Anda di halaman 1dari 15

DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

BAB X
PEMASARAN, INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

10.1. PEMASARAN
Dalam menjalankan suatu kegiatan usaha sektor pemasaran memegang
peranan penting dalam penjualan produk yang dihasilkan atau bisa dikatakan sebagai
ujung tombak agar perusahaan tetap berdiri. Pemasaran yang akan dilakukan oleh An.
Witono ini akan menerapkan metode penjualan langsung (direct sales) yaitu dengan
cara penjualan produk dapat diambil atau dibeli ditempat atau dilokasi penimbunan
(stockpile) dengan calon pembeli (buyer) membawa kendaraan angkutnya sendiri.

10.1.1. Bagan Pemasaran


Adapun bagan pemasaran material sirtu ini dapat dilihat pada gambar berikut
ini :

TRANSAKSI
PENJUAL PEMBELI

Gambar 10.1
Bagan Pemasaran

10.1.2. Prospek Pemasaran


Material Sirtu atau yang biasa dikenal masyarakat umum pasir batu
merupakan salah satu komponen bahan bangunan yang sangat diperlukan untuk
berbagai pembangunan fisik sarana dan prasarana umum, khususnya di sekitar lokasi
dimana sirtu tersebut diusahakan. Pesatnya pembangunan di dalam maupun di luar
Kabupaten Kapuas Hulu ternyata memerlukan sejumlah bahan material bangunan

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-1


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

antara lain bahan baku pasir dan batu untuk campuran bahan bangunan, pengecoran
dan lain sebagainya. Belum lagi untuk keperluan pembangunan infrastruktur jalan
yang perkembangan sekarang oleh pemerintah sedang digalakan demi terciptanya
pemerataan ekonomi disetiap daerah. Kondisi ini saja sudah cukup memperlihatkan
prospek yang sangat besar bagi industri pertambangan sirtu. Sehingga dari sisi
pemasaran komoditas sirtu ini merupakan usaha yang sangat potensial untuk
dikembangkan.

Kegiatan pemasaran produk material sirtu ini akan dijual umum kepada suatu
badan usaha maupun perorangan yang berada di sekitaran Kabupaten Kapuas Hulu
dan sekitarnya. Dimana harga jual produk material sirtu ini dilokasi penimbunan
(stockpile) adalah sebagai berikut :

Tabel 10.1.
Produk Material Yang Dipasarkan Oleh An. Witono

No Produk Ukuran Harga Jual (Rp/m3)

1 Pasir - 65.000
2 Batu Split 1 x 2 cm 250.000
3 Batu Split 1 x 1 cm 250.000
4 Abu Batu - 200.000
Sumber :

10.2. PARAMETER ANALISIS KEEKONOMIAN


Dalam suatu analisis investasi usaha kegiatan pertambangan, pendapat teknikal
dan informasi tentang parameter yang berhubungan dengan desain tambang, biaya
produksi, dan informasi tentang variable lainnya akan berguna bila dilengkapi dengan
analisis kelayakan. Hal ini disebabkan karena analisis kelayakan tambang merupakan
suatu proses iterative antar variable utamanya, yang terdiri dari cadangan (reserves)
dan biaya produksi (cost production). Analisis Kelayakan ini dilakukan untuk
melengkapi kajian teknis sebelumnya sebagai bagian dari Analisis Kelayakan
Tambang.

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-2


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

Dalam menentukan penilaian kelayakan investasi kegiatan pertambangan


diorit ini dilakukan pendekatan secara konvensional yaitu dengan melakukan analisis
perkiraan aliran kas keluar (cash outflow) dan aliran kas masuk (cash in flow). Sebagai
dasar analisis, komponen-komponen modal tetap (investasi awal) dan modal kerja
(biaya produksi) merupakan masukan utama dalam parameter penilaian.
Beberapa metode dan asumsi yang digunakan dalam menganalisa aspek
keuangan dan keekonomian ini adalah :
a. Nilai inflasi, dalam hal ini nilai inflasi digunakan dalam memperkirakan nilai
uang masa depan. Nilai inflasi itu sendiri dapat diperkirakan dengan
menggunakan metode Least Square berdasarkan dari data inflasi pada
tahun-tahun sebelumnya yang diperoleh dari situs resmi Badan Pusat
Statistik (BPS) Indonesia tahun 2017.

