Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertian
1. Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever) ialah suatu penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue (arbovirus) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suriadi, 2001 : 57)
2. Demam Berdarah Dengue ialah suatu penyakit demam berat yang sering mematikan, disebabkan oleh
virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, kelainan hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok
kehilangan protein.
(Nelson, 2000 : 1134)
B. Etiologi
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes Aegypti.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan tetapi tidak ada perlndungan terhadap serotipe lain.
- Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti
Badannya kecil, warnanya hitam dan berbelang-belang, menggigit pada siang hari, badannya
datar saat hinggap, hidup di tempat-tempat yang gelap (terhindar dari sinar matahari, jarak
terbangnya kurang dari 100 M dan senang menggigit manusia). Aedes Aegypti betina
mempunyai kebiasaan berulang (multi diters) yaitu menggigit beberapa orang secara bergantian
dalam waktu singkat.
C. Patofisiologi
· Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam sirkulasi
akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,
dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai
faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
mealui endotel dinding itu.
· Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagalasi
(protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
· Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian.
D. Gambaran Klinis
Infeksi virus dengue mengakibatkan manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari
asimtomatik, penyakit paling ringan, demam dengue, demam berdarah dengue sampai syndrome
syok dengue. Timbulnya bervariasi berdasarkan derajat Demam berdarah dengue.
· Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise muntah, nyeri
kepala, anoreksia, dan batuk.
· Pada fase kedua ini penderita biasanya menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas,
maka merah, keringat banyak, gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada
petekie tersebar pada dahi dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah
memar serta berdarah pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau
makulopopular mungkin muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer.
Nadi lemah cepat dan kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm
dibawah tepi costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau
perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Menurut patokan dari WHO pada tahun 1975, diagnosa DBD (DHF) harus berdasarkan
adanya gejala klinik sebagai berikut :
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari (tanpa sebab jelas).
2. Manifestasi perdarahan: paling tidak terdapat uji turnikel positif dari adanya salah satu bentuk
perdarahan yang lain misalnya positif, ekimosis, epistaksis, perdarahan yang lain misalnya
petekel, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, melena, atau hematomesis.
3. Pembesaran hati (sudah dapat diraba sifat permulaan sakit).
4. Syok yang ditandai nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg
atau kurang), tekanan darah menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang),
disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki, pasien
menjadi gelisah, timbul sianosis disekitar mulut.
E. Klasifikasi Demam Berdarah Dengue menurut WHO (1975)
Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turnikel positif, trombositopeni
dan hemokonsentrasi.
Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit dan atau perdarahan lain.
Derajat III : Kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah, hipotensi kulit dingin, lembab, gelisah.
Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan tekanan darah tidak dapat diukur.
F. Pemeriksaan Diagnostik
G. Penatalaksanaan Terapeutik
· Minum banyak 1,5-2 liter/24 jam dengan air teh, gula atau susu.
· Antipiretik jika terdapat demam.
· Antikonvulsan jika terdapat kejang.
· Pemberian cairan melalui infus, dilakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai
hematokrit cenderung meningkat.
H. Tanda-Tanda Perdarahan
1. Karena manipulasi
1. PENGKAJIAN
1.1 Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15 tahun. Endemik
didaerah Asia tropik.
1.9 Pemeriksaan
daan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi cepat dan lemah.
2. Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
3. Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
4. Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
5. Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi turgor kulit menurun.
. Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
. Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
1. 10 Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1) Hb dan PCV meningkat (≥20%).
2) Trombositopenia (≤100.000/ml).
3) Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4) Ig.D.dengue positif.
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
8) SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. PERENCANAAN
A. Prioritas Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan kegawatan masalah.
B. Tujuan, Kriteria hasil : Rencana tindakan dan Rasional Rencana Tindakan
1. Dx I
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan proses infeksi virus.
Tujuan: Anak menunjukkan suhu tubuh dalam batas normal.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh 36-37 0C
b. Pasien bebas dari demam.
Rencana tindakan :
a. Monitor temperatur tubuh
Rasional : Perubahan temperatur dapat terjadi pada proses infeksi akut.
b. Observasi tanda-tanda vital (suhu, tensi, nadi, pernafasan tiap 3 jam atau lebih sering).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
c. Anjurkan pasien untuk minum banyak 1 ½ -2 liter dalam 24 jam.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu
diimbangi dengan asupan yang banyak.
d. Berikan kompres dingin
Rasional : Menurunkan panas lewat konduksi.
e. Berikan antipiretik sesuai program tim medis
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus.
2. Dx II
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan,
muntah, dan demam.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya kebutuhan cairan.
Kriteria hasil :
a. TTV (nadi, tensi) dalam batas normal.
b. Turgor kulit kembali dalam 1 detik.
c. Ubun-ubun datar.
d. Produksi urine 1 cc/ kg/ BB/ jam.
e. Tidak terjadi syok hipovolemik.
Rencana tindakan :
a. Kaji keadaan umum pasien
Rasional : Menetapkan data dasar untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan
normalnya.
b. Observasi tanda-tanda syok (nadi lemah dan cepat, tensi menurun akral dingin, kesadaran
menurun, gelisah)
Rasional : Mengetahui tanda syok sedini mungkin sehingga dapat segera dilakukan tindakan.
c. Monitor tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi urin turun).
Rasional : Mengetahui derajat dehidrasi (turgor kulit turun, ubun-ubun cekung produksi urin
turun).
d. Berikan hidrasi peroral secara adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Rasional : Asupan cairan sangat diperhatikan untuk menambah volume cairan tubuh.
e. Kolaborasi pemberian cairan intravena RL, glukosa 5% dalam half strenght NaCl 0,9%, Dextran
L 40.
f. Rasional : Pemberian cairan ini sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume
cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan ini langsung masuk ke pembuluh darah.
3. Dx III
Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah dan
anoreksia.
Tujuan :
Kriteria hasil :
a. Adanya minat/ selera makan.
b. Porsi makansesuai kebutuhan.
c. BB dipertahankan sesuai usia.
d. BB meningkat sesuai usia.
Rencana tindakan :
a. Monitor intake makanan
Rasional : Memonitor intake kalori dan insufisiensi kualitas konsumsi makanan.
b. Memberikan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan.
Rasional : Mengurangi rasa tidak nyaman dan meningkatkan selera makan.
c. Sajikan makanan yang menarik, merangsang selera dan dalam suasana yang menyenangkan.
Rasional : Meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake makanan.
d. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
Rasional : Makan dalam porsi besar/ banyak lebih sulit dikonsumsi saat pasien anoreksia.
e. Timbang BB setiap hari.
Rasional : Memonitor kurangnya BB dan efektifitas intervensi nutrisi yang diberikan.
f. Konsul ke ahli gizi.
Rasional : Memberikan bantuan untuk menetapkan diet dan merencanakan pertemuan secara
individual bila diperlukan.
4. Dx IV
Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perdarahan.
