Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa aborsi termasuk
dalam masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan
merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia.”Masalah aborsi
menjadi suatu pokok perhatian dalam kesehatan masyarakat karena pengaruhnya
terhadap mobiditas dan mortalitas maternal” (Sarwono, 2014: 7).
WHO tahun 2012 menjelaskan bagaimana Pengadilan Nasional dan
badanbadan Hak Asasi Manusia (HAM) Regional dan Internasional, termasuk
badan pemantau perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa, telah semakin
menerapkan prinsipprinsip HAM untuk memfasilitasi akses transparan
perempuan terhadap layanan aborsi yang aman. Sebagai aborsi elektif yang tidak
aman adalah masalah multifaset yangmelibatkan politisi, pengacara, kelompok
agama dan staf medis, menangani HAM perempuan yang menghadapi kehamilan
yang tidak direncanakan (Fathala,2012: 1).
Angka Kematian Ibu (AKI) di seluruh dunia yaitu satu dari 8 kematian
ibu, diperkirakan 13% atau 67.000 kematian, diakibatkan oleh aborsi yang tidak
aman.Hampir 95% aborsi yang tidak aman berlangsung di Negara berkembang
dan diperkirakan bahwa diseluruh dunia, hampir 80.000 wanita meninggal tiap
tahun akibat komplikasi setelah abortus, diperkirakan bahwa diantara 10% dan
50% dari seluruh wanita yang mengalami aborsi yang tidak aman memerlukan
pelayanan medis akibat komplikasi. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah
aborsi inkomplit, sepsis, hemoragi, dan cedera intra abdomen (WHO, 2012:32-
33).
Berdasarkan data Survey Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, AKI di Indonesia masih tinggi sebesar 359 per 100.000 kelahiran
hidup.Target global Millenium Development Goals (MDGs) ke-5 adalah
menurunkan AKI menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Mengacu dari kondisi ini mencapai target MDGs ke-5 untuk menurunkan AKI

1
adalah diperlukan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapainya
(Kemenkes RI, 2014:1)
B. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari abortus.
2. Untuk mengetahui bagaimana epidemiologi dari abartus.
3. Untuk mengetahui apa saja etiologi dari abortus .
4. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari abortus
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari abartus.
6. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari baortus
7. Untuk mengetahui apa saja menisfestasi klinik dari abaortus.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari abortus.
9. Untuk mengetahu penalaksanaan pasca abortus.
10. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari abortus.
11. Untuk mengetahui pencegahan dari abortus.
12. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dengan abortus.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Menurut World Health Organization (WHO) bahwa aborsi termasuk
dalam masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan
merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia.”Masalah aborsi
menjadi suatu pokok perhatian dalam kesehatan masyarakat karena pengaruhnya
terhadap mobiditas dan mortalitas maternal” (Sarwono, 2014: 7).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan dengan pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup diluar kandungan dengan usia gestasi kurang dari 20
minggu dan berat badan janin kurang dari 500 gram (Murray, 2002)
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu
pada atau sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum
kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk
hidup di luar kandungan (Praworihardjo, 2006)
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum
janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Keguguran atau abortus adalah terhentinya proses kehamilan yangsedang
berlangsung sebelum mencapai umur 28 minggu atau berat janin sekitar 500
gram (Manuaba, 2007).
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 minggu atau buah kehamilan
belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2008).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun, spontan
maupunMbuatan, sebelum janin mampu bertahan hidup. Batasan ini berdasar
umur kehamilan dan berat badan. Dengan lain perkataan abortus adalah terminasi
kehamilan sebelum 20 minggu atau dengan berat kurang dari 500 gr (Handono,
2009)

3
Abortus kompletus adalah keguguran lengkap di mana semua hasil
konsepsi (desidua dan fetus) telah keluar tanpa membutuhkan intervensi medis.
B. EPIDEMIOLOGI
Data dari beberapa Negara memperkirakan bahwa antara 10 %dan 15%
yang terdiagnosis secara klinis berakhir dengan abortus. Abortus lebih sering
terjadi pada wanita berusia diatas 30 tahun dan meningkat pada usia 35 tahun.
Frekuensi meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka graviditas: 6%
kehamilan pertama atau kedua berakhir dengan abortus; angka ini menjadi 16%
pada kehamilan ketiga dan seterusnya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta
kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000
janin yang mengalami abortus spontan (Derek Liewollyn&Jones, 2002)
C. ETIOLOGI
Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah (Mochtar, 2002):
1. Faktor Maternal
a) Kelainan genetalia ibu, Misalnya pada ibu yang menderita:
 Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dan lain-lain).
 Kelainan letak dari uterus seperti retrofleksi uteri fiksata.
 Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasidari ovum
yang sudah dibuahi, seperti kurangnyaprogesteron atau estrogen,
endometritis, dan mioma submukosa.
 Terus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, molahidatidosa).
 Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis.
b) Penyakit-penyakit ibu
Penyebab abortus belum diketahui secara pasti penyebabnya meskipun
sekarang berbagai penyakit medis, kondisi lingkungan, dan kelainan
perkembangan diperkirakan berperan dalam abortus. Misalnya pada:
 Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia,
tifoid, pielitis, rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus
dapat disebabkan karena toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus
pada fetus.

4
 Keracunan Pb, nikotin, gas racun, alkohol, dan lain-lain.
 Ibu yang asfiksia seperti pada dekompensasi kordis, penyakit paru
berat, anemi gravis.
 Malnutrisi, avitaminosis dan gangguan metabolisme, hipotiroid,
kekurangan vitamin A, C, atau E, diabetes melitus.
c) Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah
fetus, sehingga terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya
fetus.
d) Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi Misalnya,
sangat terkejut, obat-obat uterotonika, ketakutan, laparatomi, dan lain-lain.
Dapat juga karena trauma langsung terhadap fetus: selaput janin rusak
angsung karena instrument, benda, dan obat-obatan.
e) Gangguan Sirkulasi Plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia
gravidarum, anomali plasenta, dan endarteritis olehkarena lues.
f) Usia Ibu
Usia juga dapat mempengaruhi kejadian abortus karena padausia kurang
dari 20 tahun belum matangnya alat reproduksi untuk hamil sehingga
dapat merugikan kesehatan ibu maupun pertumbuhan dan perkembangan
janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia lebih dari 35 tahun
disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada
kromosom, dan penyakit kronis.
2. Faktor Janin
Menurut Hertig dkk, pertumbuhan abnormal dari fetus sering
menyebabkan abortus spontan. Menurut penyelidikan mereka, dari1000
abortus spontan, maka 48,9% disebabkan karena ovum yang patologis; 3,2%
disebabkan oleh kelainan letak embrio; dan 9,6% disebabkan karena plasenta
yang abnormal. Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi
hidatid vili. Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum

5
berkurang kemungkinannya kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan,
artinya makin muda kehamilan saat terjadinya abortus makin besar
kemungkinan disebabkan oleh kelainan ovum (50-80%).
3. Faktor Paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya
abortus. Yang jelas, translokasi kromosom pada sperma dapat menyebabkan
abortus. Saat ini abnormalitas kromosom pada sperma berhubungan dengan
abortus (Carrel, 2003).
Penyakit ayah: umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi,
dekompensasi kordis, malnutrisi, nefritis, sifilis, keracunan (alcohol, nikotin,
Pb, dan lain-lain), sinar rontgen, avitaminosis (Mochtar, 2002).
D. KLASIFIKASI
1. Abortus spontanea
Merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:
a) Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan
ancaman terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi
seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
(Syaifudin. Bari Abdul, 2000). Ditandai dengan perdarahan pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau
tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih
berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan (dilatasi serviks).
b) Abortus insipiens adalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini
terjadi
pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam
rahim
atau uterus.
c) Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu. Sementara sebagian masih berada di

6
dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin
dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri
eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi
dikeluarkan, sehingga harus dikuret.
d) Abortus kompletus Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi
dikeluarkan sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal
kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit
dan os uteri menutup dan Rahim mengecil. Pada wanita yang
mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa,
kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami perdarahan dan
masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan
dengan cara dikuret.
e) Abortus Servikalis adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os
uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam
kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk
bundar, dan dindingnya menipis.
2. Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja
dibuat/dilakukan, yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin
dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat
hidup diluar kandungan apabila usia kehamilan belum mencapai 28 minggu,
atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram, walaupun terdapat beberapa
kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
a) Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus
yang dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang
dimaksud dengan indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa
ibu. Syarat-syaratnya:
 Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan
kewenangan

7
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan
penyakit kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
 Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama,
hukum, psikologi).
 Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau
keluarga terdekat.
 Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang
memadai, yang ditunjuk oleh pemerintah.
 Prosedur tidak dirahasiakan.
 Dokumen medik harus lengkap.
b) Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa
adanya indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan
menggunakan alat-alat atau obat-obat tertentu
E. PATOFISILOGI
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan
isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi korialis belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi korialis menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas
umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa
waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta segera terlepas
dengan lengkap. Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk
miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk.
Ada kalanya kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa
bentuk yang jelas dan mungkin pula janin telah mati lama. Apabila mudigah yang

8
mati tidak dikeluarkan dalam waktu yang cepat maka ia dapat diliputi oleh lapisan
bekuan darah, isi uterus dinamakan mola kruenta. Bentuk ini menjadi mola
karnosa apabila pigmen darah telah diserap dan dalam sisanya terjadi organisasi
sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose,
dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara
amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi
proses mumifikasi diamana janin mengering dan karena cairan amnion berkurang
maka ia jadi gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi
tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus)
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak segera dikeluarkan adalah
terjadinya maserasi, kulit terkupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar
karena terisi cairan dan seluruh janin berwarna kemerah – merahan dan dapat
menyebabkan infeksi pada ibu apabila perdarahan yang terjadi sudah berlangsung
lama. (Prawirohardjo, 2006)

9
F. FATHWAY

10
G. MANIFESTASI KLINIK
Diduga abortus apabila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
tentang perdarahan per vaginam setelah mengalami haid yang terlambat juga
sering terdapat rasa mulas dan keluhan nyeri pada perut bagian bawah.
(Mitayani, 2009)
Secara umum terdiri dari:
1. Terlambat haid atau amenhore kurang dari 20 minggu.
2. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat
dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
3. Perdarahan per vaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut di daerah simfisis, sering disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
Ciri-ciri abortus kompletus adalah :
perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada
keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
H. PENATALAKSANAAN
1. Abortus Imminen
a) Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan merangsang
mekanik berkurang.
b) Tes kehamilan dapat dilakukan.
c) Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
d) Bersihkan vulva minimalkan 2 kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi.
e) Berikan obat penenang biasanya fenobarbital 3 x 30 mg.
2. Abotus Insipien
a) Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang disertai perdarahan dengan
pengosongan uterus memakai kuret vakUun atau cunam abortus.
b) Pada kehamilan lebih dari 12 minggu berikan infuse oksitoksin 10 iu
dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes permenit.

11
c) Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadi abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin.
d) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus Inkompletus
a) Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infuse cairan NaCI fisiologi
atau RL dan selekas mungkin di tranfusi darah.
b) Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajarn lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuscular.
c) Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
d) Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
3. Abortus Kompletus
a) Bila kondisi pasien baik berikan ergonometrin 3 x 1 tablet selama 3 sampai 5
hari.
b) Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau tranfuse
darah.
c) Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
d) Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
4. Abortus Infeksiosus Atau Septik
a) Abortus septik harus dirujuk ke Rumah Sakit
b) Penangulangan infeksi
c) Tingkatkan asupan cairan.
d) Bila perdarahan banyak maka lakukan tranfuse darah.
e) Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih
cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari
uterus.
5. Habitual Abortus
a) Penderita dianjurkan untuk banyak istirahat.

12
b) Makanan harus adekuat mengenai protein, hidrat arang, vitamin mineral.
Pembatasan obat-obatan yang diketahui mempuyai pengaruh jelek kepada
janin.
c) Memfasilitasi klien untuk dapat menciptakan kondisi emosional yang
tenang, dan menghilangkan rasa cemas.
6. Missed Abortion.
a) Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan
cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
b) Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi.
c) Bila kehamilan kurang 12 rninggu lakukan pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu lakukan dilatasi serviks dengan
dilatator hegar.
d) Bila kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestol 3 x 5 mg lain
infuse oksitoksin 10 iu dalam dekstrose 5 % sebanvak 500 ml mulai 20
tetes per menit dan naikan dosis saznpai ada kontraksi uterus. Bila fundus
uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
menyuntik larutan garam 20 % dalam kavum uteri melalui dinding perut.
I. PENATALAKSANAAN PASCA KEGUGURAN
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,
memerlukan asuhan pasca keguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
a) Tindakan pengobatan abortus inkomplit
Setiap fasilitas kesehatan seyogyanya menyediakan dan mampu
melakukan tindakan pengobatan abortus inkomplit sesuai dengan
kemampuannya. Biasanya indakan evakuasi/kuretase hanya tersedia di
Rumah Sakit Kabupaten. Hal ini merupakan kendala yang dapat berakibat
fatal, bila Rumah Sakit tersebut sulit dicapai dengan kendaraan umum.
Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan pengobatan abortus
inkomplit di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai dengan kemampuannya

13
akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan. Tindakan pengobatan
abortus inkomplit meliputi :
 Membuat diagnosis abortus inkomplit
 .Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana pengobatan.
 Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
 Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah
tindakan.
 Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.
 Seminar
b) Konseling dan pelayanan kontrasepsi Pasca keguguran
Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu
pelayanan kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan
Pascakeguguran. Secara praktek hampir semua jenis kontrasepsi dapat
dipakai pascaabortus.
c) Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk
memperhatikan segi lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah
Penyakit Menular Seksual (PMS) dan skrining kanker ginekologik termasuk
kanker payudara
J. PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan Ginekologi
a) Inspeksi vulva : Perdarahan per vaginam, ada atau tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
b) Inspekulo : Perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan
atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c) Vaginal toucher : Porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.

14
2. Pemeriksaan Penunjang
a) Tes kehamilan : pemeriksaan HCG, positif bila janin masih hidup, bahkan
2-3 minggu setelah abortus.
b) Pemeriksaan doppler atau USG : untuk menentukan apakah janin masih
hidup.
c) Histerosalfingografi, untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus
submukosa dan anomali kongenital.
d) BMR dan kadar urium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau
tidak gangguan glandula thyroidea.
e) Pemeriksaan kadar hemoglobin cenderung menurun akibat perdarahan.
K. KOMPLIKASI
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam
posisi hiperretrofleksi. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi, laparatomi harus segera dilakukan untuk menentukan luasnya
perlukaan pada uterus dan apakah ada perlukan alat-alat lain.
3. Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.
4. Infeksi
Sebenarnya pada genitalia eksterna dan vagina dihuni oleh bakteri
yang merupakan flora normal. Khususnya pada genitalia eksterna yaitu
staphylococci, streptococci, Gram negatif enteric bacilli, Mycoplasma,
Treponema (selain T. paliidum), Leptospira, jamur, Trichomonas vaginalis,
sedangkan pada vagina ada lactobacili,streptococci, staphylococci, Gram
negatif enteric bacilli, Clostridium sp., Bacteroides sp, Listeria dan jamur.

15
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab terhadap infeksi
paska abortus adalah E.coli, Streptococcus non hemolitikus, Streptococci
anaerob, Staphylococcus aureus, Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium
perfringens. Bakteri lain yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae,
Pneumococcus dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial
berbahaya oleh karena dapat membentuk gas.
5. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium
jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya
perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan
dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan
bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
6. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat
timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada
ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang
memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka
panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
L. PENCEGAHAN
Adapun upaya – upaya penceghan terjadinya abrtus ialah :
1. Yaitu melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci
yaitu:
a) Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
b) Semua komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan adekuat
c) Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi abortus yang aman.
2. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino, iron dan kalsium)
Pencegahan abortus provakatus dapat dilakukan dengan cara : Suatu
kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah seandainya
pasanganMmenggunakan kontrasepsi darurat. Yang dimaksud kontrasepsi

16
darurat adalah kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan
setelah hubungan seksual. Hal ini sering disebut “Kontrasepsi pasca senggama”
atau “morning after pill” atau “morning after treatment “. lstilah “kontrasepsi
sekunder” atáu “kontrasepsi darurat” asalnya untuk menepis anggapan obat
tersebut harus segera dipakai/ digunakan setelah hubungan seksual atau harus
menunggu hingga keesokan harinya dan bila tidak, berarti sudah terlambat
sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Sebutan kontrasepsi darurat juga
menekankan bahwa dalam cara KB ini lebih baik dari pada tidak ada sama sekali.
Namun tetap kurang efektif dibandingkan dengan cara KB yang sudah ada.

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Biodata:
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanyaperkawinan dan alamat
2. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
berulang
3. Riwayat Kesehatan:
a) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke
Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di
luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
c) Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis
pembedahan , kapan oleh siapa dan di mana tindakan tersebut
berlangsung.
d) Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM ,
jantung , hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan
penyakit-penyakit lainnya.
e) Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat
diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang
terdapat dalam keluarga.

18
f) Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat
darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause
terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.
g) Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga
saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
h) Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan
serta keluahn yang menyertainya.
i) Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan
jenis obat lainnya.
j) Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK),
istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
4. Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :
a) Inspeksi:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi
terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan,
bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fifik, dan seterusnya
b) Palpasi :
 Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
 Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.

19
 Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal
c) Perkusi:
 Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
 Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi
dinding perut atau tidak
d) Auskultasi:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin
B. PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien
setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler dalam
jumlah berlebih
2. Nyeri berhubungan dengan dilatasi serviks, trauma jaringan dan kontraksi
uterus
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian diri sendiri dan janin

20
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1. Kekurangan Tujuan:  Observasi  Mengetah
volume cairan Setelah dilakukan TTV ui
berhubungan tindakan  Posisikan keadaan
dengan keperawatan ibu dengan umum
kehilangan selama 3 x 24 jam tepat (semi klien
vaskuler volume cairan fowler)  Menjami
berlebih terpenuhi dengan  Berikan n
kriteria hasil: sejumlah keadekuat
 Pasien cairan an darah
mengungkap pengganti yang
kan tidak harian tersedia
lemah, dan  Laporkan untuk
tidak merasa serta catat otak,
haus lagi jumlah dan peninggia
 Mukosa sifat n panggul
bibir lembab kehilangan menghind
 Turgor kulit darah ari
normal kompresi
 Mata tidak vena
cekung  Pendarah
an dapat
berhenti
dengan
reduksi
aktivitas
 Untuk
mengetah
ui
perkiraan
banyak
nya
kehilanga
n darah
2. Nyeri Tujuan:  Observasi  Untuk
berhubungan Setelah dilakukan TTV mengetah
dengan dilatasi tindakan 3 x 24  Lakukan ui
serviks, trauma jam nyeri teratasi pengkajian keadaan
jaringan dan dengan kriteria nyeri umum

21
kontraksi uterus hasil:  Ajarkan klien
 Pasien tidak metode  Meningk
mengeluh distraks atkan
nyeri lagi  Kolaborasi koping
 Skala nyeri  Berikan klien
berkurang analgetik dalam
(<3) mengatasi
nyeri
 Untuk
mengetah
ui lokasi
nyeri,
skala, dan
intensitas
nya
 Untuk
menguran
gi nyeri
 Analgetik
berfungsi
untuk
menguran
gi nyeri
3. Resiko tinggi Tujuan:  Observasi  Mengetah
infeksi Setelah dilakukan TTV ui
berhubungan tindakan 3 x 24  Terangkan keadaan
dengan trauma jam pasien tidak pada klien umum
jaringan mengalami pentingnya klien
infeksi dengan vulva  Untuk
kriteria hasil: hygiene mencegah
 Tidak  Lakukan terjadinya
merasa nyeri teknik vulva infeksi
pada daerah hygiene berkelanj
vulva.  Tingkatkan utan
 Tidak teknik cuci  Inkubasi
merasa gatal tangan yang kuman
 TTV dalam benar untuk pada area
batas normal meningkatka genital
n personal yang
hygiene relatif
klien cepat
dapat

22
menyeba
bkan
infeksi
 Membant
u
mencegah
penularan
bakteri
4. Ansietas Tujuan :  Jelaskan  Pengetah
berhubungan Setelah dilakukan prosedur dan uan dapat
dengan tindakan 3 x 24 arti gejala membant
ancaman jam pasien tidak  Berikan u
kematian diri mengalami informasi menurunk
sendiri dan kecemasan dalam an rasa
janin dengan ktriteria bentuk takut dan
hasil: verbal dan meningka
 Klien tertulis serta tkan rasa
mendiskusik beri kontrol
an ketakutan kesempatan terhadap
mengenai klien untuk situasi
diri janin mengajukan  Pengetah
dan masa pertanyaan uan akan
depan  Pantau membant
kehamilan, respon u ibu
juga verbal dan untuk
mengenai non verbal mengatasi
ketakutan ibu dan apa yang
yang sehat pasangan. sedang
dan tidak  Libatkan ibu terjadi
sehat dalam dengan
 Klien perencanaan lebih
tampak dan efektif.
tenang berpatisipasi Informasi
 Klien tidak dalam sebaiknya
terlihat perawatan tertulis,
cemas lagi sebanyak agar
mungkin nantinya
memungk
inkan ibu
untuk
mengulan
g

23
informasi
akibat
tingkat
stress.
 Menanda
i tingkat
kecemasa
n yang
sedang
dialami
ibu atau
pasangan.
 Menjadi
mampu
melakuka
n sesuatu
untuk
membant
u
mengontr
ol situasi
sehingga
dapat
menurunk
an rasa
takut

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan mandiri
adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan kesimpulan perawat serta
bukan atas petunjuk tenaga kesehatan yang lain. Sedangkan tindakan kolaborasi
adalah tindakan keperawatan yang didasarkan oleh hasil keputusan bersama
dengan dokter atau petugas kesehatan lain. (Mitayani, 2009)
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Merupakan penilaian perkembangan ibu hasil implementasi keperawatan yang
berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai. (Mitayani, 2009)

24
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menurut World Health Organization (WHO) bahwa aborsi termasuk


dalam masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan
merupakan penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia.”Masalah aborsi
menjadi suatu pokok perhatian dalam kesehatan masyarakat karena pengaruhnya
terhadap mobiditas dan mortalitas maternal” (Sarwono, 2014: 7).
Data dari beberapa Negara memperkirakan bahwa antara 10 %dan 15%
yang terdiagnosis secara klinis berakhir dengan abortus. Abortus lebih sering
terjadi pada wanita berusia diatas 30 tahun dan meningkat pada usia 35 tahun.
Frekuensi meningkat bersamaan dengan meningkatnya angka graviditas: 6%
kehamilan pertama atau kedua berakhir dengan abortus; angka ini menjadi 16%
pada kehamilan ketiga dan seterusnya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta
kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000-750.000
janin yang mengalami abortus spontan (Derek Liewollyn&Jones, 2002)
Penyebab abortus ada berbagai macam yang diantaranya adalah (Mochtar, 2002):
1. Factor maternal
2. Factor dari ibu
3. Penyakit pada ibu
4. Factor dari janin dll
Klasifikasi dari abortus sendiri yaitu dibagi menjadi secara umum sebagai berikut
1. Abaortus sepontan
2. Abortus provokatus.
B. SARAN
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis
mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga
makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat
berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini.

25
26
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: PT. Salemba Medika
Nugroho, Taufan. 2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika
Praworihardjo, S. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Halminton, Persis Mary. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Maernitas. Edisi
6.Jakarta : EGC.
Irene, M. Bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan KB.
Jakarta: EGC.
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.
Didik Tjindarbumi, Dkk. 2001. Pencegahan, Diagnosis Dini, Dan Pengobatan
Penyakit Kanker. Yayasan Kanker Indonesia : Jakarta.
Doengoes, M. Rencana Perawatan Maternitas / Bayi, Egc : Jakarta. 2001.

Suzanne C. Smeltzer. Brenda G. Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner &amp; Suddarth. Edisi 8. Jakarta : Egc.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
Kusuma. H, dan Nurarif. A. H. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC.
Yogyakarta: Media Hardy.
Morgan, (2011).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa: I Made K., Nimade S.

27

Anda mungkin juga menyukai