Anda di halaman 1dari 12

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENANGGULANGAN BANJIR
DI RUMAH SAKIT SUAKA INSAN
BANJARMASIN

Oleh :

ELTA NORA HANI ANDRIYANI

HERYANTO IQBAL I KADEK SENIANTARA

I NYOMAN ADIPRAMANA JONATHAN

LOLA VITALOKA MADE RINA

MARIA M. AMKEUN NESTA KALALANA

NOPRILIA NOVA WANASARI

RAHMIYANTI RERI APRILIANSINA

SITA ANDRIANI TEGAR S. P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS
BANJARMASIN
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Pendidikan Tentang Penaggulangan Bencana


Sub Pokok Bahasan : Penanggulangan Banjir
Hari/Tanggal : Senin, 23 Oktober 2017
Waktu : 1 jam
Tempat : Rumah Sakit Suaka Insan Banjarmasin

A. LATAR BELAKANG
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), banjir adalah peristiwa
terbenamnya daratan (yang biasanya kering) karena volume air yang
meningkat. Definisi kedua dari kamus tersebut, banjir adalah berair banyak dan
deras, kadang-kadang meluap. Pengertian kedua ini biasanya dipakai untuk
menyebutkan sungai atau kali yang banjir. Kalau kata “banjir” ini ditambah
awalan “me” dan akhiran “i” jadi “membanjiri” maka artinya menjadi
“menggenangi”. Jadi, kalau dipakai dalam kalimat “Hujan membanjiri jalan
raya di Jakarta” itu sama saja artinya dengan hujan menggenangi jalan raya di
Jakarta. Dari kalimat itu menunjukkan kalau antara “banjir” dan “genangan”
memiliki pengertian yang sama, tidak berbeda. Banjir adalah suatu keadaan
sungai, dimana aliran air tidak tertampung oleh palung sungai, sehingga terjadi
limpasan atau genangan pada lahan yang semestinya kering.
Banjir sebagai suatu keadaan air yang menenggelami atau menggenangi
sesuatu kawasan atau tempat yang luas. Adapula yang mendefinisikan banjir
sebagai luapan air yang melebihi dari standar kapasitas akibat hujan yang terus-
menerus. Ada lagi yang menyatakan banjir sebagai hadirnya air di suatu
kawasan luas sehingga menutupi permukaan bumi kawasan tersebut.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Masyarakat mampu memahami konsep-konsep dasar bencana alam banjir
dan cara penanggulangannya
2. Tujuan khusus
Setelah selesai mengikuti kegiatan penyuluhan di Rumah Sakit Suaka Insan
Banjarmasin diharapkan peserta mampu :
a. Mengetahui pengertian banjir
b. Mengetahui cara pencegahan terhadap banjir
c. Mengetahui dampak dari banjir
d. Mengetahui faktor penyebab banjir
e. Mengetahui bagaimana cara menanggulangi banjir.

C. METODE PELAKSANAAN
1. Ceramah
2. Tanya Jawab dan Diskusi
3. Kegiatan penyuluhan

D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR


No. Tahapan Waktu Kegiatan Media
1. Pembukaan 15 menit Perkenalan Power point
Kontrak Waktu
Kaji pengetahuan pasien

2. Pelaksanaan 45 menit Penyampaian materi tentang


pengertian banjir, cara
pencegahan terhadap banjir,
dampak dari banjir, faktor
penyebab banjir.
Memberikan kesempatan kepada
3. Penutup dan 45 menit peserta untuk menanyakan
evaluasi materi yang dijelaskan
Mengklarifikasi kembali materi

Memberikan pertanyaan pada


peserta penyuluhan dan
menyampaikan kesimpulan

E. PENGORGANISASIAN
1. Ketua
Mengkoordinasi, mengatur, mengorganisasikan dan bertanggung jawab
terhadap seluruh kegiatan penyuluhan
2. Sekretaris
Bertanggung jawab dalam mencatat atau membuat laporan mengenai
penyuluhan yang akan dilaksanakan serta sebagai notulen saat penyuluhan
sedang berlangsung.
3. Observer
Mengobservasi jalannya diskusi/penyuluhan mulai dari awal hingga akhir
dan mengobservasi perilaku peserta.
4. Fasilitator
Mengarahakan dan memfasilitasi audiens serta memberi motivasi kepada
peserta agar aktif.
5. Dokumentasi
Mendokumentasikan selama proses kegiatan berlangsung.
E. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
Persiapan penyuluhan
2. Evaluasi Proses
Selama kegiatan penyuluhan berjalan
3. Evaluasi Hasil
Peserta dapat : Mengetahui pengertian banjir, cara pencegahan terhadap
banjir, dampak dari banjir, faktor penyebab banjir, cara menanggulangi banjir.
Lampiran

