Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
NPM : 0906511196
Tanda Tangan :
ii
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
iii
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya untuk menyelesaikan pembuatan karya ilmiah dengan judul
“Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada
Pasien Bronkopneumonia di Ruang Rawat Inap Anak Lantai III Selatan RSUP
Fatmawati Jakarta”. Karya ilmiah ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Ners. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Nur Agustini, S. Kp., M. Si selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat di sela-sela kegiatan
yang padat
2. Pihak RSUP Fatmawati yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk melakukan praktik klinik keperawatan anak kesehatan masyarakat
perkotaan
3. Papa, Mama, dan adik tercinta Nanda yang selalu memberikan doa, nasihat,
dukungan, dan bersedia menemani hingga larut malam
4. Ksatria Muhammad Al Rustam yang selalu memberikan dukungan dan
hiburan, mendengarkan keluh kesah, serta mengajari manajemen waktu
selama proses pembuatan karya tulis ini
5. Teman-teman “TM” (Arif, Awi, Bunga, Dilla, Emi, Fafa, Fura, Lulu, Naila,
Novi, Sinta, Sule, Yuli) yang telah saling memberikan berbagai masukan
dalam pembuatan karya tulis ini
6. Teman-teman PKKMP Anak (Bu Evi, Bu Halimah, Bu Mar, Bu Yuni,
Ningsih, Puspa, Sisca, Nikita, Rahma) yang saling mendukung dalam
mengelola Ruang Rawat Inap Anak Lantai III Selatan RSUP Fatmawati
Jakarta
7. Teman-teman satu bimbingan (Ka Uli, Asma, Nikita, Rahma) yang telah
saling mengingatkan dan memberi dukungan selama proses pembuatan
karya ilmiah ini
8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
iv
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan berkat-Nya kepada semua pihak
yang telah membantu penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari
dalam penyusunan karya ilmiah ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu
diperlukan masukan dan saran yang membangun untuk menyempurnakan karya
ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu.
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 7 Juli 2014
Yang menyatakan
vi
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian anak di Indonesia dari tahun ke
tahun. Pneumonia juga selalu berada pada daftar 10 penyakit terbesar setiap tahunnya di fasilitas
kesehatan. Tingginya faktor risiko pneumonia yang terdapat di perkotaan membuat pneumonia
menjadi salah satu masalah kesehatan di perkotaan. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberi
gambaran asuhan keperawatan yang telah diberikan pada anak dengan bronkopneumonia di RSUP
Fatmawati dan menganalisa tindakan fisioterapi dada sebagai terapi non farmakologi untuk
masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas. Hasil yang diperoleh setelah
melakukan fisioterapi dada pada anak dengan bronkopneumonia yaitu terjadi peningkatan status
pernapasan yang ditandai dengan berkurangnya hasil scoring WCSSS.
ABSTRACT
Pneumonia is always ranked top cause of child deaths in Indonesia from year to year. Pneumonia
also always be on the list of 10 biggest disease each year in health care facilities. The high
pneumonia risk factors contained in the urban make pneumonia became one health problem in
urban areas. This paper aims to give an overview of nursing care that has been given to children
with bronchopneumonia in Fatmawati chest physiotherapy and analyze actions as non-
pharmacological therapy for nursing problems ineffectiveness airway clearance. The results
obtained after chest physiotherapy in children with bronchopneumonia is an increase in respiratory
status characterized by reduced WCSSS scoring results.
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep
dan Penelitian Terkait ................................................................. 31
4.4 Alternatif Pemecahan yang Dapat Dilakukan ............................. 33
ix Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
x Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
DAFTAR TABEL
xi Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada tahun 2007 dan 2008 perbandingan kasus pneumonia pada balita
dibandingkan dengan usia lebih dari 5 tahun adalah 7:3, artinya bila ada 7 kasus
pneumonia pada balita maka akan terdapat 3 kasus pneumonia pada usia lebih dari
5 tahun. Pada tahun 2009 terjadi perubahan menjadi 6:4. Namun, pneumonia pada
balita masih tetap merupakan proporsi terbesar. Menurut Ditjen PP & PL & Profil
kesehatan Indonesia (2007-2009) proporsi penemuan pneumonia pada bayi
sebesar >20% dari semua kasus pneumonia, proporsi pneumonia pada bayi
dibandingkan dengan balita sekitar 35%.
Menurut KemenKes dalam Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013) insidens tertinggi
pneumonia pada balita terdapat pada kelompok umur 12-23 bulan (21,7%). Hal
ini menunjukkan bahwa bayi merupakan kelompok usia yang tinggi kejadian
pneumonianya sehingga perlu mendapat perhatian. Bila pneumonia tidak
ditangani dengan benar maka dikhawatirkan dapat menghambat upaya pencapaian
target MDGs yang ke-4 yaitu menurunkan angka kematian pada bayi dan anak.
Untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan pneumonia pada bayi dan balita
dengan meningkatkan upaya manajemen tatalaksana pneumonia.
1 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
2
Kondisi sakit dan dirawat di rumah sakit merupakan salah satu upaya untuk
mendapatkan perawatan yang adekuat untuk mencapai kesehatan yang optimal
pada individu yang sakit. RSUP Fatmawati merupakan tempat penulis
menjalankan praktik KKMP peminatan anak, gedung Teratai Lantai III Selatan.
Penyakit bronkopneumonia merupakan kasus yang banyak terjadi di ruang ini.
Hal ini ditandai dengan jumlah kasus anak dengan penyakit bronkopneumonia
dalam 3 bulan terakhir mencapai 32 pasien dengan rata-rata usia di bawah 2
tahun. Di ruang ini kasus bronkopneumonia terdapat pada urutan kedua setelah
DBD.
