Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

1. Anatomi Sistem Kardiovaskuler ( Hipertensi )

Gambar 1.1 Anatomi Jantung

a. Jantung
Berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak didalam dada, batas
kanannya terdapat pada sternum kanan dan aspeknya pada ruang intercostalis
kelima kiri pada linea midclavicular.
Hubungan jantung adalah:
Atas : pembuluh darah besar
Bawah : diafragma
Setiap sisi : paru-paru
Belakang : aorta desendens, oesophagus, columna vertebralis.

b. Arteri
Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ.
Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan
elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang
terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri
yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang
disampaikan pada suatu organ).

14
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan
pada setiap detiknya
2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka
tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri
tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk
melalui pembuluh yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan
naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding
arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang
sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi “vasokonstriksi”,
yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan


darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika
aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak
cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun atau menjadi
lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh
perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem
saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

c. Perubahan fungsi ginjal


Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
1. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.
2. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal.
3. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon

14
angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena


itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya
tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu
ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan
cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya
tekanan darah.

d. Arteriol
Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot
dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi
diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada
jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan
meningkat.

e. Pembuluh darah utama dan kapiler


Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan
langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil
yang membuka pembuluh darah utama.

f. Sinusoid
Terdapat limpa, hepar, sumsum tulang dan kelenjar endokrin. Sinusoid tiga
sampai empat kali lebih besar dari pada kapiler dan sebagian dilapisi dengan
sel sistem retikulo-endotelial. Pada tempat adanya sinusoid, darah mengalami
kontak langsung dengan sel-sel dan pertukaran tidak terjadi melalui ruang
jaringan.

g. Vena dan venul


Venul adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh
gabungan venul. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara
sempurna satu sama lain.

14
2. Fisiologi Tekanan Darah
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tekanan darah adalah curah jantung,
tekanan pembuluh darah perifer, dan volume/aliran darah. Kontrol terhadap tekanan
darah bergantung pada sensor-sensor yang secara terus-menerus mengukur tekanan
darah dan mengirim informasinya ke otak. Otak mengintegrasikan semua informasi
yang masuk dan berespons dengan mengirim rangsangan eferen ke jantung dan
sistem pembuluh melalui saraf-saraf otonom. Berbagai hormon dan mediator
kimiawi lokal berperan dalam mengontrol tekanan darah.
Tekanan darah secara terus-menerus di pantau oleh sensor-sensor yang disebut
baroreseptor. Refleks baroreseptor mungkin merupakan refleks yang paling utama
dalam menentukan kontrol regulasi denyut jantung dan tekanan darah. Pada saat
tekanan darah arteri meningkat dan arteri merenggang, reseptor-reseptor ini dengan
cepat mengirim impulsnya ke pusat vasomotor. Pusat vasomotor di hambat
mengakibatkan vasodilatasi pada arteriol dan vena sehingga tekanan darah menurun.
Sebaliknya penurunan tekanan arteri rata-rata menyebabkan refleks vasokontriksi
dan meningkatkan curah jantung, dengan demikian meningkatkan tekanan darah.
Fungsi rekasi cepat dari baroreseptor adalah melindungi siklus sirkulasi darah
selama fase akut perubahan tekanan darah. (Arif Muttaqin., 2009).

3. Definisi Hipertensi
Menurut Wajan Juni Udjianti, 2011 mengatakan bahwa hipertensi atau tekanan darah
tinggi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah
arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-
arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan
meningkatkan tekanan melawan dinding arteri. Hipertensi menambah beban kerja
jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan kerusakan jantung dan
pembuluh darah.

Hipertensi adalah sebagai tekanan darah ≥ 140 mmHg dan atau tekanan darah
diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada seseorang klien pada tiga kejadian terpisah
(Ignatavicus, 1994). Menurut WHO, batasan tekanan darah yang masih dianggap
normal adalah 140/90 mmHg, sedangkan tekanan darah ≥ 160/95 mmHg dinyatakan
sebagai hipertensi. Batasan WHO tersebut tidak membedakan usia dan jenis
kelamin.

