Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Edema paru adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya cairan
ekstravaskular yang patologis pada jaringan parenkim paru. Edema paru
disebabkan karena akumulasi cairan di paru-paru yang dapat disebabkan oleh
tekanan intrvaskular yang tinggi (edema paru kardiak) atau karena peningkatan
permeabilitas membran kapiler (edema paru non kardiak) yang mengakibatkan
terjadinya ekstravasasi cairan. Pada sebagian besar edema paru secara klinis
mempunyai kedua aspek tersebut di atas, sebab sangat sulit terjadi gangguan
permeabilitas kapiler tanpa adanya gangguan tekanan pada mikrosirkulasi atau
sebaliknya. Walaupun demikian penting sekali untuk menetapkan factor mana
yang dominan dari kedua mekanisme tersebut sebagai pedoman pengobatan.
(Sjaharudin Harun & Sally Aman Nasution,2006)
Edema paru adalah suatu keadaan terkumpulnya cairan patologi
diekstravaskuler dalam paru (Muttaqin, 2008)
Edema paru adalah penimbunan cairan serosa atau serosanguinosa yang
berlebihan dalam ruang intersisial dan alveolus paru (Price, 2005).
Edema paru adalah timbunan cairan abnormal dalam paru, baik dirongga
intersisialis maupun dalam alveoli (Smeltzer, 2001).

2. Etiologi
a. Sindroma Kongesti Vena: edema paru dapat terjadi karena kelebihan cairan
intravaskuler. Sindroma ini sering terjadi pada klien yang mendapat cairan
kristaloid atau darah intravena dalam jumlah besar terutama pada klien
dengan gangguan fungsi ginjal (Muttaqin, 2008).
b. Udema Neurogenik : keadaan ini terjadi pada klien dengan gangguan system
saraf pusat. Diduga dasar mekanisme edema paru neurogenik adalah adanya
rangsangan hipotalamus yang menyebabkan rangsangan pada system
adrenergic, yang kemudian menyebabkan pergeseran volume darah dari
sirkulasi sistemik ke sirkulasi pulmonal dan penurunan komplien ventrikel
kiri (Muttaqin, 2008).
c. Perubahan permeabilitas kapiler
Infeksi (bakteri atau virus), pneumonia, reaksi imunologis dapat terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler paru sehingga terjadi pergesaran cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler (Price, 2005).
d. Peningkatan tekanan vaskuler paru (Price, 2005)
1) Penyebab jantung
Gagal jantung kiri, stenosis mitral, subakut endokarditis bakterial
2) Penyebab bukan jantung
Fibrosis vena pulmonalis, stenosis vena pulmonalis congenital, penyakit
oklusi vena pulmonalis.
e. Penurunan tekanan onkotik
Penyakit gagal Ginjal, gangguan hati dapat terjadi hipoalbumin sehingga
terjadi peningkatan permeabilitas kapiler (Price, 2005).
f. Penyebab campuran atau tidak diketahui
Emboli paru, bypass kardiopulmoner, kelebihan dosis narkotik (Price, 2005).
g. Keracunan inhalasi
Edema paru yang disebabkan karena inhalasi bahan kimia toksik dapat
menyebabkan lesi paru. Zat yang bersifat toksik seperti klorin, oksida
nitrogen, ozon, sulfur dioksida, oksida metalik, uap asam dan lain-lain
(Muttaqin, 2008).