Masalah yang sering muncul pada anak pneumonia yang dirawat di rumah sakit
yaitu distress pernapasan yang ditandai dengan napas cepat, retraksi dinding dada,
napas cuping hidung, dan disertai stridor (WHO, 2009). Napas cepat diketahui
dengan menghitung frekuensi napas anak dalam satu menit. Menurut WHO
(2011), bayi yang berumur <2 bulan dikatakan bernapas cepat jika frekuensi
napasnya ≥60 kali per menit, sedangkan bayi usia 2 bulan sampai <1 tahun
dikatakan napas cepat bila frekuensi napasnya ≥50 kali per menit. Pada balita usia
1-5 tahun apabila frekuensi napasnya ≥40 kali permenit, maka balita tersebut
memiliki napas cepat.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
3
Melihat keluhan yang tampak pada anak dengan bronkopneumonia seperti adanya
retraksi dinding dada, frekuensi napas yang cepat, adanya suara napas tambahan,
belum mampu batuk efektif menimbulkan masalah bersihan pada jalan napasnya.
Oleh karena itu perawat perlu melakukan intervensi untuk membuat jalan napas
anak bersih. Dalam hal ini penulis melakukan aplikasi dari tesis yang dibuat oleh
Mardiyanti (2013) dengan judul “Dampak Fisioterapi Dada terhadap Perubahan
Status Pernapasan (SpO2, WCSSS, HR) Anak Usia Kurang dari Dua Tahun
dengan ISPA di RSPAD Gatot Subroto Jakarta”. Tesis ini menerapkan terapi non
farmakologis yaitu fisioterapi dada dan didapatkan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang bemakna pada denyut nadi, SpO2, dan skor WCSS anak sebelum
dan sesudah dilakukan fisioterapi dada. Penulis tertarik menggunakan aplikasi ini
pada anak dengan bronkopneumonia sehingga bersihan jalan napas anak dapat
efektif. Selain karena sesuai dengan usia klien kelolaan, teknik ini juga tidak
memerlukan biaya dalam penerapannya, serta berdampak positif dalam membuat
jalan napas anak menjadi bersih.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
4
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
5
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
7
2.2 Bronkopneumonia
2.2.1 Pengertian Bronkopneumonia
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru (Behrman, Kliegman, &
Jenson, 2003). Bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia
yang mempunyai penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
8
Kuman penyebab pneumonia biasanya berbeda pada setiap tingkat usia anak.
Secara umum bakteri yang berperan penting penyebab pneumonia yaitu
Streptococcus pneumonia (50%), Haemoptilus influenza (20%), Staphilococcus
aureus, Streptococcus group B. Bakteri penyebab pneumonia yang paling umum
adalah Streptococcus pneumonia yang bisa ditemukan di kerongkongan manusia
sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun oleh karena sakit, usia, atau malnutrisi,
bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan. Balita yang
terinfeksi pneumonia akan mengalami panas tinggi, berkeringat, napas terengah-
engah, dan denyut jantungnya meningkat cepat (Misnadiarly, 2008).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
9
Gejala klinis yang muncul biasanya tergantung dari umur pasien dan patogen
penyebabnya, sedangkan pada anak-anak biasanya tidak muncul gejala
(Setyoningrum, 2006). Tanda dan gejala pada bayi dan anak kecil meliputi
demam, anak rewel, kejang yang disebabkan demam tinggi, sakit kepala, nyeri
dan pegal pada punggung dan leher, anoreksia, muntah, diare, nyeri abdomen,
hidung tersumbat, produksi sekret, stridor, merintih, wheezing, crackles,dan batuk
(Hockenberry & Wilson, 2012). Pada neonatus sering dijumpai takipnea, retraksi
dinding dada, dan sianosis. Pada bayi yang lebih besar, gejala yang sering terlihat
yaitu takipnea, retraksi dinding dada, sianosis, batuk, demam, dan iritabel. Pada
anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi yaitu demam, batuk (non produktif
atau produktif), takipnea, dan dispnea yang ditandai dengan retraksi dinding dada.
Pada kelompok anak sekolah dan remaja dapat ditemui demam, batuk (non
produktif atau produktif), nyeri dada, nyeri kepala, dehidrasi, dan letargi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
10
Menurut DepKes (2004), tanda dan gejala pneumonia diantaranya yaitu batuk,
pilek, demam disertai adanya kesukaran bernapas dan peningkatan frekuensi
napas sesuai usia. Napas cepat dapat diketahui dengan menghitung frekuensi
napas dalam satu menit penuh yang dihitung ketika kondisi anak tenang. Untuk
anak usia kurang dari dua bulan, dikatakan napas cepat jika frekuensi napasnya
≥60 kali per menit, untuk usia 2 bulan sampai 1 tahun dikatakan napas cepat jika
frekuensi napasnya ≥50 kali per menit, dan untuk balita (1-5 tahun) dikatakan
napas cepat jika frekuensi napasnya ≥40 kali per menit (WHO, 2011).
Staium satu, hiperemia (4-12 jam pertama) merupakan respon inflamasi awal pada
daerah paru yang terinfeksi yang disebabkan pelepasan histamin dan
prostaglandin serta mengaktifkan komplemen (Price & Wilson, 2006). Ketiga
komponen ini menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke area
cidera serta memicu terjadinya perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang
interstisial yang kemudian mengakibatkan edema antara kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan diantara kapiler dan alveolus, menyebabkan penurunan
kecepatan difusi gas yang pada akhirnya menyebabkan penurunan saturasi
oksigen hemoglobin. Pada stadium ini, penyebaran infeksi ke jaringan sekitar
terjadi akibat dari peningkatan aliran darah dan rusaknya alveolus serta membran
kapiler seriring dengan berlanjutnya proses inflamasi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
11
Stadium dua, hepatisasi merah (12-48 jam pertama) merupakan kondisi ketika
alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat, dan fibrin yang dihasilkan pejamu
sebagai bagian dari proses inflamasi. Stadium tiga, hepatisasi kelabu (3-8 hari)
terjadi ketika sel-sel darah putih membuat kolonisasi di bagian paru yang
terinfeksi. Pada stadium ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang
cidera dan terjadi fagositosis sel debris. Stadium empat, resolusi (8-11 hari)
merupakan periode ketika respon imun dan inflamasi mereda, sel fibrin, debris,
dan bakteri telah berhasil dicerna, makrofag dan sel pembersih pada reaksi
inflamasi mendominasi (Price & Wilson, 2006).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
12
Menurut Ricciuti dan Schub (2010) tata laksana infeksi saluran napas bawah pada
bayi membutuhkan fisioterapi dada seperti perkusi dengan kombinasi suction.
