Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KEPUTUSASAAN

2.1.1. Definisi

Keputusasaan adalah kondisi subjektif ketika seorang individu memandang


keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi serta tidak mampu
memobilisasi energi demikepentingan sendiri (Nanda,2005) . Keputusasaan adalah keadaan
emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan
kata lain mustahil ). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya
kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk
permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa
membantunya.

2.1.2. Etiologi

Factor yang berhubungan dengan keputusasaan :

1. Isolasi social
2. Kehilangan kepercayaan kepada kekuatan spiritual
3. Kehilangan kepercayaan pada nilai penting
4. Pembatasan aktivitas jangka Panjang
5. Penurunan kondisi fisiologis
6. Riwayat diabaikan
7. Stress jangka Panjang

2.1.3. Manifestasi klinis

1. Gangguan pola tidur


2. Isyarat verbal (mengatakan putus asa)
3. Kurang inisiatif
4. Kurang keterlibatan dalam asuhan
5. Kurang kontak mata ketika berkomunikasi
6. Mengangkat bahu sebagai respon terhadap orang yang mengajak bicara
7. Meninggalkan orang yang mengajak bicara
8. Pasif
9. Penurunan afektif
10. Penurunan respon terhadap stimulus
11. Penurunan selera makan
12. Penurunan kemampuan verbalisasi

2.1.4. Penatalaksaan

a. Psikofarmaka

Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguankeputusasaan.

b. Psikoterapi

Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah
diberikanterapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan
menilairealitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini
bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putusasa
dan semangat juangnya.Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan
pendidikan ulangyang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu,
psikoterapirekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang
telahmengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit,
psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir
dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilaimoral
etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya.

Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku


yangterganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi
keluargadimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya.
c. Terapi Psikososial

Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasidengan


lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada
orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderitaselama menjalani terapi
psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsiobat psikofarmaka.

d. Terapi Psikoreligius

Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan


jiwa.Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama
berhubungandengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa
kegiatan ritualkeagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian
kepada Tuhan,ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.

e. Rehabilitasi

Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan


kembalikekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga
(institusi)rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program
rehabilitasidilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan
ibadahkeagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah
raga,keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya.
Padaumumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara
berkaladilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum
penderitamengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita
akandikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.

2.2. STUDI KASUS KEPUTUSASAAN

Tn. J usia 30 tahun diantar keluarga ke RSJ Menur pada tanggal 6 Maret 2019,dengan
wajah pasien tampak pucat,lesu, penampilan tampak lusuh dan tidak terawat, saat ditanya pasien
hanya diam dengan tatapan kosong. Keluarga yang mengantarkan mengatakan bahwa sudah satu
bulan lebih sejak pasien ditinggal oleh tunangannya pergi dengan laki-laki lain. Pasien hanya
mengurung diri dikamar, tidak mau bersosialisasi dengan lingkungan terlebih dengan keluarga.
Keluarga juga mengatakan bahwa sebelumnya pasien pernah gagal dalam berumah tangga
(bercerai) sekitar 1tahun yang lalu dengan alasan yang sama,dan sejak gagal untuk yang ke-2
kalinya pasien putus asa dan tidak mau mengenal wanita lagi ,pasien juga pernah mencoba untuk
mengakhiri hidupnya.saat dilakukan pengkajian oleh perawat didapatkan hasil TB =155 cm, BB
=50 kg .

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajian
Nama perawat : Perawat K
Tanggal pengkajian : 6 Maret 2019
Jam pengkajian : 08.00 WIB

Biodata Pasien
Nama :Tn.J
No.Register :678675
Agama : islam
Pendidikan : Smu
Status Pernikahan : Bercerai
Umur : 30 thn
Alamat : Mulyorejo
Diagnosa Medis : Isos, RBD,Defisit perawatan diri

Biodata Penanggung Jawab


Nama : Surtiyem
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pedagang
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Mulyorejo
Hubungan dengan pasien : Kakak pasien

1.Keluhan utama :
Pasien dibawa ke rumah sakit karena pasien selalu mengurung diri di kamar,tidak
mau bersosialisasi dan ada keinginan untuk mengakhiri hidupnya.2.

Faktor Predisposisi dan Presipitasi


a. Faktor predisposisi : pasien merupakan orang yang tertutup
b. Faktor presipitasi :pasien putus asa dengna keadaannya yangselalu mengalami
kegagalan dalam menjalin suatu hubungan

Pemeriksaan Fisik
Kepala : rambut pasien kusut, kulit kepala kotor tidak terdapat lesi, tidak tampak
hematom, tidak terdapat nyeri tekan.
Mata : mata pasien tidak konjungtivitis, sayu, tidak terdapat edema,
terdapatlingkaran hitam di kelopak mata bawah.
Hidung : simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada gangguan penciuman
Telinga : telinga pasien simetris, tampak kotor, tidak ada gangguan pendengaran
Mulut : mukosa bibir klien kering, tidak terdapat stomatitis, gigi pasien kurang
bersihEkstremitas atas ka/ki : tonus otot kuat

Psikososial
Saat dirumah pasien banyak tinggal di rumah,hanya mengurung diri dikamar,
jarangmelakukan aktivitas di luar rumah, bahkan pasien malas bekerja.

Konsep diri

1. Gambaran diri atau citra tubuh:pasien memandang dirinya adalah seorang laki-
laki yang kurang beruntung
2. Identitas diri :pasien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang laki laki
3. Peran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya dulunya adalah seorang suami
4. Ideal diri : pasien mengatakan bahwa lebih baik dia tidak mengenal wanita lagi
5. Harga diri : Pasien mengatakan dirinya tidak berguna lagi,dan putus asa

Hubungan social
Sebelum bercerai dan dibawa ke rumah sakit pasien adalah sosok yang tidak mudah
putus asa, pasien adalah seorang laki-laki yang sangat menyayangi dan mencintai
keluarganya, pasien menganggap keluarganya sangat berarti baginya. Hubungan sosial
pasien dengan lingkungannya sangat baik, tetapi setelah ditinggal oleh tunanganya
untuk yang ke 2 kalinya pasien merasa seperti sendiri sehingga hanya mengurung diri
dikamar.

Spiritual
Nilai dan keyakinan : pasien menganut agama Islam.
Kegiatan ibadah : dulu pasien merupakan sosok yang rajin beribadah

Status Mental
Penampilan : Penampilan pasien kuang rapi, tidak terurus, tampak lelah dan putus asa
Pembicaraan : pasien sering tidak focus dan melamun dengan tatapankosong10.

Aktivitas motorik
1. Hipomotorik : Pasien terlihat diam tidak banyak melakukan aktivitas
2. Hipermotorik : Tidak ada aktivitas hipermotorik yang dilakukan oleh
pasien
3. TIK : Tidak nampak TIK pada diri pasiend.
4. Agitasi : pasien nampak benci dan marah karena kegagalannya
dalammenjalin suatu hubungan.
5. Grimaseren : Pasien tidak menunjukkan gerakan-gerakan yang tidak
disadari olehnya.
6. Tremor : pasien tidak menunjukkan adanya tremor g.
7. Kompulsif : pasien tidak menunjukkan kompulsif yang dilakukan11.
8. Alam perasaan : Pasien mengatakan sering gelisah memikikan
kegagalandalam menjalin suatu hubungan, bingung dan selalumemikirkan
masa lalu yang pernah di alaminya.

Afektif
Pasien menunjukkan ekspresi yang sesuai
Interaksi selama wawancara : Selama dilakukan wawancara pasien terlihat banyak
melamun dan kurang memperhatikan. pasien sering diam dengan tatapan kosong
apabila ditanya tentang masalahnya.

Persepsi
Pasien merasa bahwa kejadian yang menimpa dirinya merupakan kesalahandirinya.

Proses pikir
Saat dilakukan pengkajian pasien berbicara sesuai dengan parasaannya dan apa yang
dirasakannya.

Isi pikir
1. Obsesi : tidak tampak adanya keinginan yang diulang-ulang oleh pasien
2. Phobia : pasien merasa takut akan gagal dalam suatu hubungan sehingga pasien
merasa putus asa
3. Waham : pasien tidak mengalami waham.

Tingkat kesadaran dan orientasi


1. Kesadaran pasien : kesadaran pasien composmetis
2. Orientasi terhadap waktu, tempat, orang : orientasi pasien baik terhadap
waktu,tempat dan orang.

Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang, jangka pendek dan
saatini
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Saat dilakukan pengkajian klien kurang konsentrasi.

Daya tilik diri : pasien melihat dirinya adalah orang yang belum beruntung sehingga
selalu gagal dalam suatu hubungan
Diagnosa medis: keputusasan

Data Objektif
a. saat dilakukan wawancara pasien hanya diamdengan tatapan kosong
b. pasien tampak menarik diri dari perawat danorang-orang yang berusaha mendekati
pasienIsolasi social
c. wajah pasien tampak pucat,penampilan tampak lusuh dan tidak terawat

Data Subjektif

1. keluarga yang mengantarkan mengatakan bahwa pasien pernah mencoba untuk


mengakhirihidupnya
2. keluarga mengatakan pasien hanya mengurungdiri di kamar,tidak mau berinteraksi
denganlingkungan terlebih dengan keluarga
3. Keluarga mengatakan bahwa klien pernah melakukan percobaan bunuh diri

POHON MASALAH “KEPUTUSASAAN”


Effect Resiko bunuh diri

Isolasi diri

Core
prombelm Keputusasaan

Harda diri Rendah

Kehilangan , kegagalan
Causa berulang
II. Diagnosis
1. Keputusasaan
2. Harga diri rendah b.d kegagalan berulang
3. Isolasi Sosial
III. Perencanaan

No. Diagnosa Perencanaan Intervensi


Keperawatan Tujuan Kriteria
1. Keputusasaan Klien dapat 1. Klien 1. Bantu pasien dan keluarga untuk
b.d. Isolasi mengungkapkan mengungkapka mengidentifikasi harapan dalam
social , harapan di masa n rasa hidup
Kehilangan depan keyakinan 2. Informasikan pada pasien mengenai
2. Klien apakah situasi yang sekarang adalah
mengungkapka sementara
optimisme 3. Demosntrasikan harapan dengan
3. Klien menunjukkan bahwa sesuatu dalam
mengungkapka diri pasien adalah sesuatu yang
n kepercayaan berharga
atas diri sendiri 4. Ajarkan pengenalan realitas dengan
4. Klien mensurvey situasi dan membuat
menunjuukan rencana ke depan
semangat hidup 5. Ajarkan pasien tentang aspek positif
5. Klien mengenai harapa
mentapkan
tujuan
Harga diri 1. Klien dapat 1. Klien 1) Monitor pernyataan pasien mengenai
menerima mengatakan harga diri
rendah b.d kegagalan di penerimaan 2) Tentukan kepercayaan pasien akan harga
kegagalan masa lalu diri diri
2. Klien dapat 2. Klien dapat 3) Bantu pasien untuk menemukan
berulang meningkatkan menerima penerimaan diri
kepercayaan diri keterbatasan 4) Kuatkan kekuatan pribadi yang
diri diidentifikasi pasien
3. Klien dapat 5) Sampaikan ungkapan keprcayaan diri
membangun pada pasien
gambaran diri
yang baik
4. Klien dapat
mengungkapk
an perasaan
atau
komunikasi
terbuka
5. Klien dapat
meningkatkan
kepercayaan
diri
Resiko Bunuh Klien dapat a. Klien mendapat 1. Mengidentifikasi benda-benda yang
Diri tetap aman perlindungan dapat membahayakan pasien
,selamat , dan dari 2. Melakukan kontrak treatment
tidak lingkungannya. 3. Mengajarkan cara mengendalikan
melakukan b. Klien dapat dorongan bunuh diri
tindakan mengungkapka 4. Membuat rencana masa depan yang
percobaan n perasaanya. realistis bersama pasien
bunuh diri lagi . c. Klien dapat 5. Mengidentifikasi cara mencapai
meningkatkan rencana masa depan yang realistis
harga dirinya. 6. Memberi dorongan pasien
d. Klien dapat melakukan kegiatan dalam rangka
menggunakan meraih masa depan yang realistis
cara 7. Mendiskusikan masalah yang
penyelesaian dirasakan keluarga dalam merawat
masalah yang pasien
baik.
8. Melatih keluarga mempratikkan cara
e. Keluarga
merawat pasien dengan risiko bunuh
berperan serta
melindungi diri
anggota
keluarga yang
mengancam
atau mencoba
bunuh diri

IV. Implementasi dan Evaluasi


Implemetasi Evaluasi
Diagnosa I S : Klien mengatakan bahwa klien
1. Membantu pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi harapan dalam hidup mempunyai harapan di masa depan
2. Menginformasikan pada pasien mengenai O : klien mengekspresikan harapan dan optimism
apakah situasi yang sekarang adalah
sementara A : Masalah teratasi
3. Mendemosntrasikan harapan dengan
menunjukkan bahwa sesuatu dalam diri pasien P : tindakan dihentikan
adalah sesuatu yang berharga
4. Mengajarkan pengenalan realitas dengan
mensurvey situasi dan membuat rencana ke
depan
5. Ajarkan pasien tentang aspek positif mengenai
harapa
Diagnosa II S : Klien dapat menerima kegagalan di masa lalu
1. Memonitor pernyataan pasien mengenai harga
O : Klien mengatakan penerimaan kenyataan
diri A: masalah teratasi
2. Menenentukan kepercayaan pasien akan harga
diri P : tindakan dihentikan
3. Membantu pasien untuk menemukan
penerimaan diri
4. Memberi kekuatan yang diidentifikasi pasien
5. Menyampaikan ungkapan keprcayaan diri pada
pasien

Diagnosa III S : Klien mengaku mempunyai rencana masa


1. Mengidentifikasi benda-benda yang dapat depan yang realistis
membahayakan pasien
O : klien berinteraksi dengan orang lain dan mulai
2. Melakukan kontrak treatment
3. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan melakukan aktivitas sehari hari dam tidak
bunuh diri
melakukan tindakan percobaan bunuh diri
4. Membuat rencana masa depan yang realistis
bersama pasien A : masalah teratasi
5. Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa
depan yang realistis P : tindakan dihentikan
6. Memberi dorongan pasien melakukan kegiatan
dalam rangka meraih masa depan yang realistis
7. Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat pasien
8. Melatih keluarga mempratikkan cara merawat
pasien dengan risiko bunuh diri

Anda mungkin juga menyukai