14
Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg. Hipertensi sering menyebabkan
perubahan pada pembuluh darah yang dapat mengakibatkan semakin tingginya
tekanan darah. (Arif Muttaqin.,2012).

Dari definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipertensi adalah peningkatan
abnormal tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik
lebih dari 90 mmHg.

4. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi berdasarkan level tekanan darah (sumber Guyton dan Hall,
1997)
Tekanan darah sistolik dan diastolik
blood pressure (SBP dan DBP)
Normotensi < 140 SBP dan < 90 DBP
Hipertensi ringan 140-180 SBP atau 90-105 DBP
Subgroup : garis batas 140-160 SBP atau 90-105 DBP
Subgroup : garis batas 140-160 SBP dan < 90 DBP
Hipertensi sedang dan berat >180 SBP atau >150 DBP
Hipertensi sistolik terisolasi >140 SBP dan >90 DBP

Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 7 (2003) dapat dilihat pada tabel.
Tekanan Diastolik
Klasifikasi Tekanan Sistolik (mmHg)
(mmHg)
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage I 140-150 90-99
Hipertensi stage II >150 >100

5. Etiologi Hipertensi
Menurut Wajan Juni Udjianti, 2011, berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi
menjadi dua golongan :
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer

14
Merupakan 90% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi esensial
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui
penyebabnya (idiopatik). Beberapa faktor diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial seperti berikut :
a. Genetik : individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi,
berisiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia : laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita pasca
menopause berisiko tinggi untuk mengalami hipertensi.
c. Diet : konsumsi diet tinggi garam atau lemak secra langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan : obesitas (> 25% diatas BB ideal) dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup : merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah, bila gaya hidup menetap.

2. Hipertensi Sekunder
Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah hipertensi sekunder,
yang didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah karena suatu kondisi
fisik yang ada sebelumnya seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid.
Faktor pencetus munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan
kontransepsi oral, coarctation aorta, neuregenik (tumor otak, ensefalitis,
gangguan psikiatris), kehamilan, peningkatan, volume intravaskular, luka
bakar, dan stres.

6. Patofisiologi
Pengaturan tekanan darah arteri meliputi kontrol sistem persyarafan yang kompleks
dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam memengaruhi curah
jantung dan tahanan vaskular perifer. Hal lain yang ikut dalam pengaturan tekanan
darah adalah refleksi baroreseptor dengan mekanisme berikut ini.

Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan
perifer di tentukan oleh diameter arteriol. Bila diamater menurun (vasokontraksi),
tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameter
meningkat(vasodilatasi), tahanan perifer menurun.

14
Bila terdapat gangguan menetap yang menyebabkan kontruksi Arteriol, tahanan
perifer total dan tekanan arteri rerata meningkat. Dalam menghadapi gangguan
menetap, curah jantung harus di tingkatkan untuk mempertahankan keseimbangan
sistem. Hal tersebut diperlukan untuk mengatasi tahanan, sehingga pemberian oksigen
dan nutrien ke sel dan pembuangan produk sampah sel tetap terpelihara. Untuk
meningkatkan curah jantung, sistem saraf simpatis akan merangsang jantung untuk
berdenyut lebih cepat; juga meningkatkan volume sekuncup dengan cara membuat
vasokontraksi selektif pada organ perifer, sehingga darah yang kembali lebih banyak
lebih banyak. Dengan adanya hipertensi kronis, baroresptor akan terpasang dengan
level yang lebih tinggi, dan akan merespon meskipun level yang baru tersebut
sebernarnya normal

Pada mulanya, mekanisme tersebut bersifat kompensasi. Namun proses adaptif


tersebut membuka jalan dengan memberikan pembebanan pada jantung. Pada saat
yang sama, terjadilah perubahan degeneratif pada arteriol yang menanggung tekanan
tinggi terus-menerus. Perubahan tersebut terjadi dalam organ seluruh tubuh, termasuk
jantung, mungkin akibat berkurangnya pasokan darah ke miokardium. Untuk
memompa darah, jantung harus bekerja keras untuk mengatasi tekanan balik muara
aorta.