Fisioterapi dada sebaiknya didahului dengan pemberian bronkodilator dan normal
salin untuk membantu mengencerkan mukus yang kental. Pemantauan saturasi
oksigen sangat diperlukan untuk mengetahui keberhasilan terapi dan mencegah
kondisi lebih parah. Selain pemerian fisioterapi dada sebagai terapi suportif,
pemantauan status hidrasi dan status ASI eksklusif sangat dianjurkan. Dengan
cairan yang adekuat dan ASI eksklusif diteliti dapat mempercepat penyembuhan
dan mempersingkat hari rawat (Abdullah, 2003).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
13
Fisioterapi dada dengan manuvernya dilakukan sampai pada titik poin tertentu
yang meliputi peningkatan udara yang masuk, penurunan suara napas tambahan
(wheezing atau cracles), peningkatan kemampuan paru mengembang, berkurang
hingga terhentinya produksi sputum, atau intoleransi pasien. Karena hal tersebut
durasi pemberian fisioterapi dada bervariasi dari 15 menit hingga 90 menit yang
mencerminkan derajat disfungsi paru. Fisioterapi dada bekerja pada lokasi yang
spesifik tergantung tempat yang terinfeksi (Lubis, 2005). Jika tujuan tercapai
maka terjadi peningkatan ekspansi daerah yang terinfeksi, kemudian perfusi area
tersebut tercapai. Jika jalan napas bersih dari sekret, resistensi jalan napas dan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
14
obstruksi aliran udara akan menurun. Jalan napas yang bersih dan peningkatan
ventilasi dari jalan napas akan meningkatkan pengembangan paru
1. Postural drainase
Postural drainase yakni pengaturan posisi tubuh untuk membantu mengalirkan
lendir yang terkumpul di suatu area ke arah cabang bronkhus utama (saluran
napas utama) sehingga lendir bisa dikeluarkan dengan cara dibatukkan (Asmadi,
2008). Postural drainase merupakan cara klasik untuk mengeluarkan sekret dari
paru dengan menggunakan gaya gravitasi dan sekret itu sendiri (Lubis, 2005).
Postural drainase dapat dilakukan untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam
saluran napas dan juga mempercepat pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi
ateletaksis. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka
postural drainase dilakukan berbagai posisi sesuai dengan lokasi kelainan paru.
Posisi postural drainase dapat dilihat pada Gambar 2.1
2. Perkusi
Teknik pemukulan ritmik (perkusi) dilakukan dengan telapak tangan yang
melekuk pada dinding dada atau punggung (Asmadi, 2008). Tujuannya
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
15
Gambar 2.2 Bentuk tangan “tenting” untuk perkusi dada bayi dan anak kecil
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
16
3. Vibrasi
Vibrasi merupakan getaran kuat secara serial yang dihasilkan oleh tangan perawat
yang diletakkan datar pada dinding dada pasien. Vibrasi ini dilakukan setelah
perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara sekresi dan melepaskan mukus yang
kental (Greenberg, 2008). Vibrasi dilakukan pada saat pasien mengeluarkan napas
(ekspirasi) dilakukan 5-8 kali per detik (Lubis, 2005).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
17
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
18
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
19
menit penuh karena peprnapasan bayi masih belum teratur (Hockenberry &
Wilson, 2012).
Menurut Chin dan Seng (2004) WCSSS memiliki inter-rater reliability yang
tinggi (0,99) sementara validitas dan reliabilitasnya juga cukup baik (r=0,43).
Mardiyanti (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Dampak Fisioterapi Dada
terhadap Perubahan Status Pernapasan (SpO2, WCSS, HR) Anak Usia Kurang
dari Dua Tahun dengan ISPA di RSPAD Gatot Subroto Jakarta” juga telah
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
20
menggunakan WCSSS yang dimodifikasi agar sesuai dengan nilai rujukan dari
WHO dalam Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS, 2008). Hasil modifikasi
tersebut meliputi pernapasan kurang dari 40 diberikan nilai 0, antara 40-49
diberikan nilai 1, anatara 50-59 diberikan nilai 2, dan frekuensi pernapasan ≥60
diberikan nilai 3. Komponen WCSSS dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
BAB 3
LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA
Bab ini berisi tentang asuhan keperawatan pada kasus kelolaan utama. Asuhan
keperawatan yang diberikan meliputi pengkajian, analisa data, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
3.1 Pengkajian
Identitas klien:
1 Nama : An. NA
2 Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 4 Maret 2014
3 Jenis kelamin : Perempuan
4 Tanggal masuk : 10 Mei 2014
5 Sumber informasi : Ibu klien dan rekam medis
6 Tanggal pengkajian : 12 Mei 2014
Ibu mengatakan klien batuk sejak satu bulan yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Ibu mengatakan saat di rumah jika batuk terkadang anak muntah yang berisi
lendir. Klien juga mengalami demam saat awal mengalami batuk. Sebelum di
rawat di rumah sakit, keluarga telah membawa klien berobat ke klinik namun
tidak ada perubahan, klien tetap batuk. Saat hamil ibu melakukan pemeriksaan
ANC (antenatal care) hanya ketika usia kandungan 4-8 minggu dan 32-36 bulan.
Klien lahir secara spontan dengan bantuan bidan, dengan BBL 2600gram dan
PBL 47cm. Ibu mengatakan tidak pernah menimbang BB anak, klien hanya
mendapatkan ASI sampai usia 1,5 bulan karena ibu bekerja, dan biasanya anak
diberikan susu formula atau hanya air minum biasa. Saat ini anak baru mendapat
imunisasi hepatitis B.
