RS KARTIKA PULOMAS
JAKARTA TIMUR
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas berkah dan rahmat Nya, sehingga
tersusunlah buku pedoman Pelayanan RS.Kartika pulomas ini.
Saat ini kebutuhan akan standar pelayanan merupakan suatu hal yang sangat penting,
khususnya di Instalasi Laboratorium, buku ini akan menjadi acuan bagi petugas untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada pasien sesuai dengan batasan dan tanggung
jawab masing – masing. Disamping itu, dalam rangka meningkatkan mutu rumah sakit dan
melaksanakan visi dan misinya, diperlukan Pedoman Pelayanan untuk pemeriksaan
laboratorium agar senantiasa dapat menjaga mutu pelayanan yang diberikan kepada pasien.
Buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan saran dari berbagai
pihak sangat kami harapkan untuk revisi dikemudian hari.
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan semakin meningkat dan sudah mengarah
pada spesialisasi dan subspesialisasi. Semakin pesat laju pembangunan, semakin besar pula
tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
bagi masyarakat. Salah satu yang tertuang dalam Undang – undang No.23 Tahun 1992
tentang kesehatan bertujuan melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan serta
memberi kepastian hukum dalam rangka meningkatkan, mengarahkan dan memberi dasar
bagi pembangunan kesehatan. Dalam pembangunan kesehatan. Dalam pembangunan
kesehatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan kesehatan termasuk peningkatan Pelayanan
Laboratorium di Rumah Sakit.
Pelayanan Laboratorium merupakan bagian integral dari pelayanan medik Rumah
Sakit yang perlu mendapat perhatian khusus,karena sebagaimana diketahui bahwa Pelayanan
Laboratorium selain telah dirasakan besar manfaatnya, namun oleh karena didalam
pelaksanaan pemeriksaan laboratorium berhubungan dengan cairan tubuh penderita sehingga
ada resiko bahaya terpapar bahan infeksius baik terhadap pekerja, pasien maupun
lingkungannya, denga demikian Pelayanan Laboratorium harus dikelola oleh mereka yang
benar – benar profesional dalam bidang laboratorium demi keselamatan kerja terhadap bahan
infeksius.
B. Tujuan
Pedoman ini dibuat sebagai acuan pelayanan Laboratorium di RS.Kartika Pulomas,
hal ini karena pemeriksaan laboratorium adalah salah satu komponen penting dalam
penatalaksanaan pasien yang dapat berperan meningkatkan mutu diagnosa klinik, sehingga
pengobatan terhadap pasien menjadi lebih terarah.
C. Ruang Lingkup
Pelayanan Laboratorium di RS.Kartika Pulomas mempunyai ruang lingkup
Laboratorium Klinik Diagnostik.
D. Batasan Operasional
1. Laboratorium
Laboratorium adalah Tempat reset ilmiah, eksperimen, pengukuran ataupun pelatihan
ilmiah dilakukan. Laboratorium biasanya dibuat untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan
– kegiatan tersebut secara terkendali.
2. Laboratorium Klinik
Laboratorium Klinik adalah laboratorium kesehatan yang melaksanakan pelayanan
pemeriksaan specimen klinik untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan perorangan
terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan
kesehatan
Laboratorium ini sering dibagi atas sejumlah bagian :
a. Kimia klinik biasanya menerima serum. Sering kali bagian ini adalah bagian yang
melakukan pemeriksaan rutin terbanyak. Mereka menguji komponen/analit yang
berbeda – beda dalam serum atau plasma.
b. Hematologi menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka melakukan perhitungan
darah dan evaluasi morfologi darah.
c. Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, peralatan medis
begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk memeriksa
mikroba patogen.
d. Parasitologi mengamati parasit.
e. Koagulasi menganalisis waktu bekuan dan faktor koagulasi
f. Urinalisis menguji air seni untuk sejumlah analit.
g. Toksikologi menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksik lain.
h. Immunohematologi atau bank darah menyediakan komponen, derivat, dan produk
darah untuk transfusi.
i. Histologi memproses jaringan padat yang diambil dari tubuh untuk membuat di kaca
mikroskop dan menguji detail sel.
j. Sitologi menguji usapan sel ( seperti dari mulut rahim ) untuk membuktikan kanker
dan keadaan lain.
k. Sitogenetika melibatkan penggunaan darah dan sel lain untuk mendapatkan kariotipe,
yang dapat berguna dalam diagnosis prenatal ( mis : sindrome down ) juga kanker (
beberapa kanker memiliki kromosom abnormal ).
l. Virologi dan analisis DNA juga dilakukan di laboratorium klinik yang besar.
m. Patologi Bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin dan jaringan lain yang di
biopsi pada bedah seperti vasektomi payudara.
5. Tenaga Penunjang Laboratorium adalah tenaga yang mencakup : Teknisi Alat – alat
Analyzer laboratorium, paramedis, petugas administrasi laboratorium.
6. Standar Prosedur Operasional ( SPO ) adalah kumpulan instruksi, langkah – langkah yang
telah dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
7. Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang dipergunakan, aktifitas
dan jumlah petugas yang berhubungan dengan spesimen/pasien untuk kebutuhan
pemeriksaan laboratorium. Semua ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai
alur pelayanan dan memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup.
8. Peralatan Laboratorium
Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan yang diperlukan sesuai dengan
layanan yang disediakan sekalipun tidak digunakan secara rutin. Pada saat instalasi alat
maupun saat kerja rutin, peralatan harus diperhatikan menunjukan kemampuan atau
memenuhi kinerja yang dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk
pemeriksaan bersangkutan.
9. Bahan Laboratorium
a. Reagent adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
b. Standar adalah zat – zat yang konsentrasi atau kemurniannya diketahui dan diperoleh
dengan cara penimbangan.
c. Bahan Kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau ketepatan suatu
pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi kualitas hasil pemeriksaan sehari
– hari.
d. Air merupakan bahan termurah dari semua bahan yang digunakan di laboratorium
tetapi air merupakan bahan terpenting dan yang paling sering digunakan, oleh karena
itu kualitas air yang digunakan harus memenuhi standar seperti halnya bahan lain
yang digunakan dalam analisis.
e. Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi ( nutrient ) yang dipakai
untuk menumbuhkan mikroba.
10. Spesimen merupakan bahan pemeriksaan yang berasal dari manusia. Sedangkan sampel
dapat diartikan sebagai bahan dari spesimen manusia atau dapat berupa bahan
pemeriksaan bersumber lingkungan ( non klinis ).
E. Landasan Hukum
1. UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk
pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-
undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik
Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit
(termasuk di dalamnya adalah pelayanan laboratorium klinik) untuk mengukur mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Penanggung jawab Laboratorium adalah seorang dokter spesialis patologi klinik yang
bertanggung jawab kepada direktur atas pelayanan yang ada dilaboratorium. Penanggung
jawab Laboratorium memiliki uraian tugas seperti :
3. Administrasi Laboratorium
Administrasi Laboratorium adalah staf dibawah kepala unit laboratorium yang memiliki
uraian tugas sebagai berikut :
Pelayanan Pemeriksaan Laboratorium adalah staf dibawah kepala unit laboratorium yang
memiliki uraian tugas sebagai berikut :
Tabel 1.1
NAMA
URAIAN TUGAS KUALIFIKASI
JABATAN
Jika waktu efektif kerja shift sore adalah 6 jam, maka petugas laboratorium yang di
butuhkan adalah :
Jika waktu efektif kerja shift pagi adalah 6 jam, maka petugas laboratorium yang di
butuhkan adalah :
3. Shift Malam
1) Uraian Pekerjaan
Kegiatan rutin yang dilaksanakan oleh petugas laboratorium adalah sebagai berikut :
a. Registrasi Pasien
a) Mendaftarkan pasien Rawat Jalan
b) Mendaftarkan pasien Rawat Inap
c) Pemberian label sampel
d) Persiapan sampling
e) Pengambilan hasil pemeriksaan
f) Penulisan hasil pemeriksaan
g) Mengarsip hasil pemeriksaan
b. Pengambilan sampel
a) Sampel Darah
- Sampel darah vena
- Sampel darah arteri
- Sampel darah perifer
b) Sampel Urin
- Urin lengkap
- Urin rutin
c) Test Kehamilan
d) Sampel Feaces
e) Feaces lengkap
f) Sampel Dahak
- Sampel dahak sewaktu
- Sampel dahak pagi
c. Pemeriksaan laboratorium rutin
a) Pemeriksaan hematologi
b) Pemeriksaan Kimia Klinik
c) Pemeriksaan Urinalisa
d) Pemeriksaan Feaces
e) Persiapan dan Tata laksana pemeriksaan
f) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan sampel
g) Memberi label pada tabung sampel pasien
h) Melakukan sampling
d. Analisa Sampel
a) Pemeriksaan sampel
b) Memastikan tidak adanya kesalahan pasien
c) Memastikan kualitas hasil pemeriksaan
d) Menginput hasil pemeriksaan
e) Merapikan hasil dan formulir permintaan dari dokter dan memberi identitas
pada amplop
2). Analisa Beban Kerja
Diketahui :
Jumlah pemeriksaan rata – rata : 8 pemeriksaan
Waktu efektif kerja : 6 jam
Waktu rata – rata yang dibutuhkan untuk melaksanakan pemeriksaan :
a) Registrasi pasien : 10 menit/pemeriksaan
b) Pemeriksaan lab rutin : 45 menit/pemeriksaan
c) Menginput hasil pemeriksaan dan ekpertisi : 10 menit/pemeriksaan
d) Kegiatan lain : 40 menit/pemeriksaan
(Persiapan reagent,waktu inkubasi sampel)
3). Perhitungan
Waktu yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan :
a) Registrasi pasien : 8 pemeriksaan x 10 menit = 80 menit
b) Pemeriksaan lab rutin : 8 pemeriksaan x 45 menit = 360 menit
c) Menginput hasil pemeriksaan dan ekspertisi : 8 pemeriksaan x 10 menit = 80
menit
d) Kegiatan lain (Persiapan reagent,waktu inkubasi sampel) = 40 menit
Jika waktu efektif kerja shift malam adalah 6 jam, maka petugas laboratorium yang di
butuhkan adalah :
C. Pengaturan Jaga
Laboratorium merupakan salah satu penunjang medis terpenting di dalam rumah sakit,
sehingga laboratorium harus ada sewaktu – waktu, sehingga laboratorium dibuat 24 jam
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. untuk pembagian dinas, laboratorium dibuat 3 shift
untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut :
a. Dinas pagi 7 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 1 orang kepala ruangan dan 2
orang analis pelaksana.
b. Dinas sore 7 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 2 orang analis pelaksana.
c. Dinas malam 10 jam kerja dengan kualifikasi ketenagaan 2 orang analis pelaksana.
BAB III
Meja sampling
Wastafel
Wastafel
Meja
RUANG ANALISA
Analisa
Meja Analisa
B. Fasilitas
Instalasi laboratorium memiliki fasilitas ruangan yang terdiri dari :
Ruang Penerimaan pasien
Digunakan sebagai penerimaan pasien,sampling,penginputan hasil lab, ruang kerja
kepala laboratorium,yang didalamnya memiliki fasilitas :
1 meja sampling
2 meja administrasi
1 meja kerja kepala ruangan
1 buah kursi pasien
3 buah kursi kerja
1 buah televisi
1 buah pesawat telepon
1 buah kalender dinding
2 buah kalender meja
2 buah rak meja
1 buah jam dinding
2 buah tempat sampah
2 unit komputer
1 unit mesin printer
1 buah kulkas
1 buah AC
1 buah lampu neon putih
Ruang Analisa
Digunakan sebagai ruang untuk melakukan pemeriksaan laboratorium,yang
didalamnya memiliki fasilitas :
2 buah wastafel
1 buah alat roller mixer
1 buah alat hematology analyzer
1 buah alat elektrolit analyzer
2 buah alat kimia klinik analyzer
1 buah alat stabilyzer
5 buah micropippet
2 buah microskop
1 buah lampu meja
1 buah rotator
1 buah heater water
1 buah centrifuge
1 buah alat uine analyzer
1 buah exhouse fan
1 buah loker
1 buah dispenser
2 buah papan tulis
1 buah AC
2 buah lampu neon putih
1 buah kursi kerja
2 buah tempat sampah medis dan non medis
BAB IV
c. Penyerahan Hasil
Hasil laboratorium yang telah diprint dimasukkan kedalam amplop
Mengarsipkan semua hasil serta jam pemeriksaan dan selesai hasil dan jumlah harga
pemeriksaan kedalam buku registrasi laboratorium
Melayani pengambilan hasil laboratorium
BAB V
LOGISTIK
Keperluan logistik di unit laboratorium meliputu bahan medis yang dipenuhi oleh
instalasi farmasi seperti : handscoon, masker, alcohol swab, spuit, micropore, dll. Sedangkan
untuk bahan – bahan reagensia dan ATK (Alat Tulis Kantor ) dipenuhi melalui bagian
pengadaan / logistik .
Bagian
1) Alur Permintaan Barang Bahan Medis dan Non Medis
Pengadaan
Logistik umum
Permintaan
Ka. Lab Barang
Bagian
Pengadaan
Logistik farmasi
2) Perencanaan
Pengadaan bahan laboratorium harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut :
a) Tingkat Persediaan
Pada umumnya tingkat persediaan harus selalu sama dengan jumlah persediaan yaitu
jumlah persediaan minimum ditambah jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan untuk memenuhi
kegiatan operasional normal, sampai pengadaan berikutnya dari pembekal atau ruang
penyimpanan umum.
Safety stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada untuk bahan – bahan
yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima dari pemasok.
Buffer stock adalah stock penyangga kekurangan reagent di laboratorium.
Reserve stock adalah cadangan reagent/sisa.
b) Perkiraan jumlah kebutuhan
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah pemakaian atau pembelian
bahan dalam periode 6-12 bulan yang lalu dan proyeksi jumlah pemeriksaan untuk
periode 6-12 bulan untuk tahun yang akan datang. Jumlah rata – rata pemakaian
bahan untuk satu bulan perlu dicatat.
c) Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan bahan ( delivery time )
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai bahan diterima dari
pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan yang sulit didapat.
Perencanaan dimulai dari Penanggung jawab ADM dan Logistik yang mendata
kebutuhan barang – barang medis dan non medis habis pakai setiap bulan, mencek
barang dan kebutuhan yang diperlukan dan membuat bon permintaan barang yang
kemudian diserahkan kepada kepala ruangan laboratorium untuk ditandatangani untuk
kemudian diberikan kepada bagian pengadaan atau kebagian farmasi sesuai dengan
kebutuhan pemesanannya.
3) Permintaan
Permintaan barang tersebut dilakukan sesuai kebutuhan permintaan, kebagian farmasi
atau kebagian pengadaan dengan menggunakan formulir bon permintan barang.
Dalam keadaan mendesak dan stock barang di laboratorium kosong, maka permintaan
barang bisa dilakukan sewaktu – waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan.
4) Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara cermat dengan
mempertimbangkan :
a) Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah :
Pertama masuk – petama keluar ( FIFO – first in – first out ), yaitu bahwa
barang yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
Masa kadarluarsa pendek dipakai dahulu ( FEFO – first expired – first out )
Hal ini adalah untuk menjamin barang tidak rusak akibat penyimpanan yang
terlalu lama.
b) Tempat penyimpanan
c) Suhu / kelembaban
d) Sirkulasi udara
e) Incompatibility / Bahan kimia yang tidak boleh bercampur
5) Penggunaan
Penggunaan barang dan reagensia yang lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan
lebih dahulu.
Sedangkan yang memiliki Masa kadarluarsa pendek juga dipakai terlebih dahulu.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimana
rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :
assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem
tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan.
B. Tujuan
1) Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2) Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3) Menurunnya Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
4) Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan
kejadian tidak diharapkan
KESELAMATAN KERJA
A. Pedoman Umum
Kesehatan dan Keselamatn Kerja ( K3 ) laboratorium merupakan bagian dari
pengelolaan laboratorium secara keseluruhan. Laboratorium melakukan berbagai
tindakan dan kegiatan terutama berhubungan dengan spesimen yang berasal dari
manusia maupun bukan manusia. Bagi petugas laboratorium yang selalu kontak
dengan spesimen, maka berpotensi terinfeksi kuman patogen. Potensi infeksi juga
dapat terjadi dari petugas ke petugas lainnya, atau keluarganya dan ke masyarakat.
Untuk mengurangi bahaya yang terjadi, perlu adanya kebijakan yang ketat. Petugas
harus memahami keamanan laboratorium dan tingkatannya, mempunyai sikap dan
kemampuan untuk melakukan pengamanan sehubungan dengan pekerjaannya sesuai
SPO, serta mengontrol bahan/spesimen secara baik menurut praktik laboratorium
yang benar.
1) Petugas / Tim K3 Laboratorium
Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi tanggung jawab
setiap petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses pengambilan
spesimen, bahan, reagent pemeriksaan. Untuk mengkoordinasikan,
menginformasikan, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan keamanan
laboratorium, terutama untuk laboratorium yang melakukan berbagai jenis
pelayanan dan kegiatan pada satu sarana, diperlukan suatu Tim fungsional
keamanan laboratorium.
Kepala laboratorium adalah penanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan
K3 laboratorium. Dalam pelaksanaannya kepala laboratorium dapat menunjuk
seorang petugas atau membentuk tim K3 laboratorium.
Petugas atau tim K3 laboratorium mempunyai kewajiban merencanakan dan
memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh setiap petugas laboratorium,
mencakup :
a. Melakukan pemeriksaan dan pengarahan secara berkala terhadap
metoda/prosedur dan pelaksanaannya, bahan habis pakai dan peralatan kerja,
termasuk untuk kegiatan penelitian.
b. Memastikan semua petugas laboratorium memahami dan dapat menghindari
bahaya infeksi.
c. Melakukan penyelidikan semua kecelakaan di dalam laboratorium yang
memungkinkan terjadinya pelepasan/kebocoran/penyebaran bahan infektif.
d. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan dekontaminasi yang
telah dilakukan jika ada tumpahan/percikan bahan infektif.
e. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan terhadap peralatan
laboratorium yang akan diservis atau diperbaiki.
f. Menyediakan kepustakaan/rujukan K3 yang sesuai dan informasi untuk
petugas laboratorium tentang perubahan prosedur, metode, petunjuk teknis dan
pengenalan pada alat baru.
g. Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi petugas laboratorium.
h. Memantau petugas laboratorium yang sakit atau absen yang mungkin
berhubungan dengan pekerjaan di laboratorium dan melaporkannya pada
pimpinan laboratorium.
i. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan limbah infektif dibuang secara
aman setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
j. Mengembangkan sistem pencatatan, yaitu tanda terima, pencatatan perjalanan
dan pembuangan bahan patogenik serta mengembangkan prosedur untuk
pemberitahuan kepada petugas laboratorium tentang adanya bahan infektif
yang baru di dalam laboratorium.
k. Memberitahu kepala laboratorium mengenai adanya mikroorganisme yang
harus dilaporkan kepada pejabat kesehatan setempat ataupun nasional dan
badan tertentu.
l. Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul di luar jam kerja.
m. Membuat rencana dan melaksanakan pelatihan K3 laboratorium bagi seluruh
petugas laboratorium.
n. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di laboratorium dan
melaporkannya kepada kepala laboratorium.
Setiap laboratorium sebaiknya membuat pokok – pokok K3
laboratorium yang penting dan ditempatkan di lokasi yang mudah dibaca oleh
setiap petugas laboratorium.
2) Kesehatan Petugas Laboratorium
Pada setiap calon petugas laboratorium harus dilakukan pemeriksaan
kesehatan lengkap termasuk foto toraks.
Keadaan kesehatan petugas laboratorium harus memenuhi standar kesehatan
yang telah ditentukan di laboratorium.
Untuk menjamin kesehatan para petugas laboratorium harus dilakukan hal –
hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja dengan bahan
yang diduga mengandung bakteri tuberkulosis, sedangkan bagi petugas
lainnya, foto toraks dilakukan setiap 3 tahun.
b. Pemberian imunisasi
Setiap laboratorium harus mempunyai program imunisasi, terutama bagi
petugas yang bekerja di laboratorium tingkat keamanan biologis 2,3 dan 4.
Vaksinasi yang diberikan :
Vaksinasi Hepatitis B untuk semua petugas laboratorium
Vaksinasi Rubella untuk petugas wanita usia reproduksi
Pada wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH ( Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus dan Herpes virus ).
c. Perlindungan terhadap sinar Ultra Violet
Petugas laboratorium yang bekerja dengan sinar ultra violet harus
menggunakan pakaian pelindung khusus dan alat pelindung mata.
d. Pemantauan Kesehatan
Kesehatan setiap petugas laboratorium harus selalu dipantau, untuk itu setiap
petugas harus mempunyai Kartu Kesehatan yang selalu dibawa setiap saat dan
diperlihatkan kepada dokter bila petugas tersebut sakit. Minimal setiap tahun
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan rutin termasuk pemeriksaan
laboratorium.
Bila petugas laboratorium sakit lebih dari 3 hari tanpa keterangan yang jelas
tentang penyakitnya maka petugas yang bertanggung jawab terhadap K3
laboratorium harus melapor pada kepala laboratorium tentang kemungkinan
terjadinya pajanan yang diperoleh dari laboratorium dan menyelidikinya.
D. Penanganan Limbah
Laboratorium dapat menjadi salah satu sumber penghasil limbah cair, padat
dan gas yang berbahaya bila tidak ditangani secara benar. Karena itu pengolahan
limbah harus dilakukan dengan semestinya agar tidak menimbulkan dampak negatif.
a. Penanganan
Prinsip pengolahan limbah adalah : pemisahan dan pengurangan volume.
Jenis limbah harus diidentifikasi dan dipilah – pilah dan mengurangi keseluruhan
volume limbah secara kontinue.
b. Penampungan
Harus diperhatikan serana penampungan limbah harus memadai, diletakkan
pada tempat yang pas, aman dan hygienis.
Pemadatan adalah cara yang efisien dalam penyimpanan limbah yang bisa
dibuang dengan landfill, namun pemadatan tidak boleh dilakukan untuk limbah
infeksius dan limbah benda tajam.
c. Pemisahan limbah
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan dibuang
adalah dengan cara menggunakan kantong berkode ( umumnya menggunakan
kode warna ). Namun penggunaan kode tersebut perlu perhatian secukupnya
untuk tidak sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang mungkin
juga menggunakan kode warna, mis: kantong untuk linen biasa, linen kotor, dan
linen terinfeksi di rumah sakit dan tempat – tempat perawatan.
d. Standarisasi kantong dan kontainer pembuangan limbah
Keberhasilan pemisahan limbah tergantung kepada kesadaran, prosedur yang
jelas serta keterampilan petugas sampah pada semua tingkat
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Agar upaya peningkatan mutu di RS.Zahirah dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan
mutu pelayanan.
A. Mutu Pelayanan
1) Pengertian mutu
a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa
b. Mutu adlah expertise, atau keahlian dan keterikatan ( komitmen ) yang selalu
dicurahkan pada pekerjaan
c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar
d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan
2) Pihak yang berkepentingan dengan Mutu
a. Konsumen
b. Pembayar / perusahaan / asuransi
c. Manajemen
d. Karyawan
e. Masyarakat
f. Pemerintah
g. Ikatan profesi
Setiap kepentingan yang disebut diatas berbeda sudut pandang dan
kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional.
3) Dimensi Mutu
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan Pasien
d. Kepuasan Pasien
e. Aspek sosial budaya
4) Mutu terkait dengan Input, Proses, Output
Menurut Dinadebian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan 3 variable,yaitu :
a. Input ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan pelayanan
kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain – lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu
memerlukan dukungan input yang bermutu pula. Hubungan struktur dengan
mutu pelayanan kesehatan adalah perencanaan dan peggerakan pelayanan
kesehatan.
b. Proses ialah interaksiprofesional antara pemberi pelayanan dengan konsumen (
Pasien / Masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang
penting.
c. Output ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen ( pasien / masyarakat ), termasuk kepuasan dari konsumen
tersebut.
B. Upaya Peningkatan Mutu
Upaya peningkatan mutu pelayanan dilakukan melalui upaya peningkatan
mutu pelayanan RS.Zahirah secara efektif dan efisien agar tercapai derajat kesehatan
yang optimal. Upaya ini dilakukan melalui :
a. Optomasi tenaga, sarana dan prasarana
b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan yang
dilaksanakn secara menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien
c. Pemanfaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan
kesehatan
Setiap petugas harus mempunyai kompetensi bidang profesinya, sehingga mutu
pelayanan dapat ditingkatkan, angka kesalahan tindakan dapat diperkecil sesuai
dengan target mutu laboratorium dan kepuasan pelanggan dapat meningkat.
Pemantapan mutu laboratorium klinik melalui tahap pra analitik meliputi kegiatan
mempersiapkan pasien, menerima pasien, mengambil spesimen, memberi identitas, menguji
mutu air dan reagensia.Tahap analitik meliputi kegiatan pengolahan spesimen, pemeliharaan
dan kalibrasi peralatan, pelaksanaan pemeriksaan, pengawasan ketelitian dan ketepatan
pemeriksaan.Tahap pasca analitik meliputi kegiatan pencatatan hasil pemeriksaan dan
pelaporan hasil pemeriksaan.
Tahap analitik merupakan kegiatan yang dapat dikendalikan oleh petugas
laboratorium untuk mencegah kesalahan acak yang berhubungan dengan ketepatan hasil
analisis laboratorium kimia klinik.
Pra analitik
Persiapan Pasien
Penerimaan Spesimen
Pengambilan Spesimen
Pemberian etiket
Analitik
Pengolahan Spesimen
Pemeliharaan/Kalibrasi Alat Mutu Hasil
Pelaksanaan Pemeriksaan Analisis
PEMANTAPAN Laboratorium
MUTU Patologi Klinik
Pasca Analiik
Pencatatan Hasil
Pemeriksaan
Pelaporan Hasil
Kontrol
Ketelitian & Ketepatan
Pemantapan
BAB IX Mutu
Internal / Eksternal
PENUTUP
Pedoman organisasi Unit Laboratorium yang sudah kita susun bersama, hendaknya
menjadi dasar setiap SDM di Unit Laboratorium khususnya dan SDM RS.Zahirah dan
menjalankan organisasi demi tercapainya kinerja yang optimal.