MATERI
A. Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan
merendam daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai
perendaman sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air.
Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut.
Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau
yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan
alaminya.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah
hujan dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar
kecuali jika air mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota,
dan permukiman lain. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya
melebihi kapasitas saluran air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering
mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di dataran banjir
sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah
menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja
dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan
dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah
rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada
biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Mitos banjir besar adalah kisah mitologi banjir besar yang dikirimkan oleh
Tuhan untuk menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan
sering muncul dalam mitologi berbagai kebudayaan di dunia.
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004) dijelaskan bahwa
Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai
atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa
dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari sungai atau saluran karena sungai
atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut
banjir.
B. Factor Penyebab Banjir
Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada
saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun
tempat yg rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan
(presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui
saluran2 atau sugai2 dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan
masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap
ke udara (evapotranspirasi). Sebenarnya banjir merupakan peristiwa yang alami
pada daerah dataran banjir, mengapa bisa alami? Karena dataran banjir
terbentuk akibat dari peristiwa banjir.
Dataran banjir merupakan daerah yang terbentuk akibat dari sedimentasi
(pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga
tanah2 yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk
di daerah pertemuan2 sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran
banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang
dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan, itu adalah faktor
penyebab banjir yang alami.
Ada dua faktor perubahan kenapa banjir terjadi :
1. Perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan
geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang.
2. Alih fungsi hutan untuk kegiatan pertanian maupun pemukiman. Padalah,
huta berfungsi dalam meningkatkan air yang meresap kedalam tanah,
sehingga mengurangi aliran air permukaan yang menjadi penyebab banjir.
3. Kebiasaan buruk sebagian masyarakat dala membuang sampah, yaitu
membuang sampah ke sungai atau drainase pembuangan. Akibatnya aliran
air terhambat oleh sampai dan mengakibatkan alirannya meluap.
4. Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim
menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi
mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan
ini saluran2 yg ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran
permukaan dan tanah2 cepat mengalami penjenuhan.
5. Akibat global warming / pemanasan global menyebabkan terjadinya
perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya
jangan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya
dan kadang sangat rendah. Kedua fenomena ini menyebabkan terjadinya
peningkatan curah hujan diatas normal. Perubahan penggunaan lahan dan
penyempitan saluran drainase (sungai) juga menjadi pemicu terjadinya
banjir. Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan
tutupan lahan ~penggunaan lahan itu ada pemukiman, sawah, tegalan,
ladang dll sedangkan tutupan lahan itu vegetasi yang tumbuh di atas
permukaan bumi menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan.
Penebangan hutan menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan
sebesar 624 mm/th. Itu baru perhitungan yg di lakukan pada daerah hutan
yg ditebang dimana masih ada tanah yang bisa meresapkan air.
C. Pencegahan Terhadap Banjir
Masalah nyata di kota-kota besar adalah sedikitnya jumlah permukaan tanah
yang memiliki penyerapan air yang baik karena tertutup oleh bahan beton atau
jalan sebagai dampak adanya pembangunan. Sehingga bisa dipastikan begitu
banyak limpahan air permukaan yang harus dikelola. Jumlah air permukaan
yang lebih banyak dari saluran penampung membuat air permukaan tidak
tertampung secara benar hingga melimpah ke jalan bahkan membentuk
genangan. Inilah salah satu fenomena yang kita kenal dengan banjir.
Lalu apa yang bisa kita bisa perbuat guna mencegahnya:
1. Gunakan bahan paving stone untuk lahan parkir anda atau bahan/material
yang memiliki daya serap yang baik, jangan tutup dengan beton atau bahan-
bahan material yang membuat air yang tidak terserap ke tanah di lingkungan
rumah anda.
2. Rencanakanlah instalasi saluran air buangan dan air hujan dengan baik.
Buatlah sumur resapan air hujan. Gunakan prinsip konservasi (perlindungan
air bawah tanah), biarkan air meresap ke tanah anda, sehingga tidak
terbuang percuma ke saluran kota. Dengan ini anda juga membantu
mengurangi beban saluran air kota, yang pada akhirnya merupakan langkah
kecil kita mencegah banjir.
3. Buanglah sampah pada tempatnya.jangan buang di saluran air kota atau
sungai-sungai
4. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Karena sungai
dan selokan merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah
menjadi tempat sampah.
5. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan
rumah di dekat sungai adalah para pendatang yang yang datang ke kota