21 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
22
pernapasan cuping hidung. Mukosa mulut lembab, tidak ada lesi. Telinga klien
simetris, tidak ada cairan di lubang telinga, tidak ada pembengkakan, dan klien
tidak menunjukkan respon nyeri saat telinga dipalpasi. Tidak ada kaku kuduk dan
tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Dada klien tampak simetris, tidak
ada lesi, terlihat klien menggunakan otot bantu napas, terlihat adanya retraksi
dinding dada, dan inwheling chest. Bunyi jantung S1 dan S2 (+/+), tidak ada
murmur, tidak ada gallop. Pada auskultasi paru terdengar suara napas tambahan
(ronkhi) pada bagian apikal peru kanan dan kiri. Bising usus klien baik
(5x/menit), klien tidak menunjukkan respon nyeri saat dilakukan palpasi
abdomen, tidak ada distensi abdomen. Genetalia klien tidak terdapat kelainan
pada labia mayor, labia minora, dan lubang anus. Pada ekstremitas tidak ada
edema dan turgor kulit elastis.
Selama di rawat di rumah sakit, anak AN tidak da muntah namun klien masih
sesak sehingga klien dipasang NGT untuk mencegah aspirasi. Anak NA mendapat
terapi nutrisi yang berupa susu formula SF1 sebanyak 8x60ml per hari. Klien juga
mendapat terapi medikasi yang berupa ampicilin 4x100mg (iv), cloramfenikol
4x70mg (iv), dexametason 3x0,7mg (iv), dan inhalasi (ventolin+NaCl).
Hasil laboratorium tanggal 10 Mei 2014 pada pemeriksaan Analisa Gas Darah
(AGD) didapatkan data pH 7,466 (N= 7,370-7,440), pCO2 37,0mmHg (N= 35,0-
45,0 mmHg), PO2 53,3 mmHg (N= 83,0-108,0 mmHg), HCO3 26,1 mmol/L (N=
21,0-28,0 mmol/L), Saturasi O2 89,7% (N= 95,0-99%). Berdasarkan hasil
pemeriksaan tersebut dapat diketahui klien mengalami alkalosis respiratorik. Hasil
pemeriksaan radiologi tanggal 10 Mei 2014 berupa foto thoraks didapatkan data
trakhea berada di tengah, mediastinum superior tidak melebar, jantung kesan tidak
membesar CRR 51% (N= 39-65%), aorta baik. Hilus kedua paru terlihat suram
dan tampak infiltrate di kedua paru. Diafragma dan sinus kostofrenikus kanan-kiri
normal. Tulang-tulang dan jaringan lunak baik. Berdasarkan hasil pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan diagnostik klien didiagnosa bronkopneumonia dan gizi
kurang.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
23
Masalah kedua yaitu gangguan pertukaran gas. Masalah ini dapat diangkat karena
ibu mengatakan klien batuk sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit. Dari hasil
pemeriksaan AGD didapatkan data antara lain pH 7,466 (alkalosis), PO2 53,3
(rendah), Saturasi O2 89,7 % (rendah), Total CO2 27,2 (tinggi). Dari hasil
pemeriksaan fisik terlihat klien menggunakan otot bantu napas, terlihat adanya
retraksi dinding dada, dan inwheling chest, klien terlihat sesak.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
24
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
25
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
26
3.4 Evaluasi
Penulis melakukan evaluasi terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan pada
klien. Evaluasi dilakukan setelah penulis selesai melakukan tindakan keperawatan
terkait masalah keperawatan yang dialami klien.
1 Bersihan jalan napas tidak efektif
Ibu mengatakan batuk anak sudah mereda, anak sudah tidak terlihat sesak/sulit
bernapas. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data antara lain frekuensi
napas klien sudah normal (47x/menit), klien sudah tidak menggunakan otot
bantu napas, sudah tidak tampak inwheling chest, hasil dari auskultasi paru
masih terdengar suara ronkhi pada bagian apikal kanan paru namun sudah
mulai mereda dibanding saat pengkajian awal. Dari data di atas dapat
dikatakan bahwa masalah bersihan jalan napas tidak efektif pada anak NA
sudah teratasi pada tanggal 14 Mei 2014.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
BAB 4
ANALISIS SITUASI
Bab ini membahas tentang profil lahan praktik tempat penulis mengambil kasus
yang dibahas dalam karya ilmiah ini, analisis masalah keperawatan dengan
konsep terkait KKMP dan konsep kasus terkait. Selain itu dibahas pula analisis
salah satu intervensi dengan konsep dan penelitian terkait serta alternative
pemecahan yang dapat dilakukan.
RS Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Swadana pada tahun 1991, pada tahun
1994 ditetapkan menjadi Unit Swadana Tanpa Syarat, pada tahun 1997 sesuai
dengan diperlakukannya UU No. 27 Tahun 1997, rumah sakit mengalami
perubahan kebijakan dari Swadana menjadi PNBP (Penerimaan Negara Bukan
Pajak) selanjutnya pada tahun 2000 RS Fatmawati ditetapkan sebagai RS Perjan
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 117 tahun 2000 tentang Pendirian
Perusahaan Jawatan RSUP Fatmawati Jakarta. Pada tanggal 11 Agustus 2005
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 1243/MENKES/SK/VIII/2005
RSUP Fatmawati ditetapkan sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen
Kesehatan RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum (PPK BLU) (Fatmawatihospital, 2014).
27 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
28
Untuk mencapai tujuan tersebut RS Fatmawati memiliki visi dan misi antara lain
(Fatmawatihospital, 2014):
Visi:
“Terdepan, Paripurna dan Terpercaya di Indonesia”
Misi:
1 Memfasilitasi dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, pendidikan
dan penelitian diseluruh disiplin ilmu, dengan unggulan bidang orthopaedi
dan rehabilitasi medik, yang memenuhi kaidah manajemen resiko klinis
2 Mengupayakan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
3 Mengelola keungan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel serta
berdaya saing tinggi
4 Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai perkembangan IPTEK terkini
5 Meningkatkan kompetensi, pemberdayaan dan kesejahteraan sumber daya
manusia.
Penulis menjalankan praktik KKMP peminatan anak di gedung Teratai Lantai III
Selatan. Lantai III Selatan merupakan ruang rawat inap anak penyakit dalam kelas
III dengan penyakit seperti infeksi, hematologi, onkologi, dan masalah gastrologi.
Berdasarkan hasil pengkajian dengan cara wawancara dan observasi Lantai III
Selatan memiliki kapasitas kamar 37 tempat tidur yang terbagi di kelas III
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
29
sebanyak 4 kamar, onkologi dan hematologi 2 kamar, 2 kamar isolasi, dan satu
ruangan High Care Unit (HCU).