Akibat beban kerja ini, otot ventrikel kiri mengalami hipertrofi atau membesar.
Terjadilah dilatasi dan pembesaran jantung. Kedua perubahan struktural tersebut
bersifat adaftif; keduanya meningkatkan volume sekuncup jantung. Pada saat istirahat,
respon kompesansi tersebut mungkin memadai, namun dalam keadaan pembebanan,
jantung tidak mampu memenuhi kebutuhan tubuh; orang tersebut akan cepat lelah dan
nafas pendek.

14
Pathway
Faktor predisposisi, usia, jenis kelamin, merokok, stress, genetik,
alkohol, obesitas

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Vasokontriksi

Gangguan sirkulasi

Otak Pembuluh darah

Sistemik
Kurangnya
Resistensi informasi mengenai
pembuluh darah proses penyakit
otak
Vasokontriksi

Kurangnya
Nyeri pengetahuan
Blood
kepala
afterlood

Menurunnya Intoleransi
curah jantung aktivitas

Skema 1.1 Pathway Hipertensi (Sumber: Mary DiGiulio & Donna Jackson, Keperawatan Medikal
Bedah, Yogyakarta. 2014. Hal 41)

14
7. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala hipertensi dibedakan menjadi:
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal
ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak teratur.
2. Gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Namun ada juga gejala gejala lain seperti:
a. Sakit kepala, pusing
b. Lemas
c. Sesak napas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Kesadaran menurun

8. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kimia darah
a. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi atau faal
renal.
b. Serum glukosa: hiperglisemia (diabetes melitus adalah presipitator
hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin.
c. Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar mengindikasikan
predisposisi pembentukan plaque atheromatus.
d. Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi faktor resiko hipertensi.
2. Elektrolit.
a. Serum potassium atau kalium
b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.
3. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengindikasikan
disfungsi renal aau diabetes.

14
4. Radiologi seperti rontgen toraks menilai adanya klasifikasi obstruktif katup
jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.
5. EKG: menilai adanya hipertrofi miokard, pola strain, gangguan konduksi atau
distrima. (Wajan Juni Udjianti: 2011: 109).

9. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologi
Obat-obatan berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi terbagi menjadi
beberapa golongan, yaitu diuretik, beta bloker, penghambat ACE, antagonis
kalsium, dan sebagainya.
2. Non farmakologi
a. Teknik-teknik mengurangi stress
b. Penurunan berat badan
c. Pembatasan alkohol,natrium, dan tembakau.
d. Olahraga/latihan
e. Relaksasi merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap
terapi antihipertensi. (Mary Baradero, 2008: 53).

10. Pengkajian Keperawatan


a. Riwayat atau adanya faktor faktor resiko
1. Kegemukan
2. Riwayat keluarga positif
3. Peningkatan kadar lipid serum
4. Merokok berat
5. Penyakit ginjal
6. Terapi hormon kronis
7. Gagal jantung
8. Kehamilan
b. Tanyakan tentang kepatuhan dengan program penatalaksanaan antihipertensif
yang diresepkan.
c. Tanyakan tentang obat-obatan yang terakhir digunakan.
d. Kaji TD pada kedua lengan-berbaring,duduk,dan berdiri.
e. Pemeriksaan fisik berdasarkan survei umum dan pengkajian neurologis dapat
menunjukkan manifestasi kerusakan organ.

14
1. Otak
Sakit kepala, muntah, kebas kaki atau kesemutan pada ekstremitas,
mengantuk, kacau mental, kejang atau koma.
2. Mata
Renopati (hanya dapat dideteksi dengan penggunaan oftalmoskop),
penglihatan kabur.
3. Jantung
Gagal jantung
4. Ginjal
Penurunan haluaran urine dalam hubungannya dengan masukan cairan,
penambahan berat badan tiba-tiba edema
f. Kaji sikap pasien tentang mengalami kondisi ini. Cari petunjuk yang
mepredisposisikan ketidakpatuhan (sebagai contoh, pernyataan seperti “Ini
tidak benar. Saya tidak merasa sakit”. “Saya dengan pasti tidak
menginginkan pil-pil ini setiap hari”. “Saya baik-baik saja. ”Saya takut
menjadi kecanduan obat-obatan”.

