MIOPIA ODS
*K M Alkindi, S.Ked
Preseptor :
UNIVERSITAS JAMBI
2019
i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KASUS
MIOPIA ODS
Oleh:
K M Alkindi, S.Ked
G1A217040
2019
Preseptor,
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul “Miopia ODS” sebagai kelengkapan persyaratan
dalam mengikuti Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat II
di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Selanjutnya, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
ilmu bagi para pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
STATUS PASIEN
1
e. Kondisi Lingkungan di Sekitar Rumah :
Rumah pasien berjarak cukup dekat dengan rumah tetangga. Pasien
banyak menanami tanaman didekat rumahnya. Rumah pasien
bersebelahan dengan sepupunya.
2
1.8 Riwayat makan, alergi, obat-obatan dan perilaku kesehatan.
Pasien mengaku makan rutin 3 kali sehari namun tidak hobi mengkonsumsi
sayur. Pasien biasanya hobi masak ikan atau ayam untuk lauk pauk sehari hari, dan
tidak memakan sayur. Jika pasien memasak sop ayam, pasien tidak menggunakan
wortel, dan hanya menggunakan kentang. Pasien tidak memiliki riwayat alergi
makanan atau obat. Penerangan dirumah pasien juga kurang, dimana lampu pasien
tampak redup saat dihidupkan
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk : normocephal, simetris
2. Mata
3
Pemeriksaan OD OS
Visus Dasar 20/40 20/50
Kedudukan bola mata
Ortoforia Ortoforia
Normal Normal
Palpebra Superior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Palpebra Inferior Hiperemis (-), edema (-) Hiperemis (-), edema (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
lythiasis (-). lythiasis (-)
Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (-) Injeksi (-), hiperemis (-)
Bilik Mata Depan normal, hifema (-), hipopion normal, hipema (-)
(-) hipopion (-)
Iris Kripta iris normal Kripta iris normal
Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor
Reflek cahaya + +
Lensa Jernih Jernih
Shadow Test - -
4
5. Mulut
Bibir : lembab
Gigi geligi : lengkap, caries (+)
Palatum : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : atrofi papil (-), kotor (-), ulkus (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)
6. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
7. Thoraks
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung normal
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo (Paru)
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: Statis & dinamis :
simetris simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
rhonki (-) rhonki (-)
8. Abdomen
Inspeksi Datar , simetris
Palpasi Soepel, hati dan lien tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
5
1.10 Pemeriksaan Anjuran
Oftalmoskopi
Pemeriksaan visus dengan koreksi
1.13 Manajemen
1. Promotif :
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai pengertian, faktor resiko, cara
pengelolaan penyakit anemia pada kehamilan
b. Mengganti lampu rumah yang redup
2. Preventif :
a. Selalu menggunakan kacamata
b. Menggunakan lampu yang terang saat malam
3. Kuratif :
Kacamata dengan dioptri yang disesuaikan dengan pasien
Rujuk RS Bhayangkara atas indikasi low vission both eyes)
Obat Tradisional
Tidak terdapat pengobatan tradisional pada kasus ini
4. Rehabilitatif :
Edukasi mengenai penyakit, penyebab dan tataaksananya
Edukasi mengenai pentingnya penggunaan kacamata
Mengganti lampu yang lebih terang
6
Resep puskesmas Resep ilmiah 1
Tanggal : Tanggal :
Tanggal : Tanggal :
Pro : Pro :
Umur : Umur :
BB : BB :
Alamat : Alamat :
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Miopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang
memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina.
Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat dilihat secara jelas karena sinar yang
datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai di retina
sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan akibat
bayangan yang kabur.1,2
2.2 Klasifikasi
Miopia terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:1,2,3
1. Miopia Aksial
Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal.
pada orang dewasa panjang aksial bola mata 22,6 mm. perubahan diameter
anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi
sebesar 3 dioptri.
8
2. Miopia Refraktif
Bertambahnya indeks bias media penglihatan sepeti yang terjadi pada
katarak intumesen dimana lensa menjadi cembung sehingga pembiasan
lebih kuat.
Menurut derajat beratnya, miopia dibagi dalam:
1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 D
2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 D
3. Miopia berat atau tinggi dimana miopia lebih besar dari 6 D
9
4. Miopia yang didapat
Terjadi karena terkena bahan farmasi, peningkatan level pada gula
darah, sklerosis nukleus atau kondisi anomali lainnya.
5. Miopia Kongenital
10
3. Lekas lelah bila membaca (karena konvergensi yang tidak sesuai dengan
akomodasi).
Pada pemeriksaan fisik ocular terdapat gejala objektif miopia antara lain:1
1. Miopia Simpleks:
a. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang
relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol
b. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau
dapat disertai kresen miopia (myopic cresent) yang ringan di sekitar papil
saraf optik.
2. Miopia patologik:
Gambaran pada segmen anterior serupa dengan miopia simpleks.
Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan
pada:
a. Badan kaca: dapat ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau
degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang
mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan
kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia
b. Papil saraf optik: terlihat pigmentasi peripapil, kresen miopia, papil
terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen
miopia dapat ke seleruh lingkaran papil sehingga seluruh papil di
kelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak
teratur.
11
Diagnosis miopia dapat ditegakkan dengan pemeriksaan refraksi
subjektif, metode yang digunakan adalah dengan metode “trial and
error”. Jarak pemeriksaan 6 meter dengan menggunakan kartu Snellen.
2. Refraksi Objektif
Yaitu menggunakan retinoskopi, dengan lensa kerja sferis +2.00 D
pemeriksa mengamati reflex fundus yang bergerak berlawanan arah
dengan arah pergerakan retinoskop (against movement).