Jumlah total perawat di Lantai III Selatan ada 32 perawat. Jumlah tersebut sudah
termasuk 1 orang kepala ruangan dan 1 orang wakil kepala ruangan. Dari jumlah
total 32 perawat tersebut 1 diantaranya adalah perawat lulusan S2, 10 perawat
lulusan S1 ners, 20 perawat lulusan D3, dan 1 perawat lulusan SPK. Kepala
ruangan adalah seorang lulusan S1 ners yang sedang melanjutkan pendidikan ke
tahap S2 dan sudah bekerja menjadi perawat selama 34 tahun. Ada beberapa
perawat yang ditunjuk menjadi CI (Clinical Instructure). CI ini bertugas untuk
memandu mahasiswa keperawatan yang sedang melakukan magang atau praktik
keperawatan di ruang tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
30
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yuwono (2008) memaparkan bahwa anak
yang tinggal di rumah dengan tingkat hunian padat penduduk memiliki resiko
terhadap penyakit pneumonia 2,7 kali lebih besar dibanding dengan anak yang
tinggal di rumah dengan tingkat hunian tidak padat penduduk. Hal ini dapat
terjadi karena rumah yang berada di kawasan padat penduduk memiliki ventilasi
yang minimal sehingga menyebabkan kurangnya suplai udara yang dibutuhkan
penghuninya. Ketidakcukupan suplai udara segar akan berpengaruh pada fungsi
fisiologis alat pernapasan manusia terutama bagi bayi dan balita (Kartasasmita,
2010).
Semakin padat hunian penduduk maka semakin meningkat polusi udara dari hasil
aktvitas manusia. Polusi udara dapat berasal dari pembakaran di dapur dan juga di
dalam rumah yang menjadi salah satu risiko masalah pernapasan pada anak di
beberapa negara berkembang. Menurut Kartasasmita (2010) selain asap hasil
pembakaran dapur, polusi dari asap rokok juga menjadi faktor risiko masalah
pernapasan. Asap rokok dapat merangsang produksi mukus dan menurunkan
pergerakan silia. Hal ini mengakibatkan mukus yang kental terakumulasi,
terperangkapnya partikel atau mikroorganisme di jalan napas, serta meningkatkan
pertumbuhan mikroorganisme (Corwin, 2009).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
31
4.3 Analisis Salah Satu Intervensi dengan Konsep dan Penelitian Terkait
Penyakit bronkopneumonia menimbukan masalah utama yaitu tidak efektifnya
bersihan jalan napas. Disamping tindakan farmakologi dengan pemberian terapi
medikamentosa, terapi non farmakologi juga perlu diterapkan untuk mengatasi
masalah bersihan jalan napas pada anak NA. Penulis mengaplikasikan fisioterapi
dada untuk membuat bersihan jalan napas anak NA menjadi paten. Aplikasi
teknik ini diambil dari tesis yang dibuat oleh Mardiyanti (2013) dengan judul
“Dampak Fisioterapi Dada terhadap Perubahan Status Pernapasan (SpO2, WCSS,
HR) Anak Usia Kurang dari Dua Tahun dengan ISPA di RSPAD Gatot Subroto
Jakarta”. Tesis ini menerapkan terapi non farmakologis yaitu fisioterapi dada dan
didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bemakna pada denyut nadi,
SpO2, dan skor WCSS anak sebelum dan sesudah dilakukan fisioterapi dada.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
32
peneliti juga melibatkan orang tua dalam upaya penerapan Family Centered Care
(FCC). Anak tentunya akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan rumah sakit
yang baru untuknya. Pelibatan orang tua pada setiap intervensi keperawatan dapat
mengurangi kecemasan pada anak terhadap lingkungan yang baru bagi anak.
Anak NA dirawat selama 3 hari di rumah sakit dan diberikan fisioterapi dada
disertai dengan terapi inhalasi dan suction. Evaluasi yang penulis dapatkan dari
mengaplikasikan fisioterapi dada pada anak NA dengan bronkopneumonia adalah
jalan napas klien berangsur-angsur menjadi bersih. Hal ini ditandai dengan ibu
klien yang mengatakan batuk klien merada anak sudah tidak terlihat sesak/sulit
bernapas. Dari hasil pemeriksaan fisik, pada hari rawat terakhir, didapatkan data
antara lain frekuensi napas klien sudah normal (47x/menit), klien sudah tidak
menggunakan otot bantu napas, sudah tidak tampak inwheling chest, hasil dari
auskultasi paru masih terdengar suara ronkhi pada bagian apikal kanan paru
namun sudah mulai mereda dibanding saat pengkajian awal.
Peningkatan status oksigen anak NA ditunjukkan dengan total skor WCSSS yang
menurun. Hasil scoring WCSSS sebelum anak NA diberi fisioterapi dada yaitu 6
dengan komponen ada retraksi dinding dada hanya intercosta (1), frekuensi
pernapasan ≥60x/menit (3), terdengar wheezing/ronkhi saat ekspirasi tanpa
stetoskop (2), kondisi umum normal (0). Setelah diberikan tindakan fisioterapi
dada selama dirawat di rumah sakit selama 3 hari, hasil scoring WCSSS anak NA
menjadi 2, dengan komponen tidak ada retraksi dinding dada (0), frekuensi
pernapasan 47x/menit (1), terdengar wheezing/ronkhi dengan stetoskop (1),
kondisi umum normal (0). Hasil scoring WCSSS anak NA per hari dapat dilihat
pada lampiran.
Selama praktik di Lantai III Selatan RSUP Fatmawati, penulis juga menemukan
anak yang dirawat dengan penyakit bronkopneumonia. Namun, penulis tidak
memberikan fisioterapi dada hanya memberikan terapi inhalasi dan suction. Hal
ini dilakukan penulis untuk mengetahui perbedaan status pernapasan anak dengan
bronkopneumonia yang dilakukan fisioterapi dada dan yang tidak dilakukan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
33
Perbedaan tersebut terlihat dari hasil scoring WCSSS. Pada anak bronkpneumonia
yang tidak dilakukan fisioterapi dada tidak terlihat penurunan total skor yang
besar. Hasil scoring WCSSS awal yaitu 6 dengan komponen ada retraksi dinding
dada hanya intercosta (1), frekuensi pernapasan ≥60x/menit (3), terdengar
wheezing/ronkhi saat ekspirasi tanpa stetoskop (2), kondisi umum normal (0).