Tabel 10.2.
Informasi Data Nilai Inflasi 15 Tahun Terakhir
TAHUN INFLASI TAHUN INFLASI TAHUN INFLASI
2018 3,13% 2013 8,38% 2008 11,06%
2017 3,61% 2012 4,30% 2007 6,59%
2016 3,02% 2011 3,79% 2006 6,60%
2015 3,35% 2010 6,96% 2005 17,11%
2014 8,36% 2009 2,78% 2004 6,4%
Sumber : BPS Indonesia tahun 2019

Dari informasi data inflasi tersebut, selanjutnya akan dijadikan dasar untuk
memperkirakan nilai inflasi tahun 2019 dengan menggunakan rumus sebagai berikut
:

Y2018 = a + bx

Dimana:
Y = Perkiraan Nilai Inflasi Tahun 2019
∑ ϒi
a=
n
∑ Xi ϒi
b=
∑ Xi2

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-3


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

Dari rumus tersebut dapat dihitung perkiraan nilai inflasi dengan


menggunakan analisis metode Least Square seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 10.3.
Analisis Perkiraan Inflasi Menggunakan Metode Least Square
No Tahun Yi (%) Xi XiYi Xi2
1 2004 6,4 -7 -44,8 49
2 2005 17,11 -6 -102,66 36
3 2006 6,6 -5 -33 25
4 2007 6,59 -4 -26,36 16
5 2008 11,06 -3 -33,18 9
6 2009 2,78 -2 -5,56 4
7 2010 6,96 -1 -6,96 1
8 2011 3,79 0 0 0
9 2012 4,3 1 4,3 1
10 2013 8,38 2 16,76 4
11 2014 8,36 3 25,08 9
12 2015 3,35 4 13,4 16
13 2016 3,02 5 15,1 25
14 2017 3,61 6 21,66 36
15 2018 3,13 7 21,91 49
∑ 95,44 0 -134,31 280
Keterangan ; Yi = Inflasi

Dari tabel analisis tersebut maka dapat dihitung perkiraan nilai inflasi untuk
tahun 2019 adalah sebagai berikut :
95,44
a= = 6,362667
15

-134,31
b= = -0,47968
280

Xi = 8

Y2019 = a + bXi

Y2019 = 6,362667 + (-0,47968 x 8)


= 6,362667 – 3,83744
= 2,52%
b. Harga jual material sirtu dari unit pengolahan

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-4


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

c. Metode perhitungan Depresiasi yang digunakan adalah Straight line


Depreciation (garis lurus).

10.3. INVESTASI
Dalam industri pertambangan, yang dimaksud dengan biaya investasi pada
umumnya diartikan sebagai jumlah biaya yang dibutuhkan untuk membuat sebuah
endapan bahan galian yang berada didalam bumi menjadi produk tambang yang dapat
dijual. Biaya investasi ini terdiri dari 2 (dua) komponen yaitu modal tetap dan modal
kerja.

10.3.1. Modal Tetap


Modal Tetap adalah bagian dari biaya investasi yang dipakai untuk membiayai
kegiatan yaitu :
a. Biaya Persiapan yang terdiri dari Biaya Kegiatan Eksplorasi, Biaya
Administrasi Penyusunan dan Pembahasan Dokumen/Laporan, Biaya
Pembebasan dan Pembersihan Lahan, Biaya Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan serta biaya perizinan-perizinan yang terkait dengan rencana
usaha kegiatan pertambangan ini
b. Biaya Konstruksi dan Rekayasa yang terdiri dari Biaya Pembangunan
Fasilitas Penunjang dan Biaya Infrastruktur Jalan Tambang
c. Biaya Peralatan yang terdiri dari biaya pembelian peralatan penambangan,
peralatan pengolahan, peralatan bengkel, peralatan K3 dan peralatan
penunjang kegiatan operasi produksi

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-5


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

Tabel 10.4.
Biaya Modal Tetap
Modal Tetap
Total
A. BIAYA PERSIAPAN PEMBUKAAN TAMBANG
1 BIAYA EKSPLORASI
Biaya Langsung 0
Sub total 0
2 PEMBEBASAN & PEMBERSIHAN LAHAN
- Land clearing 45,000,000
Sub total 45,000,000
3 BIAYA ADMINISTRASI PERIZINAN
- Biaya Administrasi Surat Izin Gangguan 3,000,000
- Biaya Administrasi Surat Izin Pemakaian Jalan 2,000,000
- Biaya Administrasi Surat Izin Membangun Bangunan 2,350,000
- Biaya Administrasi Surat Izin Perdagangan 2,000,000
- Biaya Administrasi Surat Izin Pengangkutan dan Penggunaan Alat 5,000,000
- Biaya Administrasi Surat Izin Tempat Usaha 3,000,000
- Biaya Kerjasama Dengan Pihak Ketiga 180,000,000
Sub total 197,350,000
TOTAL 242,350,000
B BIAYA KONSTRUKSI DAN REKAYASA
1 Bangunan
Pos Keamanan 6,000,000
Bangunan Kantor 36,000,000
Workshop dan Gudang 81,000,000
Bangunan Genset dan pompa air 18,000,000
Area Unit Pengolahan dan stockpile 412,500,000
Stockrom Area 375,000,000
2 Infrastruktur
- Jalan Pengangkutan (Hauling Road) 240,750,000
TOTAL 1,169,250,000
C BIAYA PERALATAN
1 A. Peralatan tambang 2,061,960,300
2 B. Pengolahan 1,110,000,000
3 C. Peralatan di Bengkel 50,500,000
4 D. Peralatan Pendukung Operasional 481,436,200
5 E. Peralatan K3 53,250,000
TOTAL 3,757,146,500
TOTAL 5,168,746,500

10.3.2. Modal Kerja


Modal kerja adalah keseluruhan aktivitas lancar yang dimiliki oleh
perusahaan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi
perusahaan sehari-hari dimana uang yang dikeluarkan tersebut dapat kembali masuk
melalui hasil penjualan produknya, Uang yang masuk dari hasil penjualan produk akan
dikeluarkan lagi untuk membiayai kegiatan operasi selanjutnya hingga berakhirnya
kegiatan tersebut.(Agnes Sawir 2005:129)

Besarnya modal kerja diperoleh dari biaya operasi tahun pertama yang terdiri
dari pembiayaan :
a. Gaji tenaga kerja

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-6


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

b. Jaminan sosial tenaga kerja


c. Konsumsi tenaga kerja
d. Kebutuhan BBM dan pelumas (oli dan grease)
e. Pemeliharaan/perawatan dan Spare part Peralatan
f. Pemeliharaan/perawatan infrastruktur (Bangunan)
g. Pengembangan Masyarakat
h. Reklamasi
i. Pascatambang

Tabel 10.5.
Biaya Modal Kerja

Modal Kerja (Biaya Operasional 3 Bulan Pertama) Biaya


- Gaji Tenaga Kerja 334,837,500
- Jamsostek Tenaga Kerja 11,179,800
- Konsumsi Tenaga Kerja 95,625,000
- Kebutuhan BBM 235,284,998
- Kebutuhan Pelumas (Oli) 14,835,000
- Kebutuhan Pelumas (Grease) 2,189,250
- Pemeliharaan/perawatan dan spare part peralatan 27,139,978
- Pemeliharaan/perawatan infrastruktur 1,762,500
- Pengembangan Masyarakat 29,550,000
- Reklamasi Tambang 32,000,000
- Pascatambang 64,818,400
Total 849,222,426

10.3.3. Sumber Dana


Kebijaksanaan sumber pendanaan yang ditentukan dalam kegiatan
pertambangan sirtu ini adalah dengan menggunakan Modal Sendiri (Ekuitas) dan
pinjaman dari bank (Hutang). Pengertian ekuitas adalah sisa kepemilikan atas aktiva
dari suatu entitas setelah dikurangi kewajiban-kewajibannya atau hak pemilik atas
aktiva perusahaan yang merupakan kekayaan bersih. Dengan mempertimbangkan
kondisi perekonomian dan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini, diharapkan
dengan kedua sumber dana tersebut dapat menghasilkan struktur modal yang optimal
bagi pelaksanaan kegiatan penambangan.

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-7


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

Tabel 10.6
Sumber Pendanaan Kegiatan Pertambangan Sirtu
Porsi Persentase
Sumber Dana Jumlah (Rp)
(%)
- Modal Sendiri (Ekuitas) 2.017.968.926 33,53
- Pinjaman Bank 4.000.000.000 66,47
Total 6.017.968.926 100

10.4. BIAYA PRODUKSI


Biaya produksi (production cost) didefinisikan sebagai segala biaya yang harus
dikeluarkan agar proyek penambangan dapat beroperasi/ berjalan dengan normal.
Dalam suatu operasi penambangan, keseluruhan biaya penambangan akan terdiri dari
banyak komponen biaya yang merupakan akibat dari masing-masing tahap kegiatan.
Besar kecilnya biaya penambangan akan tergantung pada perancangan teknis sistem
penambangan, jenis dan jumlah alat yang digunakan.