3. Autorefraktometer
Yaitu menentukan miopia atau besarnya kelainan refraksi dengan
menggunakan komputer.
2.4 Tatalaksana
a. Lensa Kacamata
Kacamata masih merupakan yang paling aman untuk memperbaiki
refraksi. Untuk mengurangi aberasi nonkromatik, lensa dibuat dalam bentuk
meniscus (kurva terkoreksi) dan dimiringkan ke depan (pantascopic tilt).1-4
b. Lensa Kontak
Lensa kontak pertama merupakan lensa sklera kaca yang berisi cairan.
Lensi ini sulit dipakai untuk jangka panjang serta menyebabkan edema kornea
dan rasa tidak nyaman pada mata. Lensa kornea keras, yang terbuat dari
polimetilmetakrilat, merupakan lensa kontak pertama yang benar-benar
berhasil dan diterima secara luas sebagai pengganti kacamata. Pengembangan
selanjutnya antara lain adalah lensa kaku yang permeable udara, yang terbuat
dari asetat butirat selulosa, silicon atau berbagai polimer plastic dan silicon,
dan lensa kontak lunak, yang terbuat dari beragam plastic hydrogel, semuanya
memberikan kenyamanan yang lebih baik, tetapi risiko terjadinya komplikasi
serius lebih besar.2-3
Lensa keras dan lensa yang permeabel udara mengoreksi kesalahan
refraksi dengan mengubah kelengkungan permukaan anterior mata. Daya
refraksi total merupakan daya yang ditimbulkan oleh kelengkukan belekang
lensa (kelengkungan dasar) bersama dengan daya lensa sebenarnya yang
disebabkan oleh perbedaan kelengkungan antara depan dan belakang. Hanya
yang kedua yang bergantung pada indeks refraksi bahan lensa kontak. Lensa
keras dan lensa permeabel udara mengatasi astigmatisme korne dengan
12
memodifikasi permukaan anterior mata menjadi bentuk yang benar-benar
sferis.2-4
Lensa kontak lunak, terutama bentuk-bentuk yang lebih lentur,
mengadopsi bentuk kornea pasien. Dengan demikian, daya refraksinya hanya
terdapat pada perbedaan antara kelengkungan depan dan belakang, dan lensa
ini hanya sedikit mengoreksi astigmatisme kornea, kecuali bila disertai
koreksi silindris untuk membuat suatu lensa torus.2-4
c. Bedah keratorefraktif
Bedah keratorefraktif mencakup serangkaian metode untuk mengubah
kelengkungan permukaan anterior mata. Efek refraktif yang diinginkan
secara umum diperoleh dari hasil empiris tindakan-tindakan serupa pada
pasien lain dan bukan didasarkan pada perhitungan optis maternatis.1-4
d. Lensa Intraokular
Penanaman lensa intraocular (IOL) telah menjadi metode pilihan
untuk koreksi kelainan refraksi pada afakia. Tersedia sejumlah rancangan,
termasuk lensa lipat, yang terbuat dari plastik hydrogel, yang dapat disisipkan
ke dalam mata melalui suatu insisi kecil, dan lensa kaku, yang paling sering
terdiri atas suatu optik yang terbuat dari polimetilmetakrilat dan lengkungan
(haptik) yang terbuat dari bahan yang sama atau polipropilen. Posisi paling
aman bagi lensa intraocular adalah di dalam kantung kapsul yang utuh setelah
pembedahan ekstrakapsular.4
e. Ekstraksi Lensa Jernih Untuk Miopia
Ekstraksi lensa non-katarak telah dianjurkan untuk koreksi refraktif
myopia sedang sampai tinggi, hasil tindakan ini tidak kalah memuaskan
dengan yang dicapai oleh bedah keratorefraktif menggunakan laser. Namun,
perlu dipikirkan komplikasi operasi dan pascaoperasi bedah intraokular,
khususnya pada miopia tinggi.4
2.5 Komplikasi
Komplikasi lebih sering terjadi pada miopia tinggi. Komplikasi yang dapat
terjadi berupa:2
1. Dinding mata yang lebih lemah, karena sklera lebih tipis
13
2. Degenerasi miopik pada retina dan koroid. Retina lebih tipis sehingga
terdapat risiko tinggi terjadinya robekan pada retina
3. Ablasi retina
4. Orang dengan myopia mempunyai kemungkinan lebih tinggi terjadi
glaukoma
2.6 Prognosis
Prognosis miopia simpleks adalah sangat baik. Pasien myopia simpleks
yang telah dikoreksi miopianya dapat melihat objek jauh dengan lebih baik.
Prognosis yang di dapat sesuai dengan derajat keparahannya. Penyulit yang dapat
timbul pada pasien dengan miopia adalah terjadinya ablasi retina dan juling. Juling
biasanya esotropia akibat mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling
keluar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.1-4
14
BAB III
ANALISIS KASUS
Pasien tidak mengganti lampu rumah yang sudah redup, sehingga pasien
beresiko mengalami miopia. Jadi terdapat hubungan perilaku kesehatan dengan
diagnosa.
3.4 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Goss, DA, et al. Care of the Patient with Myopia. American Optometric
Association. 2010.
2. Paul Riordan-Eva. Optics and Refraction. In Whitcher J P and Eva PR,Vaughan
& Asbury’s General Ophtalmology 19th ed. New York: Mc Graw Hill, 2017.
3. Khurana AK, Errors of Accomodation and Refraction In Comprehensive
Ophatomology 6th edition. New Delhi :The Health Science Publisher. 2015
4. Jogi R, Errors of Refraction In Basic Ophatomology Fourth Edition. New Delhi
: Jaypee Brothers Medical Publishers. 2009
16