Setelah hari rawat ke-3 tanpa fisioterapi dada hanya inhalasi dan suction, hasil
scoring WCSSS menjadi 4, dengan komponen tidak ada retraksi dinding dada (0),
frekuensi pernapasan 56x/menit (2), terdengar wheezing/ronkhi saat ekspirasi
tanpa stetoskop (2), kondisi umum normal (0).
Menurut Hockenberry dan Wilson (2012) dan Irawati (2009) fisioterapi dada pada
anak dengan penyakit sistem pernapasan memiliki tujuan utama yaitu untuk
memfasilitasi pengeluaran sekret yang menyumbat jalan napas, menurunkan
tahanan jalan napas, meningkatkan pertukaran gas, dan menurunkan usaha napas.
Jika WCSSS menunjukkan perbaikan dan saturasi oksigen meningkat setelah
fisioterapi dada, dapat dikatakan bahwa fisioterapi dada pada anak dengan
bronkopneumonia memberikan dampak positif. Hasil dari implementasi
fisioterapi dada pada anak NA mendukung literatur-literatur sebelumnya seperti
Essential of Pediatric Nursing dari Hockenberry & Wilson (2012), Clinical
Nursing Skills Techniques dari Potter & Perry (2006), Ricciuti & Schub (2010),
dan Cartens (2010) yang mentakan bahwa anak dengan penyakit pernapasan akut
yang mengalami masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak efektif
disarankan diberikan fisioterapi dada.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
34
Terapi non farmakologi untuk menangani masalah bersihan jalan napas tidak
efektif yaitu dengan fisioterapi dada. Walaupun hasil penerapan terapi ini berhasil
menyelesaikan masalah, terdapat tantangan yang dihadapi pada saat
pelaksanaannya. Biasanya bayi atau anak kecil akan menangis sebelum dilakukan
tindakan. Hal ini juga ditemui penulis saat sebelum memberikan inhalasi dan
fisioterapi dada. Pelibatan orang tua dalam pemberian terapi ini merupakan
alternatif atas pemecahan masalah terkait kecemasan yang dialami klien. Orang
tua dilibatkan untuk menggendong anak saat inhalasi, memposisikan anak saat
dilakukan postural drainase. Pelibatan orang tua selama tindakan memberikan
ketenangan bagi anak. Hal ini ditandai dengan tangisan anak yang mereda dan
bahkan berhenti menangis. Sesuai dengan konsep Family Centered Care yang
menyatakan bahwa kolaborasi antara tenaga kesehatan dan unit keluarga sangat
penting dilakukan dalam usaha peningkatan derajat kesehatan klien (Bowden &
Greenberg, 2012).
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
BAB 5
PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari pelaksanaan asuhan keperawatan yang
telah dilakukan pada anak dengan bronkopneumonia. Kesimpulan menjelaskan
mengenai hasil dan analisis asuhan keperawatan dengan merujuk pada tujuan
tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah ini. Saran ditujukan kepada pihak-pihak
yang berkaitan dengan intervensi yang telah dilakukan, seperti institusi
pendidikan keperawatan dan institusi pelayanan kesehatan.
5.1 Kesimpulan
Pneumonia selalu menduduki peringkat atas penyebab kematian bayi dan anak
balita di Indonesia dari tahun ke tahun. Pneumonia juga selalu berada pada daftar
10 penyakit terbesar setiap tahunnya di fasilitas kesehatan. Penyakit
bronkopneumonia juga merupakan kasus yang banyak terjadi di Lantai III Selatan
RSUP Fatmawati. Hal ini ditandai dengan jumlah kasus anak dengan penyakit
bronkopneumonia mencapai 32 pasien dalam 3 bulan terakhir.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan insiden pneumonia adalah pendidikan ibu,
status ekonomi yang rendah, umur anak, dan kepadatan penduduk. Tinggal di
lingkungan padat penduduk, ayah yang merokok di lingkungan rumah, ibu
memberikan ASI hanya selama 1,5 bulan, status gizi anak yang kurang
merupakan faktor risiko anak NA terkena bronkopneumonia yang menyebabkan
bersihan jalan napasnya menjadi tidak efektif.
35 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
36
Fisioterapi dada pada anak dengan penyakit sistem pernapasan memiliki tujuan
utama yaitu untuk memfasilitasi pengeluaran sekret yang menyumbat jalan napas,
menurunkan tahanan jalan napas, meningkatkan pertukaran gas, dan menurunkan
usaha napas. Tindakan ini telah diaplikasikan oleh penulis pada nak NA dengan
bronkopneumonia sebagai pasien kelolaan utama. Tindakan ini menghasilkan
peningkatan status pernapasan anak NA yang dibuktikan dengan hasil scoring
WCSSS yang menurun.
5.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan kesimpulan terkait hasil pemberian
asuhan keperawatan anak dengan bronkopneumonia sebagai berikut:
5.2.1 Institusi Pendidikan Keperawatan
Institusi pendidikan keperawatan agar dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam pemberian asuhan keperawatan anak dengan pneumonia terkait
fisioterapi dada sebagai terapi non farmalokogi untuk masalah bersihan jalan
napas tidak efektif.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2003). Pengaruh pemerian ASI terhadap kasus ISPA pada bayi umur
0-4 bulan. Tesis Magister pada Program Pascasarjana, Kesehatan
Masyarakat, Field Epidemiology Training Program. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
Anderson, E & McFarlane, J. (2006). Buku ajar keperawatan komunitas: teori
dan praktik. Alih bahasa: Agus Sutarna. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Behrman, R., Kliegman, R., & Jenson, H. (2003). Nelson textbook of pediatrics.
17th Ed. Philadelphia: WB Saunders.
Bowden, V., & Greenberg,C. (2012). Pediatric nursing procedures. Philadelphia:
Lippincott Williams & Wilkins.