Tujuan : Anak menunjukkan tanda-tanda perfusi jaringan perifer yang adekuat.
Kriteria hasil :
a. Suhu ekstrimitas hangat, tidak lembab, warna merah muda.
b. Ekstrimitas tidak nyeri, tidak ada pembengkakan.
c. CRT kembali dalam 1 detik.
Rencana tindakan :
a. Kaji dan catat tanda-tanda vital (kualitas dan frekuensi nadi, tensi, capilary reffil).
Rasional : Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui penurunan perfusi ke jaringan.
b. Kaji dan catat sirkulasi pada ekstrimitas (suhu kelembaban, dan warna).
Rasional : Suhu dingin, warna pucat pada ekstrimitas menunjukkan sirkulasi darah kurang adekuat.
c. Nilai kemungkinan kematian jaringan pada ekstrimitas seperti dingin, nyeri, pembengkakan,
kaki.
Rasional : Mengetahui tanda kematian jaringan ekstrimitas lebih awal dapat berguna untuk mencegah
kematian jaringan.
5. Dx V
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan keletihan malaise sekunder akibat DHF.
Tujuan : Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan kriteria nyeri berkurang atau hilang.
Rencana tindakan :
a. Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien dengan memberi rentang nyeri (0-10).
Rasional : Mengetahui nyeri yang dialami pasien sehingga perawat dapat menentukan cara mengatasinya.
b. Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi pasien terhadap nyeri.
Rasional : Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai
dengan masalah klien.
c. Berikan posisi yang nyaman dan ciptakan suasana ruangan yang tenang.
Rasional : Posisi yang nyaman dan situasi yang tenang dapat membuat perasaan yang nyaman pada pasien.
d. Berikan suasana gembira bagi pasien, alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri dengan mainan,
membaca buku cerita.
Rasional : Dengan melakukan aktifitas lain pasien dapat sedikit mengalihkan perhatiannya
terhadap nyeri.
e. Kolaborasi pemberian obat-obatan analgesik.
Rasional : Obat analgesik dapat menekankan rasa nyeri.
6. Dx VI
Kecemasan ringan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang
dialami pasien.
Tujuan :
Kecemasan berkurang dengan kriteria :
a. Klien tampak lebih tenang.
b. Klien mau berkomunikasi dengan perawat.
Rencana tindakan :
a. Kaji rasa cemas yang dialam oleh pasien.
Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
b. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Membantu menenangkan perasaan pasien.
c. Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan pada pasien memberikan hasil yang efektif.
d. Jaga hubungan saling percaya dari pasien dan keluarga.
Rasional : Menjalin hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien/ keluarga.
e. Jawab pertanyaan daripasien/ keluarga dengan jujur dan benar.
Rasional : Jawaban jujur dan benar akan menumbuhkan kepercayaan pasien pada perawat.
4. PELAKSANAAN
Prinsip-prinsip pelaksanaan rencana askep pada anak dengan DBD/ DHF.
1. Mempertahankan pemenuhan kebutuhan cairan.
2. Mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
3. Mempertahankan kebutuhan nut risi.
4. Mempertahankan perfusi jaringan perifer agar tetap adekuat.
5. Mempertahankan rasa nyaman pasien.
6. Mengurangi kecemasan klien.
5. EVALUASI
1. Mengukur pencapaian tujuan.
2. Membandingkan tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah.
Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai pada
anak) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam,nyeri otot, dan sendi diikuti
dengan gejala pendarahan spontan seperti ; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan
yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini
mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara
klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue.
Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD
pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di
Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-
akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor
geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang
timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi
masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan anak pada klien DHF ( Dengue Haemorraghic Fever ).
2. Tujuan Khusus
A. Konsep Dasar
1. Devinisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang
tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(Christantie Efendy,1995 ).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus
yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(betina) (Seoparman , 1990).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang
menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick
manson,2001).
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan
oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.
2. Etiologi
Virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang terdiri dari 4 tipe yaitu DEN-1, DEN-2,
DEN-3, DEN-4 (baca : virus dengue tipe 1-4). infeksi oleh satu tipe virus dengue akan memberikan
imunitas yang menetap terhadap infeksi virus yang bersangkutan pada masa yang akan datang. Namun,
hanya memberikan imunitas yang sementara dan parsial terhadap infeksi virus lainnya. Wabah dengue
juga telah dissertai Aedes albopictus, Aedess polinienssiss, Aedess sscuttellariss tetapi vector tersebut
kurang efektif dan kurang berperan karena nyamuk-nyamuk tersebut banyak terdapat didaerah
perkebunan dan semak-semak, sedangkan Aedes aegypti banyak tinggal di sekitar pemukiman
penduduk.
3. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi
dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system
komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a,dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin
dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan
saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah ,
menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic ,
renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh
darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi
anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
f. Sakit kepala.
i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary
refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
5. Komplikasi
c. Effuse pleura
d. Penurunan kesadaran.
6. Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki,
hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi
berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang
berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
7. Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %
3) HT meningkat lebih 20 %
7) NA dan CL rendah
8. Penatalaksanaan
a. Tirah baring
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena
yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28
B. KONSEP ANAK
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah
perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 – 4 Kg /
tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial
dan emosi.
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan
kehalusan.
b. Motorik halus
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
c. Kognitif
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
d. Bahasa
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata
2. Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak
merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan
penyakit dan pengobatan.
a. Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran
b. Fisiologis
c. Lingkungan asing
Kebiasaan sehari-hari berubah
Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun)
a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya
terhadap masa depan anak
b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya
peraturan Rumah sakit.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan
sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan “DHF” dapat dilakukan
dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi :
a. Mengkaji data dasar, kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber (pasien,
keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya).
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien.
c. Kaji riwayat keperawatan.
d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan,
nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi yang berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Risiko tinggi kekurangan volume cairan vascular yang berhubungan dengan pindahnya cairan dari
ruang intravascular ke ruang ekstravaskular
c. Risiko tinggi syok hipovolemik yang berhubungan dengan perdarahan
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat
e. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi, prognosis dan program pengobatan mengenai penyakit
DHF yang berhubungan dengan kurangnya pemajanan informasi
3. Perencanaan Keperawatan
Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa
keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan yang
bersifat mandiri dan kolaborasi.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak
adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil :
1) Klien mengalami peningkatan selera makan dan mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan
2) Mual, ¬muntah hilang
3) Berat badan dalam batas normal
f. Kebutuhan pembelajaran mengenai kondisi, prognosis dan program pengobatan mengenai penyakit
DHF yang berhubungan dengan kurangnya pemajanan informasi
Tujuan : pengetahuan pasien/ keluarga tentang penyakit DHF bertambah setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Kriteria hasil :
1) Pasien/keluarga dapat mengerti mengena pengertian, penyebab, prose terjadinya penyakit, tanda
dan gejala, cara pencegahan dan pengobatan dan komplikasi DHF
INTERVENSI RASIONAL
1) Observasi TTV : suhu, nadi, tekanan darah, - TTV merupakan acuan untuk mengetahui
pernapasan keadaan umum pasien
5) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan - minum cukup untuk menambah volume cairan
intravena dan sesuaikan dengan cairan infuse untuk
mencegah kelebihan cairan
6) Kolaborasi dengan petugas laboratorium dalam - program cairan intravena sangat penting bagi
pemeriksaan trombosit, hematokrit dan hemoglobin pasien yang mengalami deficit volume cairan
dengan keadaan umum yang jelek karena cairan
yang masuk langsung ke pembuluh darah
6) Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk - menghindari kondisi yang lebih buruk
segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan
1) Kaji keluhan mual, muntah dan anoreksia yang - untuk menentukan intervensi yang sesuai dengan
dialami pasien kondisi pasien
5. Evaluasi
Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan
terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap
selesai melakukan implementasi yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil
dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan.