3. Tanda dan gejala (Ingram and Braunwald)


Gejala yang paling umum dari pulmonary edema adalah sesak napas.
Ini mungkin adalah penimbulan yang berangsur-angsur jika prosesnya
berkembang secara perlahan, atau ia dapat mempunyai penimbulan yang tiba-
tiba pada kasus dari pulmonary edema akut. Gejala-gejala umum lain mungkin
termasuk mudah lelah, lebih cepat mengembangkan sesak napas daripada
normal dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion), napas yang cepat
(tachypnea), kepeningan, atau kelemahan.
Tingkat oksigen darah yang rendah (hypoxia) mungkin terdeteksi pada
pasien-pasien dengan pulmonary edema. Suara paru mungkin terdengar suara-
suara paru yang abnormal, sepeti rales atau crackles (suara-suara mendidih
pendek yang terputus-putus yang berkoresponden pada muncratan cairan dalam
alveoli selama bernapas).
Manifestasi klinis Edema Paru secara spesifik juga dibagi dalam 3
stadium:
a. Stadium 1.
Adanya distensi dan pembuluh darah kecil paru yang prominen akan
memperbaiki pertukaran gas di paru dan sedikit meningkatkan kapasitas
difusi gas CO. Keluhan pada stadium ini mungkin hanya berupa adanya
sesak napas saat bekerja. Pemeriksaan fisik juga tak jelas menemukan
kelainan, kecuali mungkin adanya ronkhi pada saat inspirasi karena
terbukanya saluran napas yang tertutup pada saat inspirasi.
b. Stadium 2.
Pada stadium ini terjadi edema paru intersisial. Batas pembuluh darah paru
menjadi kabur, demikian pula hilus juga menjadi kabur dan septa
interlobularis menebal (garis Kerley B). Adanya penumpukan cairan di
jaringan kendor inter-sisial, akan lebih memperkecil saluran napas kecil,
terutama di daerah basal oleh karena pengaruh gravitasi. Mungkin pula
terjadi refleks bronkhokonstriksi. Sering terdapat takhipnea. Meskipun hal
ini merupakan tanda gangguan fungsi ventrikel kiri, tetapi takhipnea juga
membantu memompa aliran limfe sehingga penumpukan cairan intersisial
diperlambat. Pada pemeriksaan spirometri hanya terdapat sedikit perubahan
saja.
c. Stadium 3.
Pada stadium ini terjadi edema alveolar. Pertukaran gas sangat terganggu,
terjadi hipoksemia dan hipokapnia. Penderita nampak sesak sekali dengan
batuk berbuih kemerahan. Kapasitas vital dan volume paru yang lain turun
dengan nyata. Terjadi right-to-left intrapulmonary shunt. Penderita biasanya
menderita hipokapnia, tetapi pada kasus yang berat dapat terjadi hiperkapnia
dan acute respiratory acidemia. Pada keadaan ini morphin hams digunakan
dengan hati-hati.
Edema Paru yang terjadi setelah Infark Miokard Akut biasanya akibat
hipertensi kapiler paru. Kadang kadang penderita dengan Infark Miokard Akut
dan edema paru, tekanan kapiler pasak parunya normal; hal ini mungkin
disebabkan lambatnya pembersihan cairan edema secara radiografi meskipun
tekanan kapiler paru sudah turun atau kemungkinan lain pada beberapa
penderita terjadi peningkatan permeabilitas alveolar-kapiler paru sekunder oleh
karena adanya isi sekuncup yang rendah seperti pada cardiogenic shock lung.
4. Patofisiologi Pathway dan Respon Masalah Keperawatan

Pneumonia

Infeksi pada alveoli Akumulasi cairan di


paru-paru

Peningkatan permeabilitas
Gagal ginjal dan gg. hepar Peningkatan
membran alveolokapiler
tekanan Gagal jantung kiri
hidrostatik
hipoalbuminemia

Gangguan Kerusakan Ketidakmampuan memompa


Peningkatan permeabilitas
Endotelium Ephitelium membarane alveokapiler Kebocoran darah ke ventrikel kiri
Kapiler alveolar cairan
kapiler
Darah terhenti di atrium kiri
Hubungan inter gg. endothelium Kerusakan epitelium
Cairan bocor
endotelial kapiler alveolar
ke alveoli
tegang
Darah kembali ke paru2
Cairan bocor
Protein darah ke intersisialis Cairan bocor ke alveoli
mengalir ke
interstisial

Penumpukan cairan pada alveoli Edema paru MRS Hospitalisas Ansietas


i
Gangguan difusi O2 & CO2
B1 (Breathing) Gangguan difusi O2 & CO2 B2 (blood) B3 (brain)

Suplai O2 ke jantung ↓ peningkatan CO2 dan


Gangguan difusi O2 Gangguan difusi O2 Gangguan penurunan O2
B4 (bladder) & CO B5 (bowel) B6 (bone)
& CO 2
pertukaran Gas
2
Kontraksi jantung ↓
Suplai O2 ke ginjal ↓ Penurunan
Suplai O2 ke kesadaran
Immobolisasi
Kapasitas vital dan jaringan otot ↓
PeningkatanPerfusi
usahaginjal ↓volume paru
bernapas, tachipneu menurun Suplai O2 ke usus  Metabolism anaerob
Resiko cidera
GFR ↓
Suplai O2 ke jaringan ↓ Tekanan pengisian
Peristaltik usus diastolic ↓  katabolisme protein
Aktivasi systemNapas sesak dan
Sekresi yang kental konstipasi dan lemak
atau berlebihan angiotensin berbuhi
renin menurun
Sianosis, akral dingin, CRT >
kemerahan
2 detik Volume sekuncup ↓
Retensi Na dan air oleh ginjal Distensi abdomen Lemah, lelah

Edema, peningkatan BB,pola


Ketidakefektifan produksi urine ↓
Kebersihan Perubahan perfusi Penurunan curah
Nafsu makan Intoleran aktivitas
jalan napas jaringan perifer jantung
napas menurun
Resiko Kelebihan volume cairan

Peningkatan
asam lambung

Mual, muntah

Nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh
(Soemantri, 2011)
5. Komplikasi udema paru
a. Dapat terjadi gagal nafas
b. Gagal jantung
c. Pneumonia
d. Syok septik

6. Pemeriksaan penunjang ( Smeltzer, 1997)


a. BGA: terjadi penurunan PaO2 dan peningkatan PCO2 akibat adanya
hipoksemia.
b. Thorax photo: tampak gambaran infiltrate alveolar tersebar di seluruh paru
menandakan adanya oedem paru.
c. Laboratorium: leukosit meningkat bila terjadi infeksi.
d. Echo Cardio Grafi: untuk mengetahui fungsi jantung. Tampak adanya
penurunan fungsi jantung yang ditandai dengan penurunan EF.
e. EKG: untuk melihat adanya takikardi supraventrikular atau atrial. Juga
untuk memprediksi adanya iskemi, IMA dan CVA yang berhubungan dengan
edema paru kardiogenik.

