Anda di halaman 1dari 14

Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan Di Danau Cilodong Kecamatan

Sukma Jaya, Depok

Plankton as a Bioindicator Water Quality in the Lake Cilodong, Depok


Achmad Bachtiar1, S.Y. Srie Rahayu2, Triastinurmiatiningsih3
123
Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Pakuan, Bogor

ABSTRAK
Increasing age increases the fertility of the lake due to a natural phenomenon,
and it will continue to increase gradually. In this case allows the productivity of biomass
(including plankton) increased dramatically. One of the many lakes that are utilized
Cilodong lake located in the area Cilodong Sukma Jaya subdistrict, Depok. The road is
5 kilometers to the east of the complex and is located in Sector Azalea road side Abdul
Gani with an area of 5 acres. Lake Cilodong have significant value in terms of ecology
is as a niche for many fresh water organisms (fish, plankton, macrozoobenthos, and
Crustaceae) and in terms of the economy (agriculture, fishing, fish ponds, shrimp ponds
and catchment). Then the identification carried out in the Laboratory of Biological
Science Universitas Pakuan. The analyzed include biological parameters (primary
parameter) are saprobic index, biological pollution index, dominance index, and
chemical physics parameters (support parameters) are brightness, pH, temperature,
Dissolved Oxygen (DO), Biochemical Oxygen Demand (BOD), CO 2 free, Phosphate,
Ammonia. Results at three locations there are different types of plankton, which are
classified into ten classes. Range of biological obtained is saprobic index = 1,0 to 2,5
(polluted mild- severe), biological pollution index = 29,6 % to 81,6 % (polluted light –
heavy), dominance index = 1,27 to 1,63 (there is a dominant type of plankton). Range of
chemical physics water is Ph = 7,12 to 8,00, temperature = 29 to 30 ̊ C, DO = 5,35 to
9,12 mg/l, BOD = 2,0 to 5,05 mg/l, CO2 = 10,56 to 17,6 mg/l, Phosphate = 0,38 to 0,76
mg/l, Ammonia = 0,18 to 0,28 mg/l.