besar hanya dengan modal nekat. Akibatnya, keberadaan mereka bukannya
membantu peningkatan perekonomian, akan tetapi malah sebaliknya,
merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus tegas, melarang
membuat rumah di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan
tidak jelas datang ke kota dalam jangka waktu lama atau untuk menetap.
6. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Karena
pohon adalah salah satu penopang kehidupan di suatu ktoa. Banyangkan,
bila sebuah kota tidak memiliki pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi?
Pohon selain sebagai penetralisasi pencemaran udara di siang hari, sebagai
pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi
pohon, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila hujan tiba.
D. Dampak dari Banjir
1. Dampak primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk
jembatan, mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan
kanal
2. Dampak sekunder
a. Persediaan air – Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
b. Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
c. Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan
oleh kegagalan panen. Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung
kepada endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah
setempat.
d. Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa
bernapas.
e. Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan
darurat kepada orang-orang yang membutuhkan.
3. Dampak tersier/jangka panjang
Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan,
biaya pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong
kenaikan harga, dll
4. Dampak banjir bagi kesehatan.
a. Banjir menimbulkan dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Hal ini disebabkan oleh kondisi pasca banjir yang rawan menjadi faktor
pemicu munculnya penyakit. Berbagai kondisi tersebut adalah (1)
Berkembangnya vektor penyakit berupa hewan seperti tikus dan
nyamuk; (2) Makanan seperti persediaan beras dan sayur mayur
terkontaminasi; (3) Sumber air tercemar; (4) sampah berserakan; (5)
Fasilitas kakus kurang; (6) Persediaan air bersih minim; dan (7)
Fasilitas pengungsian buruk dan tidak sehat.
b. Akibat dari kondisi lingkungan yang buruk tersebut adalah munculnya
berbagai penyakit seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Diare,
Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA), Leptospirosis, dan berbagai jenis
penyakit kulit.
c. DBD disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang
membawa salah satu jenis virus dengue.2 Saat banjir perkembangan
nyamuk ini meningkat karena semakin banyak lokasi genangan air,
dimana nyamuk ini bisa berkembang biak. 4-10 hari setelah gigitan
(masa inkubasi) barulah penyakit DBD menunjukkan gejala berupa
demam, mual, munculnya ruam, pusing, dan rasa nyeri pada otot,
tulang, sendi, dan bagian belakang mata.3 Hingga saat ini, belum
ditemukan obat spesifik untuk penyakit DBD, pengobatan medis yang
dilakukan umumnya hanya menanggulangi gejala yang dimunculkan
penyakit ini, seperti memberikan obat penurun demam dan pemasukan
cairan tubuh (infus). Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
perkembangan nyamuk ini adalah dengan melakukan gerakan 3M,
yaitu mengubur sampah, dan menguras serta selalu menutup tempat
penampungan air.
d. Diare merupakan penyakit yang lumrah terjadi setelah musibah banjir.
Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya frekuensi BAB, demam,
kram perut, kekurangan cairan, bahkan feses berdarah.4 Diare
umumnya disebabkan karena makanan mengandung mikroorganisme
pathogen seperti virus (misalnya Norwalk virus) atau bakteri (misalnya
Eschericia coli). Makanan yang terlalu pedas dan intoleransi obat juga
dapat memicu diare. Untuk menghindari diare, terutama pasca banjir,
selalu usahakan untuk mencuci tangan sebelum dan setelah beraktifitas,
bersihkan tumpukan sampah yang terbawa banjir, dan makanlah
makanan yang tidak terkontaminasi mikroorganisme (misalnya telah
dimasak matang).
e. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) juga merupakan penyakit yang
dominan muncul pasca banjir. ISPA merupakan penyakit yang dapat
menular melalui batuk atau dahak penderita, dimana dahak atau batuk
ini mengandung bakteri (seperti Streptococcus hemoliticus dan
Hemofilus influenza) atau virus (seperti Mikovirus, Adenovirus dan
Pikanovirus). Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ISPA adalah
batuk, sesak nafas, nyeri dada, dan demam. Obat yang umum
digunakan adalah obat simtomatis yang sesuai gejala. Penderita juga
disarankan untuk banyak beristirahat. Untuk mencegah penularan
penggunaan masker sangat dianjurkan terutama ketika harus tinggal di
daerah pengungsian.
f. Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Leptospira sp. yang tersebar melalui feses dan urin tikus. Penyakit ini
memakan waktu inkubasi 4-9 hari sebelum kemudian memunculkan
berbagai gejala yang dibedakan atas anicteric dan icteric. Gejala
anicteric meliputi batuk, sakit kepala, diare, dan demam. Sementara
icteric memunculkan gejala seperti demam, sakit kepala, gagal ginjal,
atau pendarahahan. Pengobatan penyakit ini dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai jenis antibiotik seperti Doxycycline, Ampicilin,
dan Amoxicilin.
g. Penyakit lainnya yang juga marak ditemukan pasca banjir adalah
penyakit kulit. Penyakit kulit disebabkan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, dan virus yang banyak terdapat di air banjir. Oleh karena
itu, sebisa mungkin untuk menghindarkan kontak langsung dengan air
banjir. Beberapa jenis penyakit kulit tersebut adalah panu, kutu air,
kurap (disebabkan oleh jamur), selutis, bisul (disebabkan oleh bakteri)
dan herpes (disebabkan virus).
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9272713/Dampak_Banjir_Terhadap_Kesehatan.
Diakses tanggal 09 September 2017

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._GEOGRAFI/197106041999031-
IWAN_SETIAWAN/Penanggulangan_bencana.pdf
Diakses tanggal 09 September 2017

Anda mungkin juga menyukai