7. Penatalaksanaan medis (Price, 2005)


a. Oksigenasi
Oksigen diberikan dengan konsentrasi yang adekuat untuk mengurangi
hipoksia dan dispneu. Bila tanda-tanda hipoksia menetap, oksigen harus
diberikan dengan tekanan positif intermitten atau kontinu.
b. Diuretic (contoh Lasix)
Diberikan secara iv untuk memberi efek diuretik yang cepat.
c. Posisi semifowler
Pasien diposisikan dalam posisi semifowler untuk membantu mengurangi
akhir balik vena ke jantung. Pasien diposisikan dengan tungkai dan kaki
dibawah, sebaiknya kaki menggantung sisi tempat tidur.

d. Aminofilin
Bila pasien mengalami wheezing dan terjadi bronkospasme yang berarti,
maka perlu untuk merelaksasi bronkospasme
e. Morfin
Morfin diberikan secara intravena dalam dosis kecil untuk mengurangi
kecemasan dan dispnu sehingga darah dapat didistribusikan dari sirkulasi
paru ke bagian tubuh yang lain
f. Digitalis
Untuk meningkatkan kontraksitilitas jantung. perbaikan kontraktilitas akan
menurunkan tekanan diastole.
g. Antibiotik
Diberikan untuk mengatasi infeksi. Pemberian antibiotic sebaiknya diberikan
setelah diperoleh hasil kultur dan uji kepekaan terhadap kuman penyebab.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian Data Fokus
a. Identitas pasien
Umur: bayi dan dewasa tua cenderung mengalami, dibandingkan remaja/
dewasa muda.
b. Keluhan utama: sesak napas, Mudah lelah, napas cepat dan hipoksia.
c. Riwayat penyakit sekarang
Sesak nafas, cyanosis, batuk-batuk, slem pink proty disertai dengan demam
tidak khas, keringat dingin, gelisah, takikardia, kulit tampak pucat, dan akral
dingin
d. Riwayat penyakit dahulu
Predileksi penyakit sistemik atau berdampak sistemik seperti sepsis,
penyakit paru, seperti pneumonia, emboli paru, jantung (gagal jantung kiri,
penyakit katup jantung), ginjal.

e. ADL
1) Nutrisi: sesak nafas akan membuat nafsu makan menurun
2) Eliminasi: dapat terjadi penurunan jumlah urine
3) Aktivitas istirahat: aktivitas istirahat dapat terganggu akibat adanya sesak
nafas.
4) Hygiene personal: hygiene personal tidak dapat dilakukan secara mandiri.
f. Psikososialspiritual
Pasien juga gelisah, cemas, depresi, takut, peningkatan ketegangan.
kebiasaan merokok dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung yang
nantinya akan menimbulkan terjadinya udema paru.
g. pemeriksaan fisik
1) B1 (Breathing)
Sesak nafas, dada tertekan, pernafasan cuping hidung, hiperventilasi,
batuk (produktif/ non produktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu
pernafasan, SpO2 , PO2 , PCO2 , pernafasan diafragma dan perut
meningkat, laju pernafasan meningkat, ronchi pada lapang pandang paru,
kulit pucat, cyanosis.
2) B2 (Blood)
Denyut nadi meningkat, denyut jantung tidak teratur, suara jantung
tambahan, banyak keringat, suhu kulit meningkat, kemerahan, akral
dingin dan lembab, CRT> 2 detik, tekanan darah meningkat
3) B3 (Brain)
Gelisah, penurunan kesadaran, kejang, GCS menurun, reflex menurun
4) B4 (Bladder)
Produksi urine menurun, VU(vesika urinaria) teraba lembek.
5) B5 (Bowel)
Kadang mual, muntah, bising usus normal.
6) B6 (Bone)
Lemah, cepat lelah, tonus otot menurun, sensasi nyeri sendi berkurang.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan hiperventilasi
ditandai dengan takipnea, klien tampak menggunakan otot bantu
pernafasan, RR>20x/menit
2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan:
intubasi, ventilasi, proses penyakit, kelemahan dan kelelahan
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
kapiler alveolar
4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan kontraktilitas
otot jantung
5. Resiko cedera berhubungan dengan kesadaran menurun.
6. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai O2
dengan kebutuhan tubuh.
7. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan peningkatan preload,
penurunan kontraktilitas dan penurunan curah jantung.
8. Kostipasi berhubungan dengan berhubungan dengan imobilisasi
9. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
muntah, anoreksia dan gangguan pencernaan.