volume cairan.
c. Syok hipovolemik tidak terjadi, pasien tidak mengalami perdarahan yang berlebihan seperti
DHF bertambah
Daftar Pustaka
● Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
● http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_6163.html
● http://kumpulan-asuhan-keperawatan.blogspot.com/2009/02/asuhan-keperawatan-pada
anak-dengan.html
● http://nsnining.blogspot.com/2009/03/asuhan-keperawatan-anak-dengan-dengue.html
● http://nurse87.wordpress.com/2011/10/28/asuhan-keperawatan-anak-dengan-dhf/
http://komunitas-fikes.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan
dhf.html
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau dema berdarah adalah penyakit menular yang di
sebabkan oleh virus dengue dan di tularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini
dspat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama kepada anak.
Penyakit ini juga sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah.
Penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah virus dengue. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4
serotipe virus dengue yang termasuk dalam grup B dari arthropedi borne viruses (Arboviruses),
yaitu DEN-1,DEN-2,DEN-3, dan DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe yang
menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand, dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan.
Sementara di Indonesia, yang terutama dominan adalah DEN-3, tetapi akhir-akhir ini ada
kecenderungan dominasi DEN-2.
Infeksi oleh salah satu serotipe menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe
bersangkutan, tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe lain. Virus dengue ini terutama
ditularkan melalui vektor nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensi,
dan beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terhadap hampir di seluruh
Indonesia kecuali di ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.
Mekanisme sebenarnya mengenai patofisiologi, hemodinamika, dan biokimia DHF hingga kiri
belum diketahui secara pasti. Sebagian besar sarjana masih menganut The Secondary
Heterologous Infection Hypothesis atau The Sequential Infection Hypothesis dari Halsteel yang
menyatakan bahwa DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue untuk pertama
kalinya mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berbeda.
Fenomena patofisiologis utama yang menentukan berat penyakit yang membedakan DHF dari
dengue klasik adalah meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume
plasma, serta terjadinya hipotensi. Trombositopeni dan diastesis hemorrhagik. Pada kasus berat ,
renjatan terjadi secara akut dan nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan menghilangnya
plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Ada dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai
akibat dari kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler melalui kapiler yang rusak, sehingga
mengakibatkan menurunnya volume plasma dan meningkatnya nilai hematokrit. Bukti dugaan
ini adalah ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa, yaitu rongga peritonium,
pleura, dan perikard yang ternyata melebihi pemberian cairan infus, serta terjadinya bendungan
pembuluh darah paru. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai dari awal demam
sampai puncaknya pada masa renjatan.
Trombositopeni yang hebat, gangguan fungsi trombosit, dan kelainan fungsi koagulasi
merupakan penyebab utama terjadinya perdarahan. Perdarahan kulit umumnya disebabkan oleh
factor kapiler dan trombositopeni, sedangkan perdarahan masih diakibatkan oleh kelainan yang
lebih kompleks, yaitu trombositopeni, gangguan faktor pembekuan, dan mungkin juga faktor
DIC.
Patogenesis DHF berkaitan dengan system komplemen,yaitu system dalam sirkulasi darah yang
terdiri dari 11 komponen protein dengan bentuk tidak aktif dan labil terhadap panas. Sebagai
reaksi tehadap infeksi,terjadi aktivasi komplemen sehingga dilepaskanlah anafilaktoksin C3a
dan C5a yang mampu membebaskan histamine sebagai mediator kuat dalam peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah,dan bereperan dalam terjadinya renjatan. Seperti pada
infeksi virus yang lain ,infeksi virus dengue juga merupakan self limiting infektious disease yang
akan berakhir sekitar 2-7 hari.
Infeksi virus dengue mengakibatkan manipestasi klinis yang berpariasi mulai dari asimtomatik ,
yang merupakan penyakit yang paling ringan ( mild undifferentiated febrile illness) demam
dengue( dengue fever) , demam berdarah dengue (DBD) , atau dengue hemoragik fever (DHF)
sampai syndrome syok dengue(SSD) . walaupun secara epidemiologis infeksi ringan lebih
banyak terjadi,tetapi pada awal penyakit hamper tiidak mungkin membedaakan antara infeksi
ringan atau berat.
Bentuk ringan dengue menyerang semua golongan umur dan bermanifestasi lebih berat pada
orang dewasa. Demam dengue pada bayi dan anak berupa demem ringan yg disertai dengan
timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal sindrom
triasdengue, yang berupa demam tinggi dan mendadak nyeri pada anggota badan(kepala,bola
mata,punggung dan sendi) dan timbulnya ruam makulopapular.pasien dengan penyakit demam
dengue biasanya sembuh tanpa adanya gejala sisa.
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinis,yaitu : demam tinggi dan mendadak yang dapat
mencapai 400 c atau lebih atau terkadang disertai dengan kejang demam ,sakit
kepala,anoreksia,muntah muntah atau vomiting,epigastric discomfort,nyeri perut kanan atas atau
seluruh bagian perut dan pendarahan, terutama pendarahan kulit, walaupun hanya berupa uji
tourniquet positif.selain itu,pendaharahan kulit dapat terwujud memar atau dapat juga berupa
pendarahan spontan mulai dari petechiae atau muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari pada ekstremitas,tubuh,dan muka, sampai epistaksis dan pendarahan
gusi. Sementara pendarahan gastro intestinal masih lebih jarang terjadi dan biasnya hanya terjadi
pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang tidak teratasi. Pendarahan
lain seperti pendarahan sub konjungtiva terkadang juga ditemukan.pada masa kovalesen sering
kali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegaly.hepatomegali pada
umumnya dapat diraba pada permulaan penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan
beratnya penyakit.nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa icterus maupun kegagalan peredaran
darah ( circulatory failure).
2.2 Diagnosa DHF menurut patokan yang ditetapkan WHO (1997), yaitu:
1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.
2. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniquet positif dan bentuk lain
perdarahan/perdarahan spontan (petechia, purpura, echimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan
hematemesis melena.