Buckley, L. & Schub, T. (2010). Pneumonia in children. http://www.
ebsco/cinahl/. Diakses pada tanggal 16 Juni 2014.
Cartens, J. (2010). Evidence summaries: Chest physiotherapy clinical
information. Joanna Briggs Institute.
http://www.search.proquest.com/docview/1906699244?accountid:17242.
Chang, E., & Elliott, D. (2009). Patofisiologi aplikasi pada praktik keperawatan.
Jakarta: EGC.
Children’s Health Care of Atlanta. (2009). Chest physiotherapy clinical
information. Joanna Briggs Institute.
http://www.search.proquest.com/docview/190699244?accountid:17242.
Diakses pada tanggal 16 Juni 2014.
Chin, H., & Seng, Q. (2004). Reliability and validity of the respiratory acore in
the assessment of acute bronchiolitis. Malaysian Journal of Medical
Science. 11(2), 34-40.
Corwin, E. (2009). Buku saku: Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.
DepKes RI. (2004). Pedoman pemebrantasan penyakit infeksi saluran
pernapasan akut untuk penanggulangan pneumonia pada balita. Jakarta:
DepKes RI.
37 Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
38
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
39
Nair H, et al. (2010). Global burden of acute lower respiratory infections due to
respiratory syncytial virus in young children: A systematic review and meta-
analysis. The Lancet.
Nelson. (2009). Comparative impact assessment of child pneumonia. World
Health Organization. 87: 472-480.
Nies, M. A., & McEwen, M. (2007). Community/ public health nursing:
Promoting the health of population. Missouri: Saunders Elsevier
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. (2003). Pneumonia komuniti: Pedoman
diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia.
http://www.klikpdpi.com/konsensus/konsensus-
pneumoniakom/pnkomuniti.pdf. diakses pada 21 Juni 2014.
Postiaux et al. (2011). Evaluation of an alternative chest physiotherapy method in
infants with respiratory syncytial virus bronchiolitis. Respiratory Care. 56
(7), 989-994.
Potter, P., & Perry A. (2006). Clinical nursing skills & techniques. St. Louis:
Elsevier Mosby.
Potter, P., & Perry. A. (2009). Fundamental of nursing: Concepts, process and
practice. Edisi 4. Alih bahasa: Renata, et.al. Jakarta: EGC.
Price, S & Wilson, L. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Said, M. (2010). Pengendalian pneumonia anak alita dalam rangka pencapaian
MDGs 4. Buletin Jendela Epidemiologi. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Smeltzer, Bare.2001. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol 1. Jakarta :
EGC.
Sunyataningkamto. (2004). The role of indoor air pollution and other factors in
the incidence of pneumonia in under-five children. Paediatrica
Indonesiana. 44, 25-29.
WHO. (2009). Buku saku: Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit. Alih bahasa
tim adaptasi Indonesia. Jakarta: WHO
WHO. (2011). Pneumonia.
http://www. who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/index.html. diakses pada 21
Mei 2014.
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
40
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 1
I. IDENTITAS DATA
Nama : An. Nisa A
TTL : Jakarta, 04 Maret 2014
Usia : 2 bulan
Nama Ibu : Anggi A
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan Ibu: SMP
Alamat : JL. M. Saidi No 25, RT 01/06, Petukangan
Agama : Islam
Keterangan:
Laki-laki satu rumah
Perempuan
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 1
V. RIWAYAT SOSIAL
1 Yang mengasuh : orang tua
2 Hubungan dengan keluarga : ibu merupakan orang terdekat
3 Hubungan dengan teman sebaya : klien sering bermain dengan anak yang
seumuran
4 Pembawaan secara umum : klien senang diajak berinteraksi
5 Lingkungan rumah : klien tinggal dengan orangtua di kawasan padat
penduduk. Ayah klien merokok sejak sebelum
menikah
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 1
VER/HER/KHER/RDW
VER 85,0 fl 81,0-121,0
HER 28,0 pg 24,0-36,0
KHER 33,5 g/dl 25,0-37,0
RDW 15,5 % 11,5-14,5
Fungsi Hati
SGOT 52 U/l 0-34
SGPT 20 U/l 0-40
Fungsi Ginjal
Ureum darah 8 mg/dl 0-42
Kreatinin darah 0,2 mg/dl 0,0-0,9
AGD
pH 7,466 7,370-7,440
pCO2 37,0 mmHg 35,0-45,0
PO2 53,3 mmHg 83,0-108,0
BP 750,0 mmHg
HCO3 26,1 mmol/L 21,0-28,0
Saturasi O2 89,7 % 95,0-99,0
BE 2,5 mmol/L -2,5-2,5
Total CO2 27,2 mmol/L 19,0-24,0
Elektrolit
Natrium 133 mmol/L 135-147
Kalium 4,51 mmol/L 3,10-5,10
Klorida 99 mmol/L 95-108
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 1
X. ANALISA DATA
Data Masalah Keperawatan Etiologi
DS: Bersihan jalan napas tidak peningkatan produksi sekret
ibu mengatakan klien batuk efektif
sejak 1 bulan SMRS
DO:
Ronkhi (+/+)
RR 60x/mnt
Infiltrat di kedua paru
(rontgen thoraks)
Batuk efektif (-)
Penggunaan otot bantu
napas
Chest indrawing (+)
DS: Gangguan pertukaran gas perubahan membran alveolar-
ibu mengatakan klien batuk kapiler
sejak 1 bulan SMRS
DO:
pH 7,466 (alkalosis)
PO2 53,3 (rendah)
Saturasi O2 89,7 %
(rendah)
Total CO2 27,2 (tinggi)
DS: Ketidakseimbangan nutrisi: intake yang kurang
Ibu mengatakan ASI kurang dari kebutuhan tubuh
sampai dengan usia 1,5
bulan
Biasanya anak diberikan
susu formula atau hanya air
minum biasa
Tidak rutin menimbang BB
bayi
Ibu mengatakan klien batuk
sejak 1 bulan SMRS
DO:
BB: 3700gr
PB: 55cm
Status nutrisi: gizi
kurang (NCHS 74%)
LLA: 10cm
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 2
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1. Bersihan jalan napas Tujuan: Mandiri
tidak efektif b.d Setelah dilakukan intervensi 3x24 jam Berikan posisi semifowler Memungkinkan ekspansi paru
peningkatan produksi klien dapat mempertahankan lebih maksimal dan mencegah
sekret, inflamasi kepatenan jalan napas aspirasi dan refluks
bronkhial
Kriteria hasil: Lakukan fisioterapi terapi Membantu pengeluaran sputum
- RR dalam rentang normal dada, perkusi, vibrasi.
