Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FARMASI

“TITRASI ASAM BASA”

Disusun oleh
Nama : ECHA ALDA MELINIA
Nis : 4332
Kelas : XI FARMASI
Kelompok : 2 (DUA)

LABORATORIUM KIMIA FARMASI


SMK MUHAMMADIYAH PAGARALAM
2015-2016
HALAMAN PENGESAHAN
“TITRASI ASAM BASA”

Nama : ECHA ALDA MELINIA


Nis : 4332
Kelas : XI FARMASI
Kelompok: 2(DUA)

Pagaralam, 2016
Kepala Laboraturium Praktikan,

APRIANSYAH, S.Si ECHA ALDA MELINIA

Mengetahui,
Kepala Jurusan Farmasi

YENIARTI S.farm Apt


I. TITRASI ASAM BASA

II. Tujuan Praktikum


Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetauhi cara melakukan titrasi asam basa dan
dapat mengetauhi apa itu tirasi, titik ekuivalen dan titik akhir dari titrasi.

III . Dasar Teori


Titrasi yaitu metode yang baik untuk menentukan konsentrasi larutan yang telah
diketahui standarnya, maka dapat ditentukan konsentrasi larutan yang dititrasikan. Analisa
titrasi asam basa atau volumetri adalah analisa kuantitatif dimana kadar komponen dari zat uji
ditetapkan berdasarkan volume pereaksi (konsentrasi diketahui) yang ditambahkan kedalam
larutan zat uji hingga komponen yang akan di tetapkan bereaksi secara kuantitatif dengan
pereaksi tersebut. Proses ini sering disebut dengan “TITRASI” dan analisis volumetri dikenal
juga dengan sebutan “ANALISIS TITRIMETRI”.
Suatu pereaksi dapat di gunakan sebagasi dasar analisis titrimetri apabila memenuhi
syarat – syaratr berikut reaksi harus berlangsung sesuai persamaan reaksi kimia tertentu, harus
tidak ada reaksi sampingan, reaksi harus berlangsung sampai benar – benar lengkap pada titik
ekivalen, suatu indikator harus ada menunjukan titik ekivalen, reaksi yang berlangsung cepat
sehingga titrasi dapat di lakukan dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
Pereaksi yang di gunakan di namakan titran dan larutannya di namakan larutan titer atau
larutan beku. Kosentrasi larutan ini dapat dihitung berdasarkan berat beku di timbang secara
seksama atau dengan penetapan yang di kenal dengan standarisasi atau pembakuan.
Larutan standar baku dibagi menjadi standar primer dan standar skunder. Kedua jenis
larutan standar (beku) ini dapat digunakan untuk menganalisis suatu larutan senyawa.
Beberapa jenis reaksi dapat digunakan untuk titrasi yaitu pengendapan reaksi oksidasi-reduksi,
reaksi asam-basa dan reaksi pembentukan kompleks. Metode titrimetri dapat diklasifikasikan
menurut beberapa metode bergantung dari aspek yang ditonjolkan dari titrasi tersebut,yaitu
berdasarkan macam jenistitrasi asam basa, titrasi redoks, titrasi pengendapan, titrasi
kompleksometri. Berdasarkan titran yang dipakai asidimetri, alkalimetri, idiometri, nitrimetri,
dan permanganometri. Berdasarkan konsentrasi dari komponen zat uji; titrasi makro, titrasi
semi mikro, dan titrasi mikro. Berdasarkan cara penetapan titik akhir titrasi; titrasi visual,
titrasi elektrometri, titrasi fotometri.
selain hal diatas , berdasarkan pelarut yang digunakan dikenal titrasi bebas air (titrasi non
aqua). Sedangkan teknis pelaksanaanya dikenal pola titrasi balance. Pada kenyataannya, jika
suatu titer dari zat yang kemurniannya tidak pasti, maka konsentrasi larutannya yang didapat
belum dapat dikatakan pasti
Pembakuan selanjutnya diulang secara berkala selama penyimpanan. Pembakuan ini
menggunakan alat baku yang disebut sebagai baku primer. Selain hal itu juga, pembakuan
dapat dilakukan dengan cara menggunakan larutan yang sudah dibakukan.
Yang dimaksud dengan baku primer adalah larutan yang konsentrasinya dapat diketahui
dengan cara menimbang zat secara saksama. Baku primer harus memenuhi syarat-syarat
berikut mudah di dapat, mudah ditangani, tidak higroskopis (dipengaruhi udara), mempunyai
bobot ekuivalen yang tinggi, murni atau mudah dimurnikan dan kemurniannya diketahui,
reaksi dengan zat yang dibakukan harus stoikiometri sehingga dapat dicapai dasar
perhitungan.
Perubahan larutan pada titik ekuivalen tidak jelas pada kebanyakan titrasi asam basa.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakan indikator, yaitu suatu senyawa organik asam
atau basa lemah yang mempunyai warna molekul (warna asam) berbeda dengan warna ion
(warna basa), dimana indikator ini memperlihatkan perubahan warna pada pH tertentu. Secara
umum, untuk titrasi asam basa, indikator yang digunakan adalah indikator fenolftalaen, yang
mempunyai trayek 8,3-10,5 dimana senyawa ini tidak bewarna pada larutan asam dan bewarna
merah jambu pada larutan basa.
Pada percobaan ini akan dilakukan titrasi asam basa. Titrasi asam basa adalah penetapan
kadar suatu zat berdasarkan reaksi asam basa bila sebagai titran digunakan larutan baku asam,
maka penetapan tersebut dinamakan adisimetri. Dan sebaliknya, jika larutan basa sebagai
titrandisebut alkalimetri.
Secara ringkas, reaksi asam basa atau netralisasi disebabkan oleh proton (H+) dari asam yang
bereaksi dengan OH- dari basa. Reaksi yang terjadi adalah:H+(aq) + OH-(aq) à H2O(aq)
Beberapa teori asam basa; teori Arhenius “asam basa adalah suatu zat yang bila
dilarutkan ke dalam air berdisosiasi menghasilkan ion hydrogen sebagai ion positif, dan ion
negatifnya adalah ion hidroksi”. Teori bronsted lowry menyatakan asam adalah suatu zat yang
cenderung melepas proton, sedangkan basa adalah zat yang menerima proton. Teori Lewis
“asam merupakan akseptor electron sedangkan basa merupakan donor electron”. (Keenan.
1979.Kimia Untuk Universitas. Halaman: 414)
Campuran asam dengan basa, reaksi asam dengan basa di sebut reaksi penetralan.
Namun demikian campuran ekivalen asam dengan basa kuat saja. Sedangkan campuran asam
basa yang melibatkan asam atau basa lemah. Reaksi antara asam kuat dengan basa kuat dapat
di tuliskan sebagai reaksi ion H+ dengan ion OH-. Dalam hal ini, ion H+ mewakili asam,
sedangkan ion OH- mewakili basa. pH larutan pada saat asam dan basa tepat habis bereaksi
adalah 7 netral. Untuk menunjukan titik ekivalen dapat digunakan indikator metal merah
bromtimol biru atau fenolftalaen. Indikator-indikator itu mengalami perubahan warna disekitar
titik ekivalen. Oleh karena itu perubahan warna indikator fenelftalaen lebih tajam (lebih
mudah diamati), maka indikator fenolftalaen lebih sering digunakan. (Mitchael Purba. 2006.
Kimia. Halaman: 84)
Prinsip titrasi asam basa, titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer
maupun titran. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan
dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titran ditambahkan titer sedikit demi
sedikit sampai mencapai keadaan ekivalen (artinya secara stoikiometri titran dan titer tepat
habis bereaksi). Keadaan ini disebut titik ekuivalen.
Dalam metode titrasi asam basa larutan uji, atau larutan standar ditambahkan secara
eksternal, biasanya dari dalam buret bentuk larutan standar ini ditentukan sampai telah dicapai
kesetaraan secara kimia dengan larutan sekunder yang telah diuji. Untuk mengetahui kapan
penambahan larutan standar itu harus dihentikan, digunakan suatu zat yang berupa indikator.
Analisa perhitungan molaritas larutan dilakukan pada saat sudah terjadi kesetaraan dan proses
penetesan larutan penguji dihentikan.
Tidak semua pereaksi dapat digunakan sebagai titran, untuk itu pereaksi harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut berlangsung sempurna, tunggal dan menurut persamaan yang
jelas ( dasar teoritis), cepat dan irreversible, ada petunjuk akhir titrasi (indikator), larutan baku
direaksikan dengan alat harus mudah didapat dan sederhana menggunakannya, juga harus
stabil sehingga konsentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan. (Ady Mara. 2010.
Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Halaman: 21)

IV. Tugas Pendahuluan


1. Pertanyaan :
Apa yang dimaksud dengan titrasi ?
Jawab : yaitu metode yang baik untuk menentukan konsentrasi larutan yang telah
diketahui standarnya, maka dapat ditentukan konsentrasi larutan yang dititrasikan

2. Pertanyaan :
Apa yang dimaksud dengan titrasi asam basa ?
Jawab : adalah penetapan kadar suatu zat berdasarkan reaksi asam basa bila sebagai
titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut dinamakan
adisimetri

3. Pertanyaan :
Sebutkan beberapa jenis reaksi dapat digunakan untuk titrasi?
Jawab : yaitu pengendapan reaksi oksidasi-reduksi, reaksi asam-basa dan reaksi
pembentukan kompleks.

4. Pertanyaan :
Apa yang dimaksud dengan alkalimetri?
Jawab : jika larutan basa sebagai titrandisebut alkalimetri.

5. Pertanyaan :
Apa yang dimaksud dengan asidimetri ?
Jawab : bila sebagai titran digunakan larutan baku asam, maka penetapan tersebut
dinamakan adisimetri

V. Alat
 Pipet tetes
 Pipet volume
 Buret dan statif
 Erlemeyer
 Beker glass

Bahan
 Akuades
 Asam cuka
 NaOH
 Indikator pp

VI. Prosedur percobaan

Erlemeyer
Diambil

Masukkan larutan
pekat asam cuka
menggunakan pipet
volume
Diukur
sesuai prosedur yang
diminta,larutan
tersebut
Dimasukkan

Kedalam erlemeyer,
kemudian
Dimasukkan

Indikator pp 2-3 tetes


lalu aduk
Disisihkan

Diatas meja, dan tutup


dengan tisu
Diambil

Larutan NaOH
Dimasukkan

Kedalam bekerglass,
lalu larutan yang
didalam bekerglass
Dimasukkan

Kedalam buret yang


telah terpasang dengan
statif
Diukur

Sampai tepat sesuai


tengan tahap
pengerjaan untuk alat
tersebut
Dititrasi

Menggunakan larutan
asam cuka yang telah
berada di erlemeyer,
dengan cara
dimasukkan

larutan NaOH dengan


setetes demi setetes
Dikocok

Sampai tetesan
menemukan titik
ekuivalen dan sampai
titik akhir.
Ditemukan

Titik akhir ekuivalen


sebesar 39,2

VII. Data hasil pengamatan


 Pipetlah larutan sampel sebanyak 5ml, kemudian masukkan kedalam erlemeyer.
Tambahkan 2-3 tetes indikator pp. Dan titrasilah menggunakan NaOH hingga
titik akhir titrasi. Hitunglah hasil titrasi?
Penyelesaian
Dik : V1 = 5 ml
M2 = 1M
V2 = 39,2 ml
Dit : M1 ........ ?
Jawab :
V1 x M1 = V2 x M2
5ml x M1 = 39,2ml x 1M
5ml x M1 = 39,2 ml/M
39,2 ml/M
M1 = -----------
5ml
M1 = 7,84 M

VIII. Pembahasan
Dalam praktikum ini saya mempraktikumkan tentang percobaan titrasi asam
basa, sebelum saya mempraktikumkan tentang titrasi asam basa ini saya terlebih
dahulu untuk mengenal apa itu titrasi, tertanyata titrasi adalah suatu metode yang
digunakan untuk menentukan suatu kosentrasi maupun dari asam basa, setelah saya
mengetauhi penjelasan titrasi saya mempraktikumkan dengan harus telitih dan
tepat.
Pertama- tama saya mengambil erlemeyer yang bersih lalu saya masukkan
asam asetat dengan menggunakan pipet volume dengan bobot 5 ml, lalu saya beri
indikator pp 2-3, zat ini sebagai bahan pemicu dengan pH 8,3-10,5 yang bersifat
basa, asam asetat tersebutt dalam titrasi sebagai titran yaitu senyawa yang belum di
ketauhi kosentrasinya. Setelah saya menambahkan phenolpetalain saya sisihkan
erlemeyer tersebut yang telah diisi dengan asam asetat, kemudian saya tutup supaya
zat ya tidak menguap.
Kedua saya membersihkan buret dengan akuadest karena akuades bersifat
netral, lalu saya pasang buret dengan statif, kemudian saya masukkan larutan
NaOH kedalam bekerglas kemudian larutan tersebut saya masukkan kedalam buret
yang berukuran 50ml, setelah saya memasukkan larutan saya membuka kran buret
dengan ditadahkan pada erlemeyer yang di isi NaOH supaya pada ujung runcip dari
buret terisi, NaOH ini dalam titrasi didebut sebagai titer yakni senyawa yang
diketauhi kosentrasi dengan kosentrasi 1 M. Dalam memasukkan natrium
hidroksida dipinggir buret harus menggunakan tisu di didinding buret, supaya
dinding dari buret tidak basa.
Pada saat menetes natrium hidroksida kedalam erlemeyer kalau saya tangan
kanan untuk memegang erlemeyer dan tangan kiri pintar untuk menggunakan kran
supaya keluar dengan tetesan. Tak lama saya melihat dalam titrasi saya adanya
berwarna pink kenudian jika saya kocok berupa pada warna semula ternyata itu
bernama titik ekuivalen, pada titrasi itu saya menemukan titik ekuivalen dengan
menghabiskan natrium hidroksida sebanyak 13,9ml. Kemudian sudah lama saya
sering menemukan titik ekuivalen tiba-tiba pada saat titik ke bobot yang 39,2ml
tetesan natrium hidroksida masuk ke dalam erlemeyer tercampur dengan larutan
asam asetat kemudian berwarna ping dan tangan kiri saya menghentikan kran buret
secara bersaman mengkocok erlemeyer tak disangka warna tersebut tidak berubah
ke tempat semula, berarti saya telah mendapatkan titik akhir titrasi.
Demikian dalam praktikum ini pak pun menjelaskan bahwa jika kita
mendapatkan titik akhir titrasi kelebihat setetes maka titrasi tersebut tidak berhasil.
Maka harus telitih.
IX. Kesimpulan
1. Dalam titrasi zat yang belum diketauhi kosentrasinya harus dalam alat erlemeyer
dalam titrasi ini titranya adalah asam cuka
2. Sebagai titer dalam titrasi adalah NaOH karena telah diketauhi kosentrasinya
3. Zat pemicu dalam titrasi adalah indikator pp ( phenolptalein) dengan Ph 8,3
sampai 10,5 2-3 tetes
4. Dalam titrasi ada yang namanya akhir titrasi dan titik ekuivalen
5. Dalam praktikum menggunakan perlengkapan yang lengkap jika terjadi
kecelakaan dalam praktikum bisa diatasi

X. Daftar pustaka
www.seorangpelajar, 2015/10. Dasar teori laporan praktikum titrasi asam basa,
jakarta: universitas indonesia
XI. LAMPIRAN

Buret Statif

Pipet Tetes Pipet Volume Karet Bulb

Gelas Ukur Erlenmeyer


XII. MSDS (Asam Klorida)
Sifat Fisika Dan Kimia
Keadaan fisik dan penampilan : Cairan.
Bau : Pedas. Iritasi (Strong.)
Warna : Tak berwarna menyala kuning.
pH (1% soln / air) : Asam.
Titik Didih :108.58 C @ 760 mmHg (untuk 20,22% HCl
dalam air) 83 C @ 760 mmHg (untuk 31% HCl
dalam air) 50,5 C (untuk 37% HCl dalam air)
Melting Point : -62,25 ° C (-80 ° F) (20,69% HCl dalam air) -
46,2 C (31,24% HCl dalam air) -25,4 C
(39,17% HCl dalam air)
Spesifik Gravity : 1,1-1,19 (Air = 1) 1.10 (20% dan 22% HCl
solusi) 1,12 (24% HCl solusi) 1,15 (29,57%
HCl solusi) 1,16 (32% HCl solusi) 1,19 (37%
dan 38% HCl solusi)
Tekanan Uap : 16 kPa (@ 20 ° C) rata-rata
Kepadatan uap : 1,267 (Air = 1)
Bau Threshold : 0,25 sampai 10 ppm
Properti Dispersi : Lihat kelarutan dalam air, dietil eter.
Kelarutan : Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter.
Stabilitas : Produk ini stabil.
Kondisi Ketidakstabilan :Bahan yang tidak kompatibel, air
Ketidakcocokan dengan berbagai zat: Sangat
reaktif dengan logam. Reaktif dengan agen
oksidasi, bahan organik, alkali, air.
Korosivitas : Sangat korosif di hadapan aluminium, tembaga,
stainless steel (304), dari stainless steel (316).
Non-korosif terhadap kaca.
Keterangan khusus tentang Reaktivitas: Bereaksi dengan air terutama ketika air
ditambahkan ke produk. Penyerapan gas
hidrogen klorida pada merkuri sulfat
menjadi kekerasan @ 125 deg. Natrium
C. bereaksi sangat hebat dengan
hidrogen klorida gas. Kalsium fosfida
dan asam klorida mengalami reaksi yang
sangat energik. Bereaksi dengan oksidasi
melepaskan gas klorin. Tidak kompatibel
dengan, alkali logam, karbida, borida,
oksida logam, vinil asetat, acetylides,
sulfida, phosphides, sianida, karbonat.
Bereaksi dengan kebanyakan logam
untuk menghasilkan gas Hidrogen
mudah terbakar. Bereaksi hebat (reaksi
moderat dengan panas evolusi) dengan
air air terutama ketika ditambahkan ke
produk. Isolat hidrogen klorida dari
panas, sinar matahari langsung, alkali
(bereaksi keras), bahan organik, dan
oksidasi (terutama asam nitrat dan
klorat), amina, logam, tembaga dan
paduan (misalnya kuningan), hidroksida,
seng (bahan galvanis), lithium silisida
(lampu pijar), asam sulfat (peningkatan
suhu dan tekanan) gas hidrogen klorida
dipancarkan bila produk berada dalam
kontak dengan asam sulfat. Adsorpsi
klorida Asam ke hasil silikon dioksida
dalam reaksi exothmeric. Hidrogen
klorida menyebabkan aldehid dan
epoksida untuk polimerisasi keras.
Hidrogen klorida atau asam klorida dalam kontak dengan folloiwng dapat
menyebabkan ledakan atau kunci kontak
pada kontak atau Keterangan khusus
pada korosivitas: Sangat korosif. Tidak
kompatibel dengan paduan tembaga dan
tembaga. Hal ini menyerang hampir
semua logam (merkuri, emas, platinium,
tantalum, perak, dan beberapa paduan
pengecualian). Ini adalah salah satu yang
paling korosif dari asam nonoxidizing
kontak dengan paduan tembaga. Tidak
ada data korosivitas pada seng, baja.
Parah Korosif efek pada kuningan dan
perunggu.
Polimerisasi : Tidak akan terjadi.

PENANGANAN :
Kontak Mata : Periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak.
Dalam kasus terjadi kontak, segera siram mata
dengan banyak air sekurang-kurangnya 15
menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan
perawatan medis dengan segera.
Kontak Kulit : Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit
dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit
dengan mengeluarkan pakaian yang
terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang
teriritasi dengan yg sesuatu melunakkan. Air
dingin mungkin dapat digunakan pakaian.cuci
sebelum digunakan kembali. benar-benar bersih
sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan
perawatan medis dengan segera.
Kulit Serius : Cuci dengan sabun desinfektan dan menutupi
kulit terkontaminasi dengan krim anti-bakteri.
Mencari medis segera
Inhalasi : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika
tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika
sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan
segera perhatian medis.
Serius Terhirup : Evakuasi korban ke daerah yang aman
secepatnya. Longgarkan pakaian yang ketat
seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat
pinggang. jika sulit bernapas, beri oksigen.
Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan
dari mulut ke mulut.
PERINGATAN:
Ini mungkin berbahaya bagi orang yang memberikan bantuan lewat mulut
ke mulut (resusitasi) bila bahan dihirup adalah racun, infeksi atau korosif. Cari
bantuan medis segera.

TERTELAN:
Jangan mengusahakan muntah kecuali bila diarahkan berbuat demikian
oleh personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada
korban yang sadar. Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat
pinggang atau ikat pinggang. Dapatkan bantuan medis jika gejala muncul.

Anda mungkin juga menyukai