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Criteria Intervensi
Hasil
1 Pola Nafas tidak efektif NOC : NIC :
 Respiratory status : Airway Management
Definisi : Pertukaran udara Ventilation  Buka jalan nafas, guanakan
inspirasi dan/atau ekspirasi  Respiratory status : teknik chin lift atau jaw
tidak adekuat Airway patency thrust bila perlu
 Vital sign Status  Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : Kriteria Hasil : memaksimalkan ventilasi
- Penurunan tekanan  Mendemonstrasikan  Identifikasi pasien perlunya
inspirasi/ekspirasi batuk efektif dan suara pemasangan alat jalan nafas
- Penurunan pertukaran nafas yang bersih, tidak buatan
udara per menit ada sianosis dan  Pasang mayo bila perlu
- Menggunakan otot dyspneu (mampu  Lakukan fisioterapi dada jika
pernafasan tambahan mengeluarkan sputum, perlu
- Nasal flaring mampu bernafas  Keluarkan sekret dengan
- Dyspnea dengan mudah, tidak batuk atau suction
- Orthopnea ada pursed lips)  Auskultasi suara nafas, catat
- Perubahan penyimpangan  Menunjukkan jalan adanya suara tambahan
dada nafas yang paten (klien  Lakukan suction pada mayo
- Nafas pendek tidak merasa tercekik,
- Assumption of 3-point  Berikan bronkodilator bila
irama nafas, frekuensi perlu
position pernafasan dalam
- Pernafasan pursed-lip  Berikan pelembab udara
rentang normal, tidak Kassa basah NaCl Lembab
- Tahap ekspirasi ada suara nafas
berlangsung sangat lama  Atur intake untuk cairan
abnormal) mengoptimalkan
- Peningkatan diameter  Tanda Tanda vital
anterior-posterior keseimbangan.
dalam rentang normal  Monitor respirasi dan status
- Pernafasan rata- (tekanan darah, nadi,
rata/minimal O2
pernafasan)
 Bayi : < 25 atau > 60
 Usia 1-4 : < 20 atau > Terapi Oksigen
30  Bersihkan mulut, hidung dan
 Usia 5-14 : < 14 atau secret trakea
> 25  Pertahankan jalan nafas yang
paten
 Usia > 14 : < 11 atau  Atur peralatan oksigenasi
> 24  Monitor aliran oksigen
- Kedalaman pernafasan  Pertahankan posisi pasien
 Dewasa volume  Onservasi adanya tanda tanda
tidalnya 500 ml saat hipoventilasi
istirahat  Monitor adanya kecemasan
 Bayi volume tidalnya pasien terhadap oksigenasi
6-8 ml/Kg
- Timing rasio
- Penurunan kapasitas vital Vital sign Monitoring
 Monitor TD, nadi, suhu, dan
Faktor yang berhubungan : RR
- Hiperventilasi  Catat adanya fluktuasi
- Deformitas tulang tekanan darah
- Kelainan bentuk dinding
dada  Monitor VS saat pasien
- Penurunan berbaring, duduk, atau berdiri
energi/kelelahan  Auskultasi TD pada kedua
- Perusakan/pelemahan lengan dan bandingkan
muskulo-skeletal  Monitor TD, nadi, RR,
- Obesitas sebelum, selama, dan setelah
- Posisi tubuh aktivitas
- Kelelahan otot pernafasan  Monitor kualitas dari nadi
- Hipoventilasi sindrom
 Monitor frekuensi dan irama
- Nyeri
pernapasan
- Kecemasan
- Disfungsi Neuromuskuler  Monitor suara paru
- Kerusakan  Monitor pola pernapasan
persepsi/kognitif abnormal
- Perlukaan pada jaringan  Monitor suhu, warna, dan
syaraf tulang belakang kelembaban kulit
- Imaturitas Neurologis
 Monitor sianosis perifer
 Monitor adanya cushing triad
(tekanan nadi yang melebar,
bradikardi, peningkatan
sistolik)
 Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
2 Bersihan Jalan Nafas tidak NOC : NIC :
Efektif  Respiratory status : Airway suction
Ventilation  Pastikan kebutuhan oral /
Definisi : Ketidakmampuan  Respiratory status : tracheal suctioning
untuk membersihkan sekresi Airway patency  Auskultasi suara nafas
atau obstruksi dari saluran  Aspiration Control sebelum dan sesudah
pernafasan untuk suctioning.
mempertahankan kebersihan Kriteria Hasil :  Informasikan pada klien dan
jalan nafas.  Mendemonstrasikan keluarga tentang suctioning
batuk efektif dan suara  Minta klien nafas dalam
Batasan Karakteristik : nafas yang bersih, sebelum suction dilakukan.
- Dispneu, Penurunan suara tidak ada sianosis dan  Berikan O2 dengan
nafas dyspneu (mampu menggunakan nasal untuk
- Orthopneu mengeluarkan sputum, memfasilitasi suksion
- Cyanosis mampu bernafas nasotrakeal
- Kelainan suara nafas dengan mudah, tidak  Gunakan alat yang steril
(rales, wheezing) ada pursed lips) sitiap melakukan tindakan
- Kesulitan berbicara  Menunjukkan jalan  Anjurkan pasien untuk
- Batuk, tidak efekotif atau nafas yang paten (klien istirahat dan napas dalam