Key words : Cilodong Lake, Water quality, Plankton

Pendahuluan (termasuk plankton) meningkat drastis


Danau adalah cekungan yang (Basmi, 2000).
terjadi karena peristiwa alam yang Salah satu danau yang banyak
menampung dan menyimpan air hujan, dimanfaatkan adalah Danau Cilodong
mata air, rembesan dan air sungai. yang terletak di daerah Cilodong
Peningkatan kesuburan danau karena kecamatan Sukma Jaya, Kota Depok.
umurnya bertambah ini merupakan Jalan tersebut berjarak 5 kilometer di
fenomena alam, dan ini akan terus sebelah timur kompleks Sektor Azalea
meningkat secara gradual. Dalam hal ini dan terletak di pinggir jalan Abdul Gani
memungkinkan produktifitas biomassa dengan luas 5 hektar. Danau Cilodong
memilikinilai penting ditinjau dari segi
ekologi yaitu sebagai tempat habitat plankton yang ada di perairan danau
berbagai organisme air tawar(ikan, tersebut dan mengklasifikasikan
plankton, makrozoobentos, dan plankton dengan daftar biota
Crustaceae) dan segi saprobik( indikator biologi terhadap
ekonomi(pertanian,pemancingan, kolam tingkat pencemaran perairan) untuk
ikan, tambak udang dan resapan air). mengetahui tingkatan zona perairan,
Untuk memenuhi kebutuhan dan apakah zona polysaprobik(zona
kelangsungan hidup ekosistem danau tercemar sangat berat) dengan melihat
tersebut perlu didukung oleh kondisi daftar organisme polysaprobik, zona -
air serta lingkungan yang baik.
Untuk mengetahui kondisi mesosaprobik (zona tercemar berat)
perairan danau dapat diukur dengan 2 dengan melihat daftar organisme -
parameter yaitu parameter biologi dan
parameter fisika kimia. Untuk mesosaprobik, zona -mesosaprobik
parameter biologi dengan melihat
(zona tercemar sedang) dengan melihat
habitat biota perairan tersebut,
sedangkan salah satu habitat biota air daftar organisme -mesosaprobik,
adalah plankton yang memegang zona oligosaprobik (zona tercemar
peranan sangat penting dalam suatu sangat ringan) dengan melihat daftar
perairan. Plankton memiliki fungsi organisme oligosaprobik (Basmi,
ekologi sebagai produser primer dan 2000).
awal mata rantai dalam jaringan Melihat kondisi Danau saat
makanan, sehingga plankton sering ini yang berdekatan dengan pabrik
dijadikan skala ukuran kesuburan dan perumahan warga yang
suatu ekosistem perairan. Selain melihat membuang limbah domestic (air
dominansi jenis plankton di suatu cucian, sampah kertas dan plastik)
perairan. sedangkan dilihat dari yang dapat mengakibatkan pencemaran
parameter fisika yaitu dengan melihat terhadap kondisi perairan dan belum
kecerahan air dan suhu air. Tingkat adanya informasi tentang kondisi
kecerahan dapat dipengaruhi oleh perairan di Danau Cilodong Kecamatan
adanya intensitas matahari yang masuk Sukmajaya Kota Depok, maka perlu
ke perairan, banyaknya padatan dilakukan penelitian mengenai plankton
terlarut, sedimentasi dan kepadatan sebagai bioindikator kualitas perairan
organisme atau tumbuhan air pada di Danau Cilodong Kecamatan
perairan tersebut yang dapat sukmajaya, Kota Depok.
mempengaruhi warna dan tingkat
kekeruhan suatu perairan. Parameter Metode Penelitian
kimia dapat dilihat dengan menguji Alat- alat yang digunakan
Oksigen terlarut (DO), kadar meliputi mikroskop, objek glass, Pipet
karbondioksida (CO2), pH dan BOD 1 ml, pipet 10 ml, plankton net,
(Salmin, 2005). botol plankton, gelas ukur 50 ml,
Oleh karena itu plankton dapat botol winkler, erlenmeyer, pH meter,
dijadikan sebagai bioindikator suatu secchidisk, termometer, inkubator,
perairan dengan melihat dominansi
dan buku identifikasi Fresh – Water 2.Organisme -Mesosaprobic
Biology (Presscot, 1951).
Bahan yang digunakan dalam (Tercemar Sedang)
penelitian ini adalah air danau Tipe organisme - mesosaprobic ini
Cilodong, formalin 40%, alkohol,
larutan O2 reagen, MnSO4 50%, mengindikasikan bahwa suatu perairan
Na2SO2 0,01 N, H2SO4 pekat, larutan tersebut dalam keadaan tercemar berat,
amilum 1%, aquades, formalin 4%, jenis-jenis organisme - mesosaprobic
NaOH, HCl, Indikator fenoftalen,
ini adalah Asterionella formosa,
indikator metil orange.
Oscillatoria rubescens, Oscillatoria
Pengambilan Sampel redekei, Melosira varians, Coleps
Cara pengambilan sampel yaitu hirtus, Aspidisca lynceus, Euplotes
dengan menyaring 20 liter air danau charon, Spirogyra crassa, Cladophora
menggunakan plankton net. Hasil crispata, dan lain – lain Liebmann
penyaringan yang tertampung (1962) dalam Basmi (2000).
dimasukkan ke dalam botol plankton
lalu ditetesi formalin 40%. 3.Organisme -Mesosaprobik

Analisis Biologi (Tercemar Berat)


a.Identifikasi Plankton Tipe organisme - mesosaprobic ini
Dengan mengambil air sebanyak 1 ml mengindikasikan bahwa suatu perairan
menggunakan pipet ukur 1 ml, Simpan tersebut dalam keadaan tercemar berat,
di atas gelas obyeksedwick – raffer, jenis- jenis organisme a- mesosaprobic
tutup dengan kaca penutupnya lalu ini adalah Leptomiruslacteus,
diperiksa di bawah mikroskop. Oscillatoria formosa, Nitzschia palea,
Identifikasi plankton menggunakan Chilomonas paramecium, Uronema
buku Fresh – Water Biology marinas, Colpoda cuculus, Vorticella
(G.W.Presscot, 1951) dan tabel convalaria, Stentor caerolius,
Liebmann ( Basmi, 2000) untuk Stratiomys chamaeleon Larva,
menentukan tingkat pencemaran seperti: Sphaerium corneum, dan lain – lain
1.Organisme Oligosaprobic (Tercemar Liebmann (1962)dalam Basmi (2000).
Ringan)
Tipe organisme Oligosaprobic ini 4.Organisme Polysaprobic (Tercemar
mengindikasikan bahwa suatu perairan Sangat Berat)
tersebut dalam keadaan tercemar ringan, Tipe organisme polysaprobic ini
jenis- jenis organisme oligosaprobic ini mengindikasikan bahwa suatu perairan
adalah Cyclotella bodanica, tersebut dalam keadaan tercemar sangat
Micrasterias truncata, Halteria berat, jenis–jenis organisme
cirrifera, Notholca longispina, polysaprobic adalah Cyclotela
Planaria gonocephala, Fontinalis bodonica,Synedra acus var. angustisia,
antipyretica, Larva of Perla Micrasterias truncata, Halteria
bipunctuata, Larva of Oligoneuria cirrifera, Surirella spiralis,
rhenana, dan lain – lain Liebmann Tabellariaflocculata, Bulbuchaete
(1962)dalam Basmi (2000).
nirabilis, Strombidenopsis gyrans, ( polisaprobik )
Staurastrum punciularum, Ulotrhix
zonata, Vorticella nobelifera, dan lain c. Indeks Pencemaran Biologik
–lain Liebmann (1962) dalam Basmi Indeks Pencemaran Biologik
(2000). (Biological Indicest Pollution) dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut
b. Indeks Saprobik
(Basmi, 2000):
Untuk mengetahui status( tingkat
pencemaran ) suatu perairan dengan
menghitung “ Indeks Saprobik” BIP = X 100
perairanbersangkutan dengan formula
berikut (Basmi, 2000) : Dimana :
A = mikroorganisme berklorofil
B = mikroorganisme tanpa
S = atau S = klorofil
Tabel 2. Kualitas air berdasarkan BIP
Nilai BIP Kualitas Air
(%)
Dimana : 0–8 Bersih, Jernih
S = “Indeks Saprobik” perairan 9 – 30 Tercemar Ringan
berdasarkan analisis sp, ke-1 s/d ke-n
31 – 60 Tercemar Sedang
= “Nilai indikator” organisme
60 – 100 Tercemar Berat
(spesies)ke- 1, seperti dalam
daftar Liebman.
Hi = “Frekuensi kemunculan” spesies
bersangkutan dari sampel yang kita d. Indeks Dominansi
analisis dengan nilai ( hi = 1, bila Untuk mengetahui adanya dominansi
frekuensi kemunculan bersifat acak jenis tertentu di perairan dapat
kadang muncul kadang tidak). digunakan indeks dominansi Simpson
(Basmi, 2000).
Tabel 1. Indeks Saprobik
Indeks Derajat Polusi :
Saprobik ( S ) C=
1,0- 1,5 Ringan
( oligosaprobik) Dimana :
1,5- 2,4 Sedang C = indeks dominansi Simpson
ni = jumlah individu
( -mesosaprobik) N = jumlah total
2,5- 3,5 s = jumlah genus
Berat ( Nilai indeks berkisar 0-1
–mesosaprobik ) 0 = tidak ada plankton yang
mendominansi
3,6- 4,0 Sangat berat
1 = terdapat genus plankton yang Penentuan oksigen terlarut dengan
mendominansi menggunakan botol winkler dan DO
meter untuk menghitung oksigen
