a. Syarat Materiil Badan Hukum Menurut doktrin, syarat-syarat materiil
yang harus dipenuhi suatu badan agar dapat dikatakan sebagai badan hukum adalah:
1) Adanya Harta Kekayaan yang Terpisah
Yang dimaksud dengan harta kekayaan yang terpisah adalah badan
hukum memiliki harta kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan anggotanya. Harta kekayaan dari badan hukum diperoleh dari para anggotanya atau dapat pula merupakan perbuatan pemisahan yang dilakukan seseorang untuk suatu tujuan tertentu. Adanya harta kekayaan ini dimaksudkan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari badan hukum yang bersangkutan. Harta kekayaan ini, meskipun berasal dari pemasukan anggota- anggotanya, namun terpisah dengan harta kekayaan milik pribadi anggotanya, perbuatan pribadi dari anggota-anggotanya tidak mengikat harta kekayaan tersebut, begitu pula perbuatan badan hukum yang diwakili pengurusnya, tidak akan mengikat harta kekayaan dari anggota-anggotanya.
2) Mempunyai Tujuan Tertentu
Yang dimaksud dengan tujuan tertentu dari sebuah badan hukum,
dapat berupa tujuan idiil, maupun tujuan komersil yang merupakan tujuan tersendiri dari badan hukum tersebut, dan bukan merupakan tujuan tertentu dari seorang atau beberapa orang anggotanya. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan sendiri oleh badan hukum dengan diwakili oleh organnya. Tujuan yang hendak dicapai oleh badan hukum tersebut akan dirumuskan dalam anggaran dasar dari badan hukum tersebut.
3) Mempunyai Kepentinga Sendiri
Dalam mencapai tujuannya, badan hukum mempunyai kepentingan
sendiri yang dilindungi oleh hukum. Kepentingan-kepentingan tersebut merupakan hak-hak subyektif, sebagai akibat dari peristiwa-peristiwa hukum. Oleh karena itu, badan hukum mempunyai kepentingan sendiri dan dapat menuntut serta mempertahankannya terhadap pihak ketiga dalam pergaulan hukumnya. Kepentingan sendiri dari badan hukum ini harus stabil, artinya tidak terikat pada suatu jangka waktu yang pendek, tetapi untuk suatu jangka waktu yang panjang.
4) Ada organisasi yang Teratur
Badan hukum adalah suatu konstruksi yuridis, sebagai subyek
hukum selain seorang manusia. Oleh karena itu, badan hukum dalam melakukan perbuatan hukum harus melalui perantaraan organnya yang terdiri dari manusia. Bagaimana tata cara organ badan hukum yang terdiri dari manusia itu bertindak mewakili badan hukum, bagaimana organ itu dipilih, diganti, dan sebagainya, diatur dalam anggaran dasar dan peraturan-peraturan lain atau keputusan rapat anggota yang akan menentukan tugas masing-masing dari anggota organ tersebut sehingga dapat mewakili seluruh kepentingan dari badan hukum tersebut.
b. Syarat Formal Badan Hukum Selain syarat materiil, maka syarat
formal pun harus dipenuhi agar suatu badan usaha memenuhi syarat sebagai badan hukum. Pada umumnya, syarat formal tersebut berdasarkan formalitas tertentu, misalnya untuk Perseroan Terbatas: pendirian Perseroan Terbatas dilakukan oleh minimal 2 (dua) orang yang membentuk Akta Pendirian yang dibuat oleh notaris dalam bahasa Indonesia, selanjutnya Akta pendirian tersebut harus mendapatkan pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, selanjutnya didaftarkan di Kantor Wilayah Perdagangan setempat, kemudian diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia. 2. Akibat hukum jika setelah PT didirikan dan disahkan sebagai badan hukum kemudian pemegang sahamnya menjadi kurang dari 2 oarang
Jika B, sebagai pemegang saham Perseroan Terbatas (“PT”),
meninggal dunia. Jika B meninggal dunia, maka yang akan menjadi pemegang saham adalah para ahli waris dari B. Pasal 833 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata (“KUHPer”) mengatakan bahwa ahli waris dengan sendirinya karena hukum memperoleh hak milik atas segala barang, segala hak, dan segala piutang si meninggal. Lebih lanjut, dalam hal terjadi pewarisan saham PT, menurut Pasal 56 ayat (3) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (“UUPT”), Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham, tanggal, dan hari pemindahan hak tersebut dalam daftar pemegang saham atau daftar khusus dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak. Menurut penjelasan pasal tersebut, yang dimaksud dengan “memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri” adalah termasuk juga perubahan susunan pemegang saham yang disebabkan karena warisan, pengambilalihan, atau pemisahan. Terkait dengan saham sebagai objek waris, Irma Devita Purnamasaridalam bukunya Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah Hukum Waris (hal. 132) mengatakan bahwa jika saham perseroan terbatas dimiliki oleh lebih dari satu orang (misalnya karena pewarisan), maka harus ditunjuk salah satu dari mereka untuk mewakili pemegang saham. Hal ini karena Pasal 52 ayat (5) UUPT berbunyi: “Dalam hal 1 (satu) saham dimiliki oleh lebih dari 1 (satu) orang, hak yang timbul dari saham tersebut digunakan dengan cara menunjuk 1 (satu) orang sebagai wakil bersama.” Jika penjualan saham kepada pihak lain, maka Anda harus melihat kembali ketentuan dalam anggaran dasar PT tersebut, apakah ada kewajiban untuk menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham yang telah ada sebagaimana diatur dalam Pasal 57 UUPT: (1) Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham, yaitu: a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya; b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ Perseroan; dan/atau c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal pemindahan hak atas saham disebabkan peralihan hak karena hukum, kecuali keharusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c berkenaan dengan kewarisan. Kemudian setelah pemindahan hak atas saham dilakukan, maka sebagaimana telah dijelaskan di atas, Direksi wajib mencatat pemindahan hak atas saham dan memberitahukan perubahan susunan pemegang saham kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar Perseroan paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencatatan pemindahan hak (Pasal 56 ayat (3) UUPT). Akan tetapi jika pengunduran diri tersebut dilakukan dengan menjual saham kepada pemegang saham lainnya yaitu si A, yang mengakibatkan A sebagai satu-satunya pemegang saham dalam PT, maka dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut pemegang saham yang bersangkutan wajib mengalihkan sebagian sahamnya kepada orang lain atau Perseroan mengeluarkan saham baru kepada orang lain (Pasal 7 ayat (5) UUPT). Dalam hal jangka waktu 6 (enam) bulan tersebut telah dilampaui, pemegang saham tetap kurang dari 2 (dua) orang, pemegang saham bertanggung jawab secara pribadi atas segala perikatan dan kerugian Perseroan, dan atas permohonan pihak yang berkepentingan, pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan tersebut (Pasal 7 ayat (6) UUPT).