NIM : 18/423432/EK/21756
Prodi : Ilmu Ekonomi
BAB 1
AQIDAH
A. Pengertian Aqidah
Secara etimologis aqidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan-‘aqidatan.
Sedangkan secara terminologis, menurut Hasa Al-Banna “ Aqa’id (bentuk jamak dari
aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati(mu),
mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun
dengan keragu-raguan.” (Al-Banna, tt., hal. 465).
Terdapat beberapa catatan untuk lebih memahami definisi diatas:
Ilmu terbagi menjadi dua, ilmu dharuri dan ilmu nazhari. Ilmu yang dihasilkan
oleh indera dan tidak memerlukan dalil disebut ilmu dharuri. Sedangkan ilmu
yang memerlukan dalil atau pembuktian disebut ilmu nazhari.
Keyakinan tidak boleh bercampur sedikit pun dengan keraguan.
Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa.
Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahaman
terhadap dalil.
B. Beberapa Istilah Lain Tentang Aqidah
1. Iman. Ada yang menyamakan iman dan aqidah, ada pula yang membedakannya.
Bagi yang membedakannya, aqidah hanyalah bagian dalam (aspek hati) dari iman,
sebab iman menyangkut aspek dalam dan aspek luar. Ulama Salaf mengatakan bahwa
iman adalah “Sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan
diamalkan dengan anggota tubuh.”
2. Tauhid (mengesakan Allah)
3. Ushuluddin (pokok-pokok agama)
4. Ilmu Kalam. Dinamai demikian karena banyak dan luasnya dialog dan perdebatan
yang terjadi antara pemikir masalah-masalah aqidah tentang beberapa hal.
5. Fikih Akbar
C. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Pembahasan aqidah menurut sistematika arkanul iman yaitu:
1. Iman Kepada Allah SWT
2. Iman Kepada Malaikat
3. Iman Kepada Kitab- Kitab Allah
4. Iman Kepada Nabi dan Rasul
5. Iman Kepada Hari Akhir
6. Iman Kepada Takdir Allah
D. Sumber Aqidah Islam
Sumber aqidah islam adalah Al-Qur’an dan Sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh Allah dalam Al-qur’an dan Rasulullah dalam sunnahnya wajib diimani
(diyakini dan diamalkan).
E. Beberapa Kaidah Aqidah
1. Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal saya
mengatakan “tidak” berdasarkan pengalaman masa lalu.
2. Keyakinan, disamping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa melalui
berita yang diyakini kejujuran si pembawa berita.
3. Anda tidak berhak memungkiri wududnya sesuatu, hanya karena Anda tidak bias
menjangkaunya dengan indera mata.
4. Seseorang hanya bias menghayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh
inderanya.
5. Akal hanya bisa menjangkau hal- hal yang terikat dengan ruang dan waktu.
6. Iman adalah fitrah setiap manusia.
7. Kepuasan materiel di sunia sangat terbatas.
8. Keyakinan tentang hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya
Allah.
F. Fungsi Aqidah
Aqidah merupakan dasar atau fondasi agama. Seseorang yang memiliki aqidah yang
kuat, pasti akan melaksanakan ibadah dengan tertib, berakhlak mulia serta bermuamalat
dengan baik. Ibadah seseorang tidak akan diterima jika tidak berlandaskan aqidah.
BAB 2
1. Dalil Fithrah : Allah SWT menciptakan manusia dengan fitrah bertuhan dan dilahirkan
sebagai muslim. Jangan sampai fitrah tersebut tertutup factor luar. Meski setelah
menghadapi keputusasaan dan kehilangan daya, fitrahnya spontan kembali (Q.S. Yunus
10 : 22)
2. Dalil Akal : adanya tuhan dapat dibuktikan dengan pikiran dan Akal manusia. Banyak
ayat dalam Al- Quran yang memuatnya yaitu Al Mu’minun 40: 67 tentang penciptaan
manusia, An-Nahl 16: 10-18 yang salah satunya memuat terjadinya siang dan malam.
Untuk membuktikan adanya tuhan dapat dipakai beberapa qanun (teori):
a. Qanun al-‘illah : Sesuatu ada sebabnya.
b. Qanun al-Wujub : Wujub artinya wajib. Maksudnya, wujud segala sesuatu tidak bisa
lepas dari kemungkinan: Wajib, mustahil, atau mungkin pula mustahil.
c. Qanun al-Huduts : Huduts artinya baru. Alam semesta itu baru, maka ada yang
menciptakan yaitu Allah sebagai yang Qadim.
d. Qanun an-Nizham : Nizham artinya teratur. Alam semesta dan isinya adalah sesuatu
yang sangat teratur.
Ada 9 fenomena yang membuktikan Alla ada : Fenomena terjadinya alam, kehendak,
kehidupan, pengabulan doa, hidayah, kreasi, hikmah, inayah, kesatuan.
3. Dalil Naqli : pemahaman bersumber dari Al-Quran dan Sunnah. Hal pokok:
a. Allah adalah Al-Awwal (tidak ada awal wujudnya) dan Al-Akhir(tidak ada akhir
wujudnya) terdapat di Al-Hadid 57: 3, Ar-Rahman 55: 26-27.
b. Tidak satupun yang menyerupai-Nya (As-Syura 42: 11)
c. Allah SWT Maha Esa (Al-Ikhlas 112:1)
d. Mempunyai Al-Asma’ was Shiffaat seperti Ar Rahman, Ar Rahim, Al ‘Aliim, Al-
Aziz, As-Sami,Al Bashiir, dll. Yang dalilnya terdapat di surat Al-A’raf 7 :18.
B. Tauhidullah SWT
Tauhid yaitu meng esakan Allah. Tiga tingkatan tauhid yaitu :
1. Tauhid Rububiyah
2. Tauhid Mulkiyah (mengimani Allah sebagai raja di alam semesta)
3. Tauhid Illahiyah (mengimani Allah sebagai satu- satunya yang disembah)
Dari ketiga dimensi tersebut, berlaku 2 teori yaitu yang pertama Dalil at-Talazum yang
artinya kepastian yaitu saat meyakini tauhid Rububiyah semestinya meyakini tauhid
mulkiyah. Lalu yang kedua adalah Dalil at-Tadhamun yang artinya cakupan, maksudnya
orang sudah sampai pada tingkatan Tauhid Illahiyah.
MALAIKAT
A. Makhluk Gaib
Allah menciptakan dua macam makhluk: pertama, yang ghaib dan kedua, yang nyata.
Yang membedakan keduanya adalah bias atau tidaknya dijangkau oleh pancaindera.
Untuk mengetahui dan mengimani wujud makhluk ghaib tersebut, seseorang dapat
menempuh dua cara. Pertama, melalui verita atau informasi yang diberikan oleh sumber
tertentu (bil-akhbar). Kedua, melalui bukti- bukti nyata yang menunjukkan makhluk
ghaib itu ada (bil-atsar).
Secara etimologis kata Malaikah adalah bentuk jamak dari malak, bersal dari mashdar
al-alukah artinya ar-risalah (misi atau pesan). Sedangkan secara terminologis malaikat
adalah makhluk ghaib yang diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya dengan wujud dan
sifat- sifat tertentu. Tentang asal usul malaikat sendiri dijelaskan dalam hadist riwayat
Muslim: “ Malaikat itu diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam
diciptakan dari apa yang telah diterangkan kepadamu semua”.
Sebagai makhluk ghaib wujub malaikan tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium
dan dirasakan oleh manusia atau dengan kata lain tidak dapat dijangkau dengan
pancaindera. Malaikat tidak dilengkapi dengan hawa nafsu, tidak memiliki keinginan
seperti manusia, tidak berjenis kelamin dan tidak berkeluarga. Namun, dalam beberapa
ayat dalam A-Qur’an dan hadist disebutkan beberapa peristiwa malaikat yang menjelma
menjadi manusia, seperti dalam QS Maryam ayat 16-17 contohnya “Dan ceritakanlah
kisah Maryam di dalam Al-Qur’an, yaitu ketika ia menjauhkan diri kepada keluarganya
ke suatu tempat di sebelah timur, maka ia mengadakan tabir (yang dilindunginya) dari
mereka; lalu Kami mengutus Ruh Kami (Jibril AS) kepadanya, maka ia (Malaikat Jibril
itu) menjelma di hadapannya dalam bentuk manusia yang sempurna.”
Malaikat selalu memperhambakan diri kepada Allah dan patuh akan segala perintah-
Nya, serta tidak pernah berbuat maksiat dan durhaka kepada Allah SWT.
C. Nama dan Tugas Malaikat
Jumlah malaikat sangat banyak, tidak bisa diperkirakan. Dalam surat Fathir ayat 1
disebutkan bahwa ada malaikat yang bersayap dua, tida dan empat. Perbedaan jumlah
sayap tersebut bias saja berarti perbedaan kedudukan, pangkat atau perbedaan
kemampuan dan kecepatan dalam menjalankan tugas
Diantara nama- nama malaikat dan tugasnya adalah sebagai berikut:
1. Malaikat Jibril, bertugas menyampaikan wahyu kepada Nabi- Nabi dan Rasul-
Rasul. Nama lain dari Jibril adalah Ruh Al Qudus (An-Nahl 16:102), Ar-Ruh Al-Amin
(Asy-Syu’ara 26: 193) dan An-Namus (Sebagaimana yang pernah dikatakan olen
Waraqah bin Naufal kepada Rasulullah SAW pada permulaan kalinya menerima
wahyu.
2. Malaikat Mikail, bertugas mengatur hal-hal yang berhubungan dengan alam. Nama
lain Mikail disebut di dalam surat Al-Baqarah ayat 98.
3. Malaikat Israfil, bertugas meniup terompet di hari kiamat dan hari berbangkit nanti.
4. Malaikat Maut, bertugas mencabut nyawa manusia dan makhluk hidup lainnya.
Malaikat Maut dikenal juga dengan nama Izrail.
5. Malaikat Raqib dan ‘Atid, bertugas mencatat amal perbuatan manusia seperti yang
sisebutkan dalan surat Qaf 50:17-18 “Ketika dua orang Malaikat mencatat amal
perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.
Tiada suatu ucapan yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya Malaikat Raqib
‘Atid.”
6. Malaikat Munkar Nakir, bertugas menanyai mayat dalam alam kubur tentang siapa
Tuhannya, apa agamanya dan siapa nabinya.
7. Malaikat Ridwan, bertugas menjaga surga dan memimpin para malaikat pelayan
surga.
8. Malaikat Malik, bertugas menjaga neraka dan memimpin para malaikat menyiksa
penghuni neraka.
2. Hizbu As-Syaitan
Hizbu as-syaitan adalah golongan atau partai setan. Maksudnya orang- orang yang
secara sadar atau tidak menjadi pengikut Syaitan. Ada dua cara syaitan menguasai
dan membuat manusia lupa dengan Allah SWT yaitu tadhil (menyesatkan) dan
takhwif ( menakut-nakuti).
Tadhil
Langkah-langkah yang ditempuh syaitan untuk menyesatkan manusia :
a. Waswasah (Bisikan)
b. Nisyan (Lupa)
c. Tamani (Angan-angan)
d. Tazyin (Memandang baik perbuatan maksiat)
e. Wa’dun (Janji palsu)
f. Kaidun (Tipu daya)
g. Shaddun (Hambatan)
h. ‘Adawah (Permusuhan)
Takhwif
Takut yang dijadikan senjata syaitan ini adalah takut menyatakan kebenaran, takut
menegakkan hukum Allah, takut melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar karena
khawatir dengan segala resiko dan konsekuensinya. Semakin kuat iman seseorang,
maka syaitan akan lebih semangat menakut- nakuti mereka.
Tadhil dan takhwif tidak hanya dilakukan oleh syaitan, tapi juga oleh manusia
para pengikut syaitan (Syayathinul insi). Bahkan manusia yang seperti itu lebih
berbahaya dari syaitan yang sebenarnya, karena tidak seperti syaitan, manusia
memiliki sarana dan prasarana untuk mewujudkan keinginan jahat syaitan secara
konkret.
KITAB-KITAB ALLAH
Secara etimologis kata kitab adalah bentuk mashdar dari kata ka-ta-ba yang berarti menulis.
Setelah jadi mashar artinya tulisan atau yang ditulis. Dalam bahasa Indonesia, kitab berarti
buku.
Untuk menunjukkan Kitab Suci yang diturunkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul,
Al-Qur’an memiliki istilah lain yaitu:
1. Shuhuf yang berarti lembaran. Dipakai untuk menunjukkan Kitab Suci yang diturunkan
Allah sebelum Al-Qur’an khususnya kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa AS
sebagaimana tertera dalam surat Al-A’la ayat 18-19.
2. Zubur , bentuk jama’ dari Zabur yang berarti buku. Dipakai untuk menunjukkan Kitab
Suci yang diturunkan Allah sebelum Al-Qur’an ( Al-Imran ayat 184)
3. Zabur, bentuk mufrad dari Zabur, dipakaikan khusus untuk menunjukkan Kitab Suci
yang diturunkan Allah kepada Nabi Daud As (An-Nisa ayat 163)
Kata wahyu secara etimologis adalah bentuk mashdar dari auha. Kata tersebut mempunyai
dua arti, pertama Al-Khafa (tersembunyi, rahasia) dan kedua As-Sur’ah (cepat). Dinamakan
demikian karena wahyu itu adalah semacam informasi yang rahasia, cepat, khusus diketahui
oleh pihak-pihak yang dituju saja. Secara terminologis, wahyu adalah kalam Allah yang
diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya ( Mabahits fi’ulum Al-Qur’an Manna’ Al-
Qatthan, 1976, hal. 32-33).
Wahyu dalam pengertian kalam Allah itu diturunkan oleh Allah SWT kepada para Nabi dan
Rasul-Nya melalui 3 cara:
1. Melalui mimpi yang benar ( Ar-ru’ya As-Shadiqah fil manam ) dijelaskan dalam surat
As-Shaffat ayat 100-102)
2. Kalam Ilahi dari balik tabir (Min wara’ Al-hijab) dijelaskan dalam surat Thaha ayat 9-13.
3. Melalui malaikat Jibril ‘Alaihi As-Salam yang dijelaskan dalam surat As-syu’ara 26 :
192-195). Penurunan wahyu melalui Malaikat Jibril ini berlangsung dalam 2 cara,
pertama: Jibril datang membawa wahyu seperti bunyi gemerincing lonceng (Shalshalah
Al-faras) yang amat keras, kedua: Jibril datang membawa wahyu dengan memperlihatkan
dirinya sebagai seorang lelaki.
Usaha-usaha yang dilakukan manusia swjak zaman Rasulullah SAW untuk menjaga
keutuhan dan keaslian Al-Qur’an :
1. Rasulullah SAW sebagai orang yang ummi, berusaha menghafal ayat-ayat Al-Qur’an
yang diturunkan Allah SWT (Al-Qiyamah 75 : 16-19)
2. Setiap Rasulullah SAW selesai menerimanayat-ayat yang diwahyukan, beliau
membacakannya kepada para sahabat dana memerintahkan mereka untuk
menghafalkannya dan menuliskannya du sarana-sarana yang memungkinkan.
3. Pada masa Abu Bakar As-Shiddiq, atas anjuran Umar bin Khatab, Al-Qur’an
dikumpulkan dalam satu Mushaf berpedoman kepada hafalan dan tulisan para sahabat.
4. Pada masa Utsman bin Affan pembukuan Al-Qur’an disempurnakan dengan menyusun
surat sesuai engan ketentuan Rasulullah SAW dan menuliskannya dalam satu sistem
penulisan yang bisa menampung semua qira’at yang benar.
5. Pada masa-masa berikutnya para Ulama selalu berusaha untuk menyempurnakannya
sehingga lahirlah ilmu pengetahuan yang mendukung pemeliharaan keaslian dan
keutuhan Al-Qur’an yaitu ilmu tajwid.
Fungsi Al-Qur’an terhadap Kitab Sebelumnya
1. Nasikh artinya semua kitab suci terdahulu dinyatakan tidak lagi berlaku, satu-satunya
yang wajib diikuti dan dilaksanakan petunjuknya hanyalah Al-Qur’an. (Al-Maidah 5:48)
2. Muhaimin atau batu ujian terhadap kitab-kitab lainnya. Artinya Al-Qur’an lah yang
menjadi korektor terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada kitab-kitb
sebelumnya. (Al-maidah 5:48)
3. Mushaddiq (menguatkan kebenaran-kebenaran) pada kitab-kitab Allah sebelumnya.
Keistimewaan Al-Qur’an
1. Berlaku umum umtuk seluruh umat manusia dimana dan kapan pun mereka berada
sampai akhir zaman nanti. (Al-Furqan 25:1)
2. Ajaran Al-Qur’an mencakup seluruh aspek kehidupan (As-Syumul). (Al-An’am 6:38)
3. Mendapat jaminan pemeliharaan dari Allah SWT dari segala bentuk penambahan,
pengurangan dan pemalsuan. (Al-Hijr 15:9)
4. Allah SWT menjadikan Al-Qur’an mudah untuk dipahami, dihafal, dandiamalkan. (Al-
Qamar 54:17)
5. Al-Qur’an berfungsi sebagai Nasikh, Muhaimin, dan Mushaddiq terhadap kitab-kitab
suci sebelumnya.
6. Al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW.
BAB 5
Secara etimologis nabi berasal daei kata na-ba artinya ditiggikan, atau dari kata na-ba artinya
berita. Jadi nabi adalah seseorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dengan
memeberinya berita (wahyu). Sedangkan rasul berasal dari kata ar-sa-la artinya mengutus. Jadi
rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan misi, pesan (ar-risalah).
Perbedaan antara nabi dan rasul adalah jika nabi itu tidak diiringi kewajiban menyampaikan
kepada umatnya. Sedangkan rasul diikuti dengan kewajiban menyampaikan atau membawa suatu
misi tertentu kepada umatnya.
Allah SWT tidak menyebutkan berapa jumlah keseluruhan nabi dan rasul sehingga kita tidak
dapat mengetahui berapa jumlah keseluruhannya. Jumlah nabi dan rasul yang diceritakan Allah
SWT di falam Al-Qur'an ada 25 orang; 18 orang disebutkan dalam surat Al-An'am ayat 83-86,
dan 7 orang lainnya disebutkan dalam beberapa ayat secara terpisah. Umumnya para nabi dan
rasul dilahirkan, hidup dan diutus di negeri-negeri Timur. Misalnya Nabi Ibrahim AS diutus di
Iraq, Nabi Ismail AS diutus di Mekkah Al-Mukarramah, Nabi Ishaq AS diutus di Ma'ad, Nabi
Yaqub AS juga diutus di Ma'ad. Nabi Yusuf AS diutus di Mesir begitu juga Nabi Musa AS dan
Harusn AS, Nabi Daud AS dan Sulaiman AS diutus di Al-Quds. Nabi Isa AS diutus di tanah
Syam, kemudian Nabi Muhammaf SAW lahir dan diutus di Mekkah Al-Mukarramah.
Prasyarat kepribadian, keturunan dan kebutuhan masyarakat atau diistilahkan oleh Abu Bakar
Al-Jazairy, yang intinya ada 3 hal sebagai berikut:
1. Al-Mitsaliyah (keteladanan). Artinya seseorang yang akan diangkat menjadi Nabi haruslah
memiliki kemanusiaan yang sempurna; baik fisik, akal pikiran maupun rohani.
2. Syaraf An-Nasab (keturunan yang mulia). Artinya seseorang yang akan diangkat menjadi Nabi
haruslah berasal dari keturunan yang mulia yaitu terjauh dari segala bentuk kerendahan budi dll.
3. 'Amil Az-Zaman (dibutuhkan zaman). Artinya kehadirannya memang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mengisi kekosongan rohani, memperbaiki segala kerusakan masyarakat, dan
mengembalikan umat manusia kepada kehidupan yang sesuai dengan fithrah penciptaannya.
Secara umum setiap Nabi dan Rasul memiliki sifat sifat yang mulia dan terpuji. Keempat sifat
tersebut adalah sebagai berikut:
1. As-Shidqu (benar). Artinya selalu berkata benar, tidak pernah berdusta dalam keadaan
bagaimanapun.
2. Al-Amanah (dapat dipercaya). Artinya seorang Rasul selalu menjaga dan menunaikan amanah
yanh dipikulkan ke pundaknya.
3. At-Tabligh (menyampaikan). Artinya seorang Rasul akan menyampaikan apa saja yang
diperintahkan oleh Allah SWT untuk disampaikam.
4. Al-Fathanah (cerdas). Artinya seorang Rasul memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, pikiran
yang jernih, penuh kearifan dan kebijaksanaan.
Semua rasul uang diutus oleh Allah SWT mempunyai tugas yang sama yaitu menegakkan
kalimat Tauhid La Ilaha Illallah, mengajak umat manusia hanya beribadah kepada Allah SWT
semata, menjauhi segala macam Thaghut dan menegakkan agama (iqamatu ad-din) Islam dalam
seluruh kehidupan. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah surat Al-Anbiya' 21:25 dan surat An-
Nahl 16:36.
Untuk membuktikan kerasulan dan kebenaran ajaran yang dibawa mereka, Allah SWT
memberikan mukjizat kepada para rasul. Mukjizat yang diterima para rasul tentu berbeda-beda.
Misalnya Nabi Ibrahim AS tidak hangus terbakar di dalam api besar yang menyala. Nabi Musa
mendapat mukjizat dapat membelah lautan dengam tongkat, lalu terbentang jalan raya
ditengahnya, atau sebelumnya tongkat menjadi ular besar yang melahap habis ular-ular tukang
sihir suruhan Fir'aun. Nabi Isa AS mendapat mukjizat bisa menyembuhkan berbagai macam
penyakit berat yang tidak bisa disembuhkan olej dokter ahli. Nabi Muhammad SAW mendapat
mukjizat seperti keluar air dari sela-sela jari-jarinya untuk keperluan sahabat berwudhu, dan
beliau mendapat mukjizat yang abadi sepanjang zaman yaitu kitab suci Al-Qur'an.
Rasul yang mendapat gelar Ulul 'Azmi ada 5 orang yaitu: Muhammad, Nuh, Ibrahim, Musa, dan
Isa. Hal ini dijelaskan oleh Allah dalam firmannya di surat Al-Ahqaf 46:35). Ulul 'Azmi
maksudnya teguh hati, tabah, sabar, segala cita-cita dikejar dengan segenap tenaga yang dimiliki.
Rasul-rasul yang ulul 'azmi maksudnya adalah para Rasul yang paling banyak mendapat
tantangan, paling banyak penderitaan, tapi mereka tetap teguh, tabah, sabar dan terus berjuang
hingga mereka berhasil mengemban tugas yang dipikulkan oleh Allah SWT.
Nabi Muhammad diutus Allah SWT sebagai nabi dan sekaligus rasul yang terakhir dari seluruh
rangkaian nabi dam rasul. Tidak ada lagi nabi sesudah beliau. Hal itu ditegaskan oleh Allah SWT
dalam firman-Nya dalam surat Al-Ahzab 33:40. Sebagai nabi yang terakhir, dengan bangunan
dinullah yang indah dan sempurna, Muhaad Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk
seluruh umat manusia sepanjang zaman sampai hari kiamat nanti. Hal ini ditegaskan oleh Allah
SWT dalam firman-Nya surat Saba' 34:28.
BAB 6
HARI AKHIR
A. Pengertian Hari Akhir
Hari akhir adalah kehidupan yang kekal setelah kehidupan dunia yang fana ini
berakhir yang dimulai dari hancurnya alam semesta dan seluruh isinya aerta
berakhirnya kehidupan (Qiyamah), kebangkitan seluruh manusia dari kubur (Ba’ats),
berkumpulnya seluruh manusia di padang Mahsyar (Hasyr), perhitungan amal
(Hisab), penimbangan amal perbuatan (Wazn), Sampai hari pembalasan (Jaza’).
Berikut proses dan peristiwa hari akhir:
1. Alam kubur
Alam kubur juga dikenal dengan sebutan Alam Barzakh. Alam Barzakh adalah
alam pembatas antara alam dunia dan akhirat. Setelah seseorang memasuki alam
kubur, dia akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir tentang tuhan, agama
dan nabinya. Yang menentukan bisa atau tidaknya seseorang menjawab
pertanyaan tersebut adalah iman dan amal salehnya selama hidup di dunia.
Nash-nash Al-Qur’an yang dijadikan dalil adanya pertanyaan Malaikat
Munkar dan Nakir serta adanya kenikmatan dan siksaan di alam kubur antara lain
adalah QS Ibrahim ayat 27, QS Al-Mukmin ayat 45-46 dan lain-lain.
2. Kiamat
Kiamat pasti terjadi, sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-A’raf ayat 187.
Adapun tanda- tanda datangnya hari akhir ada dua yaitu ‘alamat sughra (kecil)
dan ‘alamat kubra (besar). Peristiwa kiamat sendiri terjadi ketika Malaikat Israfil
meniupkan sangkakala, disaat itu bumi bergoncang sehebat- hebatnya, lenyapnya
alam semesta beserta isinya, matinya seluruh makhluk di alam semesta ini dan
yang tetap hidup adalah Allah SWT.
3. Kebangkitan
Seluruh makhluk dihidupkan kembali setelah tiupan sangkakala kedua oleh
Malaikat Israfil. Inilah yang disebut dengan al-ba’ats.
4. Berkumpul di Mahsyar
Manusia yang telah bangkit dikumpulkan di Padang Mahsyar. Dalam banyak
hadits dijelaskan gambaran Padang Mahsyar itu sangat sulit, panas dan manusia-
manusia akan sibuk dengan sendirinya. Semua ingin cepat-cepat di hisab sehingga
terbebas dari Padang Mahsyar. Saat inilah manusia berlomba-lomba meminta
syafa’at kepada Rasulullah SAW.
5. Perhitungan dan Penimbangan
Manusia akan ditimbang sesuai dengan catatan amal perbuatannya di dunia.
Setelah itu dilakukan penimbangan (al-wazn). Penimbangan dilakukan dengan
seadil-adilnya. Lalu mereka akan melewati jembatan (as-shirath) yang terbentang
diatas neraka jahanam. Sulit dan mudahnya seseorang melewati jembatan itu
tergantung pada kualitas amalnya,
6. Pembalasan
Hari dimana semua umat akan merasakan akibat dari perbuatannya di dunia.
Seperti yang diterangkan dalam surat Al-Qari’ah ayat 6-9 yang artinya “Dan
adapun orang-orang yang berat timbangan kebaikannya maka dia berada dalam
kehidupan yang memuaskan (surga). Dan adapun orang-orang yang ringan
timbangan kebaikannya, maka tempat kembalinya adalah neraka hawiyah”.