(<50 kali/mnt)
- Tidak ada penggunaan otot Melakukan penghisapan Pembersihan jalan napas secara
bantu napas (suction) mekanik karena tidak mampu
- Tidak ada suara ronkhi melakukan batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian Memudahkan pengenceran dan
terapi inhalasi pembuangan sekret
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 2
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
kapiler (efek inflamasi) Kriteria hasil: keterlibatan parudan status
TTV normal (N 100-160x/menit, kesehatan umum
RR 40-50x/menit, suhu 36-37,5 0C)
Tidak ada sianosis Observasi warna kulit, membran Sianosis kuku menunjukkan
Tidak ada sesak mukosa, dan kuku, catat adanya vasokontriksi atau respon tubuh
Tidak ada nafas cuping hidung sianosis perifer (kuku) terhadap demam atau menggigil.
Hasil AGD dalam rentang normal Sianosis membran mukosa dna
kulit menunjukkan hipoksemia
sistemik
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 2
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Kolaborasi
Berikan terapi oksigen Untuk mempertahankan PaO2
dan PCO2 dalam batas normal
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 2
Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
Amati dan catat respon anak Untuk menilai toleransi anak
terhadap pemberian makan terhadap susu formula yang
diberikan
Kolaborasi
Berikan diit SF 8x60 cc/hari free Diit sesuai dengan usia bayi
lactose (NGT & feeding drip)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 3
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 3
Ketidakseimbangan Mandiri
nutrisi: kurang dari Menimbang berat S:
kebutuhan tubuh b.d badan anak setiap ibu mengatakan
intake yang kurang hari anak mau minum
Mengauskultasi susu yang diberikan
bunyi usus RS
Mempalpasi
distensi abdomen O:
Melatih keluarga BB 3,7kg; BU (+);
teknik pemberian distensi abdomen (-
susu dengan NGT ); SF 8X60ml/hari;
& feeding drip turgor kulit normal;
untuk membran mukosa
meminimalkan mulut dan bibir
risiko aspirasi lembap; kulit tidak
Mengamati dan pucat
mencatat respon
anak terhadap A:
pemberian makan Masalah belum
Mengedukasi teratasi
keluarga agar
menerapkan diit P:
yang tepat Pantau BB anak,
BU, distensi
Kolaborasi abdomen; lanjutkan
Memberikan diit pemberian SF
SF 8x60 cc/hari 8X60ml/hari
free lactose (NGT
& feeding drip)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 3
P:
Pertahankan posisi
semifowler;
lanjutkan fisioterapi
dada, suction,
inhalasi; pantau
status pernapasan
Ketidakseimbangan Mandiri
nutrisi: kurang dari Menimbang berat S:
kebutuhan tubuh b.d badan anak setiap ibu mengatakan
intake yang kurang hari anak tidak ada mual
Mengauskultasi & muntah
bunyi usus
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 3
Mempalpasi
abdomen O:
Mengamati dan BB 3,75kg; BU (+);
mencatat respon distensi abdomen
anak terhadap (-); turgor kulit
pemberian makan normal; membran
Mengedukasi mukosa mulut dan
keluarga agar bibir kering; kulit
menerapkan diit tidak pucat
yang tepat
A:
Masalah belum
teratasi
P:
Pantau BB anak,
BU, distensi
abdomen; lanjutkan
pemberian SF
8X60ml/hari
Kolaborasi P:
Memberikan terapi Klien boleh pulang;
inhalasi edukasi keluarga
(ventolin+NaCl) kapan kembali
segera (kondisi anak
memburuk)
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 3
bernafas
Mengobservasi O:
adanya sianosis, RR 47x/menit;
status mental, Chest indrawing (-);
frekuensi penggunaan otot
jantung/irama, bantu napas (-):
suhu tubuh sianosis (-); cuping
Meningkatkan hidung (-); Nadi
istirahat dan tidur 110x/menit; Suhu
dengan 36,5oC
menjadwalkan
aktivitas dan A:
periode istirahat Masalah teratasi
yang tepat
Memposisikan P:
anak semifowler Klien boleh pulang;
untuk edukasi keluarga
mendapatkan kapan kembali
ventilasi yang segera (kondisi anak
maksimal. memburuk)
Ketidakseimbangan Mandiri
nutrisi: kurang dari Menimbang berat S:
kebutuhan tubuh b.d badan anak setiap Ibu mengatakan
intake yang kurang hari anak selalu habis
Mengauskultasi jika diberi minum
bunyi usus susu
Mempalpasi
distensi abdomen O:
Memodifikasi BB 3,75kg; BU (+);
teknik pemberian distensi abdomen (-
susu dengan ); SF 8X60ml/hari;
memeluk anak turgor kulit normal;
dalam posisi tegak membran mukosa
(duduk) untuk mulut dan bibir
meminimalkan lembap; kulit tidak
risiko aspirasi pucat
Mengamati dan
mencatat respon A:
anak terhadap Masalah belum
pemberian makan teratasi
Mengedukasi
keluarga agar P:
menerapkan diit Klien boleh pulang;
yang tepat edukasi keluarga
terkait BB normal
Kolaborasi anak, diit yang
Memberikan diit sesuai, rutin
SF 8x60 cc/hari menimbang BB
free lactose (oral) anak
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 4
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014
Lampiran 5
WEB OF CAUSATION
Peningkatan
suhu tubuh Resolusi
8-11 hari Hepatisasi kelabu (3-8 Gangguan pertukaran gas
hari) Konsolidasi paru
Metabolisme Kurangnya
Compliance paru menurun Fisioterapi dada
meningkat asupan
BIODATA PENELITI
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Rr. Shintya Dewi Paramanindi, FIK UI, 2014