1 - 85
Fikri Reza
Abstrak
Subliminal telah menjadi isu utama sejak James A Vicary mengumumkan penelitian eksperimennya di tahun
1957. Tetapi banyak sarjana meragukan eksperimennya . Karena ia tidak menggunakan metode statistik yang
benar. Kemudian pada 1973 Wilson Bryan Key datang dengan argumen kualitatif yang didasarkan pada psikoa-
nalisis. Gambar seksual dan sensual tertanam pada pesan menjadi populer , terutama di tujuan periklanan . Tulisan
ini mencoba untuk melihat subliminal dari perspektif yang berbeda yaitu dari perspektif kuantitatif .
Abstract
Subliminal has become a major issue since James A Vicary announced his experiment research at 1957. But many
scholars doubted his experiment. Cause he didn’t use correct statistics method. Then at 1973 Wilson Bryan Key
came with his qualitative arguments based on psychoanalysis. Sexual and sensual images embedded on messages
became popular, especially in advertising purposes. This paper tries to view subliminal from different perspective
namely from quantitative perspective.
Keyword : subliminal;unconcious;perception
P
ersepsi subliminal telah dikaji dalam banyak (3) pesan yang melekat pada stimuli gambar.(Kathryn
bidang, seperti psikoanalitik, kognitif dan neu- : 1994)
ropsikologikal psikologi. Semenjak persepsi Semenjak publikasi eksprimen James Vicary tentang
subliminal diperkenalkan pada industri periklanan, “Eat Popcorn” and “Drink Coke” di tahun 1957, ter-
istilah “subliminal” menjadi suatu yang dikenal oleh minologi “iklan subliminal” telah menarik banyak para
publik. (sharon and del : 1989:77) Kata “subliminal” pengiklan dan beberapa kajian keilmuan mengenai
diartikan sebagai “dibawah kesadaran dari persepsi efek dari iklan subliminal. Salah satu kajian memper-
kesadaran.”(American Heritage, 1990:67) lihatkan bahwa sekelompok grup eksperimental yang
Di sekitar penghabisan abad sembilanbelas, kajian telah diberikan pesan subliminal, “Coca Cola”, merasa
psikologi banyak kepada kajian “pengetahuan tentang lebih haus daripada kontrol grup. (Wilson : 1973)
kesadaran”; meski begitu, kajian tentang ketidak-sada- Hasil kajian tersebut memperkirakan bahwa persepsi
ran menjadi ketertarikan baru yang mengikuti kajian subliminal kemungkinan berhasil untuk kedahagaan/
“kesadaran”. haus, yang merefleksikan kebutuhan dasar manusia.
Metode subliminal digunakan, dikembangkan, dan Meski begitu , penelitian yang menduplikasi penelitian
diperluas ke bidang yang lain, seperti kognitif dan tersebut dengan proses yang sama tetapi dengan sampel
neuropsiologikal psikologi. Melalui pengembangan yang lebih besar menunjukkan tidak adanya perbedaan
dan perluasan penelitian tentang persepsi subliminal , yang signifikan antara grup. Atas dasar pengujian kem-
menghasilkan tiga jenis stimuli subliminal dan diper- bali tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa hasil
kenalkan sebagai : (1) presentasi singkat dari stimuli penelitian yang menyatakan kontrol grup menjadi leb-
visual, (2) pesan dengan ambang suara yang pelan ih tidak haus, mungkin disebabkan adanya kesalahan
(low-volume), atau pesan suara yang dipercepat dan sampel (sample error).
60
Fikri Reza, PEMAHAMAN TENTANG PESAN SUBLIMINAL (Tinjauan Aspek Kualitatif dan Kuantitatif)
Sebaliknya , pada tahun 1973, Wilson Key mengu- Walau begitu apa yang ditemukan pada kajian terse-
mumkan bahwa sebagian besar iklan di Amerika Utara but adalah sikap konsumen terhadap pengiklan yang
berisikan pesan tersembunyi yang melekat pada iklan menggunakan pesan melekat, bukan sikap konsumen
cetak. Pernyataan Wilson tersebut membuat sensasi dan terhadap iklan itu sendiri. Untuk alasan tersebutlah,
banyak orang menjadi waspada terhadap iklan sublimi- hasil kajian tersebut tidak mendukung gagasan bahwa
nal dan mempercayai bahwa iklan subliminal berhasil iklan subliminal mempunyai pengaruh negatif terhadap
mempengaruhi orang. Iklan dilekatkan dengan imej konsumen.
seksual telah menjadi kepentingan untuk periklanan, Kajian lain menekankan untuk menguji sikap terha-
pemasaran dan psikologi sebagai bahan riset, meski dap iklan majalah yang dilekatkan dengan imej seksual,
begitu banyak peneliti meragukan teori tersebut. Meski dan hasil dari kajian tersebut positif. Stimuli di iklan
begitu, jumlah penelitian terbatas. tersebut berisikan imej seksual, kelamin pria direpre-
Salah satu kajian mengindikasikan bahwa penggu- sentasikan dengan batu karang dan perempuan telan-
naan imej seksual yang dilekatkan tidak mempengaruhi jang diimplikasikan pada pantulan botol wiski, sebagai
pilihan konsumen. Hasil cetak fotografi, sebagai ganti kontrolnya disediakan pula iklan tanpa pesan seksual
dari iklan, dipilih sebagai penguji untuk pelekatan imej yang melekat.
seksual. Subyek diperlihatkan satu pasang foto, yang Para peneliti membuat imej yang melekat tidak ter-
asli dan foto yang telah dilekatkan imej, dan mereka di- lalu ketara (samar terlihat); Akan tetapi hampir semua
tanya foto manakah yang mereka suka. Hasilnya adalah pengamat pesan dapat melihat dengan jelas ketika para
tidak adanya perbedaan antara foto asli dan foto yang peneliti mengindikasikan eksistensi pesan tersebut. Para
telah dilekatkan imej. subjek diminta untuk merespon pertanyaan-pertanyaan
Mekipun para peneliti telah memberi kesan bahwa (kuisioner) yang didasarkan pada empat elemen: “kog-
imej seksual yang dilekatkan tidak berpengaruh terha- nitif (trustworthy, informative, & believeable); affektif
dap pilihan konsumen, hasil tersebut mungkin dikare- (appealing, attractive, & impressive); Konatif (men-
nakan kedua foto tersebut terlihat hampir sama. Menu- coba produk, membeli produk dan mencari.....produk);
rut Rosen dan Singh, penggunaan pesan yang melekat dan sexual (sensual, erotic, & exciting).” Hasil terse-
pada stimuli gambar adalah salah satu aspek dari per- but menunjukkan bahwa imej seksual yang dilekatkan
sepsi subliminal, tetapi hanya ada satu macam dari stim- efektif dalam menaikkan “attitudinal evaluation” dan
uli subliminal yang dapat dikenali orang tanpa kesadar- menambah ukuran Galvanic Skin Response (GSR).
tahuan (awareness) terlebih dahulu sebagai eksistensi Iklan subliminal di Amerika Serikat (AS) telah mere-
pesan subliminal. Oleh karena itu, pesan yang melekat but perhatian masyarakat dan akademisi. Berdasarkan
yang digunakan pada kajian tersebut, pada kenyataan- survey telepon yang dilakukan tahun 1993, di antara
nya, menyembunyikan pesan yang tidak dapat terlihat. 400 partisipan, 74,3 persen (297) melaporkan bahwa
Kajian lain menguji efek dari imej yang dilekatkan mereka pernah mendengar tentang iklan subliminal,
pada perilaku konsumen, dengan indikator: “kepercay- sebanyak 61,5 persen (246) menyatakan bahwa mer-
aan; suasana hati, terdiri dari, kesenangan; stimulasi eka berpikir pengiklan menggunakan iklan subliminal
seksual; sikap terhadap pengiklan, terhadap periklanan, dalam periklanan, dan 41,5 persen (166) menjawab
terhadap merek dan terhadap pengaruh pembelian.” bahwa mereka percaya pengiklan menjadi sukses den-
Tujuan dari kajian ini adalah untuk menguji sikap kon- gan menggunakan pesan subliminal.
sumen setelah mereka diberitahu tentang presentasi Para peneliti menentukan bahwa iklan subliminal
yang telah dilekatkan pesan sebelumnya. Subjek se- telah menjadi nyata kepada publik walaupun terdapat
belumnya telah disediakan informasi mengenai peng- kekurangan bukti data statistik yang menyatakan ke-
gunaan pesan yang dilekatkan pada iklan, contohnya, berhasilan iklan tersebut. Meski begitu, para pengiklan
pengiklan suka menggunakan pesan yang dilekatkan di Amerika menolak penggunaan dari iklan subliminal.
tersebut untuk membujuk konsumen di bawah ambang Survey untuk para pengiklan di Amerika mengindika-
batas sadar mereka. Lalu, subjek ditanyakan dan mel- sikan hal tersebut, di antara 256 partisipan, 65,2 persen
aporkan tentang iklan dengan menggunkanan pesan (167) melaporkan bahwa mereka tidak pernah men-
yang dilekatkan. Para subjek secara umum menun- getahui atau menggunakan iklan subliminal, semen-
jukkan sikap yang negatif terhadap stimuli tersebut; tara 5,1 persen (13) dilaporkan bahwa mereka pernah
meskipun, para peneliti menyimpulkan bahwa penggu- menggunakan tehnik subliminal.
naan pesan yang dilekatkan pada iklan mempengaruhi Para peneliti menyimpulkan bahwa iklan subliminal
konsumen secara negatif. tidak secara luas digunakan oleh pengiklan, meskipun
61
WACANA Volume XV No. 1. Maret 2016, Hlm. 1 - 85
publik di Amerika percaya bahwa pesan subliminal tang emosi, yaitu cinta, takut, cemas dan seks.
telah secara luas digunakan dan efektif. Dalam soal seks, teori Freud yang menyatakan bahwa
Untuk menyikapi kekurangan bukti statistik dalam satu-satunya hal yang mendorong kehidupan manusia
penggunaan subliminal pada periklanan, maka content- adalah dorongan id (libido seksualita). Dalam libido
analytic studi dipakai untuk mengindentifikasi praktek seksualita, seseorang berusaha mempertahankan eksis-
dari iklan subliminal pada majalah. Studi tersebut men- tensinya karena bermaksud memenuhi hasrat seksual-
emukan bahwa iklan dalam majalah yang populer me- nyal.
miliki konten subliminal yang dilekatkan. Kata “seksu- Seksualitas bagi Freud, merupakan daya hidup. Li-
alitas” di terjemahkan sebagai (1) “kondisi melakukan bido, istilah Freud, merupakan life instinct yang mem-
hubungan seksual” (2) “ekspresi dari insting seksual” beri motivasi manusia untuk makan, minum, beristira-
dan (3) “kondisi, sesuatau yang potensial, atau keadaan hat, dan prokreasi.
yang berhubungan dengan aktifitas seksual.” Psikologi yang berkembang pada saat Freud mencu-
Di lain pihak , kata “sensual” diartikan sebagai “dan, atkan teorinya banyak memfokuskan perhatian pada
berhubungan dengan, atau mempengaruhi bagian- “kesadaran” manusia. Tak pelak, “ketidaksadaran”
bagian tubuh perasaan atau pikiran. Dan kata “sensu- sebagai aspek psikis terpenting bagi Freud mendapat
alitas” diartikan sebagai “menjadi sensual” Kemudian, tantangan pada saat itu. Bahkan, Freud berkeyakinan
iklan yang berisikan tema seksualitas dan atau sensuali- bahwa perilaku dan kepribadian manusia banyak di-
tas dievaluasi dengan kategorisasi imej yang dominan: pengaruhi oleh ketidaksadaran.
“Implikasi dari kegiatan seksual,”kesamaan terhadap Dasar teori Freud mengenai bawah sadar adalah kon-
bagian tubuh,” dan “sebuah penyajian suasana sensu- sep bahwa keinginan yang tidak dapat diterima (dila-
al.” rang, dihukum) pada masa anak-anak, dibuang dari
Hasil tersebut menyatakan bahwa sekitar sepertiga kesadaran dan menjadi bagian bawah sadar, dan tetap
dari iklan pada majalah populer tersebut menggunak- berpengaruh. Bawah sadar memberi tekanan untuk
an implikasi aktivitas seksual seperti masturbasi dan mencari ekspresi, yang dilakukan dengan banyak cara,
orgasme, lebih dari sepsruh menyajikan secara tidak termasuk mimpi. Psikoanalisis ---asosiasi bebas di
langsung bagian tubuh, seperti penis dan vagina, se- bawah bimbingan analis--- membantu harapan bawah
bagai stimuli sensual, dan duapertiganya berisikan pe- sadar menemukan ekspresi verbal. Dalam teori Freud
nyajian suasana sensual dengan kondisi seperti ekspresi klasik, keinginan bawah sadar itu, hampir seluruhnya
wajah dan warna-warna yang dianggap sensual. seksual. Penekanan pada seksualitas masa anak-anak
Sebagai langkah awal dari penelitian iklan sublimi- merupakan salah satu penghalang diterimanya teori
nal, memfokuskan pada eksistensi dari iklan sublimi- Freud pada awal diperkenalkan.
nal, kajian tersebut akan dibutuhkan sebagai pendu- Menurut Freud, “ketidaksadaran” tidak bisa dipe-
kung untuk riset pengaruh dari iklan subliminal dengan lajari dengan metode instropeksi ataupun eksprimen
konten seksual dan sensual terhadap sikap konsumen. laboraorium. Menurut teori-teori Freud, sumber utama
konflik dan gangguan-gangguan mental terletak pada
Psychological Unconcious ketidaksadaran ini. Karena itu, untuk bisa mempela-
Pada masa-masa awal laboratorium psikologi, piki- jari gejala-gejala ini, Freud mengembangkan tekhnik
ran manusia diasumsikan sangat mudah untuk diamati psikoanalisis, yang sebagian besar didasarkan atas in-
oleh pengamat yang terlatih. Meskipun, observasi baik terpetasi “arus pikiran pasien yang diasosiasikan secara
dalam laboratorium dan klinik mengindikasikan bahwa bebas” dan analis mimpi, yang isi maupun metodenya
mental kehidupan tidak penting bagi pengalaman kes- merupakan sudut pandang yang radikal.
adaran. Kesadaran mental kehidupan dipengaruhi oleh Bahwa kesadaran hanya sebagian kecil saja
pikiran bawah sadar, motivasi, dan emosi. dari kehidupan mental; sedangkan bagian yang terbe-
Sigmund Freud yang dianggap sebagai bapak psikoa- sarnya adalah justru ketidaksadaran atau alam bawah
nalisis banyak memberi kontibusi pada perkembangan sadar. Freud mengibaratkan alam sadar dan tak sadar
psikologi, khususnya dalam hal mengembangkan kon- itu dengan sebuah gunung es yang terapung, dimana
sep motivasi dari alam ketidaksadaran dan mengarah- bagian yang muncul ke permukaan air adalah alam sa-
kan fokus penelitian pada pengaruh pengalaman masa dar.
awal kehidupan atau masa anak terhadap perkemban- Dalam hubungannya dengan jiwa seseorang, yang
gan kepribadian selanjutnya sampai dewasa. Di samp- tampak dari luar hanya sebagian kecil saja. Bagian ter-
ing itu , Freud juga merangsang studi yang intensif ten- besar dari jiwa seseorang tidak bisa dilihat dari luar,
62
Fikri Reza, PEMAHAMAN TENTANG PESAN SUBLIMINAL (Tinjauan Aspek Kualitatif dan Kuantitatif)
dan ini merupakan alam ketidaksadaran. Antara kes- tidak dipenuhi. Karena itu, ada semacam kontradiksi
adaran dan ketidaksadaran, terdapat suatu perbatasan antara Id dan Super-Ego yang harus dapat memenuhi
yang disebut “prakesadaran” (preconsciousness). Do- tuntutan kedua sistem kepribadian lainnya ini secara
rongan yang terdapat dalam prakesadaran ini sewaktu- seimbang. Kalau Ego gagal menjaga keseimbangan
waktu dapat muncul dalam kesadaran. antara dorongan dari Id dan larangan-larangan dari Su-
Untuk lebih jelasnya, strukturkejiwaan manu- per-Ego, individu yang bersangkutan akan menderita
sia, yang diumpamakan sebagai gunung es, lihat gam- konflik batin yang terus-menerus; dan konflik ini akan
bar dibawah ini. menjadi dasar dari neurose.
Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa dalam diri
seseorang terdapat tiga sistem kepribadian, yang dise-
but Id atau Es, Ego atau Ich, dan Super-Ego atau Uber
Ich. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan
dorongan-dorongan biologis manusia – pusat insting.
Id selalu berprinsip memenuhi kesenangannya sendiri
(pleasure principle), termasuk didalamnya naluri seks
dan agresivitas.
Meskipun Id mampu melahirkan keinginan, ia tidak
mampu memuaskan keinginannya. Sistem kepribadian
yang kedua ialah Ego. Ego berfungsi sebagai jem-
batan antara tuntutan Id dengan realitas dunia luar. Ego
adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntu-
I. Consciousness (Kesadaran) tan rasional dan realistik. Ego-lah yang menyebabkan
II. Preconsciousness (Prakesadaran) manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan
III.Unsconsciousness (Ketidaksadaran) hidup sebagai wujud yang rasional (pada pribadi yang
normal). Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas (real-
Selain itu, Freud juga mengatakan bahwa dalam diri ity principle).
seseorang terdapat tiga sistem kepribadian, yang dise- Sistem kepribadian yang ketiga –Super-Ego—berisi
but Id atau Es, Ego atau Ich, dan Super-Ego atau Uber kata hati atau conscience. Kata hati ini berhubungan
Ich. Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai-nilai
dorongan-dorongan biologis manusia – pusat insting. moral, sehingga merupakan kontrol atau sensor ter-
Id selalu berprinsip memenuhi kesenangannya sendiri hadap dorongan-dorongan yang datang dari Id. Super-
(pleasure principle), termasuk didalamnya naluri seks Ego menghendaki agar doirongan-dorongan tertentu
dan agresivitas. saja dari Id yang direalisasikan; sedangkan dorongan-
Meskipun Id mampu melahirkan keinginan, ia tidak dorongan yang tidak sesuai dengan nilai moral, tetap
mampu memuaskan keinginannya. Sistem kepribadian tidak dipenuhi. Karena itu, ada semacam kontradiksi
yang kedua ialah Ego. Ego berfungsi sebagai jem- antara Id dan Super-Ego yang harus dapat memenuhi
batan antara tuntutan Id dengan realitas dunia luar. Ego tuntutan kedua sistem kepribadian lainnya ini secara
adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dan tuntu- seimbang. Kalau Ego gagal menjaga keseimbangan
tan rasional dan realistik. Ego-lah yang menyebabkan antara dorongan dari Id dan larangan-larangan dari Su-
manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan per-Ego, individu yang bersangkutan akan menderita
hidup sebagai wujud yang rasional (pada pribadi yang konflik batin yang terus-menerus; dan konflik ini akan
normal). Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas (real- menjadi dasar dari neurose.
ity principle).
Sistem kepribadian yang ketiga –Super-Ego—berisi Subliminal Perception
kata hati atau conscience. Kata hati ini berhubungan Persepsi subliminal didefinisikan sebagai proses in-
dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai-nilai formasi dalam kondisi dimana “stimuli terlalu lemah
moral, sehingga merupakan kontrol atau sensor ter- dideteksi secara sadar namun mempunyai dampak
hadap dorongan-dorongan yang datang dari Id. Super- pada fungsi perseptual dan kognitif.” Menurut mode
Ego menghendaki agar doirongan-dorongan tertentu proses-informasi, stimuli akan diproses (poses preat-
saja dari Id yang direalisasikan; sedangkan dorongan- ensi) sebelum diletakkan pada memori jangkla pendek,
dorongan yang tidak sesuai dengan nilai moral, tetap yang diasumsikan sebagai tempat dari kesadaran. Wa-
63
WACANA Volume XV No. 1. Maret 2016, Hlm. 1 - 85
lau begitu, kognisi tanpa kemampuan merespon secara produksi pesan audio secara terbalik. Untuk membuk-
verbal, persepsi subliminal, terjadi ketika subjaringan tikan tidakefektifnya pesan terbalik tersebut, beberapa
tidak mempunyai koneksi ke output verbal. peneliti mempertimbangkan percobaan “efek plasebo”.
Cara yang paling umum untuk mengkaji perssepsi Sebuah kajian mencoba efek plasebo dari pesan sub-
subliminal adalah dengan menyajikan (dengan tahis- liminal berupa rekaman audio yang dilekatkan dengan
tocope) stimuli visual yang terlalu singkat untuk dira- komposisi musik jazz. Meskipun musik tersebut tidak
sakan. Lalu cara lazim lainnya adalah dengan meng- berisi pesan subliminal, para subjek yang percaya bah-
gunakan pesan audio melalui “ penggabungan rekaman wa musik tersebut mengandung pesan subliminal dan
audio pesan tertentu dengan volume yang pelan ke- percaya terhadap persepsi subliminal, menghasilkan
dalam musik atau suara lainnya”, atau penggunaan skor emosional yang positiv daripada para subjek yang
percepatan suara atau frekuensi tinggi. Dengan kedua tidak percaya terhadap persepsi subliminal. Persepsi
cara tersebut, subjek tidak akan pernah sadar menerima subliminal audio menjadi kontroversial dan para penel-
penyajian stimuli tersebut. Dengan cara lain, yaitu cara iti meragukan tentang apakah fenomena subliminal itu
ketiga, melekatkan imej pada stimuli gamabar, penya- benar.
jian stimuli semacam itu dapat diobservasi. Para subjek Gagasan mengenai imej yang dilekatkan menjadi
dapat menegenali stimulinya, jika mereka diberitahu terkenal sejak salah satu peneliti dengan intuisinya
keberadaannya, atau mereka sadar akan keberadaan- menunjukkan penggunaan imej seksual subliminal
nya. dalam iklan cetak, tetapi tanpa bukti yang empirik. Ti-
Penyajian yang singkat dari stimuli visual digunakan dak seperti dua jenis penelitian penelitian persepsi sub-
secara luas oleh psikopatologi. Metode riset ini, dike- liminal, penelitian terhadap imej yang dilekatkan mem-
nalkan oleh Lloyd H. Silverman, dengan nama metode punyai fokus yang kebanyakan terhadap konten dari
subliminal psychodynamic activation (SPA). Pemili- iklan, karena gagasan dari imej yang dilekatkan dimu-
han alat presentasi visual tahitoskopik dipilih “untuk lai dalam iklan cetak dan banyak dari pengiklan tertarik
menstimuli harapan-harapan ketidaksadaran tanpa pada efek dari imej yang dilekatkan. Meskipun sejum-
merubah statusnya sebagai fenomena ketidaksadaran” lah kajian telah mencoba untuk mengidentifikasi efek
pesan kunci dari SPA tersebut adalah “MOMMY AND dari pesan subliminal pada iklan cetak, tidak ada satu-
I ARE ONE,” yang merepresentasikan “simbiotik-sep- pun kajian yang memaparkan hasil bahwa pesan sub-
erti kesatuan/kesaman”. Pesan ini berdasarkan atas ga- liminal mempengaruhi sikap seseorang. Bagaimanapun
gasan psikoanalitik “simbiotik-seperti fantasi” bahwa gagasan dari iklan subliminal telah menyebar luas ke-
“orang dewasa mempunyai berfantasi secara tidaksadar pada publik, sementara para pengiklan telah menyang-
meraih kesatuan/kesaan dengan orang lain (biasanya kal penggunaan tekhnik subliminal dalam iklan. Untuk
ibu mereka).” Sejumlah kajian yang dilakukan Sil- merespon kontradiksi ini, kajian analisis-konten diper-
verman dan rekannya mengindikasikan bahwa pesan lukan untuk mengetahui iklan di majalah-majalah yang
“MOMMY AND I ARE ONE” mengurangi psikopa- menggunakan pesan subliminal. Sesudah itu, pengaruh
tologi (perilaku tidak normal). Tetapi, hasil peneli- dari pesan subliminal terhadap sikap konsumen juga
tian tersebut mendapatkan kritik karena “kekeurangan akan dikaji.
metodelogi” Meskipun metode SPA mempunyai be-
berapa pertanyaan yang belum terpecahkan, sejumlah Penutup
pandangan terhadap kajian tersebut mengindikasikan Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan baga-
bahwa “penyajian pesan subliminal dari MOMMY mana cara pandang Subliminal Messages dari perspe-
AND I ARE ONE menghasilkan hasil sederhana tetapi ktif kualitatif yang didasarkan pada pandangan Wilson
dapat dipercaya sebagai kemajuan dalam tingkah laku Bryan Key, dan pandangan kuantitatif, yang melihat
yang adaptif” bahwa subliminal messages sebenarnya merupakan
Pesan subliminal didalam musik-musik yang pop- dua stimuli atau lebih yang datang secara bersamaan,
uler dan rekaman audio “pertolongan diri sendiri” juga dimana ada satu stimuli yang menjadi perhatian utama,
menjadi fokus perhatian bagi para peneliti. Pada awal dan stimuli lainnya menjadi stimuli sekunder.
tahun 1980-an, pokok persoalan efek pesan subliminal
yang direkam terbalik pada musik rock menjadi per- Daftar Pustaka
hatian diantara masyarakat. Meskipun, tidak ada satu The American Heritage College Dictionary, 3rd ed., s.v.
kajian-pun yang telah membuktikan keefektifan dari “subliminal”.
pesan audio tersebut, walaupun dimungkinkan mem-
64
Fikri Reza, PEMAHAMAN TENTANG PESAN SUBLIMINAL (Tinjauan Aspek Kualitatif dan Kuantitatif)
Howard Shervin, James A. Bond, Linda A. W. Brakel, of Use Subliminal Sexual and Sensual Messages
Richard K. Hertel, and William J. Williams, in Magazine Advertisment,” unpublished Inde-
Concious and Unconcious Processes: Psycho- pendent Study Report, California State Univer-
dynamic, Cognitive, and Neuropshysiological sity, Fresno (1999), at www.proquest.umi.com/
Convergences (New York:The Guilford Press, login/athens login pages.
1996), 1. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, “sek-
Dennis L. Rosen and Surendra N. Singh, “An Investi- suaitas”
gation of Subliminal Embed on Multiple Mea- Anders Ericsson and Herbert A. Simon, Protocol Anal-
sures of Advertising Effectiveness,” Psychology ysis: Verbal Reports as Data (Cambridge, MA:
and Marketing 9, no. 2 (1992): 159 The MIT Press, 1984), 50
Kathryn T. Theus, “Subliminal Advertising and the John F. Kihlstrom, “The Cognitive Unconscious,” Sci-
Psychology of Processing Unconcious Stimuli: ence 237 (1987) : 1445.
A Review of Research,” Psychology and Mar- Alex Sobur, Psikologi Umum (Pusataka Setia, Band-
keting 11, no.3 (1994) : 279 ung, 2003), 111
Ronnie Cuperfain and T.K. Clarke, “A New Perspective Dewiana dan Maria Kiat Tjen, “Sigmund Freud,” dalam
of Subliminal Perception,” Journal of Advertis- Paulus Budirahardjo (ed.), Mengenal Teori Ke-
ing 14, no. 1 (1985) : 35 pribadian Mutakhir, Kanisius, Yogyakarta, 1997
Del I. Hawkins, “The Effect of Subliminal Stimulation Dirgagunarsa, Singgih, Pengantar Psikologi, Mutiara
on Drive Level and Brand Preference,” Journal Sumber Widya, Jakarta, (1996), 63.
of Marketing Research 7 (1970) : 325. Djalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja
Sharon E. Beatty and Del I Hawkins, “Subliminal Stim- Rosdakarya, Bandung, (2005), 19.
ulation: Some New Data and Interpretation,” Sarwono, Sarlito Wirawan, Pengantar Umum Psikolog,
Journal of Advertising 18, no. 3 (1989): 7. Bulan Bintang, Jakarta, (1984), 58
Wilson B. Key, Subliminal Seduction: Ad Media’s Ma- Dirgagunarsa, Singgih, Pengantar Psikologi, Mutiara
nipulation of a Not So Innocent America (New Sumber Widya, Jakarta, (1996), 65.
York: New American Library, Inc., 1973), 108. John F. Kihlstrom, “The Cognitive Unconscious,” Sci-
Timothy E. Moore, “Subliminal Perception: Facts and ence 237 (1987) : 1448.
Fallacies,” Skeptical Inquirer 16 (Spring 1992) Ann C. Greenberg, “Subliminal Psychodynamic Acti-
: 275 vation Method and Annhilation Anxiety: Prelim-
Myron Gable, Henry T. Wilkens, Lyn Harris, and Rich- inary Findings,” Perceptual and Motor Skills 74
ard Feinberg, “An Evaluation of Subliminally (1992), 219.
Embedded Sexual Stimuli in Graphics,” Journal Llyod H. Silverman, “A Study of the Effects of Sub-
of Advertising 16, no.1 (1987) : 26-27. liminally Presented Aggressive Stimuli on The
Penny M. Simpson, Ronald Hoverstad, Gene Brown, Production Pathological Thinking in a Non-
and Robert E Widing, “Disclosure of Contextu- psychiatric Population,” Journal of Nervous and
ally Hidden Sexual Images Embedded in an Ad- Mental Disease 141, no.4 (1965): 444-445
vertisement, “Psychological Reports 81 (19997) Llyod H. Silverman, “Psychoanalytic Theory: The
: 333. Reports of My Death Are Greatly Exaggerated,
William E. Killbourne, Scott Painton, and Danny Rid- “American Psychologist” 31, no. 9 (1976): 624.
ley, “The Effect of Sexual Embedding on Re- Richar A. Hardway, “Subliminally Activated Symbiot-
sponses to Magazine Advertisements, “Journal ic Fantasies : Facts and Artifacts, “Psychological
of Advertising 14, no. 2 (1985) : 48. Bulletin 107, no. 2 (1990) : 179.
Martha Rogers and Kirk H. Smith, “Public Perceptions John R. Vokey and J. Don Read, “Subliminal Messag-
of Subliminal Advertising: Why Practitioners es: Between the Devil and the Media, “American
Shouldn’t Ignore This Issue,” Journal of Adver- Psychologist 40, no. 11 (1985), 1231.
tising Research 33, no. 2 (1993): 12-13. Stephen C. Benoit and Roger L. Thomas, “The Influ-
Martha Rogers and Christine A. Seiler, “The Answer ence of Expectancy in Subliminal Perception
Is No: A National Survey of Advertising Indus- Expriments,” The Journal of General Psychol-
try Practitioners and Their Clients about Wheter ogy 120, no.4 (1993) : 336.
They Use Subliminal Advertising,” Journal of Michael Urban, “Auditory Subliminal Stimulation:
Advertising Research 34, no. 2 (1994): 39. Methods “Perceptual and Motor Skills 76 (1993),
Miwako Mursawa, “A Content-Analytic Investigation 1103.
65