waktu
antara dua sampai empat hari setelah pasien masuk rumah sakit atau tempat pelayanan
kesehatan lainnya yang berasal dari proses penyebaran di sumber pelayanan kesehatan
baik melalui pasien, petugas kesehatan, pengunjung, maupun sumber lainnya dan
mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai
dirawat.

B. SUMBER PENYEBARAN INFEKSI


Infeksi yang terjadi dirumah sakit atau dalam sistem pelayanan kesehatan yang
berasal dari proses penyebaran disumber pelayanan kesehatan, baik melalui :
1. Pasien
Pasien merupakan unsur pertama yang dapat menyebarkan infeksi kepada pasien
lainnya, petugas kesehatan, pengunjung, atau benda dan alat kesehatan yang
lainnya.
2. Petugas kesehatan
Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsung yang dapat
menularkan berbagai kuman ke tempat lain.
3. Pengunjung
Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam
lingkungan rumah sakit, atau sebaliknya yang dapat dari dalam rumah sakit keluar
rumah sakit.
4. Sumber lainnya
Sumber lain yang dimaksud disini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi
lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada dirumah
sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien dan
sebaliknya.
C. PROSES PENYEBARAN INFEKSI
Menurut Potter & Perry (2005) proses terjadinya infeksi seperti rantai yang saling
terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, Proses tersebut melibatkan
beberapa unsur diantaranya:
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme yang dapat menyebabkan
infeksi. Pada manusia dapat berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur dan parasit.
2. Reservoir atau tempat dimana agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang biak
dan siap ditularkan kepada orang. Reservoir yang paling umum adalah manusia,
binatang, tumbuh-tumbuhan, tanah, air dan bahan-bahan organik lainnya. Pada
manusia: permukaan kulit, selaput lendir saluran nafas atas, usus dan vagina
3. Port of exit (pintu keluar) adalah jalan darimana agen infeksi meninggalkan
reservoir. Pintu keluar meliputi : saluran pernafasan, saluran pencernaan, saluran
kemih dan kelamin, kulit dan membran mukosa, transplasenta dan darah serta
cairan tubuh lain.
4. Transmisi (cara penularan) adalah mekanisme bagaimana transport agen
infeksi dari reservoir ke penderita (yang suseptibel). Ada beberapa cara penularan
yaitu :
a. Kontak (contact transmission):
Langsung/direct: kontak badan ke badan pada saat pemeriksaan fisik,
memandikan pasien.
Tidak langsung/indirect: kontak melalui objek (benda/alat) perantara: melalui
instrumen, jarum, kasa, tangan yang tidak dicuci.
b. Droplet: partikel droplet > 5 μm melalui batuk, bersin, bicara, jarak
penyebaran pendek, tidak bertahan lama di udara, “deposit” pada mukosa
konjungtiva, hidung, mulut contoh: Difteria, Pertussis, Mycoplasma,
Haemophillus influenza type b (Hib), virus Influenza, mumps,
rubella.
c. Airborne: partikel kecil ukuran < 5 μm, bertahan lama di udara, jarak
penyebaran jauh, dapat terinhalasi, contoh: Mycobacterium tuberculosis, virus
campak, Varisela (cacar air), spora jamur.
d. Vehikulum: Bahan yang dapat berperan dalam mempertahankan kehidupan
kuman penyebab sampai masuk (tertelan) pada pejamu yang rentan. Contoh:
air, darah, serum, plasma, tinja, makanan.
e. Vektor: Artropoda (umumnya serangga) atau binatang lain yang dapat
menularkan kuman penyebab cara menggigit pejamu yang rentan atau
menimbun kuman penyebab pada kulit pejamu atau makanan. Contoh:
nyamuk, lalat, pinjal/kutu, binatang pengerat.
5. Port of entry (Pintu masuk) adalah tempat dimana agen infeksi memasuki pejamu
(yang suseptibel). Pintu masuk bisa melalui: saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lendir, serta kulit yang tidak utuh
(luka).

D. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI


Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas pejamu,
agen infeksi (patogenesis, virulesi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi faktor
resiko pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat
mengurangi insiden terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas
kesehatan (Depertemen Kesehatan, 2009).
Berikut ini merupakan hal-hal yang dapat dilakukan untuk pencegahan dan
pengendalian infeksi:
1. Cuci tangan dengan cara yang benar dan di saat yang tepat
Tangan merupakan media transmisi patogen tersering di RS. Menjaga kebersihan
tangan dengan cuci tangan dengan baik dan benar dapat mencegah penularan
mikroorganisme dan menurunkan frekuensi infeksi nosokomial. Teknik yang
digunakan adalah teknik cuci tangan 6 langkah. Dapat memakai sabun dan air
mengalir atau handrub berbasis alkohol. Kapan Mencuci Tangan?
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik dan bersih
c. Setelah terpapar cairan tubuh pasien
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah terpapar dengan benda-benda disekitar pasien
2. Menerapkan etika batuk yang benar
3. Menggunakan masker
4. Membuang sampah pada tempat yang telah disediakan
5. Mematuhi aturan rumah sakit
6. Berkunjung sesuai dengan waktu yang telah ditentukan
7. Tidak berkunjung jika sedang sakit
8. Tidak membawa anak dibawah 12 tahun untuk berkunjung
9. Pengunjung tidak boleh makan dan minum disekitar pasien
10. Pengunjung tidak boleh meludah sembarangan di lingkungan rumah sakit
11. Pengunjung tidak boleh merokok di kawasan rumah sakit

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (2009). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasiltas Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes
RI.

Depkes RI. (2010). Pusat Promosi Kesehatan Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok. Jakarta: Kemenkes RI.

Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses &. Praktek.
Edisi 4. Vol 1. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai