INDONESIA SRHR Services Dec2017 Final PDF
INDONESIA SRHR Services Dec2017 Final PDF
Profil INDONESIA
Akses Universal Pelayanan Kesehatan Seksual dan
Reproduksi: Profil Indonesia
termasuk sektor kesehatan. Dana dialirkan langsung
Pendahuluan ke pemerintah daerah setingkat kabupaten dengan
harapan dapat meningkatkan sistem kesehatan.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Dengan sistem seperti ini, dibayangkan setidaknya 10%
dunia, terdiri dari 17.504 pulau dan populasi lebih dari dari total anggaran kabupaten akan dialokasikan untuk
258 juta jiwa pada tahun 2016. Negara ini merupakan kesehatan sebagaimana diamanatkan Undang-undang
tempat bernaung bagi sekitar 1.340 suku bangsa Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Pada
dengan pandangan dan persepsi yang berbeda-beda kenyataannya, masih banyak kabupaten yang tidak
tentang isu-isu gender dan seksualitas dan berbagai mengalokasikan 10% untuk kesehatan (WHO, 2008a).
tingkatan akses terhadap hak-hak dan kesehatan
seksual dan reproduksi (HKSR), termasuk pelayanan
kesehatan lain yang terkait. Sekitar 45,9% dari Total Pengeluaran Kesehatan di Indonesia
penduduk tinggal di daerah perkotaan, sedangkan
54,1% di lingkungan pedesaan (Biro Pusat Statistik, Terhitung sejak tahun 2016, Anggaran Pendapatan dan
2017) (lihat Tabel 1). Belanja Negara (APBN) mengalokasikan anggaran
kesehatan 5 persen. Meningkat signifikan mencapai 43
persen. Secara perlahan, pemerintah pelan-pelan
Tabel 1.Populasi di Indonesia mulai menjalankan amanat Undang Undang No. 39
Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal 171 ayat (1)
Populasi 2012 2016
menyebutkan, besaran anggaran kesehatan
Total Populasi 249,9 258,7
Kepadatan penduduk (per km) 131 135 pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5 persen dari
Rasio ketergantungan 49.6 48.6* APBN di luar gaji pegawai. sesuai dengan batasan
Proporsi remaja (%) 20 25.6 minimal yang tersebut dalam
Sumber:
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia [SDKI] 2012 (https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017). Namun,
Infodatin, 2016
Badan Pusat Statistik, 2017
peningkatan anggaran ternyata belum sepenuhnya
memenuhi amanat undang-undang Kesehatan. Sekitar
70% dari anggaran kesehatan dialokasikan untuk
Desentralisasi dan Pembiayaan Kesehatan belanja kementerian dan lembaga pusat, termasuk
gaji staf, dan sisanya (30% sampai 40%) adalah untuk
Pembiayaan kesehatan sangat penting sebagai refleksi
program tersebut. Sebagian besar anggaran program
pengembangan sumber daya keuangan pemerintah dialokasikan untuk menyediakan layanan kuratif; hanya
dan rasio alokasi terhadap suatu sistem kesehatan. sebagian kecil, sekitar 10%, dialokasikan untuk
Alokasi pembiayaan kesehatan membantu untuk pencegahan dan promosi. Pola pengeluaran kesehatan
memahami sejauh mana komitmen pemerintah untuk ini bertentangan dengan program strategis kesehatan
meningkatkan kesehatan masyarakat.
(Indonesia Sehat) diperkenalkan pada tahun 1998,
yang menekankan pada promosi dan pencegahan lebih
Umumnya, sistem pembiayaan kesehatan secara dari layanan kuratif dan rehabilitatif.
keseluruhan di Indonesia masih sangat kompleks.
Pelayanan kesehatan masyarakat dibiayai oleh dua
Pada tahun 2006, pengeluaran pemerintah
jenis anggaran: anggaran rutin pemerintah dan menyumbang 50,4% dari anggaran kesehatan secara
retribusi pasien, dibayar dengan kombinasi kontribusi keseluruhan, sementara pengeluaran sektor kesehatan
dari rumah tangga / keluarga, pengusaha, dan asuransi
swasta menyumbang 49,6%. Memberikan hampir
(WHO, 2008a). Subsidi pemerintah masih cenderung setengah dari pengeluaran kesehatan total, sektor
dinikmati oleh keluarga kaya dibandingkan oleh kesehatan swasta memainkan peran penting dalam
keluarga miskin. memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat,
termasuk masyarakat miskin (Chee, Borowitz, &
Sistem pemerintahan desentralisasi yang
Barraclough: 2009).
diimplementasikan di Indonesia pada tahun 2001,
memiliki implikasi besar terhadap sektor kesehatan.
Pemerintah di tingkat kabupaten diberikan
Grafik 1. Pengeluaran Kesehatan terhadap Total APBN
kewenangan untuk mengalokasikan sebagian dari
dan Produk Domestik Bruto
anggaran dan pendapatan untuk sektor pembangunan,
pengeluaran
pemerintah
Tidak banyak perbedaan dalam penggunaan Grafik 2. Tren Kebutuhan KB yang Tidak Terpenuhi,
kontrasepsi antara perempuan di perkotaan dan 1991-2012
pedesaan, masing-masing 62,1% dan 61,6%. Secara
umum penggunaan kontrasepsi meningkat menurut
tingkat pendidikan, mencapai puncaknya pada
perempuan dengan pendidikan SMTA (67%), kemudian
turun menjadi 55,8% pada perempuan dengan
pendidikan perguruan tinggi. Namun, tidak ada
perbedaan signifikan dilihat berdasarkan kuintil
kekayaan dan latar belakang sosial ekonomi (BKKBN,
BPS, Kemenkes RI, & ICF-International, 2013).
Sumber: Sakti, Gita Maya Koemara. “Kebijakan Kesehatan Jumlah kematian balita (2012) 151.605
Ibu dalam Pelayanan Antenatal Terpadu.” Materi presentasi Sumber: Data gabungan WHO, 2013b and UNICEF, WHO, World
disampaikan pada Pertemuan Orientasi Antenatal Terpadu, Bank, UN Pop Div., 2013.
Depok, 11-14 Agustus 2015
Sementara itu, angka kematian bayi pada tahun-tahun
Kematian Bayi dan Prenatal 2008-2012 mencapai 32 kematian per 1.000 kelahiran
Pemerintah Indonesia sesungguhnya sudah melakukan hidup. Ini berarti satu dari tiga puluh dua anak yang
upaya lebih baik untuk menurunkan kematian bayi dan lahir di Indonesia meninggal sebelum merayakan ulang
prenatal. Pada tahun 1990-an, secara konsisten tahun pertamanya. Sekitar 60% dari kematian bayi
Indonesia menunjukkan kemajuan dalam penurunan terjadi pada usia 0 bulan, dengan angka kematian
angka kematian bayi, termasuk dalam segala hal terkait neonatal 19 dari 1.000 kelahiran hidup. Sekitar 80%
dengan kematian bayi kematian neonatal. Organisasi dari kematian anak terjadi antara usia 1 sampai 11
naungan PBB untuk anak-anak, UNICEF, mencatat bulan, dengan angka kematian pasca-neonatal 13 dari
bahwa angka kematian balita di Indonesia menurun 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, BPS, Kemenkes RI, &
signifikan, yakni dari 84 kematian per 1.000 kelahiran ICF-International, 2013). Tiga penyebab utama
pada 1990 menjadi 27 per 1.000 kelahiran pada 2015 kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut,
(http://indonesiaunicef.blogspot.co.id/2015/09/lapora komplikasi perinatal, dan diare (WHO, 2008a).
n-global-unicef-kematian-anak-di.html).
Pada 2012-2013, program Jampersal (Jaminan
Persalinan) diperkenalkan dengan tujuan untuk
Tabel 6. Demografi dan Sistem Informasi mengurangi kematian balita. Program ini
Populasi balita (2012) 24.622.394 menitikberatkan pada 1000 hari pertama setelah
Jumlah persalinan (2012) 4.736.042 kelahiran, dan meningkatkan cakupan dari program gizi
Cakupan registrasi persalinan 53 dan imunisasi.
Cakupan registrasi penyebab -
kematian
Sebagian besar kematian anak di Indonesia terjadi Pelayanan Kehamilan (Antenatal Care/ANC)
ketika baru lahir, yaitu, di bulan pertama dari
kehidupannya. Probabilitas kematian pada seorang Cakupan pelayanan antenatal merupakan salah satu
anak berbeda menurut usianya, yaitu 19 per 1.000 indikator untuk mengukur akses perempuan terhadap
untuk periode neonatal; 15 per 1000 di usia 2 hingga layanan kesehatan reproduksi. Dalam upaya
11 bulan; dan 10 per 1.000 dari usia 1-5 tahun. menyelamatkan ibu dan bayi, diperlukan minimal
empat kali kunjungan antenatal untuk dapat
menentukan jenis intervensi yang dibutuhkan. Data
menunjukkan sembilan dari sepuluh ibu hamil Cakupan Perawatan Masa Nifas dalam Waktu 48
menerima ANC dari tenaga medis terlatih (dokter, jam Setelah Persalinan oleh Tenaga Kesehatan
perawat, atau bidan); dimana 88% diantaranya
melakukan empat atau lebih kunjungan ANC. Data SDKI 2012 menunjukkan bahwa 80% ibu
Perempuan di perkotaan cenderung melakukan empat menerima perawatan nifas dalam dua hari pertama
kali atau lebih kunjungan ANC dibandingkan di setelah persalinan. Sekitar 78% ibu mendapat
pedesaan (masing-masing 93% dan 83%) (BKKBN, BPS, perawatan nifas dari tenaga kesehatan terlatih. Hanya
Kemenkes RI, & ICF-International, 2013). 2% ibu yang mendapat perawatan nifas dari dukun
bayi, dan biasanya termasuk ibu yang tidak sekolah dan
Meskipun sedikit lebih kecil daripada yang ditargetkan ibu yang melahirkan di tempat selain fasilitas
Kementerian Kesehatan sebesar 90%, 83% kelahiran kesehatan (masing-masing 7%) (BKKBN, BPS, Kemenkes
telah dibantu oleh tenaga medis (dokter, perawat RI, & ICF-International, 2013).
bidan, atau bidan desa). Persentase perempuan yang
melahirkan di fasilitas kesehatan meningkat dari 46% Persentase perawatan nifas dua hari pertama pasca
pada tahun 2007 menjadi 63% pada tahun 2012 persalinan tertinggi pada ibu usia 20-34 tahun
(BKKBN, BPS, Kemenkes RI, & ICF-International, 2013). dibandingkan kelompok umur lainnya (di bawah 20
Bila perempuan dari kelompok kuintil kekayaan tahun atau 34-49 tahun), terutama mereka yang
tertinggi mencapai 97% yang persalinannya dibantu mengalami persalinan pertama, kedua dan ketiga, dan
tenaga medis, sementara perempuan dari kelompok mereka yang tinggal di perkotaan. Perawatan bayi
kuintil kekayaan terendah hanya 57,5%. Data yang dalam dua hari pertama setelah kelahiran juga
sama menunjukkan bahwa 44% dari perempuan hamil cenderung dilakukan oleh ibu yang berpendidikan
mengalami anemia dan berisiko mengalami persalinan tamat SD atau lebih tinggi (45-57%) dibandingkan ibu
prematur, memiliki bayi berat badan lahir rendah, dan yang tidak sekolah (21%). Lima puluh delapan persen
lahir mati (BKKBN, BPS, Kemenkes RI, & ICF- kelahiran dari ibu dalam kuintil kekayaan teratas
International, 2013) mendapatkan perawatan nifas pada dua hari pertama
setelah persalinan dibandingkan dengan 35% kelahiran
Grafik 4. Cakupan Pelayanan Antenatal dari kuintil kekayaan terbawah (BKKBN, BPS, Kemenkes
RI, & ICF-International, 2013).
Ketika Siti Aminah mengalami perdarahan hebat pada kelahiran anak keduanya, dia tidak seketika menjadi
catatan suram di Negara dimana dalam setiap jam ada dua ibu meninggal karena proses kehamilan dan
persalinan. Sebaliknya, Siti segera dibawa ke fasilitas kesehatan oleh suami dan keluarganya menggunakan
ambulance desa dan mendapatkan donor darah dari tetangga-tetangga dan teman-temannya.
Program lima tahun keselamatan ibu yang komprehensif yang melibatkan U.S. Agency for International
Development (USAID), pemerintah Indonesian, Badan Kesehatan Dunia (WHO), BKKBN, dan beberapa LSM
melakukan respon terkordinasi untuk menyelamatkan nyawa Siti. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
terdiri dari beberapa kampanye kesadaran masyarakat, termasuk Suami Siaga, Bidan Siaga dan Desa Siaga.
JHPIEGO, afiliasi dari Johns Hopkins University, dan Sekolah Kesehatan Masyarakat/Pusat Program
Komunikasi (Center for Communication Programmes/CCP) Johns Hopkins Bloomberg membantu
implementasi program di Indonesia. Menurut peneliti CCP, hasil survey midline menemukan bahwa 60
persen perempuan yang terpapar kampanye Bidan Siaga menyarankan masyarakat untuk menggunakan
tenaga bidan.
Suami Siaga dimulai pada tahun 1998 agar para suami terlibat aktif menyelematkan ibu selama proses
kehamilan dan persalinan. Fokus dari Desa Siaga adalah melibatkan seluruh anggota masyarakat dalam
program keselamatan ibu. Siti Aminah beruntung tinggal di salah satu Desa Siaga dengan masyarakat yang
juga siaga, segera merespon saat kondisinya dalam keadaan kritis. Bidan Siaga diperkenalkan pada tahun
2002 untuk mempromosikan pemanfaatan bidan dan keterampilannya. Konsep berbagi tanggung jawab
untuk kesehatan ibu menjadi landasan USAID mendukung program KIA di Indonesia.
Program KIA berlangsung terutama di dua provinsi, Jawa Barat dan Banten, yang memiliki populasi gabungan
dari 42 juta. Suami Siaga, Bidan Siaga, dan Desa Siaga memanfaatkan radio, televisi, materi cetak, kegiatan
khusus, dan program pelatihan untuk menjangkau keluarga dan masyarakat Indonesian dengan konsep siaga
terhadap kondisi kegawatdaruratan selama proses persalinan.
Di tingkat masyarakat, setiap warga didorong untuk membantu pengadaan transportasi ke rumah sakit,
menyediakan dana, mendonorkan darah, dan mengenali tanda-tanda bahaya. Suami diajarkan untuk siaga
terhadap persalinan dan potensi komplikasi, sedangkan bidan dilatih untuk tahu kapan waktu yang tepat
merujuk perempuan ke fasilitas kesehatan.
Sumber: Gianelli, Leslie. 2004. Indonesian mothers survive childbirth more often with support from husbands, community, faith-based
groups. Diunduh dari: www.jhpiego.org/media/releases/nr20040505.htmI
Angka kematian ibu menurut SDKI sempat menurun menjadi 309/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003
dari 390/100.000 kelahiran hidup pada tahun 1994. Angka ini terus menurun menjadi 228/100.000 pada
tahun 2007. Hanya saja, program-program yang ada perlu ditinjau kembali mengingat angka kematian ibu
kemudian meningkat lagi hingga 359/100.000 pada tahun 2012 (BKKBN, BPS, Kemenkes RI, & ICF-
International, 2013).
Selama remaja dan perempuan belum menikah diterima secara social, sehingga mereka ter(di)paksa
didiskriminasi oleh undang-undang, menyebabkan untuk menikah. Hal lain, mereka mungkin mencari
pembatasan terhadap perempuan belum menikah pelayanan aborsi, walaupun berhadapan dengan risiko
untuk dapat mengakses informasi dan pelayanan kesehatan termasuk masalah kesehatan yang serius
kontrasepsi. Menempatkan mereka pada posisi riskan hingga kematian (Amnesty International, 2010).
mengalami kehamilan tidak diinginkan, tertular infeksi
menular seksual dan berbagai bentuk pelanggaran hak
asasi manusia. Sebagai contoh, remaja yang hamil
seringkali ter(di)paksa berhenti sekolah. Mereka tidak
HIV & AIDS Voluntary and confidential testing (VCT) atau dalam
bahasa Indonesia pelayanan konseling dan tes sukarela
Prevalensi HIV di antara populasi yang berbeda dan (KTS) HIV & AIDS mulai diperkenalkan pada tahun 2006
jumlah kasus orang hidup dengan HIV atau AIDS dengan model utama layanan adalah tes HIV atas
menunjukkan status kesehatan seksual di masyarakat.4 inisiatif klien. Namun ternyata, cakupan layanan KTS
Pada bagian ini, indikator yang akan dilihat adalah: terbatas karena masih adanya ketakutan akan stigma
Prevalensi HIV dan kendala-kendala, dan dan diskriminasi serta kebanyakan orang tidak merasa
Ketersediaan pelayanan HIV dan AIDS. dirinya berisiko tertular HIV meskipun berada di daerah
atau di kelompok prevalensi tinggi. Untuk memperluas
jangkauan KTS dan juga untuk meningkatkan cakupan,
Prevalensi HIV dan Permasalahan pemerintah melakukan pendekatan lain melalui tes HIV
Di Indonesia, HIV & AIDS pertama kali ditemukan di atas inisiatif pemberi layanan kesehatan dan konseling
provinsi Bali pada tahun 1987. Hingga saat ini, HIV & (TIPK) atau provider-initiated HIV testing and
AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di counselling (PIT C) (Kemenkes RI, 2013d).
seluruh provinsi di Indonesia. Gambar 5
memperlihatkan adanya kecenderungan peningkatan Pada bulan Desember 2011, Kemenkes RI melaporkan
jumlah kasus HIV dari tahun ke tahun. Sebaliknya 500 lokasi aktif pelayanan konseling dan tes HIV di 33
jumlah kasus AIDS menunjukkan kecenderungan provinsi,meningkat dari 156 lokasi di 27 provinsi di
meningkat secara lambat bahkan sejak tahun 2012 tahun 2009. Walaupun demikian, pengetahuan
jumlah kasus AIDS mulai menurun. Jumlah kumulatif masyarakat tentang ketersediaan pelayanan masih
penderita HIV dari tahun 1987 sampai September 2014 terbatas. Pada tahun 2010, Hanya 6% dari populasi 15
sebanyak 150.296 orang, sedangkan total kumulatif tahun ke atas tahu tentang pelayanan VCT. Proporsi ini
kasus AIDS sebanyak 55.799 orang (Kemenkes RI, sama antara laki-laki dan perempuan di pedesaan yaitu
2014). 4%. Orang dari kuintil kekayaan tertinggi memiliki
pengetahuan yang lebih baik tentang pelayanan VCT
Awalnya, penularan HIV & AIDS kebanyakan karena dan pencegahan HIV. Masalah kerahasiaan dan takut
penggunaan jarum suntik secara bersama-sama. akan stigma dan diskriminasi masih mendominasi
Setelah beberapa tahun, tren berubah menjadi menjadi penghalang meningkatnya pemahaman
penularan karena hubungan seks. Pada tahun 2012, tentang VCT (UNICEF Indonesia, 2012).
sebagian besar penularan HIV & AIDS (77.4%) terjadi
akibat hubungan seks yang tidak aman. Menurut Terapi Antiretroviral disubsidi sepenuhnya oleh
Kemenkes RI, sekurangnya 3.3 juta laki-laki “pembeli” pemerintah untuk orang yang hidup dengan HIV,
seks, 80% diantaranya tidak bersedia menggunakan walaupun pada kenyataannya tidak selalu tersedia di di
kondom. Hal ini menyebabkan keterpaparan semua wilayah. Pelayanan kesehatan untuk orang yang
perempuan mengingat 2.2 juta perempuan menikah hidup dengan HIV masih sangat jarang, tetapi sudah
dengan laki-laki yang membayar untuk seks (Adian, ada lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang
2013). menyediakan pelayanan telpon hotline untuk
masyarakat umum (termasuk orang muda) untuk
Pola penularan HIV berdasarkan kelompok umur pada mendapatkan informasi dan pelayanan HIV & AIDS
tahun 2014, didominasi oleh kelompok usia produktif serta isu-isu kesehatan seksual dan kesehatan
25-49 tahun (71%), sementara orang muda usia 15 reproduksi lainnya.
sampai 24 tahun mencapai 19%. Berdasarkan
kelompok berisiko, kasus AIDS di Indonesia paling Grafik 5. Jumlah Kasus HIV & AIDS, 1987 - 2014
banyak terjadi pada kelompok heteroseksual (61,5%),
diikuti pengguna narkoba suntik atau IDU (15,2%),
homoseksual (2,4%), dan kelompok “lain-lain” (17,1%),
dan kelompok ‘laki-laki berhubungan seks dengan laki-
laki atau LSL’ (14%) (Kemenkes RI, 2014).
4
Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. (2012).
Global Report: UNAIDS Report on the Global AIDS Sumber: Ditjen PP &PL, Kemenkes RI, 2014
epidemic: 2012. [Geneva]: UNAIDS. Retrieved from
http://www.unaids.org/en/media/unaids/contentassets/d
ocuments/epidemiology/2012/gr2012/20121120_UNAIDS
_Global_Report_2012_en.pdf.
Di Indonesia, panduan PMTCT nasional sudah mulai kabupaten terdiri dari beberapa kecamatan. Sejak
dilaksanakan sejak tahun 2005. Setiap perempuan pemerintah menerapkan desentralisasi, 349 kabupaten
hamil ditawarkan untuk tes, terutama di wilayah dan 91 kota sekarang menjadi unit administratif kunci.
dengan prevalensi tinggi. Tes VCT dan PMTCT Setiap kecamatan memiliki setidaknya satu Puskesmas
dilakukan di klinik ibu dan anak. Walaupun demikian, yang dikepalai oleh seorang dokter, biasanya didukung
proporsi perempuan hamil yang mendapatkan tes dan oleh dua atau tiga pustu (puskesmas pembantu), yang
orang dengan HIV-positif yang menerima terapi umumnya dipimpin oleh seorang perawat (Amnesty
antiretroviral masih sangat sedikit. Kurang dari 1% dari International, 2010).
perempuan hamil yang telah melakukan tes HIV di
tahun 2008. Pada tahun 2011, hanya 15.7% Pelayanan Kesehatan Seksual dan Reproduksi (KSR)
perempuan hamil dengan AIDS yang menerima ARV bisa di dapat di fasilitas pelayanan primer dan rumah
untuk mencegah penularan ibu ke anak. Masih belum sakit di tingkat kabupaten dan tingkat propinsi. Hanya
jelas mengapa kebanyakan ibu hamil yang positif HIV saja, pelayanan yang tersedia belum tentu bisa diakses
tidak mendapatkan pengobatan. Kemungkinannya setiap orang, khususnya perempuan yang belum
karena takut akan stigma, tidak terjaganya menikah. Bidan, staf pemerintah, dan dokter tidak
kerahasiaan, kurangnya dukungan dari suami, keluarga memberikan pelayanan kesehatan reproduksi kepada
dan masyarakat, lemahnya kualitas pelayanan dan perempuan yang belum menikah, termasuk
petugas kesehatan yang tidak simpatik (UNICEF kontrasepsi dan keluarga berencana. Walaupun
Indonesia, 2012). petugas kesehatan tidak secara langsung merujuk
kepada UU (UU Perkembangan Kependudukan dan
Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) Pembangunan Keluarga No. 52/2009), mereka
menitikberatkan kesulitan yang harus dihadapi anak- menjelaskan bahwa penyediaan KB hanya untuk
anak yang terinfeksi HIV & AIDS. Akses terhadap pasangan menikah. Dinas Kesehatan dan pejabat
pendidikan dan pelayanan kesehatan masih sangat pemerintah lainnya juga menguatkan bahwa pelayanan
terbatas. Selain karena isu-isu stigma dan diskriminasi, kontrasepsi dan KB hanya ditujukan kepada pasangan
juga karena kesulitan keuangan keluarga. Angka menikah sesuai dengan hukum dan kebijakan yang
estimasi anak terinfeksi mengalami peningkatan dari berlaku (Amnesty International, 2010).
1.070 pada tahun 2008 menjadi 1.590 pada 2014
(UNICEF Indonesia, 2012). Dari 33.114 orang dengan Walaupun pemerintah sudah mengumumkan program
HIV yang menerima anti retro viral (ARV) hingga Maret pelayanan peduli remaja, namun pelaksanaannya
2013, 96% (31,682) adalah orang dewasa dan 4% masih belum dilakukan secara komprehensif di seluruh
(1,432) anak-anak. Penggunaan regimen lini pertama wilayah di Indonesia. Informasi KRR di tingkat nasional
(first liner) mencapai 95,4% (31.589 orang) sedangkan dan provinsi masih terlihat banyak kekurangan atau
lini kedua 4.6% (1.525 orang) (Kemenkes RI, 2013b). tidak memadai. Tidak ada standar kualitas untuk
kegiatan kepemudaan, pelatihan pendidik dan konselor
Keluarga dan anak-anak yang hidup dengan HIV & AIDS sebaya, atau isi materi substansi. Fokus utama
menjadi subjek utama terhadap stigma dan informasi dan konseling bagi remaja cenderung
diskriminasi, yang bisa diterjemahkan sebagai menekankan moralitas dan mempromosikan tidak
berkurangnya akses terhadap pelayanan, hilangnya hubungan seks (abstinen). Isi informasi, pendidikan,
harga diri, dan bertambahnya derajat kemiskinan dan dan materi komunikasi dan konseling tidak cukup
keterpurukan. Di Tanah Papua, hanya 20,2% dari siswa untuk mengatasi masalah dan isu-isu kesehatan
sekolah dan 15% remaja putus sekolah yang seksual dan reproduksi remaja (WHO, 2006).
mempunyai sikap menerima terhadap orang yang
hidup dengan HIV. Ketakutan diantara mereka Akses ke pelayanan kesehatan dianggap masih perlu
menciptakan resistansi terhadap tes HIV, malu mencari ditingkatkan, terutama dari sisi jumlah, distribusi
pelayanan kesehatan, dan dalam beberapa kasus, tenaga kesehatan dan profesional. Dengan lebih dari
enggan untuk menerima informasi. Kondisi semua ini 8.000 puskesmas (1 per 23.000 orang), sistem
menyebabkan sulitnya mengendalikan epidemik. penjangkauan yang luas, dan lebih dari 1.250 rumah
sakit umum dan swasta, akses ke layanan sudah
tersedia untuk semua orang kecuali di daerah
Ketersediaan Pelayanan Kesehatan Seksual terpencil. Namun, kualitas infrastruktur, fungsi, dan
dan Reproduksi pada Tingkat Pelayanan ketersediaan peralatan dan pasokan terkait kesehatan
seksual dan reproduksi masih menjadi masalah kunci.
yang Berbeda Negara masih kekurangan praktisi dokter umum (39
per 100,000 orang), dokter spesialis (10,5 per 100,000
Indonesia terdiri dari 33 provinsi dan masing-masing orang), dan perawat (158 per 100,000 orang) (FPSB
provinsi terdiri dari beberapa kabupaten dan setiap Indonesia, 2014), khususnya di pedesaan dan area
pedalaman (World Bank, 2008). Tidak hanya jumlah Penguatan PONED (Pelayanan Obstetri dan
dokter dan spesialis yang terlalu sedikit, juga Neonatal Emergensi Dasar), termasuk
sebarannya sangat tidak merata di seluruh wilayah identifikasi sumber daya manusia dan dana.
Indonesia. Review kualitas pelayanan di lembaga, termasuk
audit kematian untuk setiap kematian ibu.
Rekomendasi Kesehatan Seksual dan Reproduksi Remaja dan
Orang Muda
Kontrasepsi
Revisi UU No. 10/1974 tentang Perkawinan
Menghilangkan kesenjangan akses terhadap
untuk menaikkan usia nikah pertama untuk anak
layanan kontrasepsi berkualitas untuk semua,
perempuan dan laki-laki.
termasuk kelompok kuintil kekayaan terendah,
Dukungan kegiatan-kegiatan pemberdayaan
remaja, dan kelompok di daerah terpencil dan
remaja dan orang muda terkait HKSR untuk
kurang terlayani.
mencegah perilaku berisiko, terinfeksi HIV,
Memperkuat sistem keamanan pasokan
dan/atau kehamilan remaja.
kontrasepsi untuk mencegah kehabisan stok,
Menyediakan akses layanan aborsi dan pasca-
terutama dalam konteks cakupan kesehatan
aborsi yang aman bagi perempuan dan remaja
universal (Jaminan Kesehatan Nasional/JKN)
perempuan yang membutuhkan
yang telah dilaksanakan sejak tahun 2014.
Memasukkan Program pendidikan seksualitas
Revitalisasi petugas lapangan keluarga
yang komprehensif di semua kurikulum sekolah,
berencana dan lebih melibatkan lembaga
baik sekolah negeri, sekolah swasta maupun
keagamaan.
sekolah berbasis agama.
Memperkuat dan meningkatkan komitmen dan
Kematian Ibu
partisipasi orang muda di semua tingkatan
Meningkatkan ketersediaan pelayanan
program dan kebijakan pembangunan, mulai
kesehatan ibu yang berkualitas. Termasuk
dari perencanaan, pelaksanaan hingga
pelatihan pra-layanan berstandar tinggi untuk
monitoring dan evaluasi.
dokter dan bidan, rekrutmen, penempatan,
pembagian kerja yang jelas serta
HIV/AIDS
bimbingan/pengawasan terhadap seluruh
petugas kesehatan, standar minimum untuk Memastikan bahwa setiap orang dengan HIV
positif memiliki akses ke layanan kesehatan
fasilitas kesehatan dan sistem rujukan yang
tanpa diskriminasi.
mudah diakses sesuai dengan kebutuhan dan
situasi setempat. Memastikan bahwa akses pelayanan kesehatan
seksual dan reproduksi terjangkau dan sensitif
Diimplementasikannya Peraturan Menteri
gender untuk semua orang tanpa stigma dan
Kesehatan no. 3/2016 tentang tentang Pelatihan
diskriminasi, serta menegakkan hak-hak individu
dan Penyelenggaraan Pelayanan Aborsi atas
untuk privasi dan kerahasiaan atas layanan yang
Indikasi Kedaruratan Medis dan Kehamilan
diberikan.
Akibat Perkosaan sebagai aturan pelaksanaan
Peraturan Pemerintah no 61/2014 tentang .
Kesehatan Reproduksi untuk melindungi
petugas kesehatan yang melakukan layanan Melakukan evaluasi, penguatan, dan
aborsi untuk kasus-kasus perkosaan seperti yang peningkatan segala upaya untuk
tersebut dalam UU No 36/2009 tentang mengintegrasikan layanan kesehatan seksual
Kesehatan, termasuk perkosaan yang diakui dan reproduksi dengan dengan layanan HIV.
dalam UU No. 23/2004 tentang Penghapusan Meningkatkan akses ke layanan berkualitas bagi
Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Aborsi adalah ibu hamil dengan HIV, dan segala upaya harus
penyumbang kematian ibu yang signifikan di dilakukan untuk mengurangi stigma dan
Indonesia, meski angka pastinya tidak diketahui. diskriminasi yang dihadapi mereka dalam
Aborsi diperbolehkan sampai enam minggu mengakses layanan kegawatdaruratan.
untuk kasus pemerkosaan. Membangun respon terpadu yang komprehensif
Memantau paket kesehatan ibu termasuk dalam dan berbasis hak bagi orang yang hidup dengan
cakupan kesehatan universal (skema Jaminan HIV dan AIDS, untuk mengurangi diskriminasi
Kesehatan Nasional) yang diperkenalkan sejak dan stigma dan petugas kesehatan mengakui
Januari 2014. hak-hak mereka.
Ketersediaan Pelayanan Kesehatan Seksual dan Indonesia.Bethesda, MD: Health Systems 20/20
Reproduksi project. Abt Associates Inc.
Meningkatkan pembiayaan kesehatan untuk Development Indicators Unit Statistics Division.
memastikan ketersediaan sumber daya (2015). “Millenium Development Goals: the
kesehatan, terutama pelayanan kesehatan Official United Nations Site for the MDG
seksual dan reproduksi dan terus melakukan Indicator.”
advokasi kepada semua pengambil kebijakan http://unstats.un.org/unsd/mdg/Data.aspx.
untuk meningkatkan anggaran kesehatan Diunduh pada tanggal 10 Maret 2016.
setidaknya 5% dari anggaran negara nasional. Dwicaksono, A., & Setiawan, A. D. (2013). Policy and
Memastikan remaja mampu mengakses Budget Monitoring of Indonesia Government's
pelayanan, informasi dan konseling terkait Commitments on Maternal Health. Bandung,
kesehatan seksual dan reproduksi. Kurikulum Indonesia: Perkumpulan INISIATIF.
pendidikan seks yang komprehensif baik di FPSB Indonesia. (2014). Sistem Jaminan Sosial
dalam maupun di luar sekolah harus terus Nasional: Universal Health Coverage 2014.
institusionalkan. Batasan usia yang Retrieved March 4, 2014, from
mempengaruhi anak-anak yang ditetapkan oleh http://www.fpsbindonesia.net/download/inaguras
peraturan perundang-undangan yang berbeda i/bpjs&healthcare_macro_indonesia.pdf.
harus dipastikan tidak bertentangan dengan Jones, Gavin & S.M. Adioetomo. (2014). Health Sector
prinsip-prinsip dan ketentuan-ketentuan Review: Fertility, Family Planning and Reproductive
konvensi internasional. Health. Indonesia: Kementerian PPN/Bappenas
Adanya kebijakan yang mengatur kekerasan dan IPPF, UNFPA,and the Global Coalition on Women and
segala bentuk praktek-praktek yang AIDS. (2009). Report Card HIV Prevention for Girls
membahayakan perempuan serta memastikan and Young Women: Indonesia. IPPF, UNFPA, the
pelaksanaannya. Global Coalition on Women and AIDS.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. (2014). Situasi
dan Analisis HIV AIDS. Jakarta: Pusat Data dan
Informasi Kemenkes RI.
Daftar Pustaka Kemenkes RI. (2013b). Laporan HIV AIDS Triwulan I
Tahun 2013. Retrieved March 19, 2014, from
Amnesty International. (2010). Left Without A Choice: http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/L
Barrriers to Reproductive Health in Indonesia. aporan%20HIV%20AIDS%20TW%201%202013%20
Retrieved March 5, 2014, from FINAL.pdf
http://www2.ohchr.org/english/bodies/cedaw/do Kemenkes RI. (2013). Pedoman Penyelenggaraan
cs/ngos/AmnestyInternational_for_PSWG_en_Ind Puskesmas Mampu PONED. Jakarta: Kementerian
onesia.pdf Kesehatan RI.
Adian (ed). (2013). Penyebaran AIDS di Indonesia Kemenkes RI. (2013a). Workshop Peningkatan
tercepat di Asia. Retrieved March 19, 2014, from Efektivitas Kinerja PONED dan PONEK. Retrieved
http://lampost.co/berita/penyebaran-aids-di- March 18, 2014, from Direktorat Jenderal Bina
indonesia-tercepat-di-asia- Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI:
ARROW. (2013). Anadvocate’s guide:strategic http://buk.depkes.go.id
indicators for universal access to sexual and Kemenkes RI. (2013c). Pedoman Penyelenggaraan
reproductive health and rights Puskesmas Mampu PONED. Jakarta: Kemenkes RI.
Asian-Pacific Resource and Research Centre for Kemenkes RI. (2013d). Pedoman Nasional Tes dan
Women (ARROW). (2006). Rights and Realities : Konseling HIV dan AIDS. Jakarta: Kementerian
Monitoring Reports on the Status of Indonesian Kesehatan RI.
Women’s Sexual and Reprodutive Health and Kemenkes RI. (2011). Menuju Masyarakat Sehat yang
Rights. Mandiri dan Berkeadilian: Kinerja Dua Tahun
Badan Pusat Statistik (2017). Statistik Indonesia 2017. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2009-
Jakarta:Badan Pusat Statistik. 2011. Jakarta, Indonesia: Kementerian Kesehatan
BKKBN, BPS, Kemenkes RI, Measure DHS & ICF RI.
International. (2013). Survei Demografi dan Kemenkes RI. (2010). (2010). Riset Kesehatan Dasar.
Kesehatan Indonesia. Jakarta: BKKBN, BPS, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kemenkes RI, Measure DHS & ICF International. Kesehatan, Kemenkes RI.
Chee, Grace, Michael Borowitz, and Andrew NFPCB, Central Bureau of Statistics, MOH, & ICF-
Barraclough.(2009). Private SectorHealth Care in International. (2013). Indonesia Demographic and
Health Survey 2012. Jakarta, Indonesia: NFPCB,
th
Central Bureau of Statistics, MOH, & ICF- WHO.(2013). Indonesia profile. Retrieved on 9 April
International. 2014
Pusat Data dan Informasi (INFODATIN) Kementerian fromhttp://ino.searo.who.int/EN/Section3.htm
Kesehatan RI. (2016). Situasi Kesehatan WHO. 2013b. Global Health Observatory Data
Reproduksi Remaja. Jakarta: INFODATIN Repository, Geneva: World Health Organization.
Rahayu, R., Utomo, I., & McDonald, a. P. (2009). WHO. (2008a). WHO Country Cooperation Strategy
Contraceptive Use Pattern among Married Women 2007-2011: Indonesia. New Delhi: World Health
in Indonesia. Retrieved March 17, 2014, from Organization.
http://www.fpconference2009.org/media/DIR_16 WHO. (2008b). National Health Accounts [electronic
9701/15f1ae857ca97193ffff83a6ffffd524.pdf database.
Rahman, A. (2007). AKI yang tak Pernah Mau Turun. WHO. (2006). Using Human Rights for Maternal and
Jurnal Perempuan 53 , 39-50. Neonatal Health: A Tool for Strengthening Laws,
Rumah Kitab. (2013). Peta Pandangan Keagamaan Policies and Standards of Care. A Report of
Tentang Keluarga Berencana: Hasil Penelitian Indonesia Field Test Analysis. Jakarta: WHO,
Lapangan Yayasan Rumah Kita Bersama di Ministry of Health of the Republic of Indonesia.
Jakarta, Bogor, Cirebon, Yogyakarta, Surakarta The World Bank. (2014). Health expenditure, total (% of
dan Malang. Jakarta: Yayasan Rumah Kita Bersama GDP). Retrieved March 4, 2014, from
& Ford Foundation. http://data.worldbank.org/indicator/SH.XPD.TOTL.
Sakti, Gita Maya Koemara. “Kebijakan Kesehatan Ibu ZS/countries?page=1&display=default
dalam Pelayanan Antenatal Terpadu.” Materi Yuliandari, E. (2006,). Maternal Mortality. Rights and
presentasi disampaikan pada Pertemuan Orientasi Realities: Monitoring Reports on the Status of
Antenatal Terpadu, Depok, 11-14 Agustus 2015 Indonesian Women's Sexual and Reproductive
Swaminathan, S., Matsumoto, T., & Nugent, a. J. Health and Rights: Findings from the Indonesian
(2010). Midwives and Maternal Mortality: How Reproductive Health and Rights Monitoring and
Effective Has Indonesia’s Village Midwife Program Advocacy (IRRMA) Project. Kuala Lumpur,
Been? Retrieved March 17, 2014, from Malaysia: Asian-Pacific Resource & Research
https://dornsife.usc.edu/IEPR/Publications/docum Center for Women
ents/IEPRWorkingPaper11-11.pdf. (ARROW).www.jhpiego.org/media/releases/nr200
UNICEF Indonesia. (2012). Issue Briefs. Diunduh pada 40505.htm
10 Maret 2014, from Responding to HIV and AIDS: http://duaanak.com/berita-utama/kkb-kencana-apa-
http://www.unicef.org/indonesia/A4- dan-bagaimana-ii/ (diunduh pada tanggal 1 Maret
_E_Issue_Brief_HIV_REV.pdf. 2016)
UNFPA. (2013) Indonesia: The ICPD+20 and the http://indonesiaunicef.blogspot.co.id/2015/09/laporan
Unfinished Agenda. -global-unicef-kematian-anak-di.html (diunduh pada
UNICEF Indonesia. (2012). IssueBriefs. Retrieved March tanggal 1 Maret 2016)
10, 2014, from Responding to HIV and AIDS: http://www.jhpiego.org/media/releases/nr20040505.htmI
http://www.unicef.org/indonesia/A4- http://pkprdepkes.blogspot.co.id/
_E_Issue_Brief_HIV_REV.pdf http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/@asia/@ro
UNICEF, WHO, The World Bank, UN Pop Div. Levels and -bangkok/@ilo.../wcms_346599.pdf (diunduh pada
Trends in Child Mortality, Report 2013. United tanggal 4 Desember 2017)
Nations, Department of Economic and Social http://independen.id/read/data/390/tinggi-
Affairs, Population Division. 2012. World anggaran-kesehatan-salah-peruntukan/ (diunduh
Population Prospects: The 2012 Revision. pada tanggal 4 Desember 2017)
Utomo, I. D., McDonald, P., Anna Reimondos, T. H., & https://www.kemenkeu.go.id/apbn2017 (diunduh
Utomo, a. A. (2012). The 2010 Greater Jakarta pada tanggal 4 Desember 2017)
Transition to Adulthood Study. Policy Brief No. 5.
Reproductive Health Services for Single Young
Adults. Retrieved March 5, 2014, from
http://adsri.anu.edu.au/sites/default/files/researc
h/transition-to-
adulthood/Policy_Brief_%235_RH_Service.pdf
WHO. (2014). Countries: Indonesia. Retrieved March 3,
2014, from WHO:
http://www.who.int/countries/idn/en/
WHO. 2014. World Health Statistics 2013. Geneva:
World Health Organization
Tentang Yayasan Kesehatan Perempuan Tentang Profil Indonesia
Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP) adalah lembaga sosial/nir-laba Profil negara ini dikembangkan oleh
yang didirikan pada tanggal 19 Juni 2001 di Jakarta oleh para aktivis Yayasan Kesehatan Perempuan (YKP).
yang peduli terhadap kondisi kesehatan reproduksi perempuan di Profil in adalah salah satu dari 16 profil
Indonesia dengan cara merespon langsung berbagai isu sekitar negara terkait akses universal akan hak-hak
kesehatan reproduksi dan hak-hak sesksualitas perempuan yang saat ini seksual dan kesehatan reproduksi. Profil
dianggap kontroversial. Dalam perjalanannya selanjutnya, YKP negara ini merupakan dukungan dari Asian-
menjalankan strategi yang sistematis difokuskan pada pemenuhan hak- Pacific Resources and Research Centre for
hak kesehatan reproduksi dan seksualitas perempuan yang masih Women (ARROW). 15 negara yang terlibat
terabaikan. adalah: Bangladesh, Burma, Kamboja,
China, India, Laos, Maladewa, Malaysia,
nepal, Pakistan, Filipina, Sri Lanka, Thailand
Visi: dan Vietnam. Profil negara ini tersedia di:
www.arrow-org .my dan
www.srhr4allnow.org
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang menjamin setiap
perempuan mendapatkan hak-hak reproduksinya tanpa
diskriminasi, perlakukan buruk, dan tekanan serta kekerasan dari Hubungi Kami
pihak manapun sehingga terbebas dari eksploitasi, kesakitan dan
kematian sia-sia.
Jl. Kaca Jendela II No. 9, RawaJati, Kalibata,
Jakarta Selatan 12750, Indonesia
Misi:
Tel: +6221-7290 2112/790 2109
1. Mengupayakan terjaminnya perlindungan hukum bagi Email: ykesehatanperempuan @yahoo.com
perempuan, anak perempuan, kaum muda, kelompok minoritas,
atau yayasan.ykp@gmail.com
kelompok disabilitas untuk dapat menikmati hak seksualitas dan
reproduksinya sebagai bagian dari hak asasi manusia. www.ykp2015.com
2. Mewujudkan akses universal pelayanan kesehatan reproduksi
yang bermutu dan terjangkau bagi perempuan dan kelompok
marjinal tanpa diskriminasi. Tim Produksi
3. Meningkatkan pemahaman masyarakat atas hak-hak reproduksi
dan persamaan derajad perempuan dan laki-laki agar mereka
Penulis: Herna Lestari
mampu secara aktif menuntut hak-hak kesehatan reproduksinya.
4. Mendesak berbagai pihak yang bertanggungjawab untuk Editor: Zumrotin K Susilo
menurunkan angka kematian ibu. Layouter: Kurnia Wijiastuti
5. Memperkuat kapaitas organisasi dan kelembagaan YKP agar
terus dapat menjadi organisasi yang efektif untuk mengupayakan Desain Template: TM Ali Basir
perubahan sesui visi yang telah ditetapkan dengan senantiasa Fotografer: Nanda Dwinta Sari
menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good
governance).