3. Pembesaran hati.
4. Syok, yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan nadi yang
menurun (20 mmHg atau kurang), tekanan darah yang menurun (tekanan sistolik menurun
sampai 80 mmHg atau kurang), dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung
hidung, jari, dan kaki. Penderita gelisah serta timbul sianosis disertai mulut.
Pada awal penyakit, diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus atau protozoa seperti
demam tipoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya, leptospirosis, dan malaria.
Adanya tombositopenia yang jelas disertai dengan hemokonsentrasi membedakan DHF dari
penyakit-penyakit lain. Diagnosa banding lain adalah sepsis, meningitis, meningocele, idiophatic
trombosytopenic purpura (ITP), leukimia, dan anemia aplastik.
Demam Chikungunya (DC) sangat menular dan biasanya menyerang seluruh keluarga dengan
gejala demam mendadak. Masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, dan hamper selalu di
ikuti dengan ruam makulapopular, infeksi konjungtiva, serta sering dijumpai nyeri sendi.
Proporsi uji bending positif, petekia, dan epistaksinya hampir sama dengan DHF. Pada DC tidak
ditemukan perdarahan gastroinstestinal dan syok.
Hari-hari pertama ITP berbeda dengan DHF karena pada ITP demam cepat menghilang dan tidak
di jumpai hemokonsentrasi. Sedangkan pada fase penyembuhan perbedaannya teletak pada
jumlah trombosit yang lebih cepat kembali pada DHF.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukemia atau anemia aplastic. Pada leukemia, demam tidak
teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan anak sangat anemis. Sementara pada anemia aplastik,
anak sangat anemis dan demam timbul karena infeksi sekunder.
Kematian oleh demam dengue hamper tidak ada, sebaliknya pada DHF atau DSS mortalitasnya
cukup tinggi. Penelitian pada orang dewasa di Surabaya, Semarang dan Jakarta memperlihatkan
bahwa prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan dibandingkan dengan pada
anak-anak.
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap merupakan cara yang
paling memadai saat ini. Vektor dengue, khususnya Aedes Aegypti, sebenarnya mudah
diberantas karena sarang-sarangnya terbatas di tempat-tempat yang berisi air bersih dengan jarak
terbang maksimal 100 m. tetapi karena vektor tersebar luas, untuk keberhasilan pemberantasan
tersebut diperlukan total coverage (meliputi seluruh wilayah) agar nyamuk tak dapat berkembang
biak lagi.
2.3 Klasifikasi
a. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan
hemokonsentrasi.
b. Derajat II :
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti
peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.
c. Derajat III :
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system
sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan
penderita gelisah.
d. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan
yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
2.4 Pemeriksaan penunjang
a. Darah
1) Trombosit menurun.
2) HB meningkat lebih 20 %.
3) HT meningkat lebih 20 %.
4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.
5) Protein darah rendah.
6) Ureum PH bisa meningkat.
7) NA dan CL rendah.
b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test).
1) Rontgen thorax : Efusi pleura.
2) Uji test tourniket (+)
2.5 Penatalaksanaan
a. Tirah baring
b. Pemberian makanan lunak .
c. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra
vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter
basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
d. Pemberian obat-obatan: antibiotic, antipiretik,
e. Anti konvulsi jika terjadi kejang
f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun ),
jenis kelamin, alamat , pendidikan , nama orang tua , pendidikan orang tua , dan pekerjaan orang
tua.
2. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas
tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil dan saat demam
kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 , dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang di sertai dengan keluhan batuk, filek, nyeri telan, mual, muntah,
anorexia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakanbola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi ( grade
III, IV ), melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulang DHF
dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat Imunasasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat di hindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih seperti air
yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
8. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan
menurun.
2) Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare / konstipasi. sementara
DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
3) Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu di kaji apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit /
tidak. pada DHF garade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membesihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik. Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut.
1) Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
2) Grade II : Kesadaran kompos mentis , keadaaan uum lemah, ada perdarahan spontan ptekia,
perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somenolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan
tidak teratur, ekstremitas dingin , berkeringat, dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen:
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis / tidak
3) Kepala dan leher.
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam ( flusy ), mata anemis, hidung
kadang mengalamiperdarahan ( epistaksis ) pada grade II,III,IV, pada mulut di dapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hypertemia pharing dan terjadi perdarahan telinga ( pada grade II,III,IV ).
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. pada fhoto thorax terdapat adanya cairan yang
tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura ), Rales +, rhonkhi + yang biasanya terdapat
grade III dan IV.
5) Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati ( hepatomegali ), dan asietas.
6) Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi nyeri otot , sendi, serta tulang.
11. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1) HB dan PCV meningkat ( > 20 % )
2) Trombositopenia ( < 100.000/ml )
3) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis )
4) lg. D . dengue fositif
5) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoproteinemi, hipokloremia, dan hiponatremia.
6) Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7) Asidosis metabolik : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
8) SGOT/SGPT mungkin meningkat.
4.2 Saran
Penulis berharap semoga penyusunan makalah tentang Askep pada anak/bayi dengan DHF
ini dapat memberikan ilmu dan pengetahuan dalam bidang pendidikan dan praktik keperawatan.
Dan juga dengan makalah ini dapat menjadi acuan untuk tindakan proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.
http://askep.blogspot.com/2008/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan_6163.html
ASKEP ANAK DENGA DHF ( DBD )
B. KLASIFIKASI
1. Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi,
trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II
Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit
seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat..
3. Derajat III
Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan
system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin
dan penderita gelisah.
4. Derajat IV :
Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi
renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.
C. ETIOLOGI
Virus dengue sejenis arbovirusyang di tularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 37 0C. Adapun ciri-ciri nyamuk
penyebar demam berdarah adalah
1. Badan kecil,warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti bak mandi,
tempayan vas bunga.
D. PATOFISIOLOGI
Berdasarkan klasifikasi derajat ringan dan beratnya penyakit DHF dibagi menjadi empat
derajat yaitu : Derajat 1 demam disertai gejala klinis lainnya pendarahan ringan, uji tourniquet
positif, trambositopenia hemokonsentrasi, Derajat II seperti derajat I disertai pendarahan spontan
dikulit dan pendarahan lain, Derajat III ditemukan kegagalan sirkulasi dengan adanya nadi cepat
dan lemah, tekanan nadi menurun (kurang dari 20 mmhg) atau hipotensi disertai kulit yang
dingin dan lembab, dan tekanan darah yang tak dapat diukur.
Penyebab DHF yaitu virus dengue terdiri dari 4 serotipe 1,2,3,4 yang ditularkan melalui
vector nyamuk aedes aegypthy. Infeksi dengan salah satu serotif akan menimbulkan antibody
seumur hidup terhadap serotip lain.
Virus Dengue dianggap sebagai antigen sehingga akan merangsang tubuh untuk
mengeluarkan antibody humoral dan sekuler. Dalam virus tidak langsung menimbulkan gejala
tetapi mengalami masa inkubasi kurang lebih 2 minggu. Hal ini tergantung dari banyaknya virus
yang masuk, virulensi atau keganasan dan daya tahan tubuh. Setelah terjadi masa inkubasi maka
akan terjadi viremia yaitu adalah virus dalam darah. Viremia ini berjalan singkat mulai dua hari
sebelum panas dan mencapai puncaknya setelah mencapai 6-7 hari bersamaan dengan timbulnya
antibody yang memiliki aktivitas netralisasi atau aktivitas komplemen akhirnya banyak virus di
hilangkan dan penderita mengalami penyembuhan selanjutnya terjadilah seumur hidup terhadap
serotip virus yang sama, tetapi tidak melindungi terhadap serotip yang lain (proses infeksi
primer). Infeksi sekunder terjadi jika tubuh mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus
dengue yang berbeda dan lebih vurulen. Terdapatnya kompleks virus dalam sirkulasi darah
menyebabkan suatu aktivitas sistem komplemen yang mengakibatkan dilepaskannya
anafilaktosin C3a dan C5a yang berdaya untuk melepaskan histamin dan serotonin yang
berdampak meningginya permeabilitis pembuluh darah dan pada sistem koagulasi
mengakibatkan menghilangnya plasma melalui dinding endotel pembuluh darah sehingga terjadi
perembesan plasma dari ruang intravaskuler keruang ekstavaskuler, kedua agresi trombosit
menurun, apa bila kelainan ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trambosit, sebagai
akibat mobilisasi sel trambosit muda dari sumsum tulang, Pada keadaan agregasi akan
melepaskan amin vaso aktif (histamin dan serotonin) yang bersifat meninggikan permaebilitis
kapiler dan melepaskan trambosit faktor 3 yang merangsang reaksi intravaskuler. Ketiga
terjadinya aktivitas factor hagemen (faktor XII) akibat terjadinya pembekuan intravaskuler yang
berperan dalam pembentukkan anafilaktosin dan penghancuran fibrin menjadi fibrin degradation
product. Disamping itu aktivasi akan merangsang sistem kinin yang peran dalam proses
meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah.
E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis dari penyakit DHF yaitu:
1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie.
4. Nyeri otot
5. Sakit kepala.
6. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah,
capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
F. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi apabila kebocoran plasma dari intravaskuler ke ekstravaskuler yang
terus maka akan mengalami syok hipovolemia dan bisa terjadi DSS (Dengue Syock Sindrom),
jika keadaan tersebut tidak teratasi maka akan menyebabkan anoreksia jaringan, asidosis
metabolic dan berakhir dengan kematian, perdarahan terjadi karena trombositopenia,
menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya factor koagulasi (protombin, factor V. VII, IX, X
dan frinogen) pendarahan hebat dapat terjadi terutama pada traktus grastrointestinal.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
Trombosit menurun. (trombositopenia: 100.000/mm3atau kurang)
HB meningkat lebih 20 %.
HT meningkat lebih 20 % (homokonsetrasi)
Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3.
Protein darah rendah.
Ureum PH bisa meningkat.
NA dan CL rendah.
H. PENATALAKSANAAN
Demam berdarah dengue, penatalaksanaannya hanya bersifat simptomatis dan suportif.
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
4. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
5. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
6. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari.
7. Pemberian cairan yang cukup
Cairan di berikan untuk mengurangi rasa haus dan dehidrasi akibat demam tinggi,
anoreksia, dan muntah. Penderita perlu di beri minum sebanyak mungkin (1-2 liter dalam 24
jam).
8. Antipiretik
Seperti golongan asetaminofen (parasetamol), jangan berikan golongan salisilat karena
dapat menyebabkan bertambahan perdarahan.
9. Antikonvulsan
Bila penderita kejang dapat di berikan :
Diazepam
Fenobarbital
10. Pemberian cairan melalui infus,
Di lakukan jika pasien mengalami kesulitan minum dan nilai hematokrit cenderung
meningkat. Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4
mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama, umur ( pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15
tahun ), jenis kelamin, alamat , pendidikan , nama orang tua , pendidikan orang tua , dan
pekerjaan orang tua.
2. Keluhan Utama
Alasan / keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah
panas tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Di dapatkan adanya keluhan panas mendadak yang di sertai menggigil dan saat demam
kesadaran compos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 , dan anak semakin
lemah. Kadang-kadang di sertai dengan keluhan batuk, filek, nyeri telan, mual, muntah,
anorexia, diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan
pergerakanbola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi ( grade
III, IV ), melena, atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah di derita
Penyakit apa saja yang pernah di derita. Pada DHF, anak bisa mengalami serangan ulang
DHF dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat Imunasasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya
komplikasi dapat di hindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat etabo predisposisinya. Anak yang menderita
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih
seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
8. Pola kebiasaan
a. Nutrisi dan etabolic frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang, dan nafsu makan
menurun.
b. Eliminasi alvi ( buang air besar ). Kadang-kadang anak mengalami diare / konstipasi. Sementara
DHF pada grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine ( buang air kecil ) perlu di kaji apakah sering kencing, sedikit / banyak, sakit /
tidak. Pada DHF garade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit / nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutama untuk membesihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik. Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut.
a. Grade I : Kesadaran kompos mentis, keadaaan umum lemah, tanda-tanda vital dan nadi lemah.
b. Grade II : Kesadaran kompos mentis , keadaaan uum lemah, ada perdarahan spontan ptekia,
perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III : kesadaran apatis, somenolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernafasan
tidak teratur, ekstremitas dingin , berkeringat, dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen:
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
b. Kuku sianosis / tidak
c. Kepala dan leher.
d. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam ( flusy ), mata anemis, hidung
kadang mengalamiperdarahan ( epistaksis ) pada grade II,III,IV, pada mulut di dapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
mengalami hypertemia pharing dan terjadi perdarahan telinga ( pada grade II,III,IV ).
11. Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura ), Rales +, rhonkhi + yang biasanya
terdapat grade III dan IV.
12. Abdomen, mengalami nyeri tekan, pembesaran hati ( hepatomegali ), dan asietas.
13. Ekstremitas, akral dingin, serta terjadi nyeri otot , sendi, serta tulang.
14. Pemeriksaan Laboratorium.
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
a. HB dan PCV meningkat ( > 20 % )
b. Trombositopenia ( < 100.000/ml )
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis )
d. lg. D . dengue fositif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan : hipoproteinemi, hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan PH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis etabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit/ viremia.
2. Nyeri berhubungan dengan proses patologi penyakit.
3. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma, evaforasi, intake tidak adekuat
4. Risiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan perawatan pasien DHF berhubungan
dengan kurangnya informasi.
8. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
9. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia
C. RENCANA KEPERAWATAN
1. DX.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit/ viremia ( virus ).
Tujuan :
Hipertemia dapat teratasi
Kriteria Hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C).
Mukosa lembab tidak ada sianosis atau purpura
Intervensi:
a. Observasi tanda – tanda vital klien : suhu, nadi, tensi, pernapasan, tiap 4 jam atau lebih sering
Rasional : Tanda –tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
b. Beri penjelasan tentang penyebab demam atau peningkatan suhu tubuh
Rasional : Penjelasan tentang kondisi yang dialami klien dapat membantu klien/keluarga
mengurangi kecemasan yang timbul.
c. Menjelaskan pentingnya tirah baring bagi pasien dan akibatnya jika hal tersebut tidak dilakukan.
Rasional : Penjelasan yang diberikan akan memotivasi klien untuk kooperatif.
d. Menganjurkan pasien untuk banyak minum ± 2,5 ltr/24 jam dan jelaskan manfaatnya bagi pasien
Rasional : Peningkatan suhu tubuh akan menyebabkan penguapan tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
e. Berikan kompres hangat pada kepala dan axilla
Rasional : Pemberian kompres akan membantu menurunkan suhu tubuh.
f. Kolaborasi: Pemberian antipiretik
Rasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.
5. DX.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,
anoreksia.
Tujuan :
Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil
Berat badan stabil dalam batas normal, Tidak ada mual dan muntah.
Intervensi :
a. Kaji keluhan mual, muntah, dan sakit menelan yang dialami klien
Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/pola menghidangkan makanan klien
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti: bubur dan dihidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan klien dan meningkatkan asupan makanan karena
mudah ditelan.
d. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering
Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah serta rasa jenuh karena makanan dalam porsi
banyak.
e. Jelaskan manfaat nutrisi bgi klien terutama saat sakit.
Rasional : UntukMeningkatkan pengetahan klien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan
meningkat.
f. Catat jumlah porsi yang dihabiskan klien
Rasional : Mengetahui pemasukan/pemenuhan nutrisi klien.
6. DX.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan.
Intervensi :
a. Mengkaji keluhan klien
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah klien.
b. Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh klien sehubungan degan kelemahan
fisiknya.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi kebutuhannya.
c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan tingkat keterbatasan klien seperti
mandi, makan, eliminasi.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada saat kondisinya lemah tanpa
membuat klien mengalami ketergantungan pada perawat
d. Bantu klien untuk mandiri sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya.
Rasional : Dengan melatih kemandirian klien, maka klien tidak mengalami ketergantungan.
e. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah dijangkau oleh klien
Rasional : Akan membantu klien memenuhi kebutuhan sendiri tanpa bantuan orang lain.
7. DX.Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diet dan perawatan pasien DHF
berhubungan dengan kurangnya informasi.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF.
Rasional : Sebagai data fdasar pemberian informasi selanjutnya.
b. Kaji latar belakang pendidikan klien/ keluarga.
Rasional : Untuk memberikan penjelasan sesuai dengan tingkat pendidikan klien/ keluarga
sehingga dapat dipahami.
c. Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan obat-obatan pada klien dengan bahasa dan
kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehinggfa tidak terjadi
kesalahpahaman.
d. Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan dan manfaatnya pada klien.
Rasional : Dengan mengetahui prosedur/tindakan yang akan dilakukan dan manfaatnya, klien
akan kooperatif dan kecemasannya menurun.
e. Berikan kesempatan pada klien/ keluarga untuk menanyakan hal-hal yangingin diketahui
sehubungan dengan penyakit yang diderita klien.
Rasional : Mengurangi kecemasan dan memotivasi klien untuk kooperatif.
f. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam memberikan penjelasan.
Rasional : Untuk membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan karena dapat dilihat/
dibaca berulang kali.
9. DX.Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya volume cairan tubuh
akibat perdarahan.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria Hasil
Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Keadaan umum baik,
Syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi.
a. Monitor keadaan umum kilen.
Rasional : Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.
b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
Rasional : Untuk memastikan tidak terjadi per syok.
c. Monitor tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.
d. Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Untuk membantu tim perawat untuk segara menentukan tindakan yang tepat.
e. Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
Rasional : Untuk membantu mengistirahatkan saluran pencernaan untuk sementara selama
perdarahan berasal dari saluran cerna.
f. Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin, sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.
g. Kolaborasi berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.
Rasional: Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat yaitu untuk mengatasi syok
hipovolemik.
h. Cek Hb, Ht, Trombosit (sito)
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami klien, dan untuk
acuan melakukan tindakan lebih lanjut.
i. Berikan trasfusi sesuai instruksi dokter.
Rasional : Untuk menganti volume darah serta komponen yang hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III vol. 1. Jakarta : Media Aesculapius.
Nelson, 2000, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian II, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Suriadi, Yuliana R, 2010, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi I, Penerbit PT. Fajar Interpratama :
Jakarta.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala limpahan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-
Nya sehingga laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn.“ H ” dengan DHF
dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas dari Praktek (PSG) di Klinik
Pratama Rawat Inap dan Bersalin Nurmedika pada tgl 22 Juni 2013 sampai 22 Juli 2013 dalam
rangka Program Studi Keperawatan SMK Nurmedika Surabaya.
Dengan terselesaikannya laporan ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada:
B. PATOFISIOLOGI
Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena
viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan,
timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran
kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh
darah dibawah kulit.
Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF
ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan
serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini
berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan.
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam
rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi
sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis
metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit.
Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya
oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah
terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat.
C. KLASIFIKASI DHF
WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :
Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif,
trombositipenia, dan hemokonsentrasi.
Derajat II
Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis,
hematemesis, melena, perdarahan gusi.
Derajat III
Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi
sempit ( £ 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ® 80/70 ® 80/0
® 0/0 )
Derajat IV
Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ³ 140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin,
berkeringat dan kulit tampak biru.
- Asites
- Isolasi virus
- Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah
menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum.
F. PENATALAKSANAAN
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit keras (
tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.
1. Grade I dan II :
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg
BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu
secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebnyak-banyaknya dan sesering
mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai
dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut :
· Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15
cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
Dengan Renjatan ;
2. Grade III
Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi
kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan
tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam
kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi
waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm
diperhitungkan sebagai berikut :
· 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang
dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau
plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang
maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL
sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah
dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun
lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut
harus memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau lainnya ) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1
jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.
G. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1.1 Identitas
DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa (
Effendy, 1995 )
Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun.
Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu
menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun.
Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit
DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides aigepty.
Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat
air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.
Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi
sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.
Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS
Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat
terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada
grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran
hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis,
melena.
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing
berwarna merah.
Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi
pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
2. Diagnosa Keperawatan
2.2 Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler
2.3 Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler
2.4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
2.5 Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni )
2.6 Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan
Intervensi :
b. Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi )
c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat
Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak
merangsang peningkatan suhu tubuh.
d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.
Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program.
Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat
khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien.
Akral hangat
Intervensi :
Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok.
DP. 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan
intravaskuler ke ekstravaskuler.
Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat
segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok
c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui
dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan
melakukan tindakan lebih lanjut.
DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
Intervensi :
d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan
Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah
distensi gaster.
DP. 5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah (
trombositopeni )
Intervensi :
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap
tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh
darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien.
Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt :
hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi
perdarahan.
e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan
tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Umur : 9 thn
Agama : Kristen
Pendidikan :
Nama Ayah : Tn S
Pendidikan : SMA
2. Keluhan Utama :
Senin pagi panas, dibawa ke puskesmas dapat paracetamol. Panas turun. Rabu malam anak tiba-tiba
muntah-muntah air, makan tidak mau, minum masih mau. Kamis jam 03 pagi keluar darah dari hiding
pada waktu bersin, keluhan pusing, mencret air, dibawa ke IRD.
Menurut keluarga ( Ibu ) tidak ada keluarga yang dalam waktu dekat ini menderita sakit DBD.
6. Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut ibu kondisi lingkungan rumah cukup bersih, walaupun tinggal dekat kali kecil, sekitar rumah
terdapat beberapa ban bekas untuk menanam tanaman yang belum dipakai, bak mandi dikuras setiap
seminggu 1 kali. Menurut ibu seminggu yang lalu ada tetangga gang yang menderita DHF, tetapi
sekarang sudah sembuh, dan lingkungan wilayah belum pernah disemprot.
7. Riwayat kehamilan
Anak lahir pada usia kehamilan 7 bulan, dengan berat badan lahir 4 kg, ibu tidak tahu mengapa
kehamilannya hanya 7 bulan. Lahir spontan dan selama 1 tahun anak mendapat imunisasi lengkap dan
minum PASI Lactona s/d 2 tahun.
8. Pengkajian Persistem
a. Sistem Gastrointestinal
Nafsu makan menurun, anak hanya mau makan 3 sendok makan, minum tidak suka, harus dipaksakan
baru mau minum. Mual tidak ada, muntah tidak terjadi. Terdapat nyeri tekan daerah hepar dan asites
positif, bising usus 8x/mnt.
b. Sistem muskuloskeletal :
Tidak terdapat kontraktur sendi, tidak ada deformitas, keempat ekstremitas simetris, kekuatan otot baik.
c. Sistem Genitourinary
BAK lancar, spontan, warna kuning agak pekat ditampung oleh ibu untuk diukur, BAB dari malam belum
ada.
d. Sistem Respirasi.
Pergerakan napas simetris, tidak terdapt pernapasan cuping hidung, pd saat pengkajian tanda-tanda
epistaksis sudah tidak ada, Frekuensi napas 25x/menit. Bunyi nafas tambahan tidak terdengar.
e. Sistem Cardiovaskuler
TD : 100/60, nadi 98x/mnt, akral dingin, tidak terdapat tanda-tanda cyanosis, cap. Refill < 3 detik, tidak
terjadi perdarahan spontan, tanda-tanda petikhie spontan tidak terlihat, hanya tanda pethike bekas rumple
leed.
f. Sistem Neurosensori
g. Sistem Endokrin
h. Sistem Integumen.
S : 376 turgor baik, tidak ada luka, pethikae bekas rumple leed, tidak terdapat perdarahan spontan pada
kulit.
9. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 11.8
Leko : 5,5
Trombo : 133
PCV : 0,30
10. Terapi
Minum manis
Vit B compleks / C 3 x 1
Nasi 3 x sehari
Susu : 3 x 200 cc
B. ANALISA DATA
S1 : Klien mengatakan badanya terasa Proses infeksi virus dengue Peningkatan suhu
panas, pusing tubuh
Ô
O : Akral dingin
Viremia
Panas hari ke 2 panjang.
Ô
6,
TTV : S : 37 Nadi 98x/mnt, TD :
100/60, RR 25x/mnt. Thermoregulasi
Trombosit ; 133.000 Ô
O : KU lemah
Nutrisi
Makan pagi hanya mau 3 sendok
Nafsu makan menurun
C. DiAGNOSA KEPERAWATAN :
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
D. PERENCANAAN
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
Rencana Intervensi ;
Rasional : Mengganti cairan tubuh yang keluar karena panas dan memacu pengeluaran urine guna
pembuangan panas lewt urine.
2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler.
Pulsasi kuat
Akral hangat
Rencana Intervensi ;
Rasional : Penurunan haluaran urine / urine yang pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi.
Rasional : Meningkatkan jumlah cairan tubuh untuk mencegah terjadinya hipovolemik syok.
3. Resiko gangguan nutrisi kurang berhubungan dengan nafsu makan yang menurun.
Rencana Intervensi :
Rasional : Mencegah terjadinya distensi pada lambung yang dapat menstimulasi muntah.
ASKEP DBD
E. Patofisiologi
1. Virus Dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepty dan kemudian
akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam sirkulasi akan
mengaktifasi sistem komplemen. Akibat aktifasi C3 danC5 akan dilepas C3a dan C5a, 2 peptida
berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningginya
permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.
2. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor koagulasi
(protrobin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen ) merupakan faktor penyebab terjadinya
perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
3. Yang menentukan beratnya penyakit adalah permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya
volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diatesis hemoragik, Renjatan terjadi
secara akut.
4. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak
diatasi bisa terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian. (Suriadi dan Rita Yuliani,
2006).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah lengkap : hemokosentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau lebih), trombositopenia
(100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi uji HI (hemoglutination inhibition test)
3. Rontgen toraks : efusi pleura. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2006).
G. Komplikasi
1. Ensefalopati dengue
2. Kelainan ginjal
3. Udem paru. (Hadinegoro H Sri Rezeki, 2005).
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan untuk klien Demam Berdarah Dengue adalah penanganan pada derajat I
hingga derajat IV.
1. Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 75 ml/kg BB/hari untuk anak
dengan berat badan kurang dari 10kg atau bersama diberikan oralit, air buah atau susu
secukupnya, atau pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
a. 100 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 kg
b. 75 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 26-30 kg
c. 60 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 kg
d. 50 ml/kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 kg
2) Pemberian obat antibiotik apabila adanya infeksi sekunder
3) Pemberian antipieritika untuk menurunkan panas.
4) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15 cc/kg BB/hari.
2. Derajat III
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam, apabila ada
perbaikan lanjutkan peberian RL 10 m/kg BB/jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan
jumlah cairan berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk.
2) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dekstran L ) sebanyak 10 ml/kg BB/jam dan dapat
diulang maksimal 30 ml/ kg BB dalam 24 jam, apabila setelah 1 jam pemakaian RL 20 ml/kg
BB/jam keadaan tekanan darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang
cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kg BB/jam jika baik lanjutkan RL sebagaimana
perhitungan selanjutnya.
3) Apabila 1 jam pemberian 10 ml/kg BB/jam keadaan tensi masih menurun dan dibawah 80
mmHg maka penderita harus mendapatkan plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang
maksimal 30 mg /kg BB/24 jam bila baik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas
3. Derajat IV
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis 30 ml/kgBB/jam, apabila keadaan
tekanan darah baik, lanjutkann RL sebanyak 10 ml/kgBB/jam.
2) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang. 2 saluran infuse dengan tujuan satu
untuk RL 10 ml/kgbb/1jam dan satunya pemberian palasma ekspander atau dextran L sebanyak
20 ml/kgBB/jam selam 1 jam,
3) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander 20 ml/kgBB/jam,
4) Apabila masih tetap memburuk maka berikan plasma ekspander 10 ml/kgBB/jam diulangi
maksimun 30 ml/kgBB/24jam.
5) Jika setelah 2 jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukan perbaikan maka konsultasikan
kebagian anastesi untuk perlu tidaknya dipasang central vaskuler pressure atau CVP. (Hidayat A
Aziz Alimul, 2008).
I. Pencegahan
Ada 3 cara pemberantasan vector
1. Fogging focus
Dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini, dana terbatas maka kegiatan fogging hanya
dilakukan bila hasil penyelidikan epidemologis butul-butul memenuhi kriteria
2. Abatisasi
Dilaksanakan di desa/ kelurahan endemis terutama di sekolah dan tempat-tempat umum.
3. Tanpa inteksida
Membasmi jentik nyamuk penular demam berdarah dengan cara 3M:
1) Menguras secara teratur seminggu sekali atau menaburkan abate/altosit ketempat penampungan
air bersih.
2) Menutupnya rapat-rapat tempat penampungan air.
3) Mengubur atau menyingkirkan kaleng-kaleng bekas, plastik dan barang bekas, lainnya yang
dapat menampung air hujan, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
J. Prognosis
Bila tidak terjadi renjatan dalam 24-36 jam biasanya prognosis akan menjadi baik kalau
lebih dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan, kemungkinan sembuh kecil dan prognosis
menjadi buruk. (Rampengan T.H, 2007).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada anak dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue Menurut
Nursalam 2005 adalah :
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk datang ke Rumah
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat demam kesadaran
komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan anak semakin lemah.
Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare
atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena, atau
hematemesis.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak bisa mengalami
serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan.
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi. Semua anak dengan
status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Anak yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila
kondisi ini berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air
8. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan berkurang, napsu makan
menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau konstipasi. Sementara
3) Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit atau banyak sakit
atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering terjadi hematuria.
4) Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan
5) Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
6) Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah Dengue, keadaan fisik anak
lemah.
2) Grade II : kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan spontan
petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak teratur.
3) Grade III : kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil dan
4) Grade IV : kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak terukur,
pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
1) Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
2) Kuku sianosis/tidak
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata anemis, hidung
kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa
mukosa mulut kering, terjadi perdarahan gusi dan nyeri telan. Sementara tenggorokan
4) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan yang
tertimbun pada paru sebelah kanan ( efusi pleura), rales (+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat
5) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
6) Ekstremitas.
C. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan penyakit infeksi Demam Berdarah
Dengue tergantung pada data yang ditemukan.
Menurut Nursalam 2005 diagnosa keperawatan yang muncul antara lain:
1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan metabolisme pembuluh darah perifer.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
D. Intervensi
1. Dx 1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan infeksi virus.
Kriteria hasil : Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal, bebas dari kedinginan.
Intervensi Keperawatan
1) Observasi tanda-tanda vital : suhu, nadi, tensi dan pernapasan setiap 3 jam atau sering lagi.
3) Berikan penjelasan kepada keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi
demam.
Rasional : Perubahan dapat lebih tampak oleh orang terdekat, meskipun adanya
perubahan dapat dilihat oleh orang lain yang jarang kontak dengan pasien.
5) Anjurkan anak untuk banyak minum paling tidak ± 2,5 liter tiap 24 jam dan jelaskan manfaat
bagi anak.
darah.
7) Anjurkan agar anak tidak memakai selimut dari pakaian yang tebal.
8) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai dengan program dokter.
Rasional : Pemberian terapi cairan intravena untuk mengganti cairan yang hilang dan obat-
Intervensi keperawatan.
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami anak dengan menggunakan skala nyeri (0-10). Biarkan anak
memutuskan tingkat nyeri yang dialami. Tipe nyeri yang dialami dan respons anak terhadap
nyeri.
3) Ciptakan suasana yang gembira pada anak, alihkan perhatian anak dari rasa nyeri (libatkan
4) Berikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi dengan teman-temannya atau orang
terdekat.
Rasional : Dapat menguragi ansietas dan rasa takut, sehingga mengurangi persepsi
Intervensi keperawatan
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh anak.
2) Berikan makanan yang mudah ditelan, seperti bubur dan tim, serta dihidangkan selagi masih
hangat
sering.
4) Menimbang berat badan setiap hari pada waktu yang sama, dan dengan skala yang sama.
7) Jelaskan pada keluarga manfaat makanan/ nutrisi bagi anak terutama saat sakit.
Intervensi Keperawatan
bawah kulit.
Kriteria hasil :
- Menunjukkan tanda-tanda hidrasi yang adekuat yang dibutuhkan dengan tanda-tanda vital dan
Intervensi keperawatan.
3) Perhatikan keluhan pasien seperti mata kunang-kunang, pusing, lemah, ekstremitas dingin dan
sesak napas.
9) Pasang infus dan beri terapi cairan intravena jika terjadi perdarahan (kolaborasi dengan dokter)
Kriteria hasil :
Intervensi keperawatan
1) Bantulah anak untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti: mandi, makan dan
Tujuan :Keluarga menunjukkan tanda-tanda vital dalam batas normal koping yang adatif.
Kriteria hasil :
Intervensi keperawatan
1) Mengkaji perasaan dan persepsi orang tua atau anggota keluarga terhadap situasi yang penuh
stress.
Rasional : Karena hal ini biasanya terjadi dalam proses penyesuaian dan untuk
2) Ijinkan orang tua dan keluarga untuk memberikan respon secara panjang lebar, dan identifikasi
3) Identifikasi koping yang biasa digunakan dan seberapa besar keberhasilannya dalam mengatasi
keadaan.
4) Tanyakan kepada keluarga apa yang dapat dilakukan untuk membuat anak atau keluarga menjadi
lebih baik atau dan jika memungkinkan memberikan apa yang diminta oleh kelurga.
Rasional : Untuk memberikan perawatan yang optimal terhadap intervensi
lanjut.
5) Memenuhi kebutuhan dasar anak; jika anak sangat tergantung dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, ijinkan hal ini terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Kemudian secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA
http://kkaptenjeleg.blogspot.com/2013/05/l-p-askep-bdb,404.htm.
Diakses pada 19 Januari 2014 19.44).
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan
Keperawatan pada Anak. Sagung Seto: Jakarta.
Figure 1