tidak ada tidak merasa tercekik, setelah kateter dikeluarkan
- Mata melebar irama nafas, frekuensi dari nasotrakeal
- Produksi sputum pernafasan dalam  Monitor status oksigen
- Gelisah rentang normal, tidak pasien
- Perubahan frekuensi dan ada suara nafas  Ajarkan keluarga bagaimana
irama nafas abnormal) cara melakukan suksion
 Mampu  Hentikan suksion dan berikan
Faktor-faktor yang mengidentifikasikan oksigen apabila pasien
berhubungan: dan mencegah factor menunjukkan bradikardi,
- Lingkungan : merokok, yang dapat peningkatan saturasi O2, dll.
menghirup asap rokok, menghambat jalan
perokok pasif-POK, nafas Airway Management
infeksi  Buka jalan nafas, guanakan
- Fisiologis : disfungsi teknik chin lift atau jaw
neuromuskular, thrust bila perlu
hiperplasia dinding  Posisikan pasien untuk
bronkus, alergi jalan memaksimalkan ventilasi
nafas, asma.  Identifikasi pasien perlunya
- Obstruksi jalan nafas : pemasangan alat jalan nafas
spasme jalan nafas, buatan
sekresi tertahan,  Pasang mayo bila perlu
banyaknya mukus, adanya  Lakukan fisioterapi dada jika
jalan nafas buatan, sekresi perlu
bronkus, adanya eksudat  Keluarkan sekret dengan
di alveolus, adanya benda batuk atau suction
asing di jalan nafas.  Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila
perlu
 Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
 Monitor respirasi dan status
O2
3 Gangguan Pertukaran gas NOC : Airway Management
 Respiratory Status :  Buka jalan nafas, guanakan
Definisi : Kelebihan atau Gas exchange teknik chin lift atau jaw
kekurangan dalam oksigenasi  Respiratory Status : thrust bila perlu
dan atau pengeluaran ventilation  Posisikan pasien untuk
karbondioksida di dalam  Vital Sign Status memaksimalkan ventilasi
membran kapiler alveoli  Identifikasi pasien perlunya
Kriteria Hasil : pemasangan alat jalan nafas
Batasan karakteristik :  Mendemonstrasikan buatan
 Gangguan penglihatan peningkatan ventilasi  Pasang mayo bila perlu
 Penurunan CO2 dan oksigenasi yang  Lakukan fisioterapi dada jika
 Takikardi adekuat perlu
 Hiperkapnia  Memelihara  Keluarkan sekret dengan
 Keletihan kebersihan paru paru batuk atau suction
 somnolen dan bebas dari tanda  Auskultasi suara nafas, catat
 Iritabilitas tanda distress adanya suara tambahan
 Hypoxia pernafasan  Lakukan suction pada mayo
 kebingungan  Mendemonstrasikan  Berika bronkodilator bial
 Dyspnoe batuk efektif dan suara perlu
 nasal faring nafas yang bersih,  Barikan pelembab udara
 AGD Normal tidak ada sianosis dan  Atur intake untuk cairan
 sianosis dyspneu (mampu mengoptimalkan
 warna kulit abnormal mengeluarkan sputum, keseimbangan.
(pucat, kehitaman) mampu bernafas  Monitor respirasi dan status
 Hipoksemia dengan mudah, tidak O2
 hiperkarbia ada pursed lips)
 sakit kepala ketika bangun  Tanda tanda vital Respiratory Monitoring
frekuensi dan kedalaman dalam rentang normal  Monitor rata – rata,
nafas abnormal kedalaman, irama dan usaha
respirasi
Faktor faktor yang  Catat pergerakan dada,amati
berhubungan : kesimetrisan, penggunaan
 ketidakseimbangan perfusi otot tambahan, retraksi otot
ventilasi supraclavicular dan
 perubahan membran intercostal
kapiler-alveolar  Monitor suara nafas, seperti
dengkur
 Monitor pola nafas :
bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi,
cheyne stokes, biot
 Catat lokasi trakea
 Monitor kelelahan otot
diagfragma (gerakan
paradoksis)
 Auskultasi suara nafas, catat
area penurunan / tidak adanya
ventilasi dan suara tambahan
 Tentukan kebutuhan suction
dengan mengauskultasi
crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama
 auskultasi suara paru setelah
tindakan untuk mengetahui
hasilnya
4 Perfusi jaringan tidak efektif NOC : NIC :
b/d menurunnya curah  Circulation status Peripheral Sensation
jantung, hipoksemia jaringan,  Tissue Prefusion : Management (Manajemen
asidosis dan kemungkinan cerebral sensasi perifer)
thrombus atau emboli Kriteria Hasil :  Monitor adanya daerah
a. mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
Definisi : status sirkulasi yang terhadap
Penurunan pemberian oksigen ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tumpul
dalam kegagalan memberi  Tekanan systole  Monitor adanya paretese
makan jaringan pada tingkat dandiastole dalam  Instruksikan keluarga untuk
kapiler rentang yang mengobservasi kulit jika ada
Batasan karakteristik : diharapkan lsi atau laserasi
Renal  Tidak ada  Gunakan sarun tangan untuk
- Perubahan tekanan darah ortostatikhipertensi proteksi
di luar batas parameter  Tidak ada tanda tanda  Batasi gerakan pada kepala,
- Hematuria peningkatan tekanan leher dan punggung
- Oliguri/anuria intrakranial (tidak  Monitor kemampuan BAB
- Elevasi/penurunan lebih dari 15 mmHg)  Kolaborasi pemberian
BUN/rasio kreatinin b. mendemonstrasikan analgetik
Gastro Intestinal kemampuan kognitif  Monitor adanya
- Secara usus hipoaktif atau yang ditandai dengan: tromboplebitis
tidak ada  berkomunikasi dengan  Diskusikan menganai
- Nausea jelas dan sesuai dengan penyebab perubahan sensasi
- Distensi abdomen kemampuan
- Nyeri abdomen atau tidak  menunjukkan
terasa lunak (tenderness) perhatian, konsentrasi
Peripheral dan orientasi
- Edema  memproses informasi
- Tanda Homan positif  membuat keputusan
- Perubahan karakteristik dengan benar
kulit (rambut, kuku, c. menunjukkan fungsi
air/kelembaban) sensori motori cranial
- Denyut nadi lemah atau yang utuh : tingkat
tidak ada kesadaran mambaik,
- Diskolorisasi kulit tidak ada gerakan
- Perubahan suhu kulit gerakan involunter
- Perubahan sensasi
- Kebiru-biruan
- Perubahan tekanan darah
di ekstremitas
- Bruit
- Terlambat sembuh
- Pulsasi arterial berkurang
- Warna kulit pucat pada
elevasi, warna tidak
kembali pada penurunan
kaki
Cerebral
- Abnormalitas bicara
- Kelemahan ekstremitas
atau paralis
- Perubahan status mental
- Perubahan pada respon
motorik
- Perubahan reaksi pupil
- Kesulitan untuk menelan
- Perubahan kebiasaan
Kardiopulmonar
- Perubahan frekuensi
respirasi di luar batas
parameter
- Penggunaan otot
pernafasan tambahan
- Balikkan kapiler > 3 detik
(Capillary refill)
- Abnormal gas darah arteri
- Perasaan ”Impending
Doom” (Takdir terancam)
- Bronkospasme
- Dyspnea
- Aritmia
- Hidung kemerahan
- Retraksi dada
- Nyeri dada
4 Resiko cedera NOC : Risk Kontrol NIC : Environment
Kriteria Hasil : Management (Manajemen
Definsi :  Klien terbebas dari lingkungan)
Dalam risiko cedera sebagai cedera  Sediakan lingkungan yang
hasil dari interaksi kondisi  Klien mampu aman untuk pasien
lingkungan dengan respon menjelaskan  Identifikasi kebutuhan
adaptif indifidu dan sumber cara/metode keamanan pasien, sesuai
pertahanan. untukmencegah dengan kondisi fisik dan
injury/cedera fungsi kognitif pasien dan
Faktor resiko :  Klien mampu riwayat penyakit terdahulu
Eksternal menjelaskan factor pasien
- Mode transpor atau cara resiko dari  Menghindarkan lingkungan
perpindahan lingkungan/perilaku yang berbahaya (misalnya
- Manusia atau penyedia personal memindahkan perabotan)
pelayanan kesehatan  Mampumemodifikasi  Memasang side rail tempat
(contoh : agen gaya hidup tidur
nosokomial) untukmencegah injury  Menyediakan tempat tidur
- Pola kepegawaian :  Menggunakan fasilitas yang nyaman dan bersih
kognitif, afektif, dan kesehatan yang ada  Menempatkan saklar lampu
faktor psikomotor  Mampu mengenali ditempat yang mudah
- Fisik (contoh : rancangan perubahan status dijangkau pasien.
struktur dan arahan kesehatan  Membatasi pengunjung
masyarakat, bangunan dan  Memberikan penerangan
atau perlengkapan) yang cukup
- Nutrisi (contoh : vitamin  Menganjurkan keluarga
dan tipe makanan) untuk menemani pasien.
- Biologikal ( contoh :  Mengontrol lingkungan dari
tingkat imunisasi dalam kebisingan
masyarakat,  Memindahkan barang-barang
mikroorganisme) yang dapat membahayakan
- Kimia (polutan, racun,  Berikan penjelasan pada
obat, agen farmasi, pasien dan keluarga atau
alkohol, kafein nikotin, pengunjung adanya
bahan pengawet, perubahan status kesehatan
kosmetik, celupan (zat dan penyebab penyakit.
warna kain))
Internal
- Psikolgik (orientasi
afektif)
- Mal nutrisi
- Bentuk darah abnormal,
contoh :
leukositosis/leukopenia,
perubahan faktor
pembekuan,
trombositopeni, sickle
cell, thalassemia,
penurunan Hb, Imun-
autoimum tidak berfungsi.
- Biokimia, fungsi regulasi
(contoh : tidak
berfungsinya sensoris)
- Disfugsi gabungan
- Disfungsi efektor
- Hipoksia jaringan
- Perkembangan usia
(fisiologik, psikososial)
- Fisik (contoh : kerusakan
kulit/tidak utuh,
berhubungan dengan
mobilitas)