Biaya produksi ini mencakup biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak
langsung. Biaya produksi langsung digunakan untuk membiayai semua kegiatan yang
langsung berhubungan dengan operasi untuk menghasilkan produk olahan sirtu,
sedangkan biaya tidak langsung digunakan untuk membiayai semua kegiatan yang
tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.
- Biaya Operasi Langsung
Biaya operasi langsung merupakan biaya utama dan berkaitan langsung
dengan produk yang dihasilkan. Walaupun komponen biaya operasi langsung
dari satu tambang ke tambang lain bervariasi, akan tetapi pada umumnya
terdiri dari :
 Biaya Gaji Tenaga Kerja
 Biaya Konsumsi Tenaga Kerja
 Biaya BBM dan Pelumas (Oli dan grease)
 Biaya Pemeliharaan/perawatan dan Sparepart Peralatan
- Biaya Operasi Tidak Langsung
Biaya operasi tidak langsung adalah pengeluaran-pengeluaran yang tak
terpengaruh oleh produksi yang dihasilkan, pada umumnya terdiri dari :
 Biaya Gaji Tenaga Kerja (Administrasi Kantor)

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-8


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

 Biaya Jaminan Sosial Tenaga Kerja (BPJS)


 Pemeliharaan/perawatan infrastruktur dan bangunan
 Pengembangan Masyarakat
 Reklamasi
 Pascatambang

Tabel 10.7
Biaya Produksi

Komponen Biaya
- Biaya Operasi Langsung
- Gaji Tenaga Kerja (Produksi) 1,101,700,000
- Konsumsi Tenaga Kerja 465,375,000
- Kebutuhan BBM 941,139,990
- Kebutuhan Pelumas (Oli) 59,340,000
- Kebutuhan Pelumas (Grease) 8,757,000
- Pemeliharaan / Perawatan dan Spare part peralatan 108,559,913
Total Biaya Operasi Langsung 2,684,871,903
-Biaya Operasi Tidak Langsung
- Gaji Tenaga Kerja (Administrasi) 371,000,000
- Jaminan Sosial Tenaga Kerja 46,798,200
- Pemeliharaan / Perawatan Infrastruktur 7,050,000
- Pengembangan Masyarakat 29,550,000
- Reklamasi daerah bekas tambang 32,000,000
- Pascatambang 64,818,400
Total Biaya Operasi Tidak Langsung 551,216,600
Total Biaya Produksi 3,236,088,503

10.5. PENDAPATAN PENJUALAN


Pendapatan penjualan (sales revenue) adalah besarnya dana yang diterima oleh
perusahaan dari hasil penjualan produk berdasarkan harga yang telah ditetapkan.
Adapun pendapatan An. Witono dari penjualan produk material sirtu ini pada tahun
pertama adalah sebesar Rp. 8.116.718.000 sedangkan untuk tahun – tahun selanjutnya
dapat dilihat pada tabel pendapatan di halaman lampiran cashflow.

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-9


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

10.6. LAPORAN KEUANGAN


Laba rugi merupakan laporan untuk mengukur keberhasilan operasional
perusahaan selama jangka waktu tertentu. Biasanya pengusaha menggunakan laporan
ini untuk menentukan profitabilitas dan nilai investasi. Laporan ini menyajikan
informasi untuk membantu pengusaha dalam memprediksi jumlah arus kas di masa
mendatang.

Tabel 10.8.
Laba Rugi Tahun 2019
Tahun 2019
Uraian Satuan
Rencana
Produksi M3 42,000
Penjualan tonase M3 42,000
Harga Jual/ M3 Rp
Pasir Rp Rp65,000
-20 + 10 mm (batu split 1 x 2) Rp Rp250,000
-10 + 5 mm ( batu split 1x1 ) Rp Rp250,000
-Abu Batu Rp Rp200,000
Penjualan Rp Rp 8,116,718,000
Royalti Rp Rp -
Harga Pokok Penjualan Rp Rp 2,865,088,503
Laba kotor Penjualan Rp Rp 5,251,629,498
Biaya-Biaya: Rp
Biaya Konsultan Rp Rp 180,000,000
Biaya Depresiasi Peralatan Rp Rp 483,061,693
Biaya Depresiasi Bangunan Rp Rp 17,661,429
Biaya Amortisasi Rp Rp 94,190,000
Jumlah Biaya-Biaya Rp Rp 774,913,121
Biaya Lain-Lain: Rp
Beban Angsuran Pokok Bank Rp Rp 778,689,627
Beban Bunga Bank Rp Rp 54,000,000
Biaya Perizinan Rp Rp 197,350,000
Biaya Eksplorasi & Pembersihan Lahan Rp Rp 85,220,000
PPH Final Pasal 4 Ayat 2 Rp Rp 3,600,000
Retribusi Daerah Rp Rp 378,001,800
Jumlah Biaya Lain-Lain Rp Rp 1,496,861,427
Laba Sebelum Pajak Rp Rp 2,979,854,949
Pajak Penghasilan Rp Rp 40,583,590
Laba bersih Rp Rp 2,939,271,359

10.6.1. Arus Kas


Aliran Kas (cash flow) merupakan sejumlah uang kas yang masuk (cash
in flow) dan keluar (cash out flow) sebagai akibat dari aktivitas suatu usaha,
yang selanjutnya akan dipergunakan untuk menentukan penilaian investasi.

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-10


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

Proyeksi skema aliran uang kas ini dapat dilihat pada tabel aliran kas (cash
flow) di halaman lampiran dokumen studi kelayakan ini.

Tabel 10.9.
Arus Kas Keuangan Tahun 2019
TAHUN 2019
URAIAN
RENCANA
Arus Kas dari Aktivitas Operasi
Laba (Rugi) Bersih tahun Berjalan Rp 2,939,271,359
Biaya Depresiasi Peralatan Rp 483,061,693
Biaya Depresiasi Bangunan Rp 17,661,429
Biaya Amortisasi Rp 94,190,000
Pembebanan untuk program pensiun yang melebihi pembayaran lain
Penambahan Modal Kerja non kas yang berhubungan dengan operasi
Penambahan Piutang Usaha
Penambahan Persediaan
Penambahan Hutang Usaha
Pengurangan Biaya yang masih harus dibayar
Arus Kas Netto digunakan untuk aktivitas Operasi Rp 3,534,184,481
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Pengurangan Aktiva Tetap Rp 3,757,146,500
Pengurangan Aktiva lain-lain Rp 27,700,000
Arus Kas Netto yang digunakan untuk aktivitas Investasi Rp 3,784,846,500
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
Penambahan Hutang Bank Rp 4,000,000,000
Penambahan Hutang lain-lainnya
Modal Rp 2,017,968,926
Arus Kas Netto yang digunakan untuk Aktivitas Pendanaan Rp 6,017,968,926
TOTAL DARI ARUS KAS BERSIH Rp 5,767,306,906
KAS DAN BANK AWAL TAHUN
KAS DAN BANK AKHIR TAHUN Rp 5,767,306,906

10.6.2. Neraca
Neraca adalah bagian dari laporan keuangan yang mencatat informasi tentang
aset, kewajiban pembayaran pada pihak-pihak yang terkait dalam operasional
perusahaan, dan modal pada saat tertentu.
Tabel 10.10.
Neraca Keuangan Tahun 2019
Tahun 2019
URAIAN
Rencana
Aktiva Lancar:
Kas dan Bank Rp 5,767,306,906
Piutang Usaha

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-11


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

Perlengkapan
Jumlah Aktiva Lancar Rp 5,767,306,906
Aktiva Tidak Lancar:
Aktiva Tetap Rp 3,757,146,500
Peralatan Kantor Rp 27,700,000
Akm Penyusutan Peralatan Rp 483,061,693
Akm Penyusutan Bangunan Rp 17,661,429
Amortisasi Rp 94,190,000
Jumlah Aktiva Tidak Lancar Rp 3,189,933,379
Jumlah Aktiva Rp 8,957,240,285
Kewajiban Jangka Pendek:
Hutang Akrual
Hutang Afiliasi
Hutang lain-lain
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek
Kewajiban Jangka Panjang:
Hutang Bank Rp 4,000,000,000
Hutang Leasing
Hutang Afiliasi
Jumlah Kewajiban Jangka Panjang Rp 4,000,000,000
Jumlah Kewajiban Rp 4,000,000,000
Modal Rp 2,017,968,926
Laba ditahan Rp 2,939,271,359
Ekuitas Rp 4,957,240,285
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas Rp 8,957,240,285

10.7. ANALISIS KELAYAKAN


10.7.1. Perhitungan “Weight Average Cost of Capital” atau “Discount Rate”
Sumber dana yang digunakan oleh pemilik usaha baik pinjaman maupun
modal sendiri menanggung beban yang disebut sebagai biaya modal (cost of capital).
Biaya modal dengan pinjaman yaitu (cost of debt) dan biaya modal sendiri yaitu (cost
of equity). Biaya modal usaha merupakan rata-rata tertimbang dari biaya pinjaman dan
modal sendiri atau disebut juga sebagai Weighted Average of Cost of Capital (WACC).
Untuk mengestimasikan WACC, asumsi yang berlaku dalam pembahasan
investasi jangka panjang adalah sumber modal yang bersifat jangka pendek, digunakan
untuk menunjang jalannya operasi perusahaan. Dengan kata lain, pemilik usaha
umumnya menggunakan short-term liabilities sebagai sumber dana bagi working
capital yang bersifat siklus atau musiman. Dengan sumber dana yang disampaikan
pada tabel 13.9. maka perhitungan persentase untuk Rata-Rata Biaya Modal
Tertimbang (WACC) yang akan ditetapkan adalah sebagai berikut :

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-12


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

Tabel 10.11.
Rata –Rata Biaya Modal Tertimbang (WACC)

Sumber Dana Persentase (%) Bunga Modal (%) WACC (%)


- Internal Source 33,08 16.5 5,53
- Eksternal Source 66,92 13.5 8,97
100 14,51
10.7.2. Perhitungan “Internal Rate of Return” (DCFROR/IRR)
IRR merupakan suku bunga yang akan menyamakan jumlah nilai sekarang
dari penerimaan yang diharapkan diterima (present value interest factor) dengan
jumlah nilai sekarang dari pengeluaran untuk investasi. Selain itu IRR juga merupakan
tingkat diskon rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Jika hasil perhitungan
IRR lebih besar dari discounted factor, maka dapat dikatakan investasi yang akan
dilakukan layak untuk dilakukan. Jika sama dengan discounted factor, dikatakan
investasi yang ditanamkan akan balik modal, sedangkan jika IRR lebih kecil dari
discount factor maka investasi yang ditanamkan tidak layak. Adapun nilai IRR dalam
analisa kelayakan ini berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan adalah sebesar
28,90% dan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10.12
Nilai IRR An. Witono
Tahun Tambang Cash in flow Present Value Discounted
Interest Factor Present Value
28.90%
0 (25,245,812,517.92)
1 8,711,631,121.43 0.775804081 6,758,518,978.59
2 9,007,891,328.43 0.601871973 5,421,597,322.16
3 9,314,965,032.98 0.466934733 4,349,480,707.73
4 9,539,056,927.76 0.362249871 3,455,522,144.54
5 9,868,956,111.69 0.281034929 2,773,521,376.29
6 10,210,896,615.83 0.218028045 2,226,261,822.72
7 1,542,505,002.47 0.169147047 260,910,165.89

PRESENT VALUE CASH INFLOW 25,245,812,517.92


PRESENT VALUE CASH OUTFLOW -
NET PRESENT VALUE 25,245,812,517.92
INTERNAL RATE OF RETURN (IRR ) 28.90%

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-13


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

10.7.3. Perhitungan “Net Present Value” (NPV)


Net Present Value (NPV) merupakan selisih antara penerimaan dan
pengeluaran bersih yang bernilai sekarang dan dihitung berdasarkan tingkat
pengembalian minimum. NPV digunakan dan dihitung nilai equivalent pada saat ini
dari aliran dana yang berupa pendapatan dan pengeluaran diwaktu yang akan datang
dari suatu rencana investasi tertentu (Stermole, Franklin, J., 1990). Dengan dasar struktur
pembiayaan modal sendiri (ekuitas) dan pinjaman dari bank (hutang), maka
didapatkanlah perhitungan nilai NPV yang telah dilakukan adalah sebesar Rp.
12.707.610.822,93.

Tabel 10.13.
Nilai NPV An. Witono
Tahun Present Value Tahun Present Value Interest
Cash In Flow (CIF) Discounted Present Value Cash Out Flow (COF) Discounted Present Value
Penambangan Interest Factor Penambangan Factor
0.1436 0.1436
0 (5,283,966,500.00) 1 Rp 5,283,966,500.00
1 8,711,631,121.43 0.874431619 Rp 7,617,725,709.54 1 (4,591,872,850.60) 0.874431619 Rp 4,015,278,813.04
2 9,007,891,328.43 0.764630657 Rp 6,887,709,865.45 2 (4,712,761,561.79) 0.764630657 Rp 3,603,521,969.70
3 9,314,965,032.98 0.668617224 Rp 6,228,146,059.75 3 (4,835,012,503.29) 0.668617224 Rp 3,232,772,636.78
4 9,539,056,927.76 0.584660042 Rp 5,577,105,421.74 4 (4,860,973,270.05) 0.584660042 Rp 2,842,016,835.07
5 9,868,956,111.69 0.511245227 Rp 5,045,456,708.98 5 (4,992,314,096.53) 0.511245227 Rp 2,552,296,754.25
6 10,210,896,615.83 0.447048992 Rp 4,564,771,038.56 6 (4,438,625,434.50) 0.447048992 Rp 1,984,283,025.94
7 1,542,505,002.47 0.390913774 Rp 602,986,451.87 7 (4,429,815,725.30) 0.390913774 Rp 1,731,675,983.14
7 (MK) 3,236,088,502.50 0.390913774 Rp 1,265,031,569.39
7 (NS) 420,784,650.00 0.390913774 Rp 164,490,515.56
Present Value Cash In Flow (PVCIF) Rp 37,953,423,340.85 Present Value Cash Out Flow (PVCOF) Rp 25,245,812,517.92

NPV Rp 12,707,610,822.93

Keterangan :
7(MK) = Modal Kerja di tahun 7
7(NS) = Nilai Sisa di tahun 7

10.7.4. Perhitungan Pay Back Period


Pay Back Period adalah periode waktu yang dibutuhkan untuk pengembalian
modal atau waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi
yang terhitung sejak modal ditanamkan. Berdasarkan proyeksi perhitungan aliran kas
(cashflow) yang telah dilakukan maka waktu pengembalian modal diperkirakan
selama 1 Tahun 4 Bulan 5 hari.

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-14


DOKUMEN STUDI KELAYAKAN KOMODITAS SIRTU

Tabel 10.14
Perhitungan PBP (Pay Back Period)
Tahun Tambang Cash in flow Cash out flow Sisa out flow
0 (5,283,966,500.00) (5,283,966,500.00)
1 8,711,631,121.43 (4,591,872,850.60) (1,164,208,229.17)
2 9,007,891,328.43 (4,712,761,561.79) 3,130,921,537.47
3 9,314,965,032.98 (4,835,012,503.29) 7,610,874,067.17
4 9,539,056,927.76 (4,860,973,270.05) 12,288,957,724.87
5 9,868,956,111.69 (4,992,314,096.53)
6 10,210,896,615.83 (4,438,625,434.50)
7 1,542,505,002.47 (4,429,815,725.30)
PBP 1.35
PBP 1 Tahun 4 Bulan 5 Hari

10.8. PENERIMAAN NEGARA


Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
disebutkan bahwa pendapatan negara adalah semua penerimaan yang berasal dari
penerimaan perpajakan, penerimaan negara bukan pajak serta penerimaan hibah dari
dalam dan luar negeri. Sumber pendapatan negara berasal dari tiga sektor yaitu: pajak,
non pajak dan hibah.
Tabel 10.15.
Penerimaan Negara
TAHUN 2018 TAHUN 2019
No URAIAN
REALISASI RENCANA
PENERIMAAN NEGARA 2 4
a PAJAK
PPH Final PP 46 Rp 40,583,590
PPH Final Pasal 4 Ayat 2 Rp 3,600,000
Royalti Rp -
Jumlah Pajak Rp 44,183,590
b NON PAJAK
Retribusi Daerah Rp 378,001,800
SPW3D
PNBP Rp5,000,000 Rp -
BBN
Jumlah Non Pajak Rp 5,000,000 Rp 378,001,800
JUMLAH PENERIMAAN NEGARA Rp 5,000,000 Rp 422,185,390

IZIN USAHA PERTAMBANGAN AN. WITONO X-15

Anda mungkin juga menyukai