terlarutnya. Air danau dimasukkan ke
Analisis Fisika Kimia dalam botol winkler, tutup botol
a.Kecerahan Air dengan hati- hati jangan sampai terdapat
Secchi-disk dimasukkan ke dalam air gelembung udara dan mulai menghitung
perlahan-lahan sampai tepat warna dengan DO meter. Cara untuk
hitam putih tidak terlihat, catat berapa menghitung oksigen terlarut dengan DO
jarak (cm) dalamnya pada batang meter yaitu:
pegangan secchi-disk tersebut 1.Masukkan kabel probe ke dalam alat
(Khairuman, 2007). DO meter.
2.Tekan tombol switch on dan tunggu
b.Suhu hingga angka stabil, yaitu 0,00.
Cara mengukur suhu air dengan 3.Celupkan probe paling sedikit dalam
mencelupkan termometer beberapa cairan sedalam 10 cm untuk
menit ke dlam air, lalu dicatat berapa menghindari pengaruh suhu dan
suhu dalam air tersebut ( ̊ C) (Setiawan, lingkungan dan catat angka yang
2003). muncul pertama kali dilayar.
c.pH f.Penentuan Karbondioksida (CO2)
pH perairan diukur dengan Cara yang digunakan untuk mengukur
menggunakan pH meter dengan cara CO2 yang berada di danau yaitu
mencelupkan kertas pH kedalam air, dengan cara diambil dengan volume
lalu dicatat (Khairuman, 2007). pipet 50 ml air, dimasukan ke dalam
erlenmeyer, diberi 3 tetes indikator
d.Penentuan Kadar BOD Fenolftalen, kemudian dititrasi dengan
Masukkan 75 ml contoh air kedalam larutan 0,1 N NaOH. Kemudian catat
erlenmeyer dan diencerkan dengan ml NaOH yang digunakan Syaeful
akuades yang telah diaerasi hingga ( 1991) dalam Rahayu ( 2012 ).
volume 375 ml. kemudian dimasukan
kedalam botol Winkler lalu ditutup.
Botol yangsatu diinkubasikan selama 5
Kadar CO2 ( mg/l ) = x ml
hari di dalam incubator BOD pada suhu
NaOH x 0,1 x 44
± 20 °C, setelah 5 hari diukur oksigen
terlarutnya (DO- lima). Botol yang satu g.Penentuan Kadar Amoniak (NH3)
lagi kadar oksigen terlarutnya langsung Dipipet 25 ml sampel dan dimasukkan
diukur hari itu juga (DO- nol) Syaeful masing-masing kedalam erlenmeyer 25
(1991) dalam Rahayu (2012). Kadar ml. Ditambahkan 1 ml larutan Fenol,
BOD (mg/l) dihitung sebagai berikut dihomogenkan. Ditambahkan 1 ml
(Salmin, 2005). larutan Natrium Nitroprusida,
BOD = 5 (mg/l DO nol – mg/l DO dihomogenkan. Ditambahkan 2.5ml
lima). larutan pengoksidasi, dihomogenkan.
Ditutup Erlenmeyer dengan paraffin
e.Penentuan Oksigen Terlarut (DO)
atau aluminum foil. Dibiarkan selama 1 Perhitungan konsentrasi fosfat
jam untuk pembentukan warna. Diukur menggunakan Metode Asam Askorbik :
absorbansi pada spektrofotometer 1.Sebanyak 2 ml sampel + 3 ml larutan
dengan panjang gelombang 640 nm pengoksid fosfat + 2 ml larutan
( Achmad, 2004). H3BO2+ 2 ml larutan H 2 SO4
2.setelah didiamkan selama 30 menit,
kemudian diukur dengan menggunakan
spektrofotometer dengan panjang
gelombang 660 nm.
h.Penentuan Kadar Phosfat (PO4) 3.Konsentrasi fosfat (ppm) diperoleh
Pengukuran fosfat dilakukan dengan dari persamaan ( APHA, 1992) :
cara mengambil sampel air kemudian Konsentrasi fosfat( ppm) = 19,2 x Abs
dimasukkan ke dalam botol sampel,
selanjutnya disimpan ke dalam cool Dimana :
box untuk dianalisis di laboratorium 19,2 = Hasil konstanta persamaan
dengan menggunakan metode yang regresi larutan standar
dikembangkan oleh APHA (1992) Abs = Pembacaan absorbansi pada
dengan alatspektrofotometer dan spektrofotometer
prosedur analisisnya sebagai berikut

