Anda di halaman 1dari 12

MODERNISASI SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN DAN

PENGARUHNYA PADA TINGKAT KEPATUHAN PENGUSAHA


KENA PAJAK

Lasnofa Fasmi
Fauzan Misra

Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, 25163, Padang


Surel: fauzan_maestro@yahoo.com

Abstrak: Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Pengaruhnya


Pada Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak. Tujuan dari penelitian ini
adalah menganalisa pengaruh dari modernisasi sistem administrasi perpajakan
pada tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak (PKP), khususnya untuk Pajak
Pertambahan Nilai (PPN). Penelitian ini menggunakan convenience sampling
dengan 39 responden. Modernisasi sistem administrasi meliputi empat dimensi
yaitu struktur organisasi, prosedur organisasi, strategi organisasi, dan budaya
organisasi. Kepatuhan PKP diukur dengan kepatuhan untuk melakukan pendaf-
taran, penghitungan dan pembayaran, serta pelaporan dan pembayaran pajak.
Temuan menunjukkan bahwa modernisasi sistem administrasi perpajakan
secara signifikan berpengaruh pada kepatuhan PKP.

Abstract: Tax Administration System Modernization and its Effect on the


Level of Compliance of Taxable Entrepreneur. The objective of this research
is to analyze the influence of tax administration system modernization on the tax
compliance of taxable entrepreneur for Value Added Tax (VAT). Tax administration
system modernization consists of four dimensions, namely organizational struc-
ture, organizational procedures, organization strategy and organization culture.
Tax compliance was measured from compliance in registering, calculation and pay-
ment, reporting and to pay tax arrears. This research used a convenience sampling
method and collected 39 samples. Data used in this research obtain through ques-
tionnaires. Research findings show that tax administration system modernization
significantly influence taxpayer compliance. This research also shows that taxpay-
ers have a higher compliance rate in registering and to pay their tax arrears than
compliance in payment and reporting.

Kata Kunci: Modernisasi, Dimensi modernisasi,PKP, PPN, Aspek kepatuhan

Berbagai kasus yang me- oleh Alm dan Martines-Vazques


nyeret aparatur pajak dalam be- (2003). Paradigma pelayanan
berapa tahun terakhir telah men- ini merupakan salah satu unsur
imbulkan skeptisisme wajib pajak penting dalam reformasi adminis-
dalam melaksanakan kewajiban trasi perpajakan di banyak nega-
perpajakannya. Sementara di sisi ra, termasuk Indonesia.
lain, negara masih mengharap- Perbaikan pelayanan lewat
kan pajak sebagai sumber utama program perubahan (change pro-
pendapatan.Saat ini sekitar 70% gram), penegakan hukum dan
APBN Indonesia dibiayai dari pelaksanaan kode etik yang lebih
penerimaan pajak. Kemudian baik harus diprioritaskan agar ad-
seperti dikemukan oleh Alm et al. ministrasi perpajakan dapat ber-
(2010) bahwa pendekatan dengan jalan secara efektif dan efisien.
paradigma lama enforcement di- Upaya strategis ini lebih dikenal
anggap sebagai paradigma yang sebagai modernisasi sistem ad-
Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL tidak lengkap dalam upaya menin- ministrasi perpajakan.Berbagai
Volume 5
Nomor 1 gkatkan kepatuhan pajak. Dibu- penelitian tentang modernisasi
Halaman 1-112
Malang, April 2014 tuhkan paradigma baru yang ke- sistem perpajakan biasanya ter-
ISSN 2086-7603
e-ISSN 2089-5879 mudian disebut sebagai paradig- kait dengan ketidakpastian in-
ma pelayanan yang diperkenalkan stitusi (Alm et al. 2004), persepsi

76
Fasmi, Misra, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Pengaruhnya pada...77

wajib pajak terhadap perilaku otoritas pajak berimbangnya tingkat penerimaan pajak
sebagai bentuk keadilan proseduran (Wor- aktual dengan penerimaan pajak poten-
sham Jr 2006) dan penggunaan tekonologi sial atau tidak terjadi tax gap. Oleh karena
informasi (Rahayu dan Lingga 2009; Rah- itu, kepatuhan wajib pajak merupakan fak-
man 2009). Meskipun demikian, penelitian- tor penting yang mempengaruhi realisasi
penelitian tersebut menguji kepatuhan pada penerimaan pajak. Tuntutan akan pening-
Pajak Penghasilan. Masih terbatas pengujian katan penerimaan, peningkatan kesadaran
kepatuhan yang dilakukan dalam konteks dan kepatuhan wajib pajak serta perbaikan-
Pajak Penjualan atau Pajak Pertambahan Ni- perbaikan dan perubahan mendasar dalam
lai. Dalam penelitian ini kami menganalisis segala aspek perpajakan menjadi alasan
tingkat kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dilakukannya reformasi perpajakan. Re-
(PKP) sebagai subjek pajak/wajib pajak PPN formasi perpajakan tersebut dapat berupa
karena berbagai perubahan dalam UU ten- penyempurnaan terhadap kebijakan perpa-
tang PPN (terakhir UU No. 42 tahun 2009) jakan dan sistem administrasi perpajakan
mencakup juga berbagai aspek yang terkait sehingga bisa meningkatkan kepatuhan wa-
erat dengan dimensi modernisasi pajak. jib pajak dalam mematuhi kewajiban per-
Selain itu, kewajiban perpajakan PKP rela- pajakannya, meningkatkan tanggung jawab
tif mempunyai frekuensi tinggi karena SPT aparatur pemerintah agar tidak melakukan
yang bersifat masa (bulanan) tidak tahunan kecurangan dan melayani masyarakat den-
seperti halnya wajib pajak orang pribadi dan gan sebaik-baiknya dan dapat meningkat-
badan.Kemudian belum banyak penelitian kan potensi penerimaan pajak yang tersedia
sebelumnya yang mengambil Pengusaha dapat dipungut secara optimal. Kalau ditin-
Kena Pajak (PKP) sebagai objek penelitian. jau dari konsep produktivitas penerimaan
Alasan berikutnya adalah, meskipun pajak, jika organisasi ingin meningkatkan
besaran penerimaannya belum sebesar PPh, penerimaan pajaknya, maka organisasi ha-
kontribusi PPN terhadap pendapatan Nega- rus respon terhadap perubahan yang terjadi
ra sangatlah signifikan.Menurut Badan Ke- (Generalis 2000). Kegagalan merespon pe-
bijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI, rubahan berarti melewatkan peluang atau
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) malah menciptakan masalah. Oleh karena
naik hampir dua kali lipat dalam kurun itu, reformasi (modernisasi) adalah hal yang
waktu lima tahun terakhir, yaitu dari Rp 123 tidak terhindarkan. Berdasarkan latar be-
triliun pada tahun 2006 menjadi 232,2 trili- lakang yang telah diuraikan di atas, maka
un pada tahun 2010. Angka ini lebih kurang tujuan dari penelitian ini adalah untuk men-
30% dari total penerimaan Negara dari pajak. guji secara empiris pengaruh modernisasi
Untuk tahun 2011 penerimaan PPN menca- sistem perpajakan terhadap kepatuhan PKP.
pai 277,73 triliun, jika dibandingkan dengan
penerimaan PPN tahun 2010, maka peneri- METODE
maan PPN mengalami peningkatan, tetapi Populasi dalam penelitian ini adalah
apabila dilihat dari perjenis pajaknya untuk semua pengusaha kena pajak yang terdaf-
tahun 2011, maka PPN memiliki pencapa- tar pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
ian target paling rendah. Meskipun demiki- Padang. Teknik penentuan sampel adalah
an, PPN mengalami kinerja pertumbuhan metode convenience sampling yaitu peng-
sebesar 20,45%, yang tergolong relatif baik. umpulan informasi dari anggota populasi
Kurang tercapainya penerimaan PPN karena yang dengan senang hati bersedia mem-
tingkat kepatuhan  pelaku usaha dalam me- berikan informasi dan untuk memperoleh
nyetor PPN masih rendah dan juga bahwa sejumlah informasi dasar secara cepat dan
masih banyak transaksi yang tidak tercatat efisien (Sekaran 2006). Pemilihan metode ini
atau yang dikenal dengan ekonomi bawah sengaja diambil mengingat cukup sulitnya
tanah (underground economy), sehingga mendapatkan responden untuk penelitian
penerimaan PPN tidak mencapai target. Ma- terkait perpajakan. Kondisi ini konsisten
nurung (2002) menemukan bahwa sekitar dengan apa yang dikemukan oleh Hanggana
22% untuk setiap Kanwil Pajak terdapat PKP (2008).
yang bukan pembayar pajak. Teknik pengumpulan data yang digu-
Peran serta wajib pajak dalam sistem nakan dalam penelitian ini adalah dengan
pemungutan pajak sangat menentukan ter- menggunakan kuesioner. Kuesioner diberi-
capainya target penerimaan pajak. Peneri- kan kepada responden yang dapat ditemui
maan pajak yang optimal dapat dilihat dari secara langsung atau secara kebetulan se-
78 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 76-87

Penerapan
Modernisasi Tingkat Kepatuhan
Sistem Pengusaha Kena
Administrasi Pajak
Perpajakan

Gambar 1
Skema Kerangka Berfikir

dang berada di KPP Pratama Padang, se- kuran untuk variabel independen (mod-
hingga dapat memudahkan responden ernisasi sistem administrasi perpajakan) ini
untuk bertanya jika ada kesulitan dalam meliputi: struktur organisasi, implementasi
menjawab pertanyaan. Selain itu, kuesioner pelayanan kepada PKP, strategi organisasi
juga disebarkan dengan cara mendatangi dengan adanya perkembangan teknologi in-
secara langsung setiap pengusaha kena pa- formasi dan budaya organisasi.
jak di tempat beroperasi kegiatan usahanya. Uji validitas adalah suatu langkah pen-
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini gujian yang dilakukan terhadap isi (content)
disusun dalam bagan/skema kerangka pikir dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk
sebagai berikut: mengukur ketepatan instrumen yang digu-
Variabel dalam penelitian ini terdiri nakan dalam suatu penelitian. Dari bebera-
atas variabel independen yaitu modernisasi pa alat analisis uji validitas yang ada, penel-
sistem administrasi perpajakan dan varia- iti memilih menggunakan korelasi product
bel dependen yaitu tingkat kepatuhan pen- moment pearson untuk menguji validitas
gusaha kena pajak. Tingkat kepatuhan pen- dari data yang diperoleh. Adapun kriteria
gusaha kena pajak adalah suatu sikap dari pengambilan keputusan untuk menentukan
pengusaha kena pajak untuk melaksanakan validnya data ialah jika nilai r hitung > ni-
semua kewajiban perpajakannya sesuai den- lai r tabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%),
gan aturan-aturan yang berlaku tanpa perlu sebaliknya jika nilai r hitung < nilai r tabel ,
diadakan pemeriksaan, investigasi, perin- maka instrumen dikatakan tidak valid dan
gatan ataupun ancaman dan penerapan akan disisihkan padaanalisis selanjutnya.
sanksi, baik sanksi hukum maupun sanksi Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan
administrasi. Tingkat kepatuhan pengusaha dengan bantuan program SPSS Versi 20.
kena pajak diukur dari (1) Kepatuhan untuk Uji reliabilitas data adalah proses pen-
mendaftarkan diri sebagai pengusaha kena gukuran terhadap ketepatan (konsistensi)
pajak (PKP), (2) kepatuhan dalam perhitun- dari suatu instrumen. Uji reliabilitas dilaku-
gan dan pembayaran pajak terutang, (3) kan untuk mengetahui tingkat kestabilan
kepatuhan untuk melaporkan Surat Pem- suatu alat ukur. Pada penelitian ini, uji re-
beritahuan (SPT), dan (4) kepatuhan dalam liabilitas dilakukan dengan menggunakan
pembayaran tunggakan pajak. pendekatan internal consistency reliability
yang menggunakan uji Cronbach Alpha un-
Modernisasi sistem administrasi perpa-
tuk mengidentifikasikan seberapa baik item-
jakan adalah proses dari penatausahaan dan
item dalam kuisioner berhubungan antara
pelayanan terhadap kewajiban-kewajiban
satu dengan yang lainnya. Sebuah faktor
dan hak-hak wajib pajak yang berdasarkan
dinyatakan reliabel/handal jika koefisien
fungsi dan bukan jenis pajak, dengan ad-
Alpha lebih besar dari 0,6. Apabila Alpha
anya pemisahan fungsi antara fungsi pelay-
Cronbach (α) lebih besar dari 0,60 maka data
anan, pengawasan, pemeriksaan, keberatan
penelitian diangap sangat baik dan reliabel
dan pembinaan yang tersebar pada masing-
untuk digunakan sebagai input dalam pros-
masing seksi teknis. Serta dalam bidang
es penganalisaan data guna menguji hipote-
teknologi informasi, diterapkan aplikasi ele- sis penelitian. Selain pengujian uji dan uji
ktronik SPT (e-SPT) untuk pelaporan SPT se- reliabilitas instrument, terhadap data yang
cara elektronik dan aplikasi On-Line Peyment diperoleh juga dilakukan pengujian normali-
untuk pembayaran pajak. Indikator pengu- tas.Uji normalitas bisa dilakukan dengan
Fasmi, Misra, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Pengaruhnya pada...79

Tabel 1. Distribusi Kuesioner


Kuesioner Kuesioner Kuesioner Kuesioner
% kembali
disebarkan kembali gugur dianalisis
55 46 76% 7 39

dua cara, yaitu dengan normal P-P plot dan penyebaran kuesioner, peneliti mencari in-
tabel kolmogorov smirnov". formasi tentang pengusaha kena pajak yang
Analisis korelasi digunakan untuk ada di Kota Padang dan Kabupaten Padang
mengukur hubungan antara dua variabel Pariaman. Penyebaran kuesioner dilakukan
yang diuji dalam penelitian ini. Hasil analisis oleh peneliti dengan menyebarkan kuesioner
dari korelasi adalah koefisien korelasi yang ini secara langsung kepada pengusaha kena
menunjukkan kekuatan dan kelemahan dari pajak dengan mendatangi setiap pengusaha
suatu hubungan. Dalam hal ini untuk men- kena pajak yang hendak dijadikan respon-
gukur kuat atau lemahnya pengaruh antara den.Selain itu peneliti juga mendatangi KPP
modernisasi sistem administrasi perpajakan Pratama Padang untuk menyebarkan kue-
terhadap tingkat kepatuhan pengusaha sioner kepada beberapa pengusaha kena pa-
kena pajak. Nilai koefisien korelasi ini akan jak yang kebetulan sedang berada disana.
berada pada kisaran angka minus satu (-1) Tabel 1 menyajikan distribusi kuesion-
sampai plus satu (+1). Sifat korelasi akan er kepada responden. Kuesioner yang dise-
menentukan arah dari korelasi. bar dalam penelitian ini berjumlah 55 kue-
Koefisien determinasi (R2) digunakan sioner, dari total 55 kuesioner tersebut ada
untuk mengukur seberapa jauh kemam- 9 kuesioner yang tidak dikembalikan oleh
puan model dalam menerangkan variasi responden, sehingga total kuesioner yang
variabel independen. Nilai koefisien determi- kembali hanya sebanyak 46 kuesioner, dari
nasi adalah antara nol (0) dan satu (1). Nilai total 46 kuesioner yang kembali tersebut ada
koefisien determinasi (R2) yang kecil berarti 7 kuesioner yang tidak dapat diolah, hal ini
kemampuan variabel-variabel independen dikarenakan kuesioner tersebut tidak diisi
dalam menjelaskan variasi variabel inde- lengkap oleh responden, sehingga total kue-
penden amat terbatas. Nilai yang mendekati sioner yang dapat diolah dan digunakan un-
satu berarti variabel-variabel independennya tuk tahap analisis berjumlah 39 kuesioner.
memberikan hampir semua informasi yang Berdasarkan data yang diperoleh dari
dibutuhkan untuk memprediksi variasi vari-
39 responden, demografi responden ber-
abel independen.
dasarkan jenis kelamin menunjukkan 26
orang (66,67%) adalah laki-laki dan sisanya
HASIL DAN PEMBAHASAN
13 orang (33,33%) adalah perempuan. Se-
Data dalam penelitian ini diperoleh
mentara berdasarkan bidang usaha respon-
dengan menyebarkan kuesioner secara lang-
den terbesar berasal dari PKP dengan jenis
sung kepada pengusaha kena pajak yang
usaha industri (26 orang) lalu perdagangan
menjadi subjek dari penelitian ini. Sebelum
(8 orang) dan jasa (5 orang).

Tabel 2.Hasil Pengujian Validitas Variabel Independen


Pertanyaan r-hitung
1 0,586
2 0,596
3 0,542
4 0,527
5 0,631
6 0,426
7 0,419
8 0,456
9 0,576
10 0,567
11 0,323
12 0,266
80 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 76-87

Tabel 3. Validitas Tingkat Kepatuhan Pengusaha Kena Pajak


Pertanyaan r hitung Keterangan
1 ,534 Valid
2 ,663 Valid
3 ,690 Valid
4 ,658 Valid
5 ,507 Valid
6 ,620 Valid
7 ,688 Valid
8 ,141 Tidak Valid
9 ,623 Valid

Dalam penelitian ini peneliti terlebih agai input dalam proses penganalisaan data.
dahulu melakukan uji validitas awal. Uji va- Tabel 4.4 di atas menunjukkan nilai
liditas awal terhadap kuesioner dilakukan koefisien reliabilitas dari variabel modernisa-
kepada masyarakat yang sudah memiliki si sistem administrasi perpajakan sebesar
nomor pokok wajib pajak (NPWP) sebanyak 0,874 dan untuk variabel tingkat kepatuhan
30 responden. Hasil uji validitas awal terha- pengusaha kena pajak sebesar 0,830, maka
dap 30 responden ini menunjukkan bahwa nilai koefisien reliabilitas 0,874 dan 0,830
keseluruhan item-item pertanyaan tersebut > dari 0,6, maka reliabilitas untuk variabel
dinyatakan valid dan reliabel sehingga kue- modernisasi dan tingkat kepatuhan sangat
sioner tersebut sudah layak untuk disebar- tinggi, hasil ini menunjukkkan bahwa butir
kan kepada responden (pengusaha kena pa- kuesioner pada kedua variabel handal untuk
jak) sebagaimana terlihat pada r-hitung yang mengukur variabelnya masing-masing.
dibandingkan dengan r-tabel yaitu 0,316. Dalam penelitian ini uji normalitas di-
Tabel validitas variabel X (modernisasi lakukan dengan menggunakan Kolmogorov–
sistem administrasi perpajakan) dan variabel Smirnov (K-S). Uji statistik Kolmogorov–
Y (tingkat kepatuhan pengusaha kena pajak) Smirnov (K-S) tidak berdistribusi normal
dipisahkan untuk mempermudah dalam me- apabila nilai signifikan < 0,05, sebaliknya
lihat mana saja yang termasuk item pertan- bila nilai signifikan > 0,05 berarti distribusi
yaan untuk variabel X dan variabel Y yang data normal.
valid dan tidak valid. Berdasarkan tabel 4.2 Berdasarkan hasil pengujian dengan
dan 4.3 di atas dapat dilihat bahwa dari total menggunakan One-Sample Kolmogorov-
21 item pertanyaan ada 2 pertanyaan yang Smirnov Test dengan bantuan program
tidak valid yaitu pertanyaan nomor 12 dan SPSS seperti yang dapat dilihat pada tabel
20, sedangkan untuk item pertanyaan yang 8 di atas, diperoleh nilai signifikansi sebesar
lain sudah valid sehingga untuk pertanyaan 0,621, hal ini berarti 0,621 > 0,05 sehingga
nomor 12 dan 20 tersebut telah dianggap dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi
gugur dan untuk pengolahan data lebih lan- secara normal.
jut untuk item pertanyaan yang tidak valid Analisis data dilakukan dengan regresi
tersebut tidak diikutsertakan. linier sederhana yang bertujuan untuk me-
Sebuah faktor dinyatakan reliabel/ lihat seberapa besar pengaruh variabel in-
handal jika koefisien Alpha lebih besar dari dependen terhadap variabel dependen. Ber-
0,6. Apabila Alpha Cronbach (α) lebih besar dasarkan hasil pengolahan data dengan ban-
dari 0,60 maka data penelitian diangap san- tuan program SPSS versi 20 diperoleh hasil
gat baik dan reliabel untuk digunakan seb- regresi linier sederhana sebagai berikut:

Tabel 4.Reliabilitas Data Masing-Masing Variabel


Pertanyaan Reliabilitas (Alpha)
Modernisasi (X) 0, 874
Kepatuhan (Y) 0, 830
Fasmi, Misra, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Pengaruhnya pada...81

Tabel 5. Hasil Uji Normalitas Menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov


Test

Unstandardized Residual
N 39
Mean 0E-7
Normal
Parametersa,b Std. Deviation 2,88581286

Absolute ,121
Most Extreme
Positive ,052
Differences
Negative -,121
Kolmogorov-Smirnov Z ,754
Asymp. Sig. (2-tailed) ,621

Berdasarkan tabel di atas, maka dapat nakan untuk mengukur kekuatan (keeratan)
diketahui model regresi yang diperoleh suatu hubungan antar variabel. Hasil anali-
adalah sebagai berikut: sis dari korelasi adalah koefisien korelasi
yang menunjukkan kekuatan dan kelema-
Y = 19,860 + 0,496X han dari suatu hubungan. Nilai koefisien
korelasi ini akan berada pada kisaran angka
Hasil ini menunjukkan bahwa mod-
minus satu (-1) sampai plus satu (+1).
ernisasi sistem perpajakan berpengaruh
Berdasarkan hasil pengujian seperti
positif terhadap kepatuhan wajib pajak.
pada Tabel 7 diperoleh nilai koefisien ko-
Direktorat Jenderal Pajak sebagai lembaga
relasi linier antara variabel X (modernisasi
yang berwenang menangani masalah per-
sistem administrasi perpajakan) dengan
pajakan di Indonesia telah berbenah dalam
variabel Y (tingkat kepatuhan pengusaha
upaya memberi pelayanan yang lebih baik
kena pajak) sebesar 0,496. Nilai 0,496 be-
kepada Wajib Pajak. Hasil ini mengindika-
rada pada interval nilai korelasi antara 0,41
sikan bahwa modernisasi yang dilakukan
sampai dengan 0,70, hal ini menunjukkan
pada organisasi direktorat jenderal pajak
terdapat hubungan yang kuat dan positif
direspon dengan positif oleh wajib pajak dan
antara modernisasi sistem administrasi per-
pada gilirannya akan meningkatkan kepatu-
pajakan dengan tingkat kepatuhan pengusa-
han pajak mereka. Alm et al. (2010) meny-
ha kena pajak. Nilai positif artinya apabila
iratkan bahwa respon dan align positif dari
modernisasi sistem administrasi perpajakan
wajib pajak terhadap administrator pajak
mengalami kenaikan, maka tingkat kepatu-
akan memberikan persepsi pelayanan dan
han pengusaha kena pajak juga akan men-
keadilan yang lebih baik. Persepsi baik ini
galami kenaikan.
salah satunya direspon dengan meningkat-
Berdasarkan hasil perhitungan dapat
nya tingkat kapatuhan wajib pajak.
dilihat nilai R2 sebesar 0,246 atau 24,6%.
Hasil regresi ini konsisten dengan ni-
lai koefisien korelasi antar variabel. Nilai Angka sebesar 24,6% memberi arti bahwa
koefisien korelasi merupakan nilai yang digu- variasi tingkat kepatuhan pengusaha kena

Tabel 6. Hasil regresi Linear

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
(Constant) 19,860 4,870 4,078 0,000
1
Modernisasi 0,366 0,105 0,496 3,478 0,001
a. Dependent Variable: Kepatuhan
82 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 76-87

Tabel 7.Hasil Uji Korelasi

Kepatuhan Modernisasi
Pearson Kepatuhan 1,000 0,496
Correlation Modernisasi 0,496 1,000
Kepatuhan . 0,001
Sig. (1-tailed)
Modernisasi 0,001 .
Kepatuhan 39 39
N
Modernisasi 39 39

pajak di KPP Pratama Padang dapat dijelas- yang profesional dengan citra yang baik di
kan oleh oleh modernisasi sistem adminis- masyarakat.
trasi perpajakan sebesar 24,6%, sedangkan Menurut Rahayu dan Lingga (2009),
sisanya sebesar 75,4% dipengaruhi oleh fak- program reformasi administrasi perpajakan
tor lain diluar model penelitian ini seperti diwujudkan dalam penerapan sistem ad-
strategi pemeriksaan yang diterapkan dan ministrasi perpajakan modern yang memi-
penalaran moral wajib pajak. liki ciri khusus antara lain struktur organ-
Berdasarkan berbagai pembahasan di isasi yang dirancang berdasarkan fungsi,
atas, dapat dikatakan bahwa modernisasi tidak lagi menurut seksi-seksi berdasarkan
sistem administrasi perpajakan merupakan jenis pajak, perbaikan pelayanan bagi se-
suatu sistem perubahan yang membawa tiap wajib pajak melalui pembentukan ac-
pengaruh besar dalam proses perpajakan, count representative dan compliant center
khususnya tingkat kepatuhan wajib pajak untuk menampung keberatan Wajib Pajak.
terhadap kewajiban perpajakannya. Indone- Sistem administrasi perpajakan modern juga
sia memang telah melakukan penyempur- mengikuti kemajuan teknologi dengan pelay-
naan dalam tata cara atau sistem pemun- anan yang berbasis e-system seperti e-SPT,
gutan pajak yang modern seiring dengan e-Filing, e-Payment, dan e-Registration yang
pesatnya teknologi. Dari berbagai analisis di diharapkan meningkatkan mekanismekon-
atas dapatdilihat bahwa modernisasi perpa- trol yang lebih efektif yang ditunjang dengan
jakan mempunyai pengaruh signifikan ter- penerapan Kode Etik Pegawai DirektoratJen-
hadap tingkat kepatuhan pengusaha kena deral Pajak yang mengatur perilaku pegawai
pajak, sehingga modernisasi ini harus se- dalam melaksanakan tugas dan pelaksa-
lalu ditingkatkan dalam penerapannya oleh naan good governance. Menurut Bawazier
Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan harus (2001) reformasi pajak di Indonesia dimulai
selalu diperbaiki secara terus menerus apa- tahun 1983 dengan memperkenalkan prin-
bila ada kekurangannya, sehingga nantinya sipself assessment, menyederhanakan dan
kepatuhan Pengusaha Kena Pajak dapat dit- menurunkan tarifPPh danmemberlakukan
ingkatkan lagi dan pada akhirnya juga me- PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebagai peng-
ningkatkan penerimaan negara. ganti PPn (Pajak Penjualan).
Konsep modernisasi administrasi per- Setelah berjalan 10 tahun, reformasi
pajakan pada prinsipnya merupakan pe- pajak 1983 ini dilanjutkan dengan refor-
rubahan pada sistem administrasi perpa- masi pajak 1994 dan 1997 yang mengubah
jakan yang dapat mengubah pola pikir dan undang-undang sebelumnya dan membuat
perilaku aparat serta tata nilai organisasi undang-undang baru. Dalam reformasi lan-
sehingga dapat menjadikan Direktorat Jen- jutan ini, tarif PPh kembali diturunkan dan
deral Pajak (DJP) menjadi suatu institusi mulai diperkenalkan PPh Final. Selain itu,

Tabel 8. Koefisien Determinasi


Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square
Square Estimate
1 0,496a 0,246 0,226 2,925
a. Predictors: (Constant), Modernisasi
b. Dependent Variable: Kepatuhan
Fasmi, Misra, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Pengaruhnya pada...83

Grafik Tingkat Kepatuhan Pengusaha


Kena Pajak
185
180
175
170
165
160
Mendaftarkan Diri Perhitungan & Melaporkan Surat Pembayaran
Sebagai PKP Pembayaran Pajak Pemberitahuan Tunggakan Pajak
Terutang

Gambar 1
Grafik Tingkat Kepatuhan berdasarkan Aspek kepatuhan

pajak daerah dan retribusi daerah untuk per- besaran biaya kepatuhan ini dapat dimini-
tama kalinya ditata dalam sebuah undang- malisir melalui penyederhanaan proses pa-
undang. Demikian juga PNBP (Penerimaan jak meskipun masalah tersebut kadang-
Negara Bukan Pajak) dan BPHTB (Bea Perole- kadang tidak menjadi concern dalam peneta-
hanHak Atas Tanah dan Bangunan) masing- pan tax policy. Wijayanti et al. (2004) mene-
masing ditata dalam undang-undang. mukan bahwa modernisasi yang diharapkan
Semenjak tahun 2002, Direktorat meningkatkan akuntabilitas aparatur pajak
Jenderal Pajak (DJP) telah meluncurkan berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pa-
program perubahan (change program) atau jak. Rahman (2009) juga menemukan bahwa
reformasi administrasi perpajakan yang modernisasi sistem administrasi perpajakan
secara singkat biasa disebut Modernisasi. dapat meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
Adapun jiwa dari program modernisasi ini Beberapa karateristik modernisasi ad-
adalah pelaksanaan good governance, yaitu ministrasi perpajakan adalah seluruh ke-
penerapan sistem administrasi perpajakan giatan administrasi dilaksanakan melalui
yang transparan dan akuntabel, dengan me- sistem administrasi yangberbasis teknolo-
manfaatkan sistem informasi teknologi yang gi terkini, seluruh wajib pajak diwajibkan
handal dan terkini.Strategi yang ditempuh membayar melalui kantor penerimaansecara
dalam adalah pemberian pelayanan prima on-line, seluruh wajib pajak diwajibkan mel-
sekaligus pengawasan intensifkepada para aporkan kewajiban perpajakannyadengan
wajib pajak. menggunakan media komputer (e-SPT) dan
Administrasi perpajakan dituntut monitoring kepatuhan wajib pajak dilak-
bersifat dinamis sebagai upaya peningkatan sanakan secara intensif.
penerapan kebijakan perpajakan yang efek- Ditjen Pajak sebagai organisasi pemer-
tif. Kriteria fisibilitas administrasi menuntut intah yang diberi wewenang untuk mengelo-
agar sistem pajak baru meminimalisir biaya la perpajakan menyadari sepenuhnya bahwa
administrasi (administrative cost)dan biaya tanpa adanya improvisasi di bidangteknologi
kepatuhan (compliance cost) serta menjadi- informasi, dinamika yang berkembang di
kan administrasi pajak sebagaibagian dari masyarakat terutama dinamika bisnistidak
kebijakan pajak (Sofyan 2005). Menurut akan dapat diantisipasi (Prawirodidirdjo
Slemrod dan Blumenthal (1996) dalam studi 2007). Yang lebih penting lagi, pemanfaatan
mereka di Amerika Serikat besaran compli- informasi tekhnologisecara maksimal akan
ance cost yang harus dikeluarkan oleh wa- mendukung program transparansi dan ket-
jib pajak relatif besar dibandingkan dengan erbukaan, di manakemungkinan terjadinya
penerimaan pajak oleh Internal Revenue Ser- korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) terma-
vice (IRS). Mereka juga berpendapat bahwa suk di dalamnyapenyalahgunaan kekuasaan
84 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 76-87

dapat diminimalisir. Dukungan teknologi in- pajak karena dari empat komponen kepatu-
formasi dapat mempercepat proses pelayan- han di atas kepatuhan dalam mendaftarkan
an danpemeriksaan. Dengan pengembangan diri sebagai pengusaha kena pajak memiliki
basis data dalam jaringan online memung- nilai paling tinggi dari total keseluruhan jaw-
kinkankecepatan akses informasi dan pelay- aban responden, kemudian disusul dengan
anan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) kepatuhan dalam pembayaran tunggakan
dan pembayaran pajak secara online yang pajak, kemudian kepatuhan dalam melapor-
menjadikan proses administrasinya menjadi kan surat pemberitahuan dan yang terakhir
jauh lebih sederhana. kepatuhan dalam perhitungan dan pem-
Pembahasan mengenai dimensi refor- bayaran pajak terutang, tingkat kepatuhan
masi perpajakan dibahas dalam Rahayu dalam pembayaran pajak terutang ini masih
dan Lingga (2009), bahwa ada empat dimen- tergolong rendah dibandingkan dengan as-
si reformasi administrasi perpajakan. Per- pek lainnya.
tama, struktur organisasi yaitu unsur yang Kemudahan dalam proses pendaft-
berkaitan dengan pola-pola peran yang su- aran menjadi wajib pajak telah mendorong
dah ditentukan dan hubungan antar peran, wajib pajak untuk patuh mendaftarkan diri
alokasi kegiatan kepada sub unit-sub unit menjadi wajib pajak. Inisiatif organisasi/
terpisah, pendistribusian wewenang di an- institusi untuk mendorong stafnya menjadi
tara posisi administratif, dan jaringan ko- wajib pajak juga mendukung fakta ini. Pen-
munikasi formal. Kedua, prosedur organ- genaan tarif pajak yang lebih tinggi bagi in-
isasi berkaitan dengan proses komunikasi, dividu yang tidak mempunyai NPWP diduga
pengambilan keputusan, pemilihan presta- juga ikur berkontribusi. Hal yang kelihat-
si, sosialisasi dan karier. Pembahasan dan annya aneh adalah lebih tingginya kepatu-
pemahaman prosedur organisasi berpijak han wajib pajak untuk menyampaikan SPT
pada aktivitas organisasi yang dilakukan dibandingkan dengan kepatuhan melaku-
kan penghitungan dan pembayaran pajak
secara teratur. Ketiga, strategi organisasi
terutang. Hal ini dapat dimaklumi bahwa
dipandang sebagai siasat, sikap pandangan
wajib pajak dapat saja patuh secara formal
dan tindakan yang bertujuan memanfaatkan
dengan menyampaikan SPT tetapi mereka
segala keadaan, faktor, peluang, dan sum-
tidak patuh secara material dengan me-
ber daya yang ada sedemikian rupa sehingga
nyampaikan penghasilan dan pajak teru-
tujuan organisasi dapat dicapai dengan ber-
tang dengan benar. Tingginya kepatuhan
hasil dan selamat. Strategi berkembang dari
pembayaran tunggakan dapat dimaklumi
waktu ke waktu sebagai pola arus keputu-
karena temuan adanya tunggakan diperoleh
san yang bermakna. Keempat, budaya or- oleh fiskus setelah melakukan pemeriksaan.
ganisasi yang didefinisikan sebagai sistem Ketika sudah diperiksa dan kemudian di-
penyebaran kepercayaan dan nilai-nilai yang beritahu tunggakan atau kekurangan pajak
berkembang dalam organisasi dan menga- yang dibayar maka wajib pajak akan bersi-
rahkan perilaku anggota-anggotanya. Buda- kap lebih kooperatif dan patuh.
ya organisasi mewakili persepsi umum yang Menurut pembacaan Sofyan (2005),
dimiliki oleh anggota organisasi. kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi
Secara lebih detail, pengaruh mod- dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaf-
ernisasi sistem administrasi perpajakan ter- tarkan diri, kepatuhan untukmenyetorkan
hadap masing-masing indikator atau kom- kembali Surat Pemberitahuan (SPT), kepatu-
ponen tingkat kepatuhan pengusaha kena han dalam penghitungandan pembayaran
pajak dapat dilihat pada Gambar 1. pajak terutang, dan kepatuhan dalam pem-
Gambar 1 diperoleh dengan menjum- bayaran tunggakan. Kepatuhan wajib pa-
lahkan bobot pertanyaan yang terdapat jak juga menjadi perhatian penting karena
dalam kuesioner untuk masing-masing untuk menjadi patuh, wajib pajak harus
item pertanyaan yang berhubungan dengan mengeluarkan kos yang disebut compliance
kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan cost. Slemrod dan Yitzhaki (1996) dalam
diri sebagai pengusaha kena pajak, kepatu- Gupta (2006) mengidentifikasi compliance
han dalam perhitungan dan pembayaran pa- costs sebagai salah satu dari lima komponen
jak terutang, kepatuhan dalam melaporkan biaya perpajakan (cost of taxation) selain ad-
surat pemberitahuan, dan kepatuhan dalam ministrative costs, deadweight efficiency loss
pembayaran tunggakan pajak. Berdasar- from taxation, excess burden of tax evasion,
kan gambar di atas dapat diketahui bahwa dan avoidance costs.
pengusaha kena pajak sangat patuh dalam Pembahasan Sofyan (2005) mengenai
mendaftarkan diri sebagai pengusaha kena kepatuhan perpajakan juga menyebutkan
Fasmi, Misra, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Pengaruhnya pada...85

bahwa kepatuhan perpajakan didefinisikan ketidakpatuhan mereka dan berusaha me-


sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak nyembunyikan kejahatan perpajakan yang
memenuhi semua kewajiban perpajakan dan dilakukan kepada siapapun juga.
melaksanakanhak perpajakannya.Terdapat Dari berbagai penjelasan yang telah
dua macam kepatuhan, yaitu kepatuhan for- dikemukakan di atas, dapat disimpulkan
mal dan kepatuhan material (Syofyan 2005). bahwa kepatuhan PKP adalah kepatuhan
Kepatuhan formal adalah suatu keadaan- wajib pajak dalam memenuhi semua per-
dimana wajib pajak memenuhi kewajiban aturan perundang-undangan perpajakan,
perpajakan secara formal sesuai denganke- baik kepatuhan wajib pajak dalam mendaf-
tentuan dalam undang-undang perpajakan. tarkan diri, kepatuhan untuk melaporkan,
Misalnya ketentuan batas waktupenyam- kepatuhan dalam perhitungan dan pem-
paian Surat Pemberitahuan. Apabila wajib bayaran pajak terutang maupun kepatuhan
pajak telah melaporkan Surat Pemberita- wajib pajak dalam pembayaran tunggakan
huan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Tahunan pajak terutangnya. Kriteria pengusaha pajak
sebelum batas waktu maka dapat dikatakan patuh menurut Keputusan Menteri Keuan-
bahwa wajib pajak telah memenuhi keten- gan No.235/KMK.03/2003 adalah: (1) te-
tuan formal, akan tetapi isinya belum tentu pat waktu dalam menyampaikan SPT untuk
memenuhi ketentuan material. semua jenis pajak dalam dua tahun tera-
Kepatuhan material yaitu suatu ke- khir. (2) Tidak mempunyai tunggakan pajak
adaan dimana wajib pajak secara substan- atau untuk semua jenis pajak, kecuali telah
tif memenuhi semua ketentuan material memperoleh izin untuk mengangsur atau
perpajakan, yakni sesuai isi dan jiwa un- menunda pembayaran pajak. (3) Tidak per-
dang-undangperpajakan. Wajibpajak yang nah dijatuhi hukuman karena melakukan
memenuhi kepatuhan material adalah wa- tindak pidana di bagian perpajakan dalam
jib pajak yang mengisi denganjujur, leng- jangka waktu 10 tahun terakhir. (3) Dalam
kap, dan benar Surat Pemberitahuan (SPT) 2 tahun terakhir menyelenggarakan pem-
sesuai ketentuan danmenyampaikannya ke bukuan dan dalam hal terhadap wajib pa-
KPP sebelum batas waktu berakhir. Menu- jak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi
rut pembacaan Jatmiko (2006), kepatuhan pada pemeriksaan yang terakhir untuk ma-
Wajib Pajak didefinisikan sebagai mema- sing-masing jenis pajak yang terutang pal-
sukkan dan melaporkan tepat waktu infor- ing banyak 5%. (4) Wajib pajak yang laporan
masi yang diperlukan, mengisi secara benar keuangan untuk 2 tahun terakhir diaudit
jumlah pajak terutang dan membayar pajak oleh akuntan publik dengan pendapat wajar
pada waktunya tanpa tindakan pemaksaan. tanpa pengecualian, atau pendapat dengan
Ketidak patuhan timbul kalau salah satu pengecualian sepanjang tidak memengaruhi
syarat defenisi tidak terpenuhi. laba fiskal.
Tingkat kepatuhan dipengaruhi oleh Hasil penelitian ini menunjukkan ha-
beberapa faktor yaitu kondisi sistem admin- sil yang tidak konsisten dengan Rahayu dan
istrasi perpajakan suatu negara, pelayanan Lingga (2009). Perbedaan hasil ini diduga
pada wajib pajak, penegakan hukum perpa- sebagai akibat perbedaan kinerja KPP Prata-
jakan, Pemeriksaan pajak dan tarif pajak. ma yang dalam hal ini Rahayu dan Lingga
Kesadaran dan kepatuhan memenuhi kewa- (2009) meneliti ketika KPP Pratama masih
jiban perpajakan juga tergantung pada kem- baru dikembangkan sedangkan penelitian
auan wajib pajak, sampai sejauh mana wa- ini ketika KPP Pratam sudah berjalan sela-
jib pajak tersebut akan mematuhi ketentuan ma hampir satu dekade. Demikian juga den-
peraturan perundang-undangan. gan semakin banyaknya wajib pajak yang
Menurut Hanggana (2008), peneli- menggunakan fasilitas teknologi informa-
tian tentang kepatuhan wajib pajak dalam si. Meskipun demikian, hasil penelitian ini
membayar pajak belum banyak dilakukan, konsisten dengan penelitian Rahman (2009)
hal ini disebabkan kesulitan mendapatkan yang menemukan pengaruh signifikan
responden. Secara intuitif, dapat diduga ti- sistem perpajakan modern dengan kepatu-
dak seorangpun suka membayar pajak, keti- han wajib pajak.
daksukaan membayar pajak akan dilaku-
kan dengan tidak mentaati peraturan per- SIMPULAN
pajakan, khususnya besarnya pajak yang Studi ini menyimpulkan bahwa mod-
dibayarkan. wajib pajak memiliki naluri ala- ernisasi sistem administrasi perpajakan
miah menyembunyikan informasi perilaku mempunyai pengaruh yang signifikan ter-
86 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 1, April 2014, Hlm. 76-87

hadap tingkat kepatuhan pengusaha kena DAFTAR RUJUKAN


pajak.Hasil Pengujian dengan menggunakan Agung, M. 2009. Perpajakan Indonesia Seri
koefisien determinasi (R2) memberikan bukti PPN, PPnBM, Dan PPh Badan: Teori Dan
empiris bahwa pengaruh modernisasi sistem Aplikasi. Mitra Wacana Media. Jakarta.
administrasi perpajakan terhadap tingkat Alm, J., T. Cherry, M. Jones, dan M. McKee.
kepatuhan pengusaha kena pajak di KPP 2010. “Taxpayer Information Assistance
Pratama Padang sebesar 24,6%. Hasil ini Service and Tax Compliance Behavior”.
menunjukkan bahwa 24,6% tingkat kepatu- Journal of Economic Psychology, Vol. 31
han pengusaha kena pajak dapat dijelaskan No. 4, hlm 577-586.
oleh modernisasi sistem administrasi per- Alm, J., B. R. Jackson dan M. Mckee. 1994.
pajakan sedangkan sisanya sebesar 75,4% “Institutional Uncertainty and Taxpay-
dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar pem- er Compliance”. National Tax Journal,
bahasan ini. Vol. XLV, hlm 107-116.
Beberapa implikasi dari penelitian ini Bawazier, F. 2011. “Reformasi Pajak di Indo-
adalah tinggi-rendahnya anggapan wajib nesia”. Jurnal Legislasi Indonesia, Vol.
pajak terhadap proses reformasi dan mod- 8, No. 1, hlm 1-12.
ernisasi di kantor pajak berpengaruh ter- Generalis, G.B. 2000. A Methodology for
hadap tingkat kepatuhan mereka dan oleh Measuring Productivity and Improving
karenanya aparatur perlu untuk tetap men- Service Responsiveness in a Tax Collec-
jaga integritas dan nama baik mereka dan tion Agency. Disertasi Tidak Dipublika-
instansi untuk menciptakan wajib pajak sikan. University of Miami.
yang patuh. Implikasi lain adalah fiskus ha- Gupta, A. 2006.“Income Tax Compliance
rus lebih kuat dalam pengawasan karena Cost of Corporation in India 2000-01”.
temuan penelitian ini menunjukkan bahwa Vikalpa, Vol. 31. No. 4, hlm 21-35.
patuh dalam mendaftar sebagai wajib pa- Hanggana, S. 2008. “Analisis Diskriptif Mod-
jak/pengusaha kena pajak tidaklah jaminan el Peraturan PPN yang Menghambat
bahwa wajib pajak juga akan patuh dalam dan yang Meningkatkan Motivasi Pen-
perhitungan, pembayaran dan pelaporan gusaha Menyetor PPN”. Jurnal Studi
pajak. Kepatuhan formal harus diikuti oleh Manajemen Competence, Vol. 2, No. 1,
kepatuhan material. hlm 1-22.
Penelitian ini mempunyai beberapa Jatmiko, N. A. 2006. Pengaruh Sikap Wajib
keterbatasan. Pertama, penelitian ini tidak Pajak pada Pelaksanaan Sanksi Denda,
menguji secara terpisah pengaruh masing- Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Per-
masing dimensi modernisasi sistem perpa- pajakan terhadap Kepatuhan Wajib Pa-
jakan (seperti struktur organisasi, prosedur jak (Studi Empiris Terhadap Wajib Pa-
organisasi, strategi organisasi dan budaya jak Orang Pribadi di Kota Semarang).
organisasi) terhadap kepatuhan wajib pa- Tesis Tidak Dipublikasikan. Universitas
jak. Kemudian penelitian ini hanya meng- Diponegoro. Semarang
kaji pengaruh modernisasi sistem adminis- Keputusan Menteri Keuangan Republik In-
trasi perpajakan terhadap tingkat kepatu- donesia No.235/KMK.03/2003 tentang
han pengusaha kena pajak tanpa mengukur Perubahan Atas Keputusan Menteri
tingkat kepatuhan sebelum dan sesudah Keuangan No. 544/KMK.04/2000 ten-
diterapkannya modernisasi sistem adminis- tang Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat
trasi perpajakan. Penelitian di masa datang Diberikan Pengembalian Pendahuluan
dapat menguji aspek lain dalam modernisasi Kelebihan Pembayaran Pajak
perpajakan seperti efektivitas komunikasi Manurung, R. 2002. “Analisa Dampak Ka-
melalui Account Representative dan peman- jian Pelaksanaan Undang-Undang No-
faatan teknologi informasi seperti e-filling mor 18 Tahun 2000 terhadap Peneri-
dalam perpajakan dalam upaya meningkat- maan PPN Sektor Pertanian”. Kajian
kan kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini Ekonomi dan Keuangan, Vol. 6, No. 4,
lebih mengarahkan kepada soft appeal dari- hlm 71-85.
pada penggunaan paradigma lama dengan Pemerintah RI. 2007. Undang-Undang No. 28
pendekatan pemeriksaan dan pinalti. tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga
atas Undang-undang No. 6 tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan. Jakarta.
Fasmi, Misra, Modernisasi Sistem Administrasi Perpajakan dan Pengaruhnya pada...87

Pemerintah RI. 2009. Undang-Undang No. Slemrod,J.B and M. Blumenthal. 1996. “The
42 tahun 2009 tentang Perubahan Ke- Income Tax Compliance Cost of Big
tiga atas Undang-Undang No. 8 tahun Business”. Public Finance Quarterly,
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Vol. 24, No. 4, hlm 411-438
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Sofyan, T.M. 2005. Pengaruh Penerapan
atas Barang Mewah. Jakarta Sistem Administrasi Perpajakan Mod-
Prawirodidirdjo, S.A. 2007. Analisis Penga- ern terhadap Kepatuhan Wajib Pajak
ruh Perubahan Organisasi dan Budaya pada Kantor Pelayanan Pajak di Ling-
Organisasi Terhadap Kepuasan dan kungan Kantor Wilayah Direktorat Jen-
Kinerja Pegawai Direktorat Jenderal deral Pajak Wajib Pajak Besar. Skripsi
Pajak (Penelitian pada Kantor Pelayan- Tidak Dipublikasikan. Sekolah Tinggi
an Pajak Berbasis Administrasi Modern Akuntansi Negara.
di Lingkungan Kantor Wilayah Jakarta Susanto, H. 2011. Underground Economy.
Khusus. Tesis Tidak Dipublikasikan. Baduose Media. Jakarta.
Universitas Diponegoro. Semarang Waluyo. 2007. Perpajakan Indonesia Edisi 7.
Rahayu, S. dan I. S. Lingga. 2009. “Penga- Salemba Empat. Jakarta.
ruh Modernisasi Sistem Administrasi Wijayanti, R., H.D. Kurniawati, dan D. Febri.
Perpajakan terhadap Kepatuhan Wajib 2004. Menuju Good Governance melalui
Pajak Badan pada KPP Pratama Band- Modernisasi Pajak (e-SPT). STIE-MCE
ung”. Jurnal Akuntansi, Vol. 1, No. 2, ABIS.
hlm 119-138. Worsham Jr dan G. Ronald. 2006. The Effect
Rahman, A. 2009. “Hubungan Sistem Ad- of Tax Authority Behavior on Taxpayer
ministrasi Perpajakan Modern dengan Compliance: A Procedural Justice Ap-
Kepatuhan Wajib Pajak”. Jurnal Ilmu proach. Journal of American Taxation
Administrasi, Vol. 6, No. 1. hlm 31-38. Association. Vol. 18, No. 2, hlm 19-39.
Sekaran, U. 2006. Metode Penelitian Untuk
Bisnis Edisi 4. Salemba Empat. Jakar-
ta.

Anda mungkin juga menyukai