5 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :


 Energy conservation Energy Management
Intoleransi aktivitas b/d  Self Care : ADLs  Observasi adanya
fatigue pembatasan klien dalam
Definisi : Ketidakcukupan Kriteria Hasil : melakukan aktivitas
energu secara fisiologis  Berpartisipasi dalam  Dorong anal untuk
aktivitas fisik tanpa mengungkapkan perasaan
maupun psikologis untuk disertai peningkatan terhadap keterbatasan
meneruskan atau tekanan darah, nadi  Kaji adanya factor yang
menyelesaikan aktifitas yang dan RR menyebabkan kelelahan
diminta atau aktifitas sehari  Mampu melakukan  Monitor nutrisi dan sumber
hari. aktivitas sehari hari energi tangadekuat
(ADLs) secara mandiri  Monitor pasien akan adanya
Batasan karakteristik : kelelahan fisik dan emosi
a. melaporkan secara verbal secara berlebihan
adanya kelelahan atau  Monitor respon
kelemahan. kardivaskuler terhadap
b. Respon abnormal dari aktivitas
tekanan darah atau nadi  Monitor pola tidur dan
terhadap aktifitas lamanya tidur/istirahat pasien
c. Perubahan EKG yang
menunjukkan aritmia atau Activity Therapy
iskemia  Kolaborasikan dengan
d. Adanya dyspneu atau Tenaga Rehabilitasi Medik
ketidaknyamanan saat dalammerencanakan progran
beraktivitas. terapi yang tepat.
 Bantu klien untuk
Faktor factor yang mengidentifikasi aktivitas
berhubungan : yang mampu dilakukan
 Tirah Baring atau  Bantu untuk memilih
imobilisasi aktivitas konsisten
 Kelemahan yangsesuai dengan
menyeluruh kemampuan fisik, psikologi
 Ketidakseimbangan dan social
antara suplei oksigen  Bantu untuk mengidentifikasi
dengan kebutuhan dan mendapatkan sumber
 Gaya hidup yang yang diperlukan untuk
dipertahankan. aktivitas yang diinginkan
 Bantu untuk mendpatkan alat
bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
 Bantu untu mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
 Bantu klien untuk membuat
jadwal latihan diwaktu luang
 Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan
dalam beraktivitas
 Sediakan penguatan positif
bagi yang aktif beraktivitas
 Bantu pasien untuk
mengembangkan motivasi
diri dan penguatan
 Monitor respon fisik, emoi,
social dan spiritual
6 Kelebihan Volume Cairan NOC : NIC :
 Electrolit and acid Fluid management
Definisi : Retensi cairan base balance  Timbang popok/pembalut
isotomik meningkat  Fluid balance jika diperlukan
Batasan karakteristik :  Hydration  Pertahankan catatan intake
- Berat badan meningkat dan output yang akurat
pada waktu yang singkat Kriteria Hasil:  Pasang urin kateter jika
- Asupan berlebihan  Terbebas dari edema, diperlukan
dibanding output efusi, anaskara  Monitor hasil lAb yang
- Tekanan darah berubah,  Bunyi nafas bersih, sesuai dengan retensi cairan
tekanan arteri pulmonalis tidak ada (BUN , Hmt , osmolalitas
berubah, peningkatan dyspneu/ortopneu urin )
CVP  Terbebas dari distensi  Monitor status
- Distensi vena jugularis vena jugularis, reflek hemodinamik termasuk
- Perubahan pada pola hepatojugular (+) CVP, MAP, PAP, dan
nafas, dyspnoe/sesak  Memelihara tekanan PCWP
nafas, orthopnoe, suara vena sentral, tekanan  Monitor vital sign
nafas abnormal (Rales kapiler paru, output  Monitor indikasi retensi /
atau crakles), jantung dan vital sign kelebihan cairan (cracles,
kongestikemacetan paru, dalam batas normal CVP , edema, distensi vena
pleural effusion  Terbebas dari leher, asites)
- Hb dan hematokrit kelelahan, kecemasan  Kaji lokasi dan luas edema
menurun, perubahan atau kebingungan  Monitor masukan
elektrolit, khususnya  Menjelaskanindikator makanan / cairan dan hitung
perubahan berat jenis kelebihan cairan intake kalori harian
- Suara jantung SIII  Monitor status nutrisi
- Reflek hepatojugular  Berikan diuretik sesuai
positif interuksi
- Oliguria, azotemia  Batasi masukan cairan pada
- Perubahan status mental, keadaan hiponatrermi dilusi
kegelisahan, kecemasan dengan serum Na < 130
mEq/l
Faktor-faktor yang  Kolaborasi dokter jika
berhubungan : tanda cairan berlebih
- Mekanisme pengaturan muncul memburuk
melemah
- Asupan cairan berlebihan Fluid Monitoring
- Asupan natrium  Tentukan riwayat jumlah
berlebihan dan tipe intake cairan dan
eliminaSi
 Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari ketidak
seimbangan cairan
(Hipertermia, terapi
diuretik, kelainan renal,
gagal jantung, diaporesis,
disfungsi hati, dll )
 Monitor berat badan
 Monitor serum dan
elektrolit urine
 Monitor serum dan
osmilalitas urine
 Monitor BP, HR, dan RR
 Monitor tekanan darah
orthostatik dan perubahan
irama jantung
 Monitor parameter
hemodinamik infasif
 Catat secara akutar intake
dan output
 Monitor adanya distensi
leher, rinchi, eodem perifer
dan penambahan BB
 Monitor tanda dan gejala
dari odema
 Beri obat yang dapat
meningkatkan output urin
7 Perubahan pola defeksi : NOC: NIC: Constipation/ Impaction
konstipasi b/d proses  Bowel elimination Management
peradangan pada dinding usus  Hydration  Monitor tanda dan gejala
halus, konstipasi
Kriteria Hasil :  Monior bising usus
 Mempertahankan  Monitor feses: frekuensi,
bentuk feses lunak konsistensi dan volume
setiap 1-3 hari  Konsultasi dengan dokter
 Bebas dari tentang penurunan dan
ketidaknyamanan dan peningkatan bising usus
konstipasi  Mitor tanda dan gejala
 Mengidentifikasi ruptur usus/peritonitis
indicator untuk  Jelaskan etiologi dan
mencegah konstipasi rasionalisasi tindakan
terhadap pasien
 Identifikasi faktor penyebab
dan kontribusi konstipasi
 Dukung intake cairan
 Kolaborasikan pemberian
laksatif
8 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh  Nutritional Status : Nutrition Management
food and Fluid Intake  Kaji adanya alergi makanan
Definisi : Intake nutrisi tidak Kriteria Hasil :  Kolaborasi dengan ahli gizi
cukup untuk keperluan  Adanya peningkatan untuk menentukan jumlah
metabolisme tubuh. berat badan sesuai kalori dan nutrisi yang
dengan tujuan dibutuhkan pasien.
Batasan karakteristik :  Berat badan ideal  Anjurkan pasien untuk
- Berat badan 20 % atau sesuai dengan tinggi meningkatkan intake Fe
lebih di bawah ideal badan  Anjurkan pasien untuk
- Dilaporkan adanya intake  Mampu meningkatkan protein dan
makanan yang kurang dari mengidentifikasi vitamin C
RDA (Recomended Daily kebutuhan nutrisi  Berikan substansi gula
Allowance)  Tidak ada tanda tanda  Yakinkan diet yang dimakan
- Membran mukosa dan malnutrisi mengandung tinggi serat
konjungtiva pucat  Tidak terjadi untuk mencegah konstipasi
- Kelemahan otot yang penurunan berat badan  Berikan makanan yang
digunakan untuk yang berarti terpilih ( sudah
menelan/mengunyah dikonsultasikan dengan ahli
- Luka, inflamasi pada gizi)
rongga mulut  Ajarkan pasien bagaimana
- Mudah merasa kenyang, membuat catatan makanan
sesaat setelah mengunyah harian.
makanan  Monitor jumlah nutrisi dan
- Dilaporkan atau fakta kandungan kalori
adanya kekurangan  Berikan informasi tentang
makanan kebutuhan nutrisi
- Dilaporkan adanya  Kaji kemampuan pasien
perubahan sensasi rasa untuk mendapatkan nutrisi
- Perasaan yang dibutuhkan
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan Nutrition Monitoring
- Miskonsepsi  BB pasien dalam batas
- Kehilangan BB dengan normal
makanan cukup  Monitor adanya penurunan
- Keengganan untuk makan berat badan
- Kram pada abdomen  Monitor tipe dan jumlah
- Tonus otot jelek aktivitas yang biasa
- Nyeri abdominal dengan dilakukan
atau tanpa patologi  Monitor interaksi anak atau
- Kurang berminat terhadap orangtua selama makan
makanan  Monitor lingkungan selama
- Pembuluh darah kapiler makan
mulai rapuh  Jadwalkan pengobatan dan
- Diare dan atau steatorrhea tindakan tidak selama jam
- Kehilangan rambut yang makan
cukup banyak (rontok)  Monitor kulit kering dan
- Suara usus hiperaktif perubahan pigmentasi
- Kurangnya informasi,  Monitor turgor kulit
misinformasi  Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
Faktor-faktor yang  Monitor mual dan muntah
berhubungan :  Monitor kadar albumin, total
Ketidakmampuan pemasukan protein, Hb, dan kadar Ht
atau mencerna makanan atau  Monitor makanan kesukaan
mengabsorpsi zat-zat gizi  Monitor pertumbuhan dan
berhubungan dengan faktor perkembangan
biologis, psikologis atau  Monitor pucat, kemerahan,
ekonomi. dan kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik papila
lidah dan cavitas oral.
 Catat jika lidah berwarna
magenta, scarlet

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi, tidak teratasi atau teratasi sebagian dengan mengacu
pada criteria evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai