Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sistem keadilan dan demokrasi yang berlaku di Indonesia selalu mengacu dan
berbasis kepada Pancasila dan didukung oleh UUD 1945. Pancasila pun menjadi sebuah
landasan dalam penentuan prinsip dan pandangan hidup. Namun dewasa ini semakin
banyak penyimpangan nilai - nilai Pancasila berdasarkan butir - butir yang terkandung di
dalamnya. Dan nilai tersebut serasa hilang jika dibandingkan dengan kehidupan Bangsa
pada zaman ini. Penyimpangan pun sudah dianggap hal yang biasa dilakukan, dianggap
sebagai sesuatu yang “bisa dilanggar” menjadi “biasa dilanggar”.
Namun butir/nilai yang terkandung dalam sila tersebut semakin hilang dan
tersamarkan artinya. Contoh kecil adalah semakin berkurangnya sistem demokrasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara dan adanya penyelewengan arti demokrasi. Sebagai
Negara Indonesia, kita menganut sistem Demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila
merupakan demokrasi konstitusional dengan mekanisme kedaulatan rakyat
dalam penyelenggaraan negara dan penyelengaraan pemerintahan berdasarkan konstitusi
yaitu Undang-undang Dasar 1945. Sebagai Demokrasi Pancasila terikat dengan UUD
1945 dan pelaksanaannya harus sesuai dengan UUD 1945.
1.2 Identifikasi Masalah

a. Bagaimana kajian ilmiah terhadap Pancasila?


b. Nilai-nilai dan butir-butir apa yang terkandung dalam Pancasila ?
c. Bagaimana pelanggaran butir-butir Pancasila biasa dilakukan ?
d. Bagaimana mengatasi pelanggaran terhadap butir-butir pancasila ?
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini dibuat adalah untuk :

a. Memahami kajian ilmiah dalam Pancasila


b. Mengetahui nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
c. Mengetahui pelanggaran nilai-nilai dasar Pancasila yang biasa dilakukan
d. Dapat mengimplementasikan nilai-nilai dalam Pancasila pada kehidupan sehari-hari

1
BAB II
ISI

2.1 Kajian ilmiah terhadap Pancasila


Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi sehingga sesuatu itu dapat
dikatakan sebagai suatu ilmu. Hal itu disebut sebagai syarat ilmiah (Kaelan, 1998),
yaitu :
a. Berobyek
Syarat suatu pengetahuan ilmiah, bahwa ilmu pengetahuan itu herus
memiliki obyek. Di dalam filsafat ilmu pengetahuan dibedakan atas dua macam
obyek yaitu “obyek formal” dan “obyek material”. Obyek formal Pancasila yang
dalam arti formal yaitu Pancasila dalam rumusan yang sudah tertentu bunyinya
dan berkedudukan hukum sebagai dasar filsafat Negara. Obyek material Pancasila
adalah suatu obyek yang merupakan sasaran pembahasan dan pengkajian, baik
bersifat empiris maupun non-empiris.
Obyek material pembahasan, adalah pandangan hidup bangsa yang sudah
lama diamalkan dalam segala aspek, adat dan kebudayaan, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu obyek material pembahasan
Pancasila berupa: lembaran Negara, lembaran hukum maupun naskah-naskah
resmi kenegaraan yang mempunyai sifat imperatif yuridis. Adapun obyek yang
bersifat non-emperis meliputi: nilai moral, serta nilai-nilai religius yang tercermin
dalam kepribadian, sifat,karakter dan pola-pola budaya dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
b. Bermetode
Salah satu metode dalam pembahasan Pancasila adalah metode “analitico
syntetic” yaitu suatu perpaduan metode analitis dan sintesis. Dikarenakan obyek
Pancasila banyak berkaitan dengan hasil-hasil budaya dan obyek sejarah, maka
lazim digunakan metode “hermeneutika” yaitu suatu metode untuk menemukan
makna dibalik obyek.
Demikian juga metode “koherensi historis”, serta metode “pemahaman,
penafsiran dan interpretasi”, metode-metode tersebut senantiasa didasarkan atas

2
hukum-hukum logika dalam suatu penarikan kesimpulan terhadap: UUD 1945,
TAP MPR, Perundang-undangan, serta fakta-fakta historis yang telah diakui
kebenarannya, diteliti dengan menggunakan metode dan teknik yang bersifat
ilmiah agar dapat dipahami obyek secara lebih berhasil, sehingga diperoleh
pengetahuan yang benar mengenai obyek itu.
c. Bersistem
Pengetahuan ilmiah harus merupakan suatu kesatuan, artinya keseluruhan
proses dan hasil berpikir disusun dalam satu kesatuan yang bulat. Saling
berhubungan sehingga diperoleh kesatuan yang organis, harmonis, dan dinamis.
Pembahasan Pancasila sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945
secara ilmiah, harus merupakan suatu kesatuan dan keutuhan.
d. Bersifat Universal
Kebenaran pengetahuan ilmiah harus bersifat universal, tidak terbatas oleh
waktu, situasi,maupun jumlah tertentu. Kajian hakikat pada nilai-nilai Pancasila
bersifat universal, dengan kata lain bahwa inti sari, essensi atau makna yang
terdalam dari sila-sila Pancasila adalah bersifat universal yang mendukung
kebenaran atas kesimpulan dan pertanyaan.
2.2 Nilai-nilai dan butir-butir Pancasila
Pancasila sebagai nilai dasar fundamental negara Republik Indonesia
memiliki suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Nilai dasar merupakan asas-asas
yang kita terima sebagai dalil yang sedikit banyak bersifat mutlak. Kita
menerimanya sebagai suatu yang benar atau tidak perlu dipertanyakan lagi. Sila-sila
dalam pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat hierarkhis dan
sistematis.Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara Indonesia mengandung
makna bahwa dalam tiap aspek kehidupan kemanusiaan kemasyarakatan serta
kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan. Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu
berdasarkan pada kodrat bahwa manusia sebagaiwarga dari negara sebagai
persekutuan hidup adalah berkedudukan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa (hakikat sila pertama). Negara yang merupakan persekutuan hidup
manusiasebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa pada hakikatnya bertujuan untuk

3
mewujudkan harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya atau
makhluk yang beradab (hakikat sila kedua).Untuk terwujudnya suatu negara sebagai
organisasi hidup manusia maka harus membentuk persatuanikatan hidup bersama
sebagai suatu bangsa (hakikat sila ketiga). Terwujudnya persatuan dalam suatu
negara akan melahirkan rakyat sebagai suatu bangsa yang hidup dalam suatu
wilayah negara tertentu.Sehingga dalam hidup kenegaraan itu haruslah mendasarkan
pada nilai bahwa rakyat merupakan asal-mula kekuasaan negara. Maka merupakan
suatu keharusan bahwa negara harus bersifat demokratishak serta kekuasaan negara.
Suatu keharusan bahwa negara harus dijamin baik sebagai individumaupun secara
bersama (hakikat sila keempat). Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan
bersama dari selurh warga negaranya maka dalam hidup kenegaraan harus
mewujudkan jaminan perlindungan bagi seluruh warganya, sehingga untuk
mewujudkan tujuan seluruh warganya harusdijamin berdasarkan suatu prinsip
keadilan yang timbul dalam kehidupan bersama atau kehidupansosial (hakikat sila
kelima). Nilai-nilai di ataslah yang merupakan nilai dasar bagi kehidupan
kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan yang merupakan nilai dasar Pancasila.
Secara kausalitas bahwa nilai-nilai Pancasilaadalah bersifat objektif dan subjektif.
Artinya essensi nilai-nilai Pancasila bersifat Universal yaitu Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Sehingga dimungkinkan dapat
diterapkan pada Negara lain walaupun namanya bukan Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri menunjukkan adanya sifat-sifat umum
universal dan abstrak, karena merupakan suatu nilai.
b) Inti dari nilai-nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan manusia
baik dalamadat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan
keagamaan.
c) Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, menurut ilmu hukum memenuhi
syarat sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental dan suatu sumber hokum positif
Indonesia. Oleh karena itu dalam hierarki tertib hukum Indonesia berkedudukan sebagai
tertib hokum yang tertinggi dan tidak dapat diubah secara hukum, sehingga terletak pada
kelangsungan hidup Negara.

4
Sedangkan nilai-nilai subjektif pancasila dapat diartikan bahwa keberadaan nilai-nilai
pancasila itu bergantung atau melekat pada bangsa Indonesia sendiri. Sebagaimana dijelaskan
seperti berikut :
a) Nilai-nilai pancasila timbul dari bangsa Indonesia sehingga bangsa Indonesia sebagai
kausamaterialis. Nilai-nilai tersebut timbul atas pemikiran dan dan kristalisai nilai luhur
bangsa.
b) Nilai-nilai Pancasila merupakan filsafat (pandangan hidup) bangsa Indonesia
sehinggamerupakan jati diri bangsa, yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilandan kebijaksanaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
c) Nilai-nilai Pancasila didalamnya terkandung ketujuh nilai-nilai: kerohanian yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikian, kebijaksanaanm etis, estetis dan nilai religious yang
manifestasinya sesuaidengan budi nurani bangsa Indonesia karena bersumber pada
kepribadian bangsa (Darmodiharjodalam Pryo Sularso : 2008)
Dapat dikatakan bahwa nilai-nilai Pancasila merupakan das solen atau cita-cita
tentang kebaikan yangharus diwujudkan menjadi kenyataan. Nilai-nilai Pancasila sebagai
nilai fundamental negara. Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsfat Negara Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu sumber dari segala sumber hukum dalam Negara Indonesia.
Sehingga secara objektif merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum,
serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa
Indonesia. Pada tanggal 18 Agustus 1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para
pendiri Negara menjadi lima sila dan ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar
filsafat Negara Republik Indonesia. Sebagaimana ditetapkan dalam Ketetapan No.
XX/MPRS/1966. Bahkan dasar fundamental moral yang dituangkan dari nilai-nilai
Pancasila tersebut juga harus mendasari moral dalam kaitannya politik luar negeri
Indonesia. Sehingga, hendaknya upaya perbaikan kondisi dan nasib bangsa ini didasarkan
pada moralitas, terutama pada moral ketuhanan dan kemanusiaan dalam bingkai dasar
Pancasila. Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila merupakan sesuatu system nilai, oleh
karena itu pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang sistematis dan hirarkis.

5
2.3 Pelanggaran terhadap butir-butir Pancasila
Pelanggaran yang terjadi terhadap butir-butir pancasila sebagai berikut :
Sesama warga yang beragama seharusnya harus saling membina kerukunan hidup
di antara sesama umat beragama dan berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
yang dipercayai dan diyakininya. Dewasa ini di beberapa wilayah Negara Indonesia
terjadi konflik sosial yang bersumber pada masalah Sara’ khususnya masalah agama. Hal
ini menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia kearah kehidupan beragama yang tidak
berkemanusiaan dan betapa melemahnya toleransi kehidupan beragama. Namun apa yang
terjadi di Poso merupakan hal buruk yang sangat memalukan yang pernah ada dalam
sejarah konflik yang ada. Serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah
yang melibatkan kelompok Muslim dan Kristen.
Kemudian terjadi diskriminasi di bidang pekerjaan berdasarkan warna kulit atau
ras (kelompok manusia yang memiliki ciri-ciri fisik khusus). Warga masyarakat dengan
ras Negroid yang berciri kulit hitam, bibir tebal, rambut keriting, dan kelopak mata lurus
ini selalu menjadi sasaran diskriminasi oleh warga masyarakat yang berkulit putih pada
abad ke 19 di Amerika. Warga dengan ras Negroid ini selalu diposisikan menjadi budak,
buruh, dll. Sedangkan warga dengan ras Kaukasoid (kiulit putih, warna rambut pirang
sampai coklat kehitaman, hidung mancung) selalu menjadi majikkan mereka para warga
dengan ras Negroid. Padahal, perbedaan diantara mereka bukanlah perbedaan yang
memperlihatkan mana yang lebih unggul dari yang lainnya, karena tidak ada yang salah
ataupun lebih unggul dari ras lainnya. Perbedaan ini juga disebut sebagai diferensiasi
sosial. Semua ini dipicu oleh adanya keanekaragaman budaya di Indonesia atau yang
sering disebut juga dengan multikulturalisme. Realitas budaya nusantara yang plural
berdasarkan kemajemukan komunitas etnis yang hidup di atas pulau atau gugusan pulau
yang dipisahkan oleh lautan menunjukkan berbagai macam perbedaan.
Kemudian pelanggaran selanjutnya terhadap sila ke-tiga yaitu jika seorang pelajar
tidak melakukan apa yang seharusnya ia lakukan yaitu belajar dengan giat, tetapi ia
malah melakukan banyak penyimpangan sosial. Usia remaja ini memang sedang marak
melakukan banyak hal yang dianggapnya baru. Dan ketika mereka terjebak di daerah
yang semakin membuat mereka jauh dari jalan lurus yang dapat mengantarkan mereka
kepada masa depan yang cerah, maka kelak mereka hanya akan menjadi pengangguran.

6
Semakin banyak pengangguran, maka semakin membuat beban Negara ini semakin berat
di bidang ekonomi. Contoh lainnya dalam hal kegentingan yang memaksa, ketika seorang
pengangguran terdesak oleh suatu biaya tidak menutup kemungkinan kriminalitas akan
terjadi selama ada kesempatan. Hal ini semakin merugikan banyak pihak. Hal tersebut
juga merupakan lawan dari cinta tanah air Indonesia. Sama halnya dengan dua kasus
tersebut yaitu Organisasi Papua Merdeka (OPM). Organisasi Papua Merdeka (OPM)
adalah sebuah gerakan nasionalis yang didirikan tahun 1965 yang bertujuan untuk
mewujudkan kemerdekaan Papua bagian barat dari pemerintahan Indonesia. Sebelum era
reformasi, provinsi yang sekarang terdiri atas Papua dan Papua Barat ini dipanggil
dengan nama Irian Jaya.
Kemudian pelanggaran pada sila ke-empat yaitu tentang korupsi yang diantaranya
adalah kasus Hambalang kasus Century dan sebagainya. Kemudian selanjutnya seringkali
kita melihat pengerahan masa di Pilkada berakhir ricuh. Kita pun banyak melihat
demontrasi mahasiswa (kaum terpelajar) tidak jauh beda dengan masa pendukung politik
yang dibutakan oleh kekuasaan, mereka menjadi anarkis, demontrasi mereka
mengganggu ketertiban umum, sesekali merusak fasilitas rakyat, dan kadang
mengganggu kepentingan rakyat sekalipun mereka bilang sedang membela rakyat.
Beberapa ormas tidak ketinggalan ikut melakukan pengerahan masa dan melakukan
tindakan anarkis. Apabila Pemerintah dan Perwakilan Rakyat cepat tanggap, apakah
anarkisme mereka bisa dicegah? Demokrasi Pancasila itu bukan memaksakan kehendak
dengan pengerahan masa yang anarkis. Tetapi Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah
Kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Artinya kehendak rakyat yang
dimusyawarahkan oleh perwakilannya dengan menggunakan kebijaksanaan pengetahuan
dan nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, dan Keadilan Sosial
Bagi Seluruh Rakyat Indonesia yang dilandasi oleh Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga
melahirkan hikmah yang diharapkan menjadi solusi bagi kehendak itu. Lalu hikmah itu
boleh jadi menolak, memberi jalan yang lain, atau mungkin berupa jalan tengah.
Kemudian pelanggaran sila ke-lima cukup mengiris hati kita yang di alami
seorang anak berusia 15 tahun di Palu yang mencuri sandal seharga Rp. 35.000 milik
seorang anggota polisi. Anak tersebut disidang dan dinyatakan bersalah serta diancam
hukuman 5 tahun. Coba bayangkan, mencuri sandal diancam hukuman 5 tahun tapi para

7
koruptor yang mencuri uang rakyat miliaran rupiah hanya dijatuhi hukuman beberapa
bulan saja, dan tidak hanya itu, para koruptor masih dapat menikmati kemewahan di
dalam penjara. Keadilan di Negeri ini hanya tajam ke bawah tapi masih tumpul ke atas.
Pengadilan begitu tegasnya jika menghadapi rakyat kecil namun jika berhadapan dengan
para pejabat, orang besar, keadilan begitu mudahnya dipermainkan.
2.4 Mengatasi pelanggaran butir pancasila
Pancasila semestinya senantiasa digunakan sebagai acuan dan pedoman dalam
kehidupan sehari-hari. Pancasila bukanlah kumpulan kalimat yang harus dihafalkan saja.
Tetapi harus diresapi dan diaktualisasikan dalam kehidupan. Nilai-nilai luhur yang
terkandung didalamnya harus direalisasikan, tidak hanya sekedar paham saja. Penanaman
nilai-nilai pancasila perlu dilakukan sejak dini yakni melalui keluarga. Keluarga sebagai
lembaga pendidikan pertama memiliki fungsi yang penting terutama dalam penanaman
sikap, nilai hidup serta berfungsi menumbuhkan kesadaran bahwa pancasila sebagai
dasar Negara perlu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Serta perilaku menyimpang
dari nilai-nilai Pancasila yang perlu dihindari. Penanaman kesadaran perilaku
menyimpang pada hakikatnya merupakan penanaman nilai-nilai Pancasila, karenanya
perlu diberikan sejak anak-anak.
Selain dari pihak keluarga, diperlukan pula pendidikan pancasila agar terbentuk
seorang warga Negara yang memiliki intelektual tinggi, serta penuh tanggung jawab
dalam memecahkan masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
menerapkan pemikiran yang berlandaskan pancasila.
Selain pencegahan seperti pada di atas yang dilakukan melalui pendidikan juga
harus dilakukan represif yaitu rehabilitasi bagi pelaku pelanggar butir-butir Pancasila.
Kemudian langkah terakhir adalah kuratif tindak secara tegas bagi setiap pelanggar
pancasila, yaitu lembaga peradilan Negara melakukan tugasnya sesuai dengan peraturan
yang berlaku kepada pelanggar tanpa memandang bulu.

8
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
a. Pancasila dapat disebut sebagai ilmu karena memenuhi syarat : berobyek,
bermetode, bersistem, dan universal.
b. Butir-butir pancasila tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan satu
kesatuan yang sistematis.
c. Banyak terjadi penyimpangan terhadap butir-butir pancasila sehingga dianggap
menjadi hal yang biasa.
d. Cara mengatasi penyimpangan dilakukan preventif (pencegahan), represif
(perlakuan) dan kuratif (penindakan) sesuai dengan kadar pelanggaran.
1.2 Saran
Masyarakat sabagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia tentunya
diharapkan mampu meresapi dan mengaktualisasikan nilai-nilai luhur pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Penyimpangan yang terjadi terhadap nilai luhur pancasila
bukanlah kesalahan satu puhak saja. Tetapi lembaga yang terkait dengan penanaman
nilai-nilai dasar pancasila juga turut bertanggung jawab. Tidaklah bijaksana
menumpukkan kesalahan pada pemerintah, remaja ataupun pihak-pihak terkait. Lebih
bijaksana jika terlebih dahulu mengkaji kondisi dan problematika di dalamnya. Dan dari
situ dapat diberikan solusi yang mudah diaplikasikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://amiktunasbangsap5iantar.blogspot.com/2012/09/perlunya-pendidikan-pancasila-bagi.html

http://buhartini.wordpress.com/2012/10/16/nilai-nilai-dasar-pancasila/

http://mynameisyassi.blogspot.com/2012/08/pendahuluan-indonesiamerdeka-pada.html

http://syuekri.blogspot.com/2012/10/hubungan-pancasila-dengan-uud-1945.html

10

Anda mungkin juga menyukai