11. Diagnosa Keperawatan


Menurut Wajan Juni Udjanti., 2011 diagnosa keperawatan yang muncul :
a. Gangguan rasa nyaman (nyeri kepala akut) berhubungan dengan peningkatan
tekanan vascular otak.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Resiko tinggi injury ditandai dengan spasme arteri dan retina.

12. Intervensi Keperawatan


Menurut Wajan Juni Udjanti., 2011 intervensi keperawatan :
Gangguan rasa nyaman (nyeri kepala akut) b/d peningkatan tekanan vascular otak.
Tujuan : mengurangi nyeri dan menurunkan tekanan pembuluh darah otak.

14
Intervensi Rasional

1. Pertahankan bed rest selama fase 1. Bed rest adekuat dan tindakan
akut. kenyamanan membantu
merelaksasikan otot dan
menurunkan kecemasan.
2. Berikan tindakan kenyamanan 2. Dengan diberikan tindakan
untuk mengurangi sakit kepala kenyamanan seperti kompres di
seperti masase punggung dan dahi atau leher, teknik relaksasi
leher, elevasi kepala, kompres dan lain-lain akan mengurangi
hangat di dahi atau leher, teknik nyeri pada klien.
relaksasi, meditasi, imaginasi
terbimbing, distraksi, dan
aktivitas diversional.
3. Kurangi aktivitas yang 3. Tehnik mengurangi aktivitas
merangsang aktivitas simpatis membantu keseimbangan antara
yang makin memperberat sakit suplai dan kebutuhan oksigen.
kepala seperti batuk lama,
ketegangan saat defekasi. 4. Menghentikan perdarahan, akibat
4. Berikan tampon hidung dan pecahnya kapiler nasal.
kompres dengan es bila terjadi
epistaksis.

14
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Tujuan : mampu beraktivitas tanpa keluhan yang berarti.
Intervensi Rasional
1. Kaji respons klien terhadap 1. Tanda dan gejala tersebut
aktivitas dn catat : denyut nadi( mengindikasikan penurunan
denyut jantung aktivitas ≤ 20 curah jantung dan perfusi
bpm dari denyut jantung jaringan, akibat peningkatan
istirahat); catat tekanan darah preload dan afterload ventrikel
pasca-aktivitas (sistolik kiri.
meningkat 40 mmHg dan
diastolik meningkat 20 mmHg)
keluhan sesak napas, nyeri
dada, keletihan yang sangat,
diaoforesis, pusing atau
syncope.
2. Anjurkan klien menggunakan 2. Penghematan energi mengurangi
teknik penghematan tenaga konsumsi oksigen pada miokard.
saat beraktivitas, seperti
mandi, menyisir rambut, atau
menggosok gigi dengan posisi
duduk, dan lain-lain. Bantu
pemenuhan aktivitas sehari-
hari sesuai kebutuhan.
Anjurkan aktivitas secara
bertahap sesuai toleransi klien.

14
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas Klien
Nama : Ny. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 56 tahun
Alamat : Komplek Herlina Rt. 13 Blok. B Gg.
Birman Tara / 081254950530
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Janda
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Tanggal masuk RS : -
Diagnosa Medis : Hipertensi
No. RM :-
Tanggal pengkajian : 29 Mei 2017

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Nn. N
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Honorer
Alamat : Komplek Herlina Rt. 13 Blok. B Gg.
Birman Tara / 081254950530
Hubungan dengan Klien : Anak klien

B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Klien mengeluh sakit kepala, sakit dibagian ekstremitas bawah (bagian lutut).
2. Riwayat Penyakit Sekarang

14
Klien datang ke Puskesmas Alalak Selatan pada jam 08.00 wita tanggal 29
Mei 2017 , sebelum klien di bawa ke Puskesmas klien mengeluh sakit kepala
dan sakit pada bagian lutut hingga di bawa ke Puskesmas.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami sakit pada bagian lutut..