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh klasifikasi plankton (biota saprobik) dapat
dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil klasifikasi plankton berdasarkan tabel Liebmann
Kategori Jumlah
Lokasi Kelas Jenis
(saprobik) Individu
Chlorophyceae Spyrogyra crassa –mesosaprobik 5
Bacillariophycea Synedra acus var.
Inlet Polisaprobik 2
e Angustissima
Keratella valga tropica - 2
Rotifera
Notholca longispina oligosaprobik 4
Inlet Keratella valga - 4
Brachionus pala - 3
Rotifera Trichocerca iernis - 4
Keratella rubens - 3
Pompholyx sulcata - 2
Insecta Cloeon dipterum larva –mesosaprobik 4
Cilliata Vorticella campanula –mesosaprobik 4

Flagellata Synura uvella –mesosaprobik 2

Chlorococcum sp. - 3
Coelastrum - 2
Tengah Chlorophyceae
sphaericum
Chorella sp. - 4

Kategori Jumlah
Lokasi Kelas Jenis
(saprobik) Individu

Eudorina elegans - 1
Chlorophyceae
Micrasterias truncata - 2

Bacillariophycea Diatom sp. - 3


e Navicula sp. - 4
Hilden brandia - 2
Rhodophyceae
arracana
Brachionus rubens - 3
Keratella valga - 1
asymmerica
Rotifera Keratella valga - 2
monstrosa
Tengah Brachionus valcatus - 4
Notholca longispina oligosaprobik 3
Daphnia sp. - 7
Moina macrocopa - 2
Nauplius clioptomus - 2
Halcyclops sp. - 4
Krustacea Sida crystallina - 3
Diaptomus sp. - 2
Mesocyclops leukarti - 2
Diaphanosoma - 3
bracyurum
Cyclops sp. - 4
Maxillopoda
Chantocamptus sp. - 4
Bosmina sp. - 2
Branchiopoda
Chydorus ovalis - 2
Outlet Chlorophyceae Ulothrix zonata polisaprobik 3
Bacillariophycea Stephanodiscus – 3
e hantzchii
mesosaprobik
Filinia terminalis – 5
Rotifera
mesosaprobik

Jumlah
Lokasi Kelas Jenis Kategori (saprobik)
Individu
Trichocerra elongata - 3
Brachionus angularis var.
–mesosaprobik 3
Chaeloris
Rotifera
Filinia longiseta - 4
Brachionus angularis –mesosaprobik 5
Outlet
Halteria cirrifera polisaprobik 4
Cilliata 3
Stentor caerolius –mesosaprobik

