Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Adanya kemajuan perekonomian serta bergesernya pola kehidupan

masyarakat, maka bergeser pula pola penyakit. Pergeseran tersebut dari

penyakit infeksi ke penyakit degeneratif diantaranya penyakit jantung dan

pembuluh darah. Penyakit jantung yang banyak di Indonesia adalah penyakit

jantung koroner, penyakit rematik, dan penyakit tekanan darah tinggi

(Muhammadun, 2010).

Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang banyak di derita bukan

hanya oleh usia lanjut saja, bahkan saat ini juga menyerang orang dewasa

muda (Darmojo, 2008). Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah

persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan

diastoliknya di atas 90 mmHg (Brunner & Suddarth, 2002).

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan

cukup istirahat/tenang (Pusat Data & Informasi Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi dikenal sebagai tekanan darah tinggi. Hipertensi adalah

kondisi peningkatan persisten tekanan darah pada pembuluh darah vaskular.

Tekanan yang semakin tinggi pada pembuluh darah menyebabkan jantung

harus bekerja lebih keras untuk memompa darah. Hipertensi telah

1
mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut

WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular telah

menyebabkan 17 juta kematian tiap tahun akibat komplikasi hipertensi yaitu

sekitar 9,4 juta tiap tahun di seluruh dunia (WHO, 2013).

Hipertensi dapat mengakibatkan infark miokard, stroke, gagal ginjal, dan

kematian jika tidak dideteksi secara dini dan ditangani dengan tepat (James

dkk., 2014). Sekitar 69% pasien serangan jantung, 77% pasien stroke, dan

74% pasien congestive heart failure (CHF) menderita hipertensi dengan

tekanan darah >140/90 mmHg (Go dkk., 2014). Hipertensi menyebabkan

kematian pada 45% penderita penyakit jantung dan 51% kematian pada

penderita penyakit stroke pada tahun 2008 (WHO, 2013). Selain itu, hipertensi

juga menelan biaya yang tidak sedikit dengan biaya langsung dan tidak

langsung yang dihabiskan pada tahun 2010 sebesar $46,4 milyar (Go dkk.,

2014).

Hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia. Betapa

tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan

kesehatan primer. Hal itu merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi

yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas 2013. Di

samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-obatan

yang efektif banyak tersedia (Pusat Data & Informasi Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Sultra

tahun 2013, Diantara 3 penyakit tidak menular yaitu hipertensi, penyakit sendi

2
dan stroke, prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran merupakan yang

tertinggi (31,6) disusul penyakit sendi (26,8) dan stroke (0,8).

Berdasarkan data dari Puskesmas Poasia bahwa selama 4 tahun

berturut-turut dari tahun 2012 sampai dengan 2015 hipertensi masuk dalam 10

besar penyakit. Pada tahun 2012 jumlah penderita hipertensi sebanyak 427

orang (13,7%), pada tahun 2013 jumlah penderita hipertensi 513 orang

(16,5%), pada tahun 2014 jumlah penderita hipertensi 679 orang (21,8%), dan

pada tahun 2015 jumlah penderita hipertensi sebanyak 1.487 orang (47,8%).

Pada tahun 2016 jumlah penderita hipertensi dari bulan januari sampai maret

sebanyak 284 orang. (Profil Data Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun

2016).

Hipertensi dapat menjadi ancaman serius apabila tidak mendapatkan

penatalaksanaan yang tepat. Jika tekanan darah pada penderita hipertensi

dapat di pertahankan dalam nilai normal maka akan membantu penderita

hipertensi dalam memperoleh kesehatan yang optimal, terhindar dari resiko

komplikasi penyakit kardiovaskuler, dan meningkatkan kualitas hidup

(Muhammadun, 2010).

Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu lama

(persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung

(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi

secara dini dan mendapat pengobatan yang memadai. Banyak pasien

hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dan jumlahnya terus

meningkat. Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai

3
bidang peminatan hipertensi, pemerintah, swasta maupun masyarakat

diperlukan agar hipertensi dapat dikendalikan (Pusat Data & Informasi

Kemenkes RI, 2014).

Hipertensi sebenarnya dapat dicegah bila faktor resiko dapat

dikendalikan. Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai upaya antara lain

yaitu : monitoring tekanan darah secara teratur, program hidup sehat tanpa

asap rokok, peningkatan aktivitas fisik/gerak badan, diet yang sehat dengan

kalori seimbang melalui konsumsi tinggi serat, rendah lemak dan rendah

garam. Hal ini merupakan kombinasi upaya mandiri oleh individu / masyarakat

dan didukung oleh program pelayanan kesehatan yang ada dan harus

dilakukan. Salah satu contoh tindakan yang dapat dilakukan oleh tenaga

kesehatan adalah memberikan pendidikan kesehatan terhadap penderita.

Hasil studi yang telah dilakukan oleh Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) dan para ahli pendidikan kesehatan, terungkap memang benar

bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan sangat kurang, praktik

mereka juga masih rendah. Sebagai tindak lanjutnya jajaran kesehatan

dalam konfrensi Nasional Promosi Kesehatan 2001, antara lain

menyepakati menitik beratkan program pendidikan kesehatan (promosi)

melalui pemberdayaan masyarakat, sehingga dapat meningkatkan derajat

kesehatan penduduk Indonesia.

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan

kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan

tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia secara individu,

4
kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai

tujuan hidup sehat (Depkes RI, 2010).

Pendidikan atau promosi kesehatan adalah suatu bentuk intervensi atau

upaya yang ditujukan kepada perilaku, agar perilaku tersebut kondusif untuk

kesehatan (Notoatmodjo, 2012). Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia), pendidikan kesehatan adalah kegiatan di bidang penyuluhan

kesehatan umum dengan tujuan menyadarkan dan mengubah sikap serta

perilaku masyarakat agar tercapai tingkat kesehatan yang diinginkan.

Pendidikan Kesehatan dalam Nursing Interventions Classification yaitu

membantu pasien memahami informasi yang berkaitan dengan proses

penyakit tertentu. Aktifitas: kaji tingkat pengetahuan pasien tentang proses

penyakit, berikan pasien informasi tentang kondisi penyakitnya secara tepat,

diskusikan tentang diperlukannya perubahan gaya hidup untuk mencegah

terjadinya komplikasi dan/atau untuk mengontrol penyakit, instruksikan pasien

untuk melakukan pencegahan dengan tepat (Biwan, 2010).

Ada beberapa jenis media informasi yang dapat digunakan dalam

pendidikan kesehatan, di antaranya media cetak dan media elektronik. Leaflet

merupakan salah satu jenis media cetak yang berisi informasi atau pesan-

pesan kesehatan melalui lembaran yang dilipat. Ada pula metode lain untuk

menyampaikan informasi kesehatan dengan melalui ceramah. Ceramah

merupakan cara yang paling alamiah untuk berkomunikasi dengan orang lain,

yaitu dengan cara berbicara secara langsung, selain itu ceramah merupakan

5
cara yang paling umum digunakan untuk berbagai pengetahuan dan fakta

kesehatan (Lawrence, 2000).

Pemilihan Puskesmas Poasia Kota Kendari sebagai tempat penelitian

berdasarkan pada pertimbangan bahwa cukup tingginya kasus penderita

hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan

Terhadap Penderita Hipertensi Berulang di Wilayah Kerja Puskesmas

Poasia Kota Kendari”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap penderita hipertensi berulang di Wilayah Kerja

Puskesmas Poasia Kota Kendari?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap penderita hipertensi berulang di Wilayah Kerja

Puskesmas Poasia Kota Kendari.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan proses belajar dan suatu pengalaman

yang berharga untuk mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama

6
kuliah dan sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Program

Studi Ilmu Keperawatan Mandala Waluya Kendari.

b. Bagi Intitusi

Sebagai bahan pustaka di lingkungan Stikes Mandala Waluya

Kendari yang dapat menjadi bahan bacaan ilmiah, sebagai referensi

bagi yang membutuhkan.

c. Bagi Puskesmas

Bagi puskesmas terutama puskesmas Poasia, penelitian ini

dapat menambah pengetahuan terutama bagi tenaga kesehatan yang

memberikan pelayanan pada penderita hipertensi.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintahan

Bagi pemerintahan merupakan sumber informasi tentang

pentingnya pencegahan pada penderita hipertensi.

b. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat yang khususnya menjadi responden dalam

penelitian ini dapat menambah wawasan untuk menanggani hipertensi,

yang jika dibiarkan akan menyebabkan komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai