Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Bencana

1. Pengertian bencana

Bencana adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

menyebabkan gangguan serius pada masyarakat sehingga menyebabkan

korban jiwa serta kerugian yang meluas pada kehidupan manusia

baik dari segi materi, ekonomi maupun lingkungan dan melampaui

kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi menggunakan

sumberdaya yang mereka miliki (Yayasan IDEP, 2007). Dari

pengertian tersebut, bencana merupakan sebuah peristiwa yang

terjadi karena bertemunya ancaman dari luar terhadap kehidupan

manusia dengan kerentanan, yaitu kondisi yang melemahkan

masyarakat untuk menangani bencana. Singkatnya ketika ancaman

berdampak merugikan manusia dan lingkungan, dan tidak adanya

kemampuan masyarakat untuk menanggulanginya maka peristiwa itu

disebut dengan bencana.

Sedangkan menurut International Strategy for disaster

reduction /ISDR (2004), bencana adalah suatu gangguan serius

terhadap berfungsinya suatu kegiatan di masyarakat sehingga dapat

menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi

materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan

(masyarakat) tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan

sumberdaya mereka sendiri.


Definisi standar internasional ini tidak terlalu

mempersoalkan perbedaan bencana alam dari bencana sosial atau

bencana teknologi, selama suatu kejadian menimbulkan dampak

seperti yang didefinisikan, maka kejadian itu disebut sebagai

bencana. Maka hal ini dapat disimpulkan oleh Noji (2005) bahwa

bencana adalah suatu akibat dari suatu gangguan/uraian ekologis

yang sangat banyak di dalam hubungan antara manusia dan

lingkungan mereka, suatu peristiwa mendadak atau yang serius di

skala seperti itu yang masyarakat yang melanda memerlukan usaha-

usaha luar biasa untuk mengatasi nya, sering kali dengan bantuan

yang luar atau bantuan internasional.

2. Karakteristik bencana

Berdasarkan penyebabnya, bencana dibagi menjadi 3 yaitu :

a) Bencana Alam (natural disaster)

Bencana Alam merupakan fenomena atau gejala alam yang

disebabkan oleh keadaan geologi, biologis, seismis, hidrologis

atau disebabkan oleh suatu proses dalam lingkungan alam

mengancam kehidupan, struktur dan perekonomian masyarakat

serta menimbulkan malapetaka. Bencana yang termasuk bencana

alam antara lain: wabah penyakit, hama dan penyakit tanaman,

gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor, gelombang

laut pasang, banjir, erosi, angin taufan, badai tropis,

kekeringan dan kebakaran hutan.


b) Bencana Akibat Ulah Manusia (man-made disaster)

Bencana karena ulah manusia merupakan peristiwa yang

terjadi karena proses teknologi, interaksi manusia terhadap

lingkungannya serta interkasi antara manusia itu sendiri yang

dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kehidupan dan

penghidupan masyarakat.

Bencana yang termasuk akibat ulah manusia antara lain:

bencana akibat perang, kebakaran, ledakan industri/instalasi

listrik, pencemaran lingkungan, kecelakaan.

c) Bencana Kombinasi

Bencana ini dapat disebabkan oleh ulah manusia maupun oleh

alam itu sendiri. Bencana ini dapat disebabkan oleh keadaan

geologi, biologis, seismis, hidrologis atau disebabkan oleh

suatu proses dalam lingkungan alam maupun oleh teknologi,

interaksi manusia terhadap lingkungannya serta interaksi

antara manusia itu sendiri. Contoh dari bencana yang mungkin

timbul dari kombinasi ini ialah banjir, kebakaran hutan,

longsor, erosi dan abrasi.

Akibat Bencana Walaupun semua bencana memiliki ciri khasnya

sendiri dan memberikan pengaruh dalam tingkat kerentanan yang

berbeda pada daerah dengan kondisi sosial, kesehatan dan ekonomi

tertentu. Menurut Pan American Health Organization/PAHO (2006),

Ada beberapa masalah kesehatan umum akibat bencana antara lain :

1) Reaksi sosial

Setelah suatu bencana alam yang besar terjadi, sikap

penduduk jarang mencapai tingkatan panik atau berdiri diam.


Tindakan individual yang spontan tetapi sangat terkelola

bermunculan saat mereka yang selamat pulih dengan cepat dari

syok dan mulai bersiap diri untuk mencapai tujuan personal

yang jelas. Korban yang selamat kerap memulai upaya pencarian

dan penyelamatan segera setelah bencana berlangsung dan dalam

hitungan jam mereka mungkin telah membentuk kelompok untuk

membawa korban yang cedera ke pos pengobatan. Perilaku anti

sosial yang aktif, misalnya penjarahan besar-besaran, hanya

terjadi dalam kondisi tertentu.

2) Penyakit menular

Bencana alam tidak biasa menimbulkan KLB penyakit menular

secara besar-besaran walaupun pada keadaan tertentu bencana

alam dapat meningkatkan potensi penularan penyakit. Dalam

jangka waktu yang singkat, peningkatan insidensi penyakit yang

paling sering terlihat terutama disebabkan oleh kontaminasi

feses manusia pada makanan dan minuman. Dengan demikian,

penyakit semacam itu umumnya adalah penyakit enterik (perut).

Risiko KLB penyakit menular sebanding dengan kepadatan

penduduk dan perpindahan penduduk. Kondisi ini meningkatkan

desakan terhadap suplai air dan makanan serta risiko

kontaminasi (seperti dalam kamp pengungsian), gangguan

pelayanan sanitasi yang ada seperti sistem suplai air bersih

dan sistem pembuangan air kotor.

3) Perpindahan penduduk Jika terjadi perpindahan penduduk secara

besar-besaran, spontan atau terkelola, suatu kebutuhan

mendesak akan pemberian bantuan kemanusiaan terbentuk.


Penduduk mungkin akan pindah ke daerah kota jika layanan umum

tidak dapat menangani dan akibatnya adalah peningkatan angka

kesakitan dan kematian. Jika banyak rumah yang hancur,

perpindahan penduduk besar-besaran akan berlangsung dalam

suatu wilayah perkotaan karena mereka mencari tumpangan baik

di rumah teman maupun kerabat dekat.

4) Pengaruh cuaca

Bahaya kesehatan dari pajanan terhadap unsur-unsur cuaca

tidak besar, bahkan setelah terjadi bencana di daerah beriklim

sedang. Asalkan populasi tetap dalam kondisi kering,

berpakaian layak pakai, dan dapat menemukan perlindungan

terhadap angina, kematian akibat pajanan cuaca tampaknya bukan

risiko utama pada penduduk Amerika Latin dan Karibia. Dengan

demikian, kebutuhan untuk mendirikan tempat perlindungan

darurat sangat beragam bergantung pada keadaan setempat.

5) Makanan dan gizi

Kekurangan bahan pangan segera setelah bencana dapat muncul

dalam dua cara, yang pertama kekurangan pada cadangan makanan

di wilayah bencana dapat menyebabkan penurunan tajam jumlah

makanan yang tersedia atau yang kedua adalah terputusnya

sistim distribusi dapat menghalangi akses ke makanan walaupun

kelangkaan yang sangat parah tidak terjadi.

6) Penyediaan air dan sanitasi

Sistem penyediaan air minum dan pembuangan air kotor sangat

rentan pada bahaya bencana alam, gangguan yang terjadi

biasanya menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Kekurangan


dalam kuantitas dan kualitas air minum, kesulitan dalam

pembuangan ekskreta serta limbah lainnya dapat mengakibatkan

memburuknya sanitasi sehingga ikut memberikan sumbangan

terhadap kondisi yang memudahkan penyebaran penyakit

gastroenteritis dan penyakit lainnya.

7) Kesehatan jiwa

Kecemasan, neurosis dan depresi akan menjadi masalah akut

dan utama dalam kesehatan masyarakat yang terjadi setelah

bencana. Apapun kemungkinannya, harus dilakukan upaya untuk

melindungi keluarga dan struktur sosial masyarakat. Pada

daerah industri atau metropolitan di negara maju, masalah

kesehatan jiwa dilaporkan cukup bermakna selama masa

rehabilitasi jangka panjang dan selama masa rekonstruksi dan

masalah itu harus dihadapi selama fase tersebut.

8) Kerusakan infrastruktur

Bencana alam dapat menyebabkan kerusakan serius pada

fasilitas kesehatan dan sistem penyediaan air bersih serta

sistem pembuangan air kotor, disamping dapat berdampak

langsung pada kesehatan masyarakat yang mengandalkan layanan

tersebut. Jika bangunan rumah sakit dan pusat kesehatan

strukturnya tidak aman, bencana alam dapat membahayakan

kehidupan penghuni gedung dan membatasi kapasitas pemberian

layanan kesehatan bagi korban bencana.


B. Gempa Bumi

1. Pengertian Gempa Bumi

Gempabumi merupakan gejala alamiah yang berupa gerakan

goncangan atau getaran tanah yang ditimbulkan oleh adanya sumber-

sumber getaran tanah akibat terjadinya patahan atau sesar akibat

aktivitas tektonik, letusan gunungapi akibat aktivitas vulkanik,

hantaman benda langit (misalnya meteor dan asteroid), dan/atau

ledakan bom akibat ulah manusia (BNPB, 2012).

2. Penyebab Terjadinya Gempabumi

Proses tektonik akibat pergerakan kulit/lempeng

bumi.Aktivitas sesar di permukaan bumi.Pergerakan geomorfologi

secara lokal, contohnyaterjadi runtuhan tanah.Aktivitas

gunungapi.Ledakan nuklir (BNPB, 2012).

3. SIAP Sebelum Terjadi Gempabumi

Mengetahui sosialisasi tentang gempabumi,mempelajari

penyebab gempa.Membuat konstruksi rumah tahan gempa.Memperhatikan

sistem peringatan dini dan membuatsistem peringatan dini mandiri,

seperti mengikatbenda-benda yang tergantung dengan

kuat.Melaksanakan dan mengikuti simulasi.Mengetahui dimana

informasi gempa bisadidapatkan yaitu: BMKG, TV, Radio, ORARI,

dll.Menyiapkan “tas siaga bencana” (BNPB, 2012).

4. Dampak/Bahaya Ikutan Gempabumi

Kejadian gempabumi dapat menimbulkan bahaya ikutan lain

yang terkadang lebih banyak membawa korban, dibandingkan dengan


dampak akibat gempabumi itu sendiri: tsunami.bangunan roboh.

kebakaran.tanah longsor.runtuhan batuan.rekahan tanah.kecelakaan

industri, seperti di Fukushima, Jepang.banjir, akibat runtuhnya

bendungan maupun tanggul.penahan lainnya (BNPB, 2012).

5. Gempa Bumi Di Lombok (Sumber: Pusat Data Informasi dan Humas

BNPB)

Selama tahun 2018, hingga Kamis (25/10/2018), tercatat

1.999 kejadian bencana di Indonesia. Jumlah ini akan terus

bertambah hingga akhir 2018 mendatang. Dampak yang ditimbulkan

bencana sangat besar. Tercatat 3.548 orang meninggal dunia dan

hilang, 13.112 orang luka-luka, 3,06 juta jiwa mengungsi dan

terdampak bencana, 339.969 rumah rusak berat, 7.810 rumah rusak

sedang, 20.608 rumah rusak ringan, dan ribuan fasilitas umum

rusak.

Kerugian ekonomi yang ditimbulkan bencana cukup besar.

Sebagai gambaran, gempabumi di Lombok dan Sumbawa menimbulkan

kerusakan dan kerugian Rp 17,13 trilyun. Begitu juga gempabumi

dan tsunami di Sulawesi Tengah menyebabkan kerugian dan kerusakan

lebih dari Rp 13,82 trilyun. Jumlah ini diperkirakan masih akan

bertambah.

Selama tahun 2018, terdapat beberapa bencana yang

menimbulkan korban jiwa dan kerugian cukup besar yaitu banjir

bandang di Lampung Tengah pada 26/2/2018 yang menyebabkan 7 orang

meninggal dunia. Bencana longsor di Brebes, Jawa Tengah pada

22/2/2018 yang menyebabkan 11 orang meninggal dunia dan 7 orang


hilang. Banjir bandang di Mandailing Natal pada 12/10/2018

menyebabkan 17 orang meninggal dunia dan 2 orang hilang.

Gempabumi beruntun di Lombok dan Sumbawa pada 29/7/2018,

5/8/2018, dan 19/8/2018 menyebabkan 564 orang meninggal dunia dan

445.343 orang mengungsi. Bencana gempabumi dan tsunami di

Sulawesi Tengah pada 28/9/2018 menyebabkan 2.081 orang meninggal

dunia, 1.309 orang hilang dan 206.219 orang mengungsi.

Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah korban

meninggal dunia dan hilang akibat bencana pada tahun 2018 ini

paling besar sejak 2007. Jumlah kejadian bencana, kemungkinan

hampir sama dengan jumlah bencana tahun 2016 dan 2017 yaitu 2.306

kejadian bencana dan 2.391 kejadian bencana. Namun dampak yang

ditimbulkan akibat bencana pada 2018 sangat besar.

Dampak gempabumi 7 SR yang mengguncang wilayah di Nusa

Tenggara Barat pada Minggu (5/8/2018) pukul 18.46 WIB memberikan

dampak yang luas. Hingga Senin dini hari (6/8/2018) pukul 02.30

WIB tercatat 82 orang meninggal dunia akibat gempa, ratusan orang

luka-luka dan ribuan rumah mengalami kerusakan. Ribuan warga

mengungsi ke tempat yang aman. Aparat gabungan terus melakukan

evakuasi dan penanganan darurat akibat gempabumi.

Daerah yang terparah adalah Kabupaten Lombok Utara, Lombok

Timur dan Kota Mataram. Berdasarkan laporan dari BPBD Provinsi

NTB, dari 82 orang meninggal dunia, korban berasal dari Kabupaten

Lombok Utara 65 orang, Lombok Barat 9 orang, Lombok Tengah 2

orang, Kota Mataram 4 orang, dan Lombok Timur 2 orang. Sebagian

besar korban meninggal akibat tertimpa bangunan yang roboh.


Di saat penanganan darurat dampak gempa 6,4 SR masih

berlangsung, terutama di Kabupaten Lombok Utara dan Lombok Timur,

tiba-tiba masyarakat diguncang gempa dengan kekuatan yang lebih

besar. Masyarakat panik dan berhamburan di jalan-jalan dan

bangunan dan rumah yang sebelumnya sudah rusak akibat gempa

sebelumnya menjadi lebih rusak dan roboh. Apalagi ada peringatan

dini tsunami menyebabkan masyarakat makin panik dan trauma

sehingga pengungsian di banyak tempat.

Korban luka-luka banyak yang dirawat di luar puskesmas dan

rumah sakit karena kondisi bangunan yang rusak. Selain itu gempa

susulan terus berlangsung. Hingga 5/8/2018 pukul 24.00 WIB

terjadi 80 kali gempa susulan dengan intensitas gempa yang lebih

kecil. BMKG menyatakan bahwa gempa 7 SR tadi adalah gempa utama

(main shock) dari rangkaian gempa sebelumnya. Artinya kecil

kemungkinan akan terjadi gempa susulan dengan kekuatan yang lebih

besar.

Tim SAR gabungan masih terus melakukan evakuasi dan

penyisiran. Kondisi malam hari dan sebagian komunikasi yang mati

menyebabkan kendala di lapangan. Diperkirakan korban terus

bertambah. Jumlah kerusakan bangunan masih dilakukan pendataan.

Kepala BNPB Willem Rampangilei bersama jajaran BNPB telah

tiba di Lombok Utara menggunakan pesawat khusus dari Bandara

Halim Perdanakusuma. Tambahan bantuan logistik dan peralatan

segera dikirimkan. 2 helikopter untuk mendukung penanganan

darurat dikirimkan. BNPB terus mendampingi Pemda, baik Pemda

Provinsi dan Kabupaten/Kota terdampak. Penanganan darurat terus


dilakukan. BNPB bersama BPBD, TNI, Polri, Basarnas, Kementerian

PU Pera, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian

BUMN, SKPD, NGO, relawan dan lainnya terus melakukan penangan

darurat. TNI akan memberangkatkan tambahan pasukan dan bantuan,

khususnya bantuan kesehatan yaitu tenaga medis, obat-obatan,

logistik, tenda dan alat komunikasi pada 6/8/2018 pagi.

Fokus utama saat ini adalah pencarian, penyelamatan dan

pertolongan kepada masyarakat yang terdampak gempa serta

pemenuhan kebutuhan dasar. Kebutuhan mendesak saat ini adalah

tenaga medis, air bersih, permakanan, selimut, tikar, tenda,

makanan siap saji, layanan trauma healing dan kebutuhan dasar

lainnya. Kegiatan belajar mengajar di sekolah di wilayah Lombok

Utara, Lombok Timur, dan Mataram akan diliburkan pada 6/8/2018

karena dikhawatirkan bangunan sekolah membahayakan siswa. Akan

dilakukan pengecekan terlebih dahulu oleh petugas

C. Kualitas Hidup (Quality of Life)

1. Defenisi Kualitas Hidup

Kualitas hidup menurut World Health Organozation Quality of

Life (WHOQOL) Group (dalam Rapley, 2003), didefinisikan sebagai

persepsi individu mengenai posisi individu dalam hidup dalam

konteks budaya dan sistem nilai dimana individu hidup dan

hubungannya dengan tujuan, harapan, standar yang ditetapkan dan

perhatian seseorang. (Nimas, 2012) Kualitas hidup didefinisikan

sebagai persepsi individu dari posisi mereka dalam kehidupan

dalam konteks budaya dansistem nilai di mana mereka tinggal dan


dalam hubungannya dengan tujuan mereka, harapan , standar dan

kekhawatiran (WHO, 1996) Kualitas hidup merupakan persepsi

subjektif dari individu terhadap kondisi fisik, psikologis,

sosial, dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari yang

dialaminya (Urifah, 2012). Sedangkan menurut Chipper (dalam Ware,

1992) mengemukakan kualitas hidup sebagai kemampuan fungsional

akibat penyakit dan pengobatan yang diberikan menurut pandangan

atau perasaan pasien. Donald (dalam Urifah, 2012) menyatakan

kualitas hidup merupakn suatu terminology yang menunjukkan

tentang kesehatan fisik, sosial dan emosi seseorang serta

kemampuan untuk melaksanakan tugas sehari-hari.

Kualitas hidup adalah suatu cara hidup, sesuatu yang yang

esensial untuk menyemangati hidup, eksistensi berbagai pengalaman

fisik dan mental seorang individu yang dapat mengubah eksistensi

selanjutnya dari individu tersebut di kemudian hari, status

sosial yang tinggi, dan gambaran karakteristik tipikal dari

kehidupan seseorang individu (Brian, 2003) WHO (dalam Kurniawan,

2008) menggambarkan kualitas hidup sebagai sebuah persepsi

individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks

budaya dan system nilai dimana mereka tinggal dan hidup dalam

hubungannya dengan tujuan hidup, harapan, standart dan fokus

hidup mereka. Konsep ini meliputi beberapa dimensi yang luas

yaitu: kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan social dan

lingkungan.

Menurut Cohan & Lazarus (dalam Handini, 2011) kualitas

hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seseorang


individu yang dapat dinilai dari kehidupan mereka.Keunggulan

individu tersebut biasanya dilihat dari tujuan hidupnya, kontrol

pribadinya, hubungan interpersonal, perkembangan pribadi,

intelektual dan kondisi materi.Sedangkan Ghozali juga

mengungangkap faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup

diantaranya adalah mengenali diri sendiri, adaptasi, merasakan

perhatian orang lain, perasaan kasih dan sayang, bersikap

optimis, mengembangkan sikap empati. Defenisi kualitas hidup yang

berhubungan dengan kesehatan (health-related quality of life)

dikemukakan oleh Testa dan Nackley (Rapley, 2003), bahwa kualitas

hidup berarti suatu rentang anatara kedaan objektif dan persepsi

subjektif dari mereka.Testa dan Nackley menggambarkan kualitas

hidup merupakan seperangkat bagian-bagian yang berhubungan dengan

fisik, fungsional, psikologis, dan kesehatan sosial dari

individu.Ketika digunakan dalam konteks ini, hal tersebut sering

kali mengarah pada kualitas hidup yang mengarah pada kesehatan.

Kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan mencakup lima

dimensi yaitu kesempatan, persepsi kesehatan, status fungsional,

penyakit, dan kematian.

Sedangkan menurut Hermann (Silitonga, 2007) kualitas hidup

yang berhubungan dengan kesehatan dapat diartikan sebagai respon

emosi dari pasien terhadap aktivitas sosial, emosional, pekerjaan

dan hubungan antar keluarga, rasa senang atau bahagia, adanya

kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang ada, adanya

kepuasaan dalam melakukan fungsi fisik, sosial dan emosional

serta kemampuan mengadakan sosialisasi dengan orang lain.


Kualitas hidup menurut definisi WHO adalah persepsi individu

tentang keberadaannya di kehidupan dalam konteks budaya dan

system nilai tempat ia tinggal. Jadi dalam skala yang luas

meliputi berbagai sisi kehidupan seseorang baik dari segi fisik,

psikologis, kepercayaan pribadi, dan hubungan sosial untuk

berinteraksi dengan lingkungannya. Definisi ini merefleksikan

pandangan bahwa kualitas hidup merupakan evaluasi subjektif, yang

tertanam dalam konteks cultural, sosial dan lingkungan. Kualitas

hidup tidak dapat disederhanakan dan disamakan dengan status

kesehatan, gaya hidup, kenyamanan hidup, status mentaldan rasa

aman (Snoek, dalam Indahria, 2013) Menurut Karangora (2012)

mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi seseorang dalam

konteks budaya dan norma yang sesuai dengan tempat hidup

seseorang tersebut serta berkaitan dengan tujuan, harapan,

standard an kepedulian selama hidupnya. Kualitas hidup individu

yang satu dengan yang lainnya akan berbeda, hal itu tergantung

pada definisi atau interpretasi masing-masing individu tentang

kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup akan sangat rendah

apabila aspek-aspek dari kualitas hidup itu sendiri masih kurang

dipenuhi.

Dari beberapa uraian tentang kualitas hidup diatas maka

dapat ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan kualitas hidup dalam

kontek penelitian ini adalah persepsi individu terhadap posisi

mereka dalam kehidupannya baik dilihat dari konteks budaya maupun

system nilai dimana mereka tinggal dan hidup yang ada hubungannya

dengan tujuan hidup, harapan, standart dan fokus hidup mereka


yang mencakup beberapa aspek sekaligus, diantaranyaaspek kondisi

fisik, psikologis, sosial dan lingkungan dalam kehidupan sehari-

hari.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hidup

Kualitas hidup pasien diabetes melitus dipengaruhi oleh

berbagai faktor baik secara medis, maupun psikologis. Berbagai

faktor tersebut diantaranya adalah pemahaman terhadap diabetes,

penyesuaian terhadap diabetes, depresi, regulasi diri (Watkins,

Connell, Fitzgerald, Klem, Hickey & Dayton, 2000) emosi negatif,

efikasi diri, dukungan sosial, komplikasi mayor (kebutaan,

dialysis, neuropati, luka kaki, amputasi, stroke dan gagal

jantung), karakteristik kepribadian dan perilaku koping (Rose et

al., 1998; 2002), tipe dan lamanya diabetes, tritmen diabetes,

kadar gula darah, locus of control, jenis kelamin, tingkat

pendidikan, usia, status perkawinan dan edukasi diabetes

(Milencovic et al.,2004; Akimoto et al.,2004), emotional distress

yang berhubungan dengan diabetes (Polonsky, Fisher, Earles, Dudl,

Lees, Mullan & Richard, 2005). (Melina, 2011) Raebun dan Rootman

(Angriyani, 2008) mengemukakan bahwa terdapat delapan faktor yang

mempengaruhi kualitas hidup seseorang, yaitu:

a) kontrol, berkaitan dengan control terhadap perilaku yang

dilakukan oleh seseorang, seperti pembahasan terhadap kegiatan

untuk menjaga kondisi tubuh.

b) Kesempatan yang potensial, berkaitan dengan seberapa besar

seseorang dapat melihat peluang yang dimilikinya.


c) Keterampilan, berkaian dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan keterampilan lain yang mengakibatkan ia dapat

mengembangkan dirinya, seperti mengikuti suatu kegiatan atau

kursus tertentu.

d) Sistem dukungan, termasuk didalamnya dukungan yang berasal

dari lingkungan keluarga, masyarakat maupun sarana-sarana

fisik seperti tempat tinggal atau rumah yang layak dan

fasilitas-fasilitas yang memadai sehinga dapat menunjang

kehidupan.

e) Kejadian dalam hidup, hal ini terkait dengan tugas

perkembangan dan stress yang diakibatkan oleh tugas tersebut.

Kejadian dalam hidup sangat berhubungan erat dengan tugas

perkembangan yang harus dijalani, dan terkadang kemampuan

seseorang untuk menjalani tugas tersebut mengakibatkan tekanan

tersendiri.

f) Sumber daya, terkait dengan kemampuan dan kondisi fisik

seseorang. Sumber daya pada dasarnya adalah apa yang dimiliki

oleh seseorang sebagai individu.

g) Perubahan lingkungan, berkaitan dengan perubahan yang terjadi

pada lingkungan sekitar seperti rusaknya tempat tinggal akibat

bencana.

h) Perubahan politik, berkaitan dengan masalah Negara seperti

krisi moneter sehingga menyebabkan orang kehilangan

pekerjaan/mata pencaharian.
Selain itu, kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya, mengenali diri sendiri, adaptasi,

merasakan pasienan orang lain, perasaan kasih dan sayang,

bersikap optimis, mengembangkan sikap empati.

3. Aspek-Aspek Kualitas Hidup

Menurut WHO (1996) terdapat empat aspek mengenai kualitas

hidup, diantaranya sebagai berikut:

a) Kesehatan fisik, diantaranya Aktivitas sehari-hari,

ketergantungan pada zat obat dan alat bantu medis, energi dan

kelelahan, mobilitas, rasa sakit dan ketidaknyamanan, tidur

dan istirahat, kapasitas kerja.

b) Kesejahteraan psikologi, diantaranya image tubuh dan

penampilan, perasaan negative, perasaan positif, harga diri,

spiritualitas/agama/keyakinan pribadi, berpikir , belajar ,

memori dan konsentrasi.

c) Hubungan sosial, diantaranya hubungan pribadi, dukungan

sosial, aktivitas seksual.

d) Hubungan dengan lingkungan, diantaranya sumber keuangan,

kebebasan, keamanan fisik dan keamanan Kesehatan dan perawatan

sosial : aksesibilitas dan kualitas, lingkungan rumah, Peluang

untuk memperoleh informasi dan keterampilan baru, partisipasi

dalam dan peluang untuk kegiatan rekreasi / olahraga,

lingkungan fisik ( polusi/ suara / lalu lintas / iklim ),

mengangkut.
Menurut WHOQOL-BREF (dalam rapley, 2003) terdapat empat aspek

mengenai kualitas hidup, diantaranya sebagai berikut: (Nimas,

2012)

1) Kesehatan fisik, mencakup aktivitas sehari-hari,

ketergantungan pada obat-obatan, energi dan kelelahan,

mobilitas, sakit dan ketidaknyamanan, tidur/istirahat,

kapasitas kerja

2) Kesejahteraan psikologis, mencakup bodily image appearance,

perasaan negative, perasaan positif, self-esteem,

spiritual/agama/keyakinan pribadi, berpikir, belajar, memori

dan konsentrasi.

3) Hubungan sosial, mencakup relasi personal, dukungan sosial,

aktivitas seksual

4) Hubungan dengan lingkungan mencakup ssumber finansial,

kebebasan, keamanan dan keselamatan fisik, perawatan kesehatan

dan sosial termasuk aksesbilitas dan kualitas, lingkungan

rumah, kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi baru

maupun keterampilan, partisispasi dan mendapat kesempatan

untuk melakukan rekreasi dan kegiatan yang menyenangkan di

waktu luang, lingkungan fisik termasuk polusi/kebisingan/lalu

lintas/iklim serta transportasi.

D. DIABETES MELITUS (DM)

1. Definisi DM

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena


kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

(Henderina, 2010). Menurut PERKENI (2011) seseorang dapat

didiagnosa diabetes melitus apabila mempunyai gejala klasik

diabetes melitus seperti poliuria, polidipsi dan polifagi

disertai dengan kadar gula darah sewaktu ≥200 mg/dl dan gula

darah puasa ≥126 mg/dl.

DM merupakan sindrom metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia karena defek pada sekresi insulin, kerja insulin,

atau keduanya. Hiperglikemia kronis pada DM dapat diasosiasikan

dengan terjadinya kerusakan jangka panjang, disfungsi serta

kegagalan multi organ terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan

pembuluh darah (ADA,2013).

2. Manifestasi Klinis

Beberapa gejala umum yang dapat ditimbulkan oleh penyakit DM

diantaranya :

a. Pengeluaran urin (Poliuria)

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam 24

jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai

gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi

sehingga tubuh tidak sanggup untuk mengurainya dan berusaha

untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala pengeluaran urin

ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin yang

dikeluarkan mengandung glukosa (PERKENI, 2011).

b. Timbul rasa haus (Polidipsia)


Poidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena

kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk

meningkatkan asupan cairan (Subekti, 2009).

c. Timbul rasa lapar (Polifagia)

Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal tersebut

disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis sedangkan

kadar glukosa dalam darah cukup tinggi (PERKENI, 2011).

d. Peyusutan berat badan

Penyusutan berat badan pada pasien DM disebabkan karena

tubuh terpaksa mengambil dan membakar lemak sebagai cadangan

energi (Subekti, 2009).

3. Klasifikasi DM

a. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 biasanya terjadi pada remaja atau anak, dan

terjadi karena kerusakan sel β (beta) (WHO, 2014). Canadian

Diabetes Association (CDA) 2013 juga menambahkan bahwa

rusaknya sel β pankreas diduga karena proses autoimun, namun

hal ini juga tidak diketahui secara pasti. Diabetes tipe 1

rentan terhadap ketoasidosis, memiliki insidensi lebih sedikit

dibandingkan diabetes tipe 2, akan meningkat setiap tahun baik

di negara maju maupun di negara berkembang (IDF, 2014).

b. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa (WHO,

2014). Seringkali diabetes tipe 2 didiagnosis beberapa tahun

setelah onset, yaitu setelah komplikasi muncul sehingga tinggi


insidensinya sekitar 90% dari penderita DM di seluruh dunia

dan sebagian besar merupakan akibat dari memburuknya faktor

risiko seperti kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas

fisik (WHO, 2014).

c. Diabetes gestational

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang

didiagnosis selama kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai

dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah di atas normal)

(CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan diabetes gestational

memiliki peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan

saat melahirkan, serta memiliki risiko diabetes tipe 2 yang

lebih tinggi di masa depan (IDF, 2014).

d. Tipe diabetes lainnya

Diabetes melitus tipe khusus merupakan diabetes yang

terjadi karena adanya kerusakan pada pankreas yang memproduksi

insulin dan mutasi gen serta mengganggu sel beta pankreas,

sehingga mengakibatkan kegagalan dalam menghasilkan insulin

secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom hormonal

yang dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin

yaitu sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik (ADA,

2015).

4. Patofisiologi DM

a. Patofisiologi diabetes tipe 1

Pada DM tipe 1, sistem imunitas menyerang dan menghancurkan

sel yang memproduksi insulin beta pankreas (ADA, 2014).


Kondisi tersebut merupakan penyakit autoimun yang ditandai

dengan ditemukannya anti insulin atau antibodi sel anti-islet

dalam darah (WHO, 2014). National Institute of Diabetes and

Digestive and Kidney Diseases (NIDDK) tahun 2014 menyatakan

bahwa autoimun menyebabkan infiltrasi limfositik dan

kehancuran islet pankreas. Kehancuran memakan waktu tetapi

timbulnya penyakit ini cepat dan dapat terjadi selama beberapa

hari sampai minggu. Akhirnya, insulin yang dibutuhkan tubuh

tidak dapat terpenuhi karena adanya kekurangan sel beta

pankreas yang berfungsi memproduksi insulin. Oleh karena itu,

diabetes tipe 1 membutuhkan terapi insulin, dan tidak akan

merespon insulin yang menggunakan obat oral.

b. Patofisiologi diabetes tipe 2

Kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak

mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi

insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai

dengan kurangnya sel beta atau defisiensi insulin resistensi

insulin perifer (ADA, 2014). Resistensi insulin perifer

berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin

sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar

pesan-pesan biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam

kebanyakan kasus diabetes tipe 2 ini, ketika obat oral gagal

untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka

pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.

c. Patofisiologi diabetes gestasional


Gestational diabetes terjadi ketika ada hormon antagonis

insulin yang berlebihan saat kehamilan. Hal ini menyebabkan

keadaan resistensi insulin dan glukosa tinggi pada ibu yang

terkait dengan kemungkinan adanya reseptor insulin yang rusak

(NIDDK, 2014 dan ADA, 2014).

5. Komplikasi DM

Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang dapat

menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain:

a. Komplikasi metabolik akut

Kompikasi metabolik akut pada penyakit diabetes melitus

terdapat tiga macam yang berhubungan dengan gangguan

keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek, diantaranya:

1) Hipoglikemia

Hipoglikemia (kekurangan glukosa dalam darah) timbul

sebagai komplikasi diabetes yang disebabkan karena

pengobatan yang kurang tepat (Smeltzer & Bare, 2008).

2) Ketoasidosis diabetik

Ketoasidosis diabetik (KAD) disebabkan karena

kelebihan kadar glukosa dalam darah sedangkan kadar insulin

dalam tubuh sangat menurun sehingga mengakibatkan kekacauan

metabolik yang ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis

dan ketosis (Soewondo, 2006).

3) Sindrom HHNK (koma hiperglikemia hiperosmoler nonketotik)


Sindrom HHNK adalah komplikasi diabetes melitus yang

ditandai dengan hiperglikemia berat dengan kadar glukosa

serum lebih dari 600 mg/dl (Price & Wilson, 2006).

b. Komplikasi metabolik kronik

Komplikasi metabolik kronik pada pasien DM menurut Price &

Wilson (2006) dapat berupa kerusakan pada pembuluh darah kecil

(mikrovaskuler) dan komplikasi pada pembuluh darah besar

(makrovaskuler) diantaranya:

1) Komplikasi pembuluh darah kecil (mikrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikrovaskuler) yaitu

(a) Kerusakan retina mata (Retinopati)

Kerusakan retina mata (Retinopati) adalah suatu

mikroangiopati ditandai dengan kerusakan dan sumbatan

pembuluh darah kecil (Pandelaki, 2009).

(b) Kerusakan ginjal (Nefropati diabetik)

Kerusakan ginjal pada pasien DM ditandai dengan

albuminuria menetap (>300 mg/24jam atau >200 ih/menit)

minimal 2 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan.

Nefropati diabetik merupakan penyebab utama terjadinya

gagal ginjal terminal.

(c) Kerusakan syaraf (Neuropati diabetik)

Neuropati diabetik merupakan komplikasi yang paling

sering ditemukan pada pasien DM. Neuropati pada DM


mengacau pada sekelompok penyakit yang menyerang semua

tipe saraf (Subekti, 2009).

2) Komplikasi pembuluh darah besar (makrovaskuler)

Komplikasi pada pembuluh darah besar pada pasien

diabetes yaitu stroke dan risiko jantung koroner.

(a) Penyakit jantung koroner

Komplikasi penyakit jantung koroner pada pasien DM

disebabkan karena adanya iskemia atau infark miokard yang

terkadang tidak disertai dengan nyeri dada atau disebut

dengan SMI (Silent Myocardial Infarction) (Widiastuti,

2012).

(b) Penyakit serebrovaskuler

Pasien DM berisiko 2 kali lipat dibandingkan dengan

pasien non-DM untuk terkena penyakit serebrovaskuler.

Gejala yang ditimbulkan menyerupai gejala pada komplikasi

akut DM, seperti adanya keluhan pusing atau vertigo,

gangguan penglihatan, kelemahan dan bicara pelo (Smeltzer

& Bare, 2008).

6. Faktor Risiko DM

a. Faktor risiko yang dapat diubah

(1) Gaya hidup

Gaya hidup merupakan perilaku seseorang yang

ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari. Makanan cepat

saji, olahraga tidak teratur dan minuman bersoda adalah


salah satu gaya hidup yang dapat memicu terjadinya DM tipe

2 (ADA, 2009).

(2) Diet yang tidak sehat

Perilaku diet yang tidak sehat yaitu kurang olahraga,

menekan nafsu makan, sering mengkonsumsi makan siap saji

(Abdurrahman, 2014).

(3) Obesitas

Obesitas merupakan salah satu faktor risiko utama

untuk terjadinya penyakit DM. Menurut Kariadi (2009) dalam

Fathmi (2012), obesitas dapat membuat sel tidak sensitif

terhadap insulin (resisten insulin). Semakin banyak

jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin resisten

terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul

didaerah sentral atau perut (central obesity).

Perhitungan berat badan ideal sesuai dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) menurut WHO (2014), yaitu: IMT =

BB(kg)/TB(m2).

Tabel 1. Klasifikasi indeks


massa tubuh (IMT) Indeks Klasifikasi berat badan
Massa Tubuh (IMT)
<18,5 Kurang
18,5-22,9 Normal
23-24,9 Kelebihan
≥25,0 Obesitas

b. Faktor risiko yang tidak dapat diubah

1) Usia

Semakin bertambahnya usia maka semakin tinggi risiko

terkena diabetes tipe 2. DM tipe 2 terjadi pada orang


dewasa setengah baya, paling sering setelah usia 45 tahun

(American Heart Association [AHA], 2012). Meningkatnya

risiko DM seiring dengan bertambahnya usia dikaitkan dengan

terjadinya penurunan fungsi fisiologis tubuh.

2) Riwayat keluarga diabetes melitus

Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua.

Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota

keluarga yang juga terkena penyakit tersebut (Ehsa, 2010).

Fakta menunjukkan bahwa mereka yang memiliki ibu penderita

DM tingkat risiko terkena DM sebesar 3,4 kali lipat lebih

tinggi dan 3,5 kali lipat lebih tinggi jika memiliki ayah

penderita DM. Apabila kedua orangtua menderita DM, maka

akan memiliki risiko terkena DM sebesar 6,1 kali lipat

lebih tinggi (Sahlasaida, 2015).

3) Ras atau latar belakang etnis

Risiko DM tipe 2 lebih besar terjadi pada hispanik,

kulit hitam, penduduk asli Amerika, dan Asia (ADA, 2009).

4) Riwayat diabetes pada kehamilan

Mendapatkan diabetes selama kehamilan atau melahirkan

bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan risiko DM tipe 2

(Ehsa, 2010).

7. Pencegahan DM

a) Pengelolaan makan

Diet yang dianjurkan yaitu diet rendah kalori, rendah

lemak, rendah lemak jenuh, diet tinggi serat. Diet ini


dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai risiko

DM. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan

ideal. Selain itu, karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan

diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak

menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan

(Goldenberg dkk, 2013).

Pengaturan pola makan dapat dilakukan berdasarkan 3J yaitu

jumlah, jadwal, dan jenis diet (Tjokroprawiro, 2006).

(1) Jumlah yaitu jumlah kalori setiap hari yang diperlukan

oleh seseorang untuk memenuhi kebutuhan energi. Jumlah

kalori ditentukan sesuai dengan IMT (Indeks Massa Tubuh)

dan ditentukan dengan satuan kilo kalori (kkal).

IMT = BB (kg)/TB (m2)

Setelah itu kalori dapat ditentukan dengan melihat

indikator berat badan ideal yaitu:

Tabel 2. Kisaran
Berat badan
kalori tubuh Kalori
ideal
Indikator
Kurus <18,5 2.300 - 2.500
kkal
Normal 18,5-22,9 1.700 - 2.100
kkal
Gemuk >23 1.300 - 1.500
kkal

(2) Jadwal makan diatur untuk mencapai berat badan ideal.

Sebaiknya jadwal makannya diatur dengan interval 3 jam

sekali dengan 3x makan besar dan 3x makan selingan dan

tidak menunda jadwal makan sehari-hari.


Tabel 4. Jadwal
makan pencegahan Jadwal Waktu
DM No
1 Makan besar I pukul 07.00
2 Selingan 1 pukul 10.00
3 Makan besar II pukul 13.00
4 Selingan 2 pukul 16.00
5 Makan besar pukul 19.00
III
6 Selingan 3 pukul 22.00

(3) Jenis adalah jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi.

Beberapa contoh jenis makanan yang sebaiknya dikonsumsi

untuk pencegahan DM, antara lain:

Tabel 5. Jenis
makanan
Anjuran
pencegahan DM
Jenis
Karbohidrat 1. Memilih karbohidrat kompleks
(45% atau 1/4 (nasi, oats, kentang,
piring) jagung, ubi jalar, dan
lainnya) bukan yang
sederhana (gula pasir, gula
merah, sirup jagung, madu,
sirup maple, molasses,
selai, jelly, soft drink,
permen, kue, yogurt, susu,
cokelat, buah, jus buah,
biskuit, dan lainnya).
2. Memilih roti gandum bukan
roti putih, beras merah
bukan beras putih, pasta
gandum bukan pasta halus.

Lemak 1. Memilih jenis lemak yang


(36-40%) baik akan menurunkan risiko
penyakit yang berhubungan
dengan kolesterol.
2. Memilih lemak tak jenuh
(minyak zaitun, minyak
canola, minyak jagung, atau
minyak bunga matahari) bukan
lemak jenuh (mentega, lemak
hewan, minyak kelapa atau
minyak sawit).
Protein (16-18% 1. Memilih kacang, sepotong
atau ¼ piring) buah segar atau bebas gula
yoghurt untuk camilan.
2. Memilih potongan daging
putih, daging unggas dan
makanan laut bukannya daging
olahan atau daging merah.

Sayuran 1. Beberapa jenis sayuran yang


(1/2 piring) kaya akan kandungan pati,
seperti kentang dan labu,
juga harus dibatasi dengan
hati-hati.
2. Makan setidaknya tiga porsi
sayuran setiap hari,
termasuk sayuran berdaun
hijau seperti bayam, selada
atau kale.

Buah 1. Makan sampai tiga porsi buah


segar setiap hari.
2. Menghindari jenis buah-
buahan yang mengandung kadar
glukosa dan sukrosa yang
tinggi. Buah seperti mangga
dan stroberi menyebabkan
lonjakan kadar gula darah
pada penderita diabetes.
3. Sebagai alternatif, buah
yang kaya gula dengan buah
dengan kandungan serat
tinggi sangat dianjurkan
seperti apel, pir, dan
raspberry.

Gula 1. Membatasi asupan alkohol


Anda untuk maksimal dua
minuman standar per hari.
2. Pemilihan selai kacang lebih
baik daripada selai cokelat
pada roti.
3. Memilih air atau kopi tanpa
gula atau teh bukan jus
buah, soda, dan gula manis
minuman lainnya.
4. Menghindari konsumsi gula
lebih dari 4 sendok makan
setiap hari.

Ketika ingin mengonsumsi makanan, tips yang dapat dilakukan

yaitu melihat label makanan. Pada serving size, lihat kemasan

pada bagian belakang yaitu misalnya 5, dan kandungannya

tertulis 250 kkal, jadi jika seseorang menghabiskan 1 produk

tersebut, maka orang tersebut menghabiskan sebanyak 1250 kkal.

Oleh karena itu, dengan memperhatikan label makanan, maka

seseorang akan lebih waspada terkait jumlah kebutuhan kalori

hariannya.

b) Aktifitas fisik

Kegiatan jasmani seharihari dan latihan jasmani secara

teratur (3-4 kali seminggu selama kurang lebih 30 menit

terdiri dari pemanasan ±15 menit dan pendinginan ±15 menit),

merupakan salah satu cara untuk mencegah DM. Kegiatan sehari-

hari seperti menyapu, mengepel, berjalan kaki ke pasar,

menggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan dan

menghindari aktivitas sedenter misalnya menonton televisi,

main game komputer, dan lainnya.

Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat

menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,

sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan

jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat

aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan


berenang. Latihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur

dan status kesegaran jasmani. Hindarkan kebiasaan hidup yang

kurang gerak atau bermalas-malasan (PERKENI, 2011).

c) Kontrol Kesehatan

Seseorang harus rutin mengontrol kadar gula darah agar

diketahui nilai kadar gula darah untuk mencegah terjadinya

diabetes melitus supaya ada penanganan yang cepat dan tepat

saat terdiagnosa diabetes melitus (Sugiarto & Suprihatin,

2012). Seseorang dapat mencari sumber informasi sebanyak

mungkin untuk mengetahui tanda dan gejala dari diabetes

melitus yang mungkin timbul, sehingga mereka mampu mengubah

tingkah laku sehari-hari supaya terhindar dari penyakit

diabetes melitus.
E. KERANGKA KONSEP

Faktor Penyebab DM Bencana Alam (Gempa


1. Gaya Hidup Bumi)
2. Diet yang tidak
sehat
3. Usia
4. Keturunan
5. Obesitas 1. Kesehatan Fisik
6. Ras 2. Kesejahteraan
Psikologis
3. Hubungan Sosial
Penyakit 4. Hubunan dengan
DM Lingkungan

Kualitas Hidup:
- Tinggi
- Sedang
- Rendah

Keterangan:

Di teliti :

Tidak diteliti :

Anda mungkin juga menyukai