Flagellata Chilomonas paramecium –mesosaprobik 3


JUMLAH 144

Analisis Biologi rakitan berbagai jenis dan status biota


a. Identifikasi Plankton baik fitoplankton maupun zooplankton.
Berdasarkan hasil identifikasi dari
pengambilan sampel plankton pukul b. Indeks Saprobik
15.30 WIB di 3 lokasi yaitu inlet,
tengah, outlet ditemukan 10 kelas yaitu 2,5
Chloropyceae, Bacillariophyceae, 2,05
Rhodophyceae, Rotifera, Insecta,
Crustacea, Maxillopoda, 1,0
Branchiopoda, Cilliata, dan
Flagellata. Hal ini sesuai dengan
pendapat Basmi (2000)bahwa di sebuah
perairan akan memperlihatkan
komposisi plankton yang terdiri dari Gambar 1. Indeks Saprobik di tiga
lokasi titik sampling
Nilai Indeks saprobik pada lokasi inlet Tabel 4. Hasil Indeks Pencemaran
adalah 2.05 yang berarti dalam kondisi
Biologik ( BIP )
tercemar sedang ( –mesosaprobik),
Tidak Nilai
Lokasi Berklorofil
sedangkan pada lokasi tengah adalah Berklorofil BIP
1.0 yang berarti tercemar ringan Inlet 7 31 81.6%
(oligosaprobik), sedangkan pada lokasi Tengah 50 21 29.6%
outlet adalah 2.5 yang berarti dalam Outlet 6 30 83.3%
kondisi tercemar berat( –
Adapun hasil perhitungan indeks
mesosaprobik ). Hal tersebut disebabkan pencemeran biologik nilai tertinggi
oleh kondisi lingkungan lokasi ini terdapat pada lokasi outlet yaitu
memiliki pH 7,99 dan memiliki kadar 83,3% artinya pada lokasi outlet
DO yaitu 5,50 mg/l yang berarti telah didominasi oleh zooplankton (kelas
terjadi pencemaran sehingga kadar DO Rotifera) dan protozoa(kelas Cilliata
sangat rendah. Sesuai dengan pendapat dan Flagellata) sedangkan fitoplankton
Basmi (2000), bahwa perairan yang hanya ada dua kelas yaitu
hanya mengalami pencemaran ringan Chlorophyceae dan Bacillariophyceae
tidak menunjang kehadiran protozoa dan jumlah individunya pun hanya
karena tidak adanya bakteri sebagai dua. hal tersebut membuktikan dengan
penunjang kehidupan protozoa tersebut, minimnya fitoplankton makaini
sedangkan untuk lokasi yang mengindikasikan kurangnya unsur hara
mengalami pencemaran sedang sampai dan menunjukan tingkat kesuburan
berat akan akan di dominasi oleh kelas suatu perairan. Sesuai dengan pendapat
Rotifera sebagai penunjang kehidupan Basmi (2000), bahwa banyaknya
Protozoa. kehadiran fitoplankton menandakan
Pencemaran yang terjadi pada lokasi tingkat kesediaan unsur hara suatu
inlet dan outlet disebabkan oleh perairan.
banyaknya limbah domestik baik dalam
bentuk plastik maupun air sabun cucian d.Indeks Dominansi
yang mengakibatkan terjadinya
pencemaran senyawa anorganik
meningkat dan dapat menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Sesuai
dengan pendapat Effendi(2003), bahwa
meningkatnya senyawa organik dalam
suatu perairan akan menurunkan kadar
DO suatu perairan. Sedangkan untuk
lokasi tengah mengalami pencemaran Gambar 2. Indeks dominansi pada tiga
ringan disebabkan oleh adanya beberapa lokasi di Danau Cilodong
tumbuhan airyang menutupi permukaan
air sehingga difusi oksigen berlangsung Nilai Indeks dominansi berkisar
lebih banyak dan jauh dari lokasi inlet. antara 1,27 – 1,63. Artinya pada setiap
lokasi ditemukan jenis plankton yang
c.Indeks Pencemaran Biologik
mendominasi. Hal ini dipengaruhi oleh pada lokasi outlet suhu meningkat.
kualitas perairan lokasi yang berbeda, Nilai tersebut merupakan nilai normal
sehingga mengakibatkan plankton bagi perkembangan plankton. Sesuai
tertentu lebih dominan, sesuai dengan pendapat Mujib(2010) bahwa plankton
rumus dominansi Simpson bahwa bila masih dapat berkembang dengan suhu
hasilnya 1 itu menandakan adanya 25-35°C Basmi(2000), menyatakan
genus plankton yang dominan. bahwa dalam setiap penelitian pada
ekosistem akuatik pengukuran suhu air
Analisis Fisika adalah hal yang mutlak untuk
a.Nilai Kecerahan dilakukan. Hal ini disebabkan kelarutan
Nilai kecerahan yang diperoleh berbagai gas air serta semua aktifitas
dikategorikan rendah berdasarkan hasil biologis didalam ekosistem akuatik
pengukuran kecerahan air pada masing sangat dipengaruhi oleh suhu.
– masing lokasi yaitu inlet 20 cm, pada
lokasi tengah 65 cm, pada lokasi outlet Analisis Kimia
17,5 cm hal tersebut dikarenakan a.Derajat Keasaman (pH)
adanya limbah domestik yang banyak Nilai pH pada ketiga lokasi yaitu
mengendap serta kondisi perairan yang berkisar antara7,12– 8,00. berdasarkan
dangkal sehingga mengakibatkan dasar nilai tersebut maka perairan di Danau
perairan yang dominan lumpur naik ke Cilodong memiliki pH yang basa, ini
permukaan, selanjutnya akibat partikel menandakan terjadi ketidakseimbangan
lumpur tersebut menghalangi penetrasi antara amonium dan amoniak sehingga
cahaya. Sesuai dengan pendapat Mujib dapat bersifat toksik bagi organisme
(2010), bahwa kekeruhan perairan khususnya plankton. Sesuai dengan
tinggi maka akan menghambat pendapat Barus( 2010), bahwa pH
masuknya cahaya matahari kedalam Perairan air tawar berkisar 5– 10. Akan
perairan sehingga menyebabkan tetapi pH ideal bagi kehidupan
fitoplankton tidak dapat melakukan organisme akuatik adalah 7 – 8,5.
fotosintesis dengan baik. Hasil dari
tingkat kecerahan ini sesuai dengan c.Biochemical Oxygen Demand
pendapat Akrimi dan Gatot(2002), (BOD)
bahwa kecerahan air dibawah 100cm
tergolong tingkat kecerahan rendah. Nilai BOD berkisar antara 2,0 – 5,05
mg/l. hasil analisis menunjukan nilai
b.Suhu Air BOD pada kedalaman di setiap lokasi
Dari hasil penelitian suhu air berkisar memiliki nilai yang berbeda. Nilai BOD
29-30ºC. Penurunan suhu dari inlet merupakan nilai yang menunjukan
hingga outlet relatif kecil. Suhu tinggi kebutuhan oksigen oleh bakteri aerob
terdapat pada lokasi outlet karena untuk mengoksidasi bahan organik
adanya asap kendaraan bermotor, para didalam air sehingga secara tidak
pengunjung yang membuang langsung juga menunjukan keberadaan
membuang limbah domestik serta bahan organik didalam air. Dengan
buangan limbah sabun warung setempat demikian maka kualitas air di Danau
sehingga menyebabkan panas sehingga Cilodong dalm kondisi tercemar.
Nilai BOD tertinggi berada pada e.Karbondioksida (CO2)
lokasi outlet yaitu 5,05 mg/l sedangkan Karbondioksida sangat diperlukan
nilai BOD terendah terdapat pada lokasi untuk proses fotosintesis yaitu sebagai
tengah yaitu 2,0 mg/l. Tingginya nilai sumber karbon. Nilai yang diperoleh
BOD pada lokasi outlet berkisar 14,08 – 17, 60. Nilai tersebut
mengindikasikan bahwa kandungan berada dalam batas normal. Kadar CO2
bahan organik dilokasi outlet lebih optimal untuk perairan tawar sebaiknya
tinggi dari pada lokasi inlet dan tengah. mengandung kadar < 5 mg/l (Boney,
Bahan organik ini berasal dari limbah 1989). Sebagian besar organisme
domestik dan sisa pakan ayam yang akuatik masih bisa bertahan hidup
dibuang kedalam perairan, sedangkan hingga kadar karbondioksida mencapai
pada lokasi tengah BOD lebih rendah sebesar 60 mg/l ( Boyd, 1988).
karena lebih sedikit bahan organik yang
terdapat di dalamnya. Sesuai dengan
pendapat Barus (2001). Nilai BOD
merupakan parameter indikator
pencemaran zat organik, dimana
semakin tinggi angkanya semakin tinggi
pencemaran bahan organik dan
sebaliknya. f.Amoniak (NH3)
Hasil kadar amonia berkisar antara 0,7
d. Disolved Oxygen
0,18-0,28 mg/l. hasil tersebut pada 6
Hasil pengamatan menunjukan nilai
kedalaman di setiap lokasi memiliki
DO dalam air pada kedalaman di setiap
nilai yang berbeda. Hal tersebut
lokasi memiliki nilai yang berbeda.
menunjukan adanya pencemaran
Kandungan oksigen terlarut (Dissolve
senyawa organik didalam air terutama
Oxygen) sangat diperlukan oleh bakteri
pada lokasi outlet karena nilai yang
untuk dekomposisi. Dengan adanya
didapat adalah 0,28 mg/l hampir
proses dekomposisi yang dilakukan
mendekati batas maksimal toleransi
oleh bakteri menyebabkan keadaan
yaitu 0,30 mg/l sesuai dengan pendapat
unsur hara tetap tersedia diperairan, hal
Rukaesih (2004) jika diatas batas
ini sangat menunjang untuk
maksimal maka akan mengganggu
pertumbuhan plankton ( Mujib, 2010).
kehidupan biota perairan air tawar.
Nilai kandungan oksigen terlarut
berkisar 5,35 – 9,12 mg/l. Menurut
Sanusi ( 2004) nilai DO tersebut cukup
baik karena oksigen terlarut yang dapat
menunjang proses kehidupan biota
perairan adalah 5,45 – 7,00 mg/l.
Tingginya kadar oksigen terlarut pada
lokasi tengah dikarenakan adanya g. Phosfat (PO4)
tumbuhan air yang tumbuh sehingga Hasil pengamatan menunjukan kadar
meningkatkan kadar oksigen yang posfat pada tiga lokasi sangat berbeda
terlarut. yaitu nilai tertinggi 0,76 ppm pada
lokasi inlet hal tersebut dikarenakan 29,6% - 81,6% (tercemar ringan hingga
sedikitnya fitoplankton yang berada berat).
dilokasi inlet ,sedangkan nilai terendah 4.Indeks Dominansi di lokasi danau
terdapat pada lokasi tengah yaitu 0,38 Cilodong yaitu antara 1,25 – 1,63 (yang
ppm hal tersebut dikarenakan jauh dari berarti terdapat jenis plankton yang
lokasi pencemaran dan banyaknya jenis mendominasi).
fitoplankton di lokasi tengah ini.
Berdasarkan hasil yang didapat Saran
perairan masuk kategori tingkat Perlu dilakukan penelitian lebih
kesuburan sangat rendah karena lanjut terhadap kondisi perairan melalui
menurut Basmi (2000) nilai konsentrasi biota saprobik lainnya. Serta
posfat ˂5 ppm adalah tingkat pengambilan sampel pada siang dan
kesuburan sangat rendah. Boyd(1989) malam hari, mengingat bahwa biota
berpendapat kosentrasi orto-fosfat di aquatik saling mendukung dan berkaitan
dalam air dapat berkurang karena erat serta kondisi pengambilan sampel
penyerapan oleh fitoplankton, lamun pun sangat berpengaruh terhadap hasil
dan bakteri. karena setiap biota memiliki karakter
yang khas dan berbeda.

Daftar Pustaka
0,5 Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia
0,38 7 Lingkungan. Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Abdur, R. 2008. Studi Kelimpahan
dan Keanekaragaman Jenis
Plankton di Perairan Muara
Sungai Alalak. Jur Al’ulum.
37(5). Fakultas Perikanan
Lambung Mangkurat. Hal: 13.
Afdal. 2008. Sebaran Klorofil-A dan
Simpulan dan Saran Hubungan dengan Eutrofikasi di
Berdasarkan hasil penelitian maka Perairan Teluk Jakarta. Pusat
dapat disimpulkan: Penelitian Oseanografi- LIPI.
1. Plankton yang ditemukan di Danau 34(3). Hal 333-335.
Cilodong terdiri dari 10 kelas yaitu
Chlorophyceae, Bacillariophyceae, Akrimi, dan Gatot. 2002. Teknik
Rhodophyceae, Rotifera, Insecta, Pengamatan Kualitas Air dan
Crustacea,Maxillopoda, Plankton di Reservat Danau
Branchiopoda, Cilliata, Flagellata. Arang-Arang Jambi. Jur
2. Indeks Saprobik di lokasi danau Penelitian Teknik Pertanian. 7(2).
Cilodong yaitu antara 1,0-2,5 (tercemar Balai Riset Perairan Umum. Hal :
ringan hingga berat). 54
3. Indeks Pencemaran Biologik di APHA (American Public Health
lokasi danau Cilodong yaitu antara Association), 1992.Standard
Methods For Examination of Pertanian. (www.giss.bmg.co.id).
Water and Waste Water . APHA, Diakses tanggal 15 Desember
Inc. New York. 1193 hal. 2013.
Aries, L, A. 2006. Dasar-Dasar S. Y. Srie, R. 2012. Penuntun
Ekologi. Ed. Ke-3. Gadjah Mada Praktikum Biologi Perairan.
University Press. Yogyakarta. Jurusan Biologi FMIPA
Basmi, J. 2000. Plankton Sebagai Universitas Pakuan, Bogor.
Bioindikator Kualitas Perairan. Thornton, KW, B.L Kimmel, F.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Payne. 1990. Reservoir
Kelautan. Institut Pertanian Lymnology Ecological
Bogor. 60 hal. Perspective. A Wiley Interscience
Barus, T, A .2001. Pengantar Limnologi Publication. New York
Studi Tentang Ekosistem Sungai Wetzel, R.G. 2001. Lymnology Lake
dan Danau.Fakultas MIPA USU and River Ecosystem. 3rd ED.
MEDAN. Academic Press. London.
Boney, A.D. 1989. Yazwar.2008. Keanekaragaman
Phytoplankton.Second Edition. Edward Plankton dan Keterkaitannya
Arnold, London dengan Kualitas Air di Danau
Boyd. C. E. 1988. Water Quality in Toba. Universitas Sumatera
Warmwater Fish Ponds. Auburn Utara.
University Michigon. USA. 477
hal.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air
Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan.
Kanisius. Yogyakarta.
Khairuman, SP.2007. Budi Daya Patin
Super. Agromeda Pustaka:
Jakarta.Hal:28-30
Mujib, Abd. Saddam. 2010. Faktor-
faktor yang mempengaruhi
plankton. Jakarta:Kencana
Prenada Media.
Odum, E. 1996. Dasar- dasar Ekologi.
Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO)
dan Kebutuhan Oksigen Biologi
(BOD) Sebagai Salah Satu
Indikator Untuk Menentukan
Kualitas Perairan. Oseana. Vol
XXX. No 3. Jakarta.. Hal : 21-26
Setiawan. 2003. Otomatisasi Cuaca
Untuk Menunjang Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai