Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Penyakit Kronis Pada Anak”

OLEH :
AKMAL HIDAYAT
70300116023
KEPERAWATAN A

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat


rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Keperawatan Anak II ”Penyakit Kronis pada Anak” walaupun kami
mendapatkan beberapa hambatan dalam menyelesaikan makalah ini
dukungan dari Dosen pembimbing dan teman-teman sehingga, makalah
yang kami buat ini selesai dengan tepat waktu.

Kami menyadari akan ketidak sempurnaan makalah ini, oleh


karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah kami.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak


yang mendukung dan memungkinkan makalah ini bisa diselesaikan.
Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menjadi referensi yang
mendukung bagi pembaca terkhususnya bagi kami.

Makassar, September 2018

PENULIS
DAFTAR ISI

SAMPUL..............................................................................................

KATA PENGANTAR...........................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................
C. Tujuan.............................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian Penyakit Kronis Pada Anak........................................


2. Trend Keberadaan Anak Dengan Penyakit Kronis Di Dunia Dan Di
Indonesia.......................................................................................
3. Dampak Keberadaan Anak Dengan Penyakit Kronis Terhadap Anak,
Orang Tua, Sibling Dan Dampak Lainnya.....................................
4. Manajemen Asuhan Keperawatan Yang Tepat Diberikan Pada Anak
Dengan Penyakit Kronis................................................................

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN......................................................................................

SARAN………..……………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA............................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi
fungsi sehari-hari dalam waktu lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang
menyebabkan hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam setahun, atau
(pada saat didiagnosis) cendrung melakukan hospitalisasi. Penyakit
kronis memiliki durasi yang telah berlangsung atau diperkirakan
berlangsung setidaknya 6 bulan, memiliki pola kekambuhan,
prognosis buruk, dan berdampak pada kualitas hidup individu.
Penyakit kronis pada anak sangat mempengaruhi kualitas hidup
dan perkembangan anak. Anak dengan penyakit kronis akan lebih
sering mengalami hospitalisasi, pengobatan dan kunjungan untuk
pemeriksaan kesehatan dengan paramedis. Ada banyak penyakit
kronis yang terjadi pada anak usia sekolah, seperti: gagal jantung
bawaan, diabetes, short bowel syndrome, hemofilia, thalassemia,
defisiensi imun, penyakit ginjal, cerebral palsy, tumor otak, demam
rematik, leukimia dan asma (Wong, 2013).
Anak usia sekolah merupakan periode kehidupan antara usia 6-12
tahun memiliki berbagai macam label, dimana masing-masing label
menggambarkan karakter penting pada setiap periode. Pertengahan
tahun antara 6-12 tahun sering disebut sebagai usia sekolah. Periode
ini dimulai dengan masuknya anak ke dalam lingkungan sekolah yang
memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan dan
hubungan (Wong, 2013).
Tahapan tumbuh kembang anak usia sekolah meliputi
pertumbuhan fisik, perkembangan motorik, perkembangan kognitif,
dan perkembangan psikososial. Pertumbuhan fisik pada anak usia
sekolah cenderung lambat dan relatif seragam sampai mulai terjadi
perubahan-perubahan pubertas. Perkembangan motorik pada usia ini
menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan awal
masa anak-anak seperti: berlari, meloncat, dan menjaga
keseimbangan. Perkembangan kognitif pada usia ini mulai
mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh
mata dengan kenyataan sesungguhnya. Perkembangan psikososial
anak dapat menghadapi dan menyelesaikan tugas atau perbuatan
yang dapat membuahkan hasil (Wong, 2013).
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak
sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak
berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu
rumah sakit sehingga kondisi tersebut menjadi stressor bagi anak.
Hospitalisasi dapat menyebabkan stress karena berbagai faktor yang
berkaitan dengan stress perpisahan, perubahan rutinitas, kondisi tidak
familiar dengan orang dan lingkungan sekitar, serta ketakutan akan
nyeri yang berhubungan akan keadaan sakit dan pengobatannya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa maksud dengan penyakit kronis pada anak?
2. Bagaimana trend keberadaan anak dengan penyakit kronis di
dunia dan di indonesia?
3. Uraikan dampak keberadaan anak dengan penyakit kronis
terhadap anak, orang tua, sibling dan dampak lainnya yang terkait!
4. Bagaimana manajemen asuhan keperawatan yang tepat diberikan
kepada anak dengan penyakit kronis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui penyakit kronis pada anak
2. Untuk mengetahui trend keberadaan anak dengan penyakit kronis
di dunia dan di indonesia
3. Untuk mengetahui dampak keberadaan anak dengan penyakit
kronis terhadap anak, orang tua, sibling dan dampak lainnya
4. Untuk mengetahui manajemen asuhan keperawatan yang tepat
diberikan kepada anak dengan penyakit kronis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Penyakit Kronis Pada Anak

Penyakit kronik adalah suatu kondisi fisik maupun mental yang


mempengaruhi fungsi sehari-hari dari seorang individu dengan interval
lebih dari tiga bulan dalam setahun.penyakit ini juga menyebabkan
sesorang mengalami hospitalisasi selama lebih darisatu bulan dalam
setahun atau saat pertama kali di diagnose (Hockenberry & Wilson,
2009). The Chronic Illness Alliance (2012) mendefinisikan penyakit kronis
sebagai suatu penyakit yang bersifat permanen atau berlansung lama,
yang secara perlahan-lahandapat menjadi lebih buruk dan dapat
mengakibatkan kematian.hal itu juga dapat menyebabkan perubahan
pada tubuh yang bersifat permanen dan tentunya akan mempengaruhi
kualitas hidup seseorang. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa penyakit kronis adalah suatu penyakit yang
berlansung lama dengan interval lebih dari tiga bulan dalam satu tahun
dan menyebabkan seseorang mengalami perawatan dan pengobatan di
rumah sakit (hospitalisasi). Penyakit ini juga mempengaruhi aktivitas
sehari-hari yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas hidup
seseorang.

Maka dari itu, penyakit kronik pada anak merupakan penyakit


yang berlansung lama dengan interval lebih dari tiga bulan dalam satu
tahun dan menyebabkan seorang anak mengalami perawatan dan
pengobatan di rumah sakit (hospitalisasi) kemudian mempengaruhi
aktivitas sehari-hari yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas
hidup seseorang..

B. Trend Keberadaan Anak Dengan Penyakit Kronis di Dunia dan di


Indonesia

Di Indonesia itu sendiri belum ada data pasti terkait jumlah


penderita penyakit kronis. Namun, berdasarkan data Departemen
Kesehatan Indonesia, penyakit kardiovaskuler menempati urutan kedua
sebagai penyakit yang banyak diderita pada anak-anak setelah penyakit
saluran pernafasan.
Penyakit kronis diderita oleh lebih dari 10% populasi anak-anak di
dunia dan 1-2% diantaranya dalam kondisi yang sangat serius.
Berdasarkan penelitian University Of Michigan, terdapat sekitar 15-18%
anak-anak di Amerika Serikat menderita penyakit kronis.

Asumsi lama adalah bahwa penyakit kronis ada terutama di


negara-negara kaya dan bahwa penyakit menular ada terutama di
negara-negara berkembang. Pembagian sederhana ini sudah tidak
berlaku kembali. Menurut Nugent (2008) Finlandia, Taiwan, dan Korea
Selatan adalah contoh negara-negara yang relatif kaya dengan prevalensi
rendah dari tingkat kematian utama karena penyakit kronis. Sebaliknya,
negara-negara yang sangat berkembang sekalipun, seperti India dan
Pakistan, dan negara-negara yang cukup berkembang, seperti Rusia dan
China, menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari penyakit
kronis daripada penyakit menular.

Jadi, penyakit kronis pada anak adalah bahwa kondisi telah


berubah di negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir,
diasumsikan karena negara-negara berkembang semakin mengadopsi
gaya hidup tidak sehat dari negara maju. Penyakit kronis tidak saja
dialami oleh orang dewasa atau lanjut usia juga diderita oleh anak-anak
bahkan bayi. Adapun populasi anak dengan sakit kronis di seluruh dunia
diperkirakan sekitar 10 % dan satu sampai dengan dua persen
diantaranya dalam kondisi yang sangat serius.

Berkaitan dengan jenis penyakit kronis, anak-anak di negara-


negara maju umumnya memiliki jenis penyakit kronis yang berbeda
dengan anak-anak di negara yang berkembang. Selain itu, penyakit ini
bisa ditemukan saat kelahiran ataupunberkembang ketika masa bayi dan
anak-anak.

C. Dampak Keberadaan Anak Dengan Penyakit Kronis


a. Dampak terhadap anak lainnya
Seorang anak yang didiagnosis mengalami penyakit kronis seperti
kanker, jantung dan lain-lain harus menghadapi suatu tantangan yang
sulit, dimana biasanya anak merasa ketakutan terhadap penyakitnya
dan prosedur pengobatan yang melelahkan. Lamanya pengobatan
kanker maupun penyakit lainnya dan efek samping dari obatnya yang
timbul dapat menyebabkan trauma dan tekanan pada anak. Trauma
yang mendalam dapat dialami oleh anak karena seringnya mengalami
perawatan di rumah sakit dan pengobatan terhadap nyeri.
Setiap anak memiliki reaksi yang berbeda-beda dalam
menghadapi penyakitnya. Hal ini tergantung dari sifat kepribadian,
usia, sikap sosial, dan hubungan antara anak dan orang tua. Pada
beberapa kasus, anak memiliki perasaan bersalah yang tidak
dibenarkan yaitu meyakini bahwa penderitaannya disebabkan oleh
kesalahan atau dosa orang tua dimasa lampau. Reaksi lain yang
muncul diantaranya adalah rasa takut terhadap penolakan, harga diri
rendah, rasa tidak aman yang berhubungan dengan ketidakpastian
masa depan dan rasa takut terhadap pembatasan yang ditimbulkan
oleh situasi serta kecemasan tentang bagaimana orang lain akan
bereaksi terhadap penyakit, terutama reaksi peer grup (teman
sebaya).

b. Dampak Terhadap Orang tua


Friedman (dalam Aritonang 2008) menyebutkan bahwa keluarga
sebenarnya memiliki 5 fungsi dasar yaitu fungsi afektif, sosialisasi,
reproduksi, ekonomi, dan fungsi perawatan atau pemeliharaan
kesehatan. Melihat fungsi terakhir, keluarga memiliki kewajiban
memberikan asuhan keperawatan.
Pada penyakit kronis yang tekanannya lebih pada perawatan,
orang tua seringkali merasa sendirin dalam berjuang menghadapi
stressor yang terus berlansung dan beragam. Meskipun stressor ini
bervariasi, namun dapat dikategorikan dalam 4 situasi :
a) Saat Diagnosa
Saat diagnosa adalah saat yang paling menekan bagi
orang tua. Ketidakpastian tentang kondisi anak merupakan
stressor terbesar bagi orang tua. Selain itu, potensi berpisah
dengan anak, perubahan peran pengasuhan dan keterbatasan
peran juga diidentifikasi sebagai sumber stressor orang tua.
Mengalami masalah tersebut tentunya menimbulkan perasaan
tidak nyaman pada orang tua.
b) Selama Transisi Perkembangan Penyakit
Anak yang menderita sakit kronis tetap perlu mencapai
perkembangan seperti halnya anak normal. Hanya saja kondisi
sakit kronis ini sering menghambat mereka dalam memenuhi
tuntutan perkembangan kognitif, fisik, dan emosi. Hal inilah yang
sering membuat orang tua mengalami kesedihan.
c) Berkaitan Dengan Kebutuhan Perawatan Anak
Seringkaliperawatan anak sehari-hari dirasa cukup menantang
dan memberikan pengaruh dalam hubungan orangtua dan
kehidupan keluarga. Banyak saran perawatan kesehatan sehari-
hari yang cukup menyita waktu. Melihat anak merasakan
kesakitan karena perawatan ini seringkali membuat orang tua
merasa bersalah dan merasa kurang berharga.
d) Ketika anak Mengalami kekambuhan dan rawat Inap
Kekambuhan merupakan situasi yang terkadan mengharuskan
anak untuk di rawat inap yang akan mengganggu rutinitas orang
tua dan menempatkan orang tua pada posisi membagi waktu
antara tanggung jawab yang normal dan anak yang di rumah
sakit.
c. Dampak terhadap Sibling
Sibling adalah seorang individu yang sangat rentan untuk
mengalami perubahan emosi,psikologi,dan perkembangan
sosial(Potts & Mandleco, 2012). Berdasarkan hasil wawancara
informal dengan salah satu perawat RSKD diungkapkan bahwa
sibling dari anak yang menderita kanker seringkali kurang
mendapatkan perhatian baik dari keluarga maupun tenaga kesehatan.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Opperman
dan Alant (2003) yang menyatakan bahwa orang tua yang memiliki
anak penderitakanker cenderung untuk memberikan perhatian dan
waktu yang lebih kepada anak yang sakit, sehingga kebutuhan anak
lainnya sering terabaikan. Hal ini pun akan mempengaruhi kehidupan
sibling baik fisik maupun mental. Sibling adalah satu dari dua anak
atau lebih yang meimiliki hubungan darah dari satu atau dua orang
tua yang sama

Mendefinisikan sibling menjadi beberapa tipe diantaranya:


a. Traditional full sibling adalah dua individu yang memiliki orang tua
biologis yang sama.
b. Half sibling adlalah individu yang memiliki satu orang tua biologis
yang sama.
c. Step sibling adalah individu yang memiliki orang tua biologis yang
sama tetapi memiliki hubungan yang diakibatkan karena
adanyaprnikahan antara orang tua.
d. Adopative sibling adalah individu yang secara legal di adopsi oleg
suatu keluarga.
e. Fictive sibling adalah individu yag telah di beri label saudara
mungkin karena kebiasaan atau kasih saying meskipun tidak ada
kriteria biologis atau hukum.
Sibling dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu: usia, jenis
kelamin, jarak kelahiran, urutan kelahiran, dan jumlah
sibling.perbedaan usia anatar sibling mempengaruhi lingkungan pada
masa kanak-kanaknya. Permasalahan pada anak sering kali terjadi
pada jarak usia satu sampai tiga tahun dan biasanya muncul pada
usia(3-5 tahun) pada usia ini,anak kurang mampu untuk
mengkomunikasikan apa yang dia rasakan atau belum mengetahu
kata-kata untuk mengekpresiikan fenomenayang terjadi.(pilitteri,2010)

Seiring bejalannya waktu permasalahan ini semakin berkurang


tetapi kembali memuncak pada usia (8 – 12 tahun), pada umunya
semakin dekat jarak usia sibling, maka pengaruh di antara mereka
semakin besar, terutama karakteristik emosi semakin jauh jarak usia
maka pengaruh orang tua akan lebih dominan jika dibandingkan
dengan pengaruh sibling.(salmon & shackelford,2011)

Hubungan atau ikatan sibling itu sangatlah unik dan berbeda


satu sama lain. Memiliki saudara atau saudari yang menderita kanker
dan dirawat di rumah sakit dapat menyebabkan dampak yang sangat
kompleks. Meskipun banyak dampak negatif yang dialami oleh sibling
tidak menutup kemungkinan dampak positif pun dialami. pengaruh
positif yang dialami sibling diantaranya adalah meningkatkan
sensitivitas, kasih sayang, dan empati terhadap anak yang sakit. Selain
itu, dengan adanya anggota keluarga yang menderita kanker akan
meningkatkan kedekatan keluarga, meningkatkan apresiasi terhadap
kehidupan serta meningkatkan konsep diri. Pengaruh negatif yang
sering kali dilaporkan adalah merasa cemas dan takut dengan apa
yang akan terjadi pada saudaranya yang sakit, diabaikan karena
kurangnya perhatian dari orang tua, perasaan marah, benci, dan
cemburu karena waktu hanya untuk anak yang sakit.

Seorang anak dengan ketidakmampuan akan mengalami


gangguan pada harapan dan impian dari orang tua dan mempengaruhi
kehidupan anak lain di dalam keluarga. Hal ini disebabkan karena
status sehat dan sakit dalam keluarga saling mempengaruhi,orang tua
yang memiliki anak dengan penyakt kronis cenderung akan
memberikan perhatiannya dan waktunya kepada anak yang sakit
sehingga kebutuhan anak lainnya sering terabaikan dan ha ini akan
mempengaruhi hidup sibling baik fisik maupun mental

Pengaruh negatif lain yang muncul yaitu khawatir yang


berlebihan terhadap dirinya sendiri bahwa dia juga mengalami hal yang
sama, merasa bersalah bahwa mereka yang menyebabkan sakit,
merasa kurang dihargai, merasa terisolasi, dan merasa bahwa teman-
temannya tidak mengerti.

D. Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Anak Penyakit Kronis


1) Normalisasi
Strategi kognitif & perilaku yang digunakan oleh keluarga yang
memiliki anak dengan penyakit kronik untuk terlihat hidup secara
normal(Potts & Mandleco, 2012). Perawat perlu mengetahui kekuatan
dan kelemahan keluarga, memberikan dukungan dan terbuka tentang
kondisi dan pengobatan anak, aktif dalam melibatkan keluarga dalam
semua aspek perawatan anak.Beberapa petunjuk dalam
meningkatkan normalisasi pada anak meliputi:
a. Persiapan
b. Partisipasi
c. Sharing
d. Kontrol
e. Harapan
f. Sikap positif
2) Developmental fokus
Berfokus pada tingkat perkembangan anak bukan usia kronologis
atau diagnosis menekankan pada kemampuan dan kekuatan anak
bukan keterbatasannya. perhatian diarahkan untuk normalisasi
pengalaman mengadaptasi lingkungan, dan meningkatkan
keterampilan koping (Hockenberry dan Wilson, 2011).
Peran perawat mengarahkan perhatian dari kondisi patologis
dengan fokus pada kelemahan dan masalah pada anak
keperkembangan & pemenuhan kebutuhan unik dari anak dan
keluarga. Juga memperhatikan perkembangan keluarga(Hockenberry
dan Wilson, 2011).
Berdasarkan artikel yang dimuat oleh University of Michigan
Health System (2012), terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
pemahaman anak terhadap kondisi kronis yang dialami. Faktor
terbesar yang mempengaruhi adalah tahapan perkembangan anak.
Infant dan Toddlers yaitu tahapan perkembangannya adalah mulai
membangun rasa percaya dan rasa aman. Pengalaman nyeri akibat
tindakan medis, pembatasan pergerakan, dan perpisahan dengan
orang tua akan berdampak pada tahapan perkembangannya.
Mengetahui tahapan perkembangan anak memudahkan perawat
untuk menyusun intervensi yang tepat misalnya melibatkan orang tua
dalam tindakan medis, memberikan kesempatan kepada orang tua
untuk menemani anak selama di RS, dll.
3) Palliative care
Tujuan perawatan paliatif ini adalah guna untuk meningkatkan
kualitas hidup anak dengan kematian minimal mendekati normal,
diupayakan dengan perawatan yang baik hingga pada akhirnya
menuju pada kematian. sehingga palliative care diharapkan akan
menambah kualitas hidup (anak) pada kondisi terminal, perawatan
paliatif berfokus pada gejala rasa sakit (nyeri, dypsnea) dan kondisi
(kesendirian) dimana pada kasus ini mengurangi kepuasan atau
kesenangan hidup anak, mengontrol rasa nyeri dan gejala yang lain
fokus masalah psikologi,social atau spiritualnya dari anak dalam
kondisi terminal. Prinsip dari perawatan palliative care adalah :
a. Menghargai martabat dan harga diri dari pasien dan keluarga
pasien
b. Dukungan untuk caregiver
c. Palliative care merupakan accses yang competent
d. Mengembangkan professional dan social support untuk
pediatric palliative care
e. Melanjutkan serta mengembangkan pediatrik palliative care
melalui penelitian dan pendidikan

Rencana asuhan perawatan palliative yaitu :

a. Melibatkan seorang partnership antara anak, keluarga, orang


tua, pegawai, guru, staff sekolah dan petugas kesehatan yang
professional
b. Suport fisik, emosinal, psychososial dan spiritual khususnya
c. Melibatkan anak pada self care
d. Anak membutuhkan gambaran dan kondisi (kondisi penyakit
terminalnya) secara bertahap, tepat dan sesuai
e. Menyediakan diagnostic atau kebutuhan intervensi terapeutik
guna memperhatikan/memikirkan konteks tujuan dan
pengaharapan dari anak dan keluarga
4) Konsep Neuman’s System Model oleh Betty Neuman
Neuman System Model (NSM) adalah sebuah sintesi dari
pemikiran sistem dan wholish yang menyediakan pendekatan sistem
secara komprehensif untuk kesehatan yang berfokus pada asuhan
keperawatan(Alligood, 2010).
Dalam Neuman System Model (NSM) pendekatan yang
digunakan adalah sistem terbuka, dimana klien dipandang sebagai
suatu sistem individu, kelompok, keluarga, atau komunitas. Model di
gambarkan sebagai gabungan dari 5 variabel yang saling berinteraksi
meliputi, variable fisiologis, psikologis, sosiokultural, perkembangan
dan spiritual. Variable-variabel ini berhubungan secara harmonis dan
stabil dalam kaitannya stressor lingkungan internal maupun eksternal
yang sedang dirasakan pada saat tertentu oleh klien sebagai sebuah
system. (Alligood, 2010)
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit kronis merupakan suatu kondisi yang mempengaruhi
fungsi seharihari selama lebih dari 3 bulan dalam setahun, yang
menyebabkan hospitalisasi lebih dari 1 bulan dalam 1 tahun.
Beberapa jenis penyakit kronis menimbulkan keterbatasan dan
ketidakmampuan pada penderitanya. Penyakit kronis tidak saja
dialami oleh orang dewasa atau lanjut usia, namun juga diderita oleh
anak-anak bahkan bayi. penyakit ini bisa ditemukan saat kelahiran
ataupun berkembang ketika masa bayi dan anak-anak. jenis penyakit
kronis pada anak antara lain cerebral palsy, diabetes, chronic renal
insufficiency, epilepsy, down’s syndrome dan ketidaknormalan
kromosom turunan lainnya, cystic fibrosis, jantung, kanker, arthritis,
asthma, dermatitis (termasuk eczema and psoriasis), leukaemia dan
berbagai tipe anemia. Contoh lain penyakit kronis pada anak adalah
hemophilia, HIV/AIDS, keadaan dan kondisi sakit bawaan sejak lahir
yang membutuhkan perawatan lama dan terus menerus.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat memberikan
manfaat kepada pembaca dan menjadi bahan pembelajaran
meskipun makalah ini terdapat banyak kekurangan
DAFTAR PUSTAKA

Asyanti, S, (2013).Dinamika Permasalahan Pada Orangtua Yang Memiliki


Anak Dengan Penyakit Kronis Dan Tantangannya Dalam Mengantarkan
Anak Menjadi Pribadi Yang Lebih Sehat Dan Berkarakter Tangguh. Hal.
214-224
Hockenberry dan Wilson, (2011) Buku Ajar Keperawatan Pediatrik.
Jakarta : EGC
Forrest, C.B., Bevans, K.B., dkk. (2011).School Outcomes of Children
with Special Health Care Need. Abstrack Pediatrics. Vol.128;303

Alligood, M, R.(2010). Nursing Theory : Utilization dan applacation(4th ed


). St. Louis: Mosby Elsevier, Inc.

Anda mungkin juga menyukai