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Di dalam keluarga klien tidak ada yang menderita riwayat penyakit
hipertensi.

C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
a. Tanda-tanda Vital
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,5oC
b. Tingkat kesadaran : komposmentis

2. Kulit
Keadaan umum kulit klien dan kebersihannya tampak baik, tekstur dan
kelembaban baik, tidak ada ulkus/luka, ada alergi pada makanan disertai
gatal-gatal dan kemerahan pada kulit, warna kulit sau matang dan tidak ada
bentuk kelainan dari kulit.

3. Kepala dan Leher


Kulit kepala tampak bersih, keadaan kulit kepala baik tidak ada benjolan,
rambut agak tipis dan ikal, dan warna rambut hitam keputihan.
Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, fungsi leher berfungsi dengan
baikdan tidak ada pembesaran gerak pada leher.
Skala Nyeri
 P : Nyeri kepala

14
 Q : Seperti di tusuk-tusuk
 R : Tidak menjalar
 S : Skala 2 (0-5)
 T : 5 menit hilang timbul.

4. Penglihatan Mata
Mata tampak bersih,, gerakan bola mata simetris, konjungtiva baik, klien
tidak menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata).

5. Penciuman dan Hidung


Fungsi penciuman dan pernapasan baik, keadaan umum hidung normal, tidak
ada sumbatan pada hidung, tidak ada peradangan, dan tidak ada kelainan
pada bentuk hidung.

6. Pendengaran dan Telinga


Keadaan telinga bersih, ada gangguan saat mendengar pada telinga sebelah
kanan, tidak ada cairan atau serumen yang keluar dari telinga, dan tidak ada
kelainan bentuk pada telinga.

7. Mulut dan Gigi


mulut dan fungsi pencernaan tampak baik, mulut dan gigi bersih, tidak ada
gangguan menelan dan tidak ada peradangan mulut.

8. Dada
a. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak (normal).
Palpasi :-
Perkusi : -
Auskultasi :-

b. Paru
Inspeksi : Gerakan dada tampak simetris retraksi intercosta
tampak.

14
Palpasi : Taktil fremitus teraba sama kanan kiri.
Perkusi : Redup.
Auskultasi : Terdengar Vesikuler.

9. Abdomen
Inspeksi : Keadaan kulit abdomen bersih dan tidak ada lesi.
Auskultasi : Peristaltik usus 12x/menit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada abdomen.
Per kusi : Kembung tidak ada (-)..

10. Genetalia dan Reproduksi


Klien mengatakan tidak ada keluhan pada area reproduksinya.
Klien mengatakan selalu menjaga kebersihan area reproduksinya.

11. Ekstremitas Atas dan Bawah


Klien mengatakan tidak ada keluhan pada gerak ektremitas atas, sakit pada
ekstremitas bagian bawah, tidak ada kelainan pada kaki/tangan.

Skala Otot

5 5 5 5 5 5 5 5

4 3 3 4 4 4 4 3

Ket :
0 : Otot sama sekali tidak mampu bergerak, tampak berkontraksi, bilalengan/
tungaki dilepaskan, akan jatuh 100% pasif.
1 : Tampak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu jatuh.
2 : Mampu menahan tegak yang berarti mampu menahan gaya gravitasi
(saja), tapi dengan sentuhan akan jatuh.
3 : Mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak mampu

14
melawan tekan/ dorongan dari pemeriksa.
4 : Kekuatan kurang dibandingkan sisi lain.
5 : Kekuatan utuh.

D. Kebutuhan Fisik, Psikologi, Sosial, dan Spiritual


1. Aktivitas dan Latihan
Di rumah : Klien mengatakan tidak bisa beraktivitas dengan lama
dan perlu istirahat.
Di RS :-

2. Istirahat dan Tidur


Di rumah : Klien mengatakan tidur malam pada jam 20.00 WITA
dan bangun tidur antara jam 01.00 atau 05.00 WITA, dan klien sering tidur
siang.
Di RS :-

3. Personal Hygiene
Di rumah : Klien mengatakan selalu menjaga kebersihan badannya,
mandi 2x/hari (sesuai dengan kebutuhan), gosok gigi 2-3 x/hari, keramas
3x/minggu.
Di RS :-

4. Nutrisi
Di rumah :Klien mengatakan makan dan minum secara teratur.
Di RS :-

5. Eliminasi
Di rumah : Klien mengatakan tidak ada keluhan pada saat BAB
dan BAK.
Di RS :-

6. Seksualitas

14
Klien mengatakan tidak ada keluhan seksualitas.

7. Psikologis
Klien menerima diagnosa penyakit yang di alaminya dengan harapan bahwa
penyakit ini bisa di sembuhkan, dan klien kurang mengetahui tentang
penyakitnya.

8. Sosial
Di lingkungan klien sangat ramah-tamah terhadap masyarakat lingkungan
sekitar.

9. Spiritual
Klien beragama Islam, klien rajin menjalankan ibadah shalat 5 waktu
bersama keluarganya.

E. Data Fokus
Data subjektif :
Klien mengeluh nyeri kepala.
 P : Nyeri kepala
 Q : Seperti di tusuk-tusuk
 R : Tidak menjalar
 S : Skala 2 (0-5)
 T : 5 menit hilang timbul.
Klien mengeluh gatal-gatal.
Klien mengeluh nyeri pada kedua kaki.
 P : Nyeri kaki
 Q : Seperti di tusuk-tusuk
 R : Tidak menjalar
 S : Skala 2 (0-5)
 T : 3 menit hilang timbul.
Data Objektif :
1. Inspeksi : keadaan komposmentis, tidak ada lesi pada kulit,

14
2. Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan di kaki kiri dan kanan.
3. Perkusi :-
4. Auskultasi :-

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Kolesterol : 207 mg/dl
2. Gula Darah : 156 mg/dl

G. Terapi Farmakologi
a. Captopril 25 mg : 3x1
b. Vitamin C 50 mg : 3x1

NAMA OBAT DOSIS INDIKASI KONTRA INDIKASI


Captopril 3x1 25 mg Obat ini bekerja cepat Tidak boleh diberikan pada
tablet dalam tubuh dan sering di pasien yang alergi terhadap
berikan untuk hipertensi obat golongan ACEI, pasien
gawat-darurat. tidak dapat berkemih
(anuria), dan pada kehamilan
trimester 2 dan 3 karena
berisiko menyebabkan
kecacatan atau kematian
janin.
v Vitamin C 3x1 50 mg Untuk mencegah dan Tidak di perbolehkan
tablet mengobati kekurangan vit. mengonsumsi obat dengan
C. dosis tinggi bagi pasien
diabetes melitus.

14
ANALISIS DATA

Nama Klien : Ny. C


No RMK :-
Hari/tanggal : 29 Mei 2017

No. DATA PROBLEM ETIOLOGI


1 DS Agens cedera (biologis) Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri kepala. Peningkatan tekanan
 P : Nyeri kepala darah.
 Q : Seperti di tusuk-tusuk
 R : Tidak menjalar
 S : Skala 2 (0-5)
 T : 5 menit hilang timbul.
DO
Klien tampak meringis kesakitan.
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi: 24x/menit
Suhu : 37,5oC

2 DS Penurunan kekuatan otot Hambatan


Klien merasa sulit berjalan. dan nyeri pada kaki. mobilitas fisik
 P : Nyeri kaki
 Q : Seperti di tusuk-tusuk
 R : Tidak menjalar
 S : Skala 2 (0-5)
 T : 3 menit hilang timbul.

DO
Klien tampak berhati-hati saat
memulai aktivitas.
Skala Otot :
5555 5555

4334 4443

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agens cedera (biologis).
2. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot.

14
RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. C
No RMK :-
Hari Tanggal : 29 Mei 2017
Usia : 56 tahun
Diagnosa Medis (Dx Medis) : Hipertensi
1. Nyeri akut b/d agens cedera (biologis)
2. Hambatan mobilitas fisik b/d penurunan kekuatan otot

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri akut b/d agens cedera Dalam waktu 1x24 1. Anjurkan pasien 1. pasien paham
(biologis). jam nyeri dapat untuk dan mengerti
DS teratasi. meringankan atau cara
Klien mengeluh nyeri kepala. Skala nyeri :. mengurangi nyeri menghilangka
 P : Nyeri kepala  P:- sampai pada n nyeri dan
 Q : Seperti di tusuk-tusuk  Q:- tingkat membantu
 R : Tidak menjalar  R:- kenyamanan pasien
 S : Skala 2 (0-5)  S:- yang dapat menurunkan
 T : 5 menit hilang timbul.  T:- diterima pasien. kecemasan.
DO TTV : 2. Menggunakan 2. Meringankan
 Klien tampak meringis agens-agens atau
kesakitan. TD :140/90mmHg farmakologi mengurangi
Nadi : 80x/menit untuk nyeri sampai
TD : 180/100 mmHg Respirasi: mengurangi atau pada tingkat
Nadi : 80x/menit 20x/menit menghilangkan kenyamanan
Respirasi: 24x/menit Suhu : 37,5oC nyeri. yang dapat
Suhu : 37,5oC diterima oleh
 Klien tidak pasien.
meringis kesakitan 3. Instruksikan
lagi. pasien mengenal 3. Pasien
tanda dan gejala tanggap
untuk apabila sudah
melaporkan pada mengenal
pemberian tanda dan
perawatan gejala dari
kesehatan. penyakit.
4. Berikan penkes
kepada pasien 4. Pasien
dan keluarga nya mengerti
tentang informasi tentang
seputar penyakit penyakitnya.
yang dialami.

14
5. Berikan kompres5. Untuk
untuk mengurangi nyeri.
mengurangi
nyeri.
2 Hambatan mobilitas fisik b/d Memperlihatkan 1. Anjurkan pasien 1. Klien merasa
penurunan kekuatan otot. mobilitas dan untuk melatih rileks dan
DS bergerak dengan gerakan otot dan nyaman serta
Klien merasa sulit berjalan. mudah. sendi untuk mampu
 P : Nyeri kaki Klien merasa tidak mempertahankan bergerak
 Q : Seperti di tusuk-tusuk sulit beraktivitas. atau dengan
 R : Tidak menjalar mengembalikan normal.
 S : Skala 2 (0-5) Skala nyeri normal fungsi tubuh
T : 3 menit hilang timbul. 0-1 secara normal.
DO 2. Ajarkan pasien 2. Menstabilkan
Klien tampak berhati-hati saat Skla otot dalam latihan dan
memulai aktivitas. ROM aktif atau mengurangi
Skala otot 5555 5555 pasif untuk stress pada
mempertahankan persendian
5555 5555 atau meningkatkan dan membantu
5555 5555 kekuatan dan relaksasi otot.
ketahanan otot. 3. Dengan
4334 4443 3. Bantu pasien untuk membantu dan
mengatur posisi mengajarkan
atau bagian tubuh posisi yang
secara hati-hati baik akan
untuk meningkatkan
meningkatkan kenyamanan
kesejahteraan dan keamanan
fisiologis dan klien.
psikologis.

14
DAFTAR PUSTAKA

Setiani, Siti. 2008. Lima puluh masalah kesehatan di bidang ilmu penyakit dalam. Jakarta
Pusat : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.

Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Medika

Udjianti, Wajan Juni. 2010. Asuhan Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba


Medika

Adib, M. 2009. Cara Mudah Memahami & Menghindari Hipertensi Jantung & Stroke.
Yogyakarta : D’loka Grafika

https://stnj.wordpress.com/2012/01/09/asuhan-keperawatan-pada-ny-u-dengan-hipertensi/

14

Anda mungkin juga menyukai