Anda di halaman 1dari 3

Pariwisata Bali Timbulkan Masalah Lingkungan

Sumber : http://www.aktual.co/nusantara/102708pariwisata-bali-timbulkan-masalah-lingkungan

Air sungai yang mengalir dari hulu ke hilir menjadi sumber pengairan sistem subak yang
menopang kehidupan pertanian, memenuhi kebutuhan air bersih dan sumber kehidupan
masyarakat lainnya.

Indek kualitas lingkungan hidup di Bali kini mencapai 99,65 persen, suatu prestasi yang cukup
menggembirakan, karena cukup baik dibandingkan daerah lainnya di Indonesia, tutur Kepala
Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi, Bali, I Nyoman Sujaya. Rata-rata capaian standar
pelayanan minimal bidang lingkungan di Pulau Dewata dalam beberapa tahun belakangan ini
sebesar 92 persen, sehingga melampaui rata-rata sasaran nasional sebesar 66 persen.

Raport sementara menunjukkan berkisar merah hingga hijau, yang menggambarkan tingkat
ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup
relatif baik, karena tidak ada yang memperoleh peringkat hitam.

Bali sebagai daerah tujuan wisata yang menerima kunjungan wisman 2,9 juta dan wisatawan
nusantara lebih dari empat juta setiap tahunnya mau tidak mau, kini tengah menghadapi
berbagai masalah lingkungan, tutur Pengamat agama, adat dan seni budaya Bali, Dr I Ketut
Sumadi.

Ketua Program Studi Pemandu wisata Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar itu
mengingatkan, masalah lingkungan di Pulau Dewata yang perlu mendapat perhatian dan
penanganan dari semua pihak akibat dampak negatif pariwisata.

Bahkan pakar lingkungan seringkali mengingatkan, berkembangnya industri pariwisata di satu


sisi berdampak negatif pada lingkungan alam, termasuk perubahan flora-fauna, pencemaran,
menurunnya kualitas sumberdaya alam.

Demikian pula menyebabnya rusaknya fasilitas dan lingkungan buatan , penurunan kualitas
lingkungan perkotaan, kualitas infrastruktur, berubahnya bentuk kota, restorasi dan kompetisi.

Dampak pembangunan pariwisata terhadap lingkungan fisik sangat mudah dilihat, baik yang
terjadi pada tanah, air maupun udara dalam beberapa tahun belakangan ini.

Berkelanjutan Calon Gubernur Bali yang diusung PDIP, Anak Agung Ngurah Puspayoga
berpasangan dengan Dewa Nyoman Sukrawan menegaskan, upaya menjaga dan melestarikan
lingkungan, termasuk kawasan hutan bakau Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai.
merupakan harga mati yang tidak bisa ditawa-tawar lagi.

Pihaknya secara pribadi dan partai PDIP, sudah sejak lama melakukan pelestarian lingkungan
hidup khususnya kawasan hutan mangrove yang menjadi "paru-paru" kota Denpasar.

Mantan Wali Kota Denpasar itu sempat berbaur dengan ratusan masa pendukungnya
melakukan penanaman pohon bakau di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ngurah Rai.

Bahkan PDIP sejak tahun 1977 telah memelopori pelestarian hutan mangrove yang mampu
mencegah terjadinya abrasi pantai dan menghindari merembesnya air laut ke sumur-sumur
penduduk (air payau).

Upaya pelestarian kawasan hutan bakau di atas hamparan seluas 1.373 hektare sepanjang jalan
dari pantai Sanur, Denpasar menuju Nusa Dua, Kabupaten Badung adalah harga mati yang tidak
bisa ditawar lagi.

Puspayoga, mantan wali kota Denpasar meski saat itu masih duduk di bangku sekolah
menengah pertama (SMP) mengaku sudah ikut aktif dalam kegiatan pelestarian kawasan hutan
tersebut.

Kepedulian akan hutan mangrove itu bukan tanpa alasan. Sebabnya Bali hanya memiliki luasan
hutan mangrove yang begitu kecil, namun mampu memberikan dampak positif bagi kehidupan
masyarakat.

Oleh sebab itu hutan bakau harus dapat dijaga kelangsungannya sekaligus menjadi kebanggaan
masyarakat Pulau Dewata, nasional bahkan internasional.

Meski hutan mangrove tidak begitu luas namun patut disyukuri, karena masih bisa dilestarikan
keberadaannya hinga kini. Sebab, kawasan Kabupaten Badung dan Kota Denpasar kini terus
tergerus oleh pesatnya pembangunan yang menyangkut berbagai aspek kehidupan.

Tidak mudah memang sebuah kota memiliki hutan mangrove, sehingga menjadi tugas semua
pihak untuk bersama- sama melestarikan, menjaga dan terus menghijaukan, ujar Puspayoga
sambil mengajak peranserta masyarakat menjaga kelangsungan hutan bakau.

Pelestarian mangrove dan menjaga kebersihan lingkungan sesungguhnya merupakan


implementasi konsep "Bali clean and green" yakni provinsi bersih dan hijau.

"Clean-nya, sampah plastik mari kita bersihkan, karena itu yang mengganggu kehidupan hutan
mangrove. Green-nya, wilayah yang kosong, mangrove-nya yang sudah mati kita tanam
kembali. Itu konsep clean and green, sekaligus menjadikan pariwisata Bali berkelanjutan" tutur
Puspayoga.

